Anda di halaman 1dari 12

INSTRUMEN KAJI TIRU PENGELOLAAN PROGRAM KES

RUANG LINGKUP NO

10

11

12

13
14

15

16

17

PELAYANAN KESEHATAN JIWA


18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29
30

31

32

33

RUANG LINGKUP NO

Posyandu Kesehatan Jiwa 5

10

RUANG LINGKUP NO

1
2

Kerjasama Lintas Sektor dan Kebijakan


Pemerintah setempat 6

10

11

12
INSTRUMEN KAJI TIRU PENGELOLAAN PROGRAM KESEHATAN JIWA DI KABUPATEN LAMONGAN

PERTANYAAN

Bagaimana gambaran pelaksanaan kegiatan deteksi dini masalah


gangguan kesehatan jiwa baik di dalam maupun di luar gedung pada
setiap puskesmas di kabupaten Lamongan?

Bagaimana pelaksanaan program kesehatan jiwa di masing-masing


Puskesmas di kabupaten Lamongan baik di dalam maupun luar gedung?

Bagaimana mekanisme pemberian obat jiwa untuk FKTP yang ada di


Kabupaten Lamongan?

Bagaimana upaya yang dilakukan dalam menjamin keberlangsungan


ketersediaan obat-obatan? Mengingat tatalaksana pasien ODGJ bersifat
jangka panjang

Bagaimana alur penegakan diagnosis pasien jiwa? Mengingat


keterbatasan kewenangan dokter umum di puskesmas

Apakah ada pelayanan khusus jiwa di Puskesmas, pengaturan waktunya,


penatalaksanaan kasus dan apakah ada kerjasama dengan Spesialis Jiwa
sebagai konsultan?

Apa perbedaan dokter umum dan GP Plus ?

Sejauh mana peran GP Plus di puskesmas dalam penanganan kasus jiwa?

pelatihan atau sertifikasi apa saja yang harus diperoleh GP Plus?

Bagaimana Teknis penerapan metode kesehatan jiwa berbasis keluarga?

Bagaimana kondisi kegawatdaruratan psikiatrie dan langkah yang


dilakukan keluarga?

bagaimana cara perawatan dan pemberdayaan ODGJ?

Keterampilan apa saja yang diberikan untuk pasien yang sudah bebas
pasung ? Seberapa efektif pelatihan tersebut bagi ODGJ untuk
mendapatkan pekerjaan ?
Siapa yang melaksanakan pendekatan kepada keluarga?
bagaimana langkah2 pendekatan kepada pihak keluarga ODGJ yang tidak
menerima kondisi ODGJ ?
Bagaimana membuat keluarga pasien ODGJ yg belum tersentuh
pengobatan akhirnya mau mengobati anggota keluarganya yg ODGJ
tersebut?

Tantangan apa saja yang dihadapi dalam penanganan kesehatan jiwa


berbasis keluarga? Mengingat seringkali keluarga merasa malu dan
hasilnya tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat
Bagaimana tindakan pra-rujukan yang dilakukan FKTP jika ada pasien
ODGJ mengamuk?

Bagaimana alur penanganan pasien jiwa khusus dan tanpa identitas?

Bagaimana cara penanganan OGDJ berat yang tidak memiliki identitas


kependudukan maupun keluarga? Apakah ada rumah penampungan
khusus? Sehingga memudahkan pemantauan dan pelaksanaan kegiatan
ODGJ prosus?

Bagaimana teknis dilapangan tim bebas pasung dengan penanganan odgj


yang dipasung? Apakah sama dengan tim teknis penanganan kesehatan
jiwa?

Bagaimana efektivitas kegiatan PIS-PK melalui pendataan KS di


kabupaten lamongan khususnya di PKM dalam penemuan kasus jiwa
termasuk kasus pasung?

upaya apa saja yang

telah dilakukan untuk mencegah terjadinya penemuan kasus baru ODGJ


selain menangani pasien yang dipasung?

Bagaimana memonitoring kegiatan kesehatan jiwa dalam inovasi


tersebut? Selain dengan menggunakan WA dan kunjungan langsung,
apakah ada aplikasi khusus keswa untuk pelaporannya?

Adakah instrumen khusus yang dimiliki untuk melakukan evaluasi


pelaksanaan inovasi di puskesmas?
Bagaimana metode penggunaan KMS Jiwa, indikator, penilaian KMS
jiwa?
Apakah inovasi ini boleh diadopt di daerah lain termasuk Bandung
dengan modifikasi sesuai dengan kondisi daerah lain ?

Apakah Griya mandiri selaku wadah untuk melatih ODGJ ini dijalankan
oleh pemerintah atau milik pribadi / swasta ? Apakah ada kriteria atau
syarat khusus sehingga ODGJ tersebut bisa mendapatkan pelatihan ?
Langkah apa yang dilakukan dalam menangani ODGJ Progsus yang tidak
memiliki tempat tinggal atau ditelantarkan oleh keluarga?

Apakah pemberian obat jiwa dilakukan di Puskesmas ? Apakah


melibatkan dokter spesialis dalam proses rujuk dan rujuk balik ?

Bagaimana cara meningkatkan minat pelayanan keswa di Puskesmas


untuk pasien-pasien yang terbiasa kontrol ke RS/ Klinik Jiwa ? Terutama
bagi pasien jiwa yang merasa lebih cocok dengan penanganan dokter di
RS.

Bagaimana bentuk bimtek mengenai Kesehatan Jiwa Dinkes Kabupaten


terhadap Puskesmas

PERTANYAAN

Apa saja pelayanan yg diberikan pada posyandu jiwa? Bagaimana teknis


pelaksanaan pelayanannya ?

Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk membentuk kader kesehatan


jiwa?

Bagaimana mekanisme kerja, dan kegiatan apa yang dilaksanakan di


Posyandu Jiwa ? Apakah selalu didampingi oleh petugas Puskesmas atau
pelayanan hanya dilakukan kader kesehata jiwanya sendiri ?

Siapa yg menjadi sasaran posyandu jiwa, apa indikator kinerja posyandu


jiwa yg digunakan?
Adakah integrasi posyandu jiwa dengan posbindu PTM? jika ada,seperti
apa alur dan teknis nya?
Kegiatan apa saja yg dilakukan di posy jiwa selain penyuluhan dan
screening/deteksi dini, sasaran apakah sama dg posy PTM ?
Upaya apa saja yang sudah dilakukan untuk menghilangkan stigma di
masyarakat tentang gangguan jiwa?
Apakah kader mendapatkan pelatihan khusus ? apa saja materi yang
diberikan pada pelatihan tersebut dan sampai mana kewenangan kader
tersebut terhadap klien?

Adakah SK Khusus bagi kader kesehatan jiwa? Jika ada, apakah kami
boleh mendapatkan copyan SK tersebut ? Apa kader tersebut
memperoleh insentif khusus utk kegiatan tersebut?
Dari anggaran apakah sumber pendanaan posyandu jiwa ?

PERTANYAAN

Apa saja kiat-kiat yang telah dilakukan dalam pendekatan/advokasi pada


lintas sektor mengenai program Lesung Si Panji sehingga dapat
memberikan dukungan penuh dalam kasus-kasus kesehatan jiwa,
terutama untuk kasus psikotik jalanan?
Pendekatan apa yang dilakukan di masyarakat dan lintas sektor dalam
memanusiakan pasien jiwa dan bebas pasung?

Monev ke Puskesmas ada dilakukan, lalu bagaimana Monev ditingkat


lintas sektor, tolak ukur yg digunakan untuk menilai keberhasilan
kerjasama lintas sektor apa?

Apakah ada semacam instruksi /perintah khusus dari pimpinan daerah


kepada pimpinan SKPD terkait dengan program inovasi /Pimpinan
wilayah?

Keterlibatan institusi pendidikan apakah frekuensinya berlangsung terus


menerus dengan MOU/PKS khusus atau hanya dilakukan pada saat
pelaksanaan kegiatan mahasiswa praktek lapangan?

Apa saja upaya/kegiatan yang dilakukan untuk meyakinkan lintas sektor


& masyarakat bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan masalah yang
penting & membutuhkan kerjasama sektoral untuk menyelesaikannya
bersama-sama sehingga perlu menjadikannya salah satu prioritas?

Apakah lesung panji dalam perjalanannya dari tahun 2013 berkolaborasi


untuk pelayanan psikotik jalanan juga? untuk pasien psikotik non pasung
bagaimana bentuk kolaborasinya?

Bagaimana peran rumah sakit jiwa yg ada disana dalam mendukung


program lesung si panji?

Bagaimana cara inisiasi penanganan masalah kesehatan jiwa di tingkat


Kecamatan oleh puskesmas?

Bagaimana SOP dan alur penanganan ODGJ berat? Adakah keterlibatan


lintas sektor dalam penaggulangan hal tsb?
Apakah sudah dibentuk TPKJM tingkat kecamatan ? Bagaimana peran
TPKJM dalam penanganan masalah kesehatan jiwa masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas ?

Apakah ada inovasi lain yang dibuat oleh aparat kewilayahan/lintas


sektor di tingkat kecamatan terkait inovasi kesehatan jiwa ?
KESEHATAN JIWA DI KABUPATEN LAMONGAN

HASIL KAJI TIRU / KONDISI DI KABUPATEN


KONDISI DI KOTA BANDUNG
LAMONGAN

Menggunakan instrumen SDQ dan skrining jiwa 2


menit. Dilakukan di dalam gedung Puskesmas,
Posbindu dan SMA. Belum dilakukan secara
optimal oleh semua UPT Puskesmas.

Program kesehatan jiwa dilaksanakan meliputi


penyuluhan, skrining jiwa, pelayanan pasien.
Tetapi masih ada kendala dalam penanganan
Gelsi dan ODGJ pasca perawatan RS

Obat jiwa diberikan sebagai tindak lanjut


penanganan spesialis jiwa (rujuk balik), meski
belum optimal. Tidak Semua UPT Puskesmas bisa
menyediakan dikarenakan tidak memiliki tenaga
apoteker.

Obat-obatan yang disediakan merupakan obat


program dropping dari Dinkes Provinsi Jawa
Barat.

Dokter Puskesmas di Kota Bandung menegakkan


diagnosis awal lalu merujuk ke FKRTL

Di kota Bandung pelayanan pasien jiwa


bersamaan dengan pelayanan pasien rawat jalan
umum. Ada pelayanan kunjungan rumah melalui
kegiatan Perkesmas dan layad rawat.

Di Puskesmas kota Bandung tenaga dokter


umum. Ada beberapa yang dilatih kesehatan
jiwa.

Di kota Bandung tidak ada istilah GP Plus

Di kota Bandung tidak ada istilah GP Plus

Di kota Bandung belum berjalan

Kegawatdaruratan ditangani dulu di Puskesmas


lalu dirujuk ke RSJ
ODGJ dirawat keluarga, sebagian ada yang
ditelantarkan/ dikurung. Pemberdayaan ODGJ
belum berjalan.

Masih ada stigma dari keluarga dan masyarakat


sekitar
Tenaga Puskesmas dan kader

Dilakukan edukasi oleh petugas Puskesmas

Dilakukan edukasi oleh petugas Puskesmas

Stigma terhadap ODGJ baik dari masyarakat


sekitar, maupun dari keluarga.

Ditangani sesuai kemampuan puskesmas, lalu


dirujuk ke klinik utama atau RSJ

Bekerja sama dengan kewilayahan dan Dinsos


untuk mendapatkan surat pengantar /
rekomendasi pembiayaan di RS. Setelah pulang
perawatan ditampung

ODGJ berat tanpa identitas ditampung di rumah


singgah / Puskesos

Belum ada tim khsusus untuk bebas pasung

Kegiatan PIS PK mendata ODGJ di rumah, tapi


sebagian besar Puskesmas belum
mengintegrasikan data dengan program Jiwa

Melakukan penyuluhan dan skrining masalah


kesehatan jiwa baik di dalam maupun luar
gedung Puskesmas

Kota Bandung belum ada inovasi terkait masalah


penanganan jiwa

Kota Bandung belum ada inovasi terkait masalah


penanganan jiwa

Kota Bandung belum ada pemanfaatan KMS Jiwa

Kota Bandung belum ada inovasi terkait masalah


penanganan jiwa
Kota Bandung belum ada inovasi terkait masalah
penanganan jiwa

Belum ada Griya Mandiri, baru ada Puskesos /


rumah singgah
sebagian ODGJ yang telantar dikirim ke rumah
singgah / Puskesos milik Dinsos.

Obat jiwa diberikan sebagai tindak lanjut


penanganan spesialis jiwa (rujuk balik), meski
belum optimal. Tidak Semua UPT Puskesmas bisa
menyediakan dikarenakan tidak memiliki tenaga
apoteker.

Pukesmas lebih banyak melakukan pelayanan


rujukan kasus jiwa ke Klinik utama dan RS Jiwa.

Pembinaan dilakukan melalui pertemuan


penanggungjawab program kesehatan jiwa dan
monev ke Puskesmas.
HASIL KAJI TIRU / KONDISI DI KABUPATEN
KONDISI DI KOTA BANDUNG
LAMONGAN

Belum ada posyandu jiwa

Belum ada posyandu jiwa

Belum ada posyandu jiwa

Belum ada posyandu jiwa

Posbindu PTM sudah ada , tetapi posyandu jiwa


belum ada

Belum ada posyandu jiwa

Belum ada posyandu jiwa

Belum ada kader jiwa

Belum ada kader jiwa

Belum ada posyandu jiwa


HASIL KAJI TIRU / KONDISI DI KABUPATEN
KONDISI DI KOTA BANDUNG LAMONGAN

melakukan pertemuan/ rapat koordinasi lintas


sektor tingkat kota dan kecamatan
melakukan edukasi dan pendekatan kepada
keluarga. Kerja sama antara puskesmas, lintas
sektor kecamatan dan Dinas sosial.

Belum ada mekanisme monev di tingkat lintas


sektor

belum ada inovasi terkait kesehatan jiwa

Institusi pendidikan belum terlibat khusus dalam


penanganan masalah gangguan jiwa

melakukan pertemuan/ rapat koordinasi lintas


sektor tingkat kota dan kecamatan

Kolaborasi dalam penanganan kasus jiwa belum


berjalan optimal

Rumah sakit jiwa menerima rujukan dan


dilibatkan sebagai narasumber dalam kegiatan
peningkatan kompetensi petugas Puskesmas

Puskesmas melakukan advokasi kepada


kecamatan mengenai masalah kesehatan jiwa
yang dihadapi.
Lintas sektor sudah dilibatkan, meski belum
optimal di semua wilayah.
Sudah dilakukan pertemuan lintas SKPD tingkat
kota, SK TPKJM tingkat kota dalam proses di
pemkot.

Belum ada

Anda mungkin juga menyukai