Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SUNGAIBUNTU
Jl. Raya Sungaibuntu Kec. Pedes Kabupaten Karawang
E-Mail : www.pkm.sungaibuntu12@gmail.com Kode Pos 41353

KERANGKA ACUAN

DETEKSI KANKER SERVIK DENGAN METODE IVA

(INPEKSI VISUAL ASAM ASETAT)

I. Pendahuluan
IVA (inspeksi visual asam asetat) merupakan metode sederhana untuk
skrining kanker leher rahim.Pemeriksaan IVA dperkenalkan Hinselman tahun
1925.Organisasi kesehatan dunia WHO meneliti pelaksanaan IVA di Muangthai
dan Zimbabue.ternyata efektifitasnya tidak lebih rendah daripada tes
PAP.Beberapa Negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker seviks
baik jumlah maupun stadiumnya.Pencapaian tersebut berkat adanya program
skrining masal sepIVA dan PAP.

II. Latar Belakang

1. Kanker servik merupakan penyebab kematian ke 2 didunia (WHO


2005)dan ke 5 di Indonesia (SKRT 2001)dan merupakan kanker
terbanyak di Indonesia disamping kanker payudara.Banyaknya kasus
kanker serviks di Indonesia semakin diperparah di sebabkan lebih dari 70
% kasus yang datang kerumah sakit berada pada stadium lanjut.
2. Pengobatan kanker servik pada stadium lebih dini hasilnya lebih
baik,mayoritas akan menurunkan dengan masalah begitu komplek timbul
gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan metode yang
lebih sederhana antara lain dengan IVA (infeksi visual asam asetat)
3. IVA adalah pemeriksaan skrining kanker servik dengan cara infeksi visual
pada serviks dengan aplikasi asam asetat.Dengan visual yang lebih
mudah, lebih sederhana, lebih mamapu terlaksana maka skrining dapat
dilakukan dengan cakupan lebih luas dharapkantemuan kanker serviks
dini akan lebih banyak.
III. Tujuan Umum danTujuan Khusus
1. TujuamUmum
Untuk mendeteksi secara dini kanker serviks.
2. TujuanKhusus
a. Mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra kanker sehingga dapat
memperoleh terapi segera untuk menuntaskan perjalanan hidup lesi pra
kanker sebelum menjadi kanker.
b. Dapat menentukan jenis pengobatan secara cepat dan tepat pada pase
awal.

IV. KEUNTUNGAN IVA


Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa
lainnya adalah :
1. Mudah, praktis, mampu laksana
2. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA


1. Kinerja tes sama dengan tes lain
2. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai
penatalaksanaannya

V. Cara melaksanakanKegiatan
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan

VI. Sasaran

a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual


b. Tidak sedang datang bulan/haid
c. Tidak sedang hamil
d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

VII. JadwalPelaksananaanKegiatan
Program Skrining Oleh WHO :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
(Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia
25-60 tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup
memiliki dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1
tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

VIII. CARA KERJA IVA

1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan


mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul
ditekuk dan kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan
ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah
untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya
pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan
positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel
yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang
berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi
bearti hasilnya negative.
9. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini.
10. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul
ditekuk dan kaki melebar).
11. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.
12. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan
ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
13. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah
untuk menyerapnya.
14. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya
pada leher rahim sudah dapat dilihat.
15. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan
positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel
yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang
berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
16. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi
bearti hasilnya negative.

IX. KATEGORI IVA


Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).
c. IVA positif = ditemukan bercak putih (acetowhiteepithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA
karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker
(dispalsiaringan-sedang-berat atau kanker serviksin situ).
d. IVA-Kankerserviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian
akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini
(stadium IB-IIA).

XI . PENATALAKSANAAN IVA

1. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang
telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau
tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative.
Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih,
maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
2. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau
N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40%
dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera
ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
3. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker
pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area
tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat
(SamadiPriyanto. H, 2010)
4. Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa
dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian,
penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain

Sungaibuntu, 2018
Kepala Puskesmas Sungaibuntu

LilI Akmalia, SKM


NIP. 19720906 199203 2 006

Anda mungkin juga menyukai