Anda di halaman 1dari 54

Laporan Pendahuluan Dan Askep Minggu Ke-2

Kasus DM Tipe II

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : PKK KMB I
Dosen Pengampu : Elny Lorensi Silalahi,M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Nadia Sindy Preety Silaen


NIM : P07520220026
Kelas : 3A S.Tr Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023

1
FORMAT PRAKTEK KLINIK KMB I

Laporan Pendahuluan

Tempat Praktik : RS Sundari Laporan Minggu Ke : II


Ruangan : Mawar Judul Kasus : DM Tipe II
Tanggal Praktik : 10 Oktober 2022

I. KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Diabetes mellitus (DM) Tipe II adalah penyakit Hiperglikemia akibat


insensitivitas sel-sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun
atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel
beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
(PERKENI, 2015 dan ADA, 2017).
Diabetes Mellitus tipe II adalah kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Hermayudi dan
Ariani,2017).
Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) atau disebut sebagai Non Insulin-
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan salah satu tipe DM akibat dari
insensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin relatif
yang menyebabkan hiperglikemia (American).

B. Etiologi
Diabetes Mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel dan resistensi
insulin. Resisten Insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperglikemia kronik dan
dalam jangka panjang dapat terjadi komplikasi yang serius. Secara keseluruhan
gangguan ini bersifat merusak dan memburuk secara progresif dengan
berjalannya waktu (Raymond, 2016).

2
Sel ᵦ yang tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan
ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada ransangan glukosa, keadaan
inilah yang menyebabkan adanya keterlambatan sekresi insulinyang cukup untuk
menurunkan kadar glukosa postprandial pada jaringan perifer seperti jaringan
lemak dan jaringan otot (Raymond, 2016).

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala DM Tipe II antara lain:

a) Poliuri (Peningkatan pengeluaran urin)


Peningkatan pengeluaran urine mengakibatkan glikosuria karena glukosa
darah sudah mencapai kadar “ambang ginjal”, yaitu 180 mg/dL pada ginjal
yang normal. Dengan kadar glukosa darah 180 mg/dL, ginjal sudah tidak bisa
mereabsobsi glukosa dari filtrat glomerulus sehingga timbul glikosuria.
Karena glukosa menarik air, osmotik diuresis akan terjadi mengakibatkan
poliuria (Anggit, 2017).

b) Polidipsia (Peningkatan rasa haus)


Peningkatan pengeluaran urine yang sangat besar dapat menyebabkan
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma
yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran
ADH (Antidiuretic Hormone) dan menimbulkan rasa haus (Anggit, 2017).

c) Polifagia (Peningkatan rasa lapar)


Sel tubuh mengalami kekurangan bahan bakar sehingga pasien merasa
sering lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh
semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi
(PERKENI, 2015).

d) Rasa lelah dan kelemahan otot


Rasa lelah dan kelemahan otot terjadi karena katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan organ tubuh untuk menggunakan glukosa
sebagai energysehingga hal ini membuat pasien dengan diabetesmellitus
sering merasa lelah (Anggit, 2017).

3
e) Berat badan turun
Turunnya berat badan pada pasien dengan diabetes melitus disebabkan
karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak danprotein sebagai
energi (Anggit, 2017).

D. PATOFISIOLOGI

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin. Pada diabetes mellitus tipe II jumlah insulin kurang (Defisiensi Insulin)
dan jumlah reseptor insulin dipermukaan sel berkurang. Sehingga jumlah glukosa
yang masuk ke dalam sel berkurang (Resistensi insulin). Keadaan ini
menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga
terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan keadaan hiperglikemi ini,
karena ambang batas reabsorpsi ginjal untuk gula darah adalah 180 mg/dL bila
melebihi ambang batas ini, ginjal tidak bisa menyaring dan mereabsorpsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehingga kelebihan glukosa dalam tubuh
dikeluarkan bersama dengan urin yang disebut dengan glukosuria.
Glukosuria menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang ditandai dengan
pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Poliuria pada pasien DM
mengakibatkan terjadinya dehidrasi intraseluler. Hal ini merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan
banyak minum (Polidipsia). Glukosa
yang hilang melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa
yang akan diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang
menyebabkan pasien DM banyak makan (Polifagia) sebagai kompensasi terhadap
kebutuhan energi, pasien akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada
kompensasi terhadap kebutuhan energi.
Menurunnya transport glukosa ke sel menyebabkan terjadinya katabolisme
glikogen, lemak dan protein yang menyebabkan pasien DM sering mengalami
kelelahan dan kelemahan otot, terlalu banyak pemecahan lemak dapat
meningkatkan produksi keton yang menyebabkan peningkatan keasaman darah
(Asidosis). Defisiensi insulin mempengaruhi sintesis protein menyebabkan
penurunan anabolisme protein sehingga menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan resiko infeksi pada pasien dengan diabetes melitus. Keadaan
hiperglikemia dapat juga menyebabkan peningkatan viskositasdarah dan angiopati
diabetik sehingga suplai O2 dan nutrisi ke jaringan akan berkurang menyebabkan
terjadinya komplikasi kronik diabetik, mikroangiopati dan makroangiopati.

4
Terjadinya komplikasi pada pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh dua
hal, ketidaktahuan pasien dalam pencegahan maupun perawatan dan
ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang dibeikan oeh tenaga
kesehatan, seperti diit, latihan fisik, pengobatan dan monitoring kadar glukosa
darah (Anggit, 2017), (Brunner & Suddart, 2015), (Nanda NIC NOC, 2015) dan
(Rohmawardani, 2018)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Pemeriksaan gula darah terkait DM Tipe IImenurut


Black & Jane (2014) adalah sebagai berikut:
a) Kadar Glukosa Darah Puasa
Sampel kadar glukosa darah puasa diambil saat klien tidak makan makanan
selain minum air paling tidak 8 jam. Sampel darah ini secara umum
mencerminkan kadar glukosa dari produksi hati. Jika klien mendapatkan cairan
dektrosa intravena (IV), hasil pemeriksaan darah harus di analisis dengan hati-
hati. Pada klien yang diketahui memiliki DM Tipe II, makanan dan insulin tidak
diberikan sampai sampel diperoleh. Nilai normal antara 110-125 mg/d1
mengindikasikan intoleransi glukosa puasa, pengukuran kadar glukosa darah
puasa memberikan indikasi paling baik dari keseluruhan homoestatis glukosa dan
metode terpilih.

b) Kadar Glukosa Darah Sewaktu


Klien mungkin juga juga didiagnosis DM Tipe II berdasarkan manifestasi
klinis dan kadar glukosa darah sewaktu >200mg/d1. Sampel glukosa darah
sewaktu-waktu tanpa puasa, peningkatan kadar glukosa darah mungkin terjadi
setelah makan, situasi penuh stress, dan dalam sampel yang diambil dari lokasi IV
atau dalam kasus DM.
c) Kadar Glukosa Darah Setelah Puasa

Kadar glukosa darah setelah makan dapat juga diambil dan digunakan untuk
mendiagnosis DM Tipe II. Kadar glukosa darah setelah makan diambil setelah 2
jam makan standar dan mencerminkan efisiensi glukosa yang diperantarai insulin
oleh jaringan perifer. Secara normal, kadar glukosa darah seharusnya kembali ke
kadar puasa setelah 2 jam. Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan >200mg/d1
selama tes toleransi glukosa oral (OGTT) memperkuat diagnosis DM.

5
1) Uji Laboratorium Terkait DM

a) Kadar Hemoglobin Glikosilase


Glukosa secara normal melekat dengan sendirinya pada molekul hemoglobin
dalam sel darah merah. Sekali melekat, glukosa ini tidak dapat dipisahkan, oleh
karena itu lebih tinggi kadar glukosa darah, kadar hemoglobin glikosilase juga
lebih tinggi rendah palsu. Kadar Albumin Glikosilase.
Glukosa juga melekat pada protein, albumin seraca primer. Konsentrasi
albumin glikosilase (fruktosamin) mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata
lebih dari 7-10 hari sebelumnya. Pengukuran ini bermanfaat ketika penentuan
glukosa darah rata-rata jangka pendekdiperlukan.

b) Kadar Connecting Peptide (C-Peptide)


Ketika proinsulin diproduksi oleh sel beta pankreas sebagian dipecah oleh
enzim, 2 produk terbentuk, insulin dan C-peptide. Oleh karena itu C-peptide dan
insulin dibentuk dalam jumlah yang sama, pemerikaan ini mengindentifikasikan
jumlah produksi insulin endogen. Klien dengan DM tipe 1 biasanya memiliki
konsentrasi C-peptide rendah atau tidak ada, klien dengan DM tipe 2 cenderaung
memiliki kadar normal atau peningkatan C-peptide.

c) Ketonuria
Kadar keton urine dapat dites dengan tablet atau dipstrip oleh klien. Adanya
keton dalam urine disebut ketonuria. Mengidentifikasi bahwa tubuh memakai lemak
sebagai cadangan utama energi, yang mungkin
menyebabkan ketoasidosis. Hasil pemeriksaan yang menunjukkan perubahan warna,
mengindikasi adanya keton. Semua klien dengan DM seharusnya memeriksakan
keton selama sakit atau stress, ketika kadar glukosa darah naik >20mg/d1, dan ketika
hamil atau memiliki bukti ketoasidosis misalnya mual, muntah, atau nyeri perut.

d) Proteinuria
Mikroalbuminuria mengukur jumlah protein di dalam urine (proteinuria)
secara mikroskopis. Adanya protein (mikroalbuminuria) dalam urine adalah gejala
awal dari penyakit ginjal. Pemeriksaan urine untuk albuminuria menunjukkan
nefropati awal, lama sebelum hal ini akan terbukti pada pemeriksaan urine rutin.

e) Pemeriksaan Gula Darah Sendiri (PGDS)


Kunci manajemen DM adalah menjaga kadar glukosa darah sedekat
mungkin ke normal atau dengan jarak target yang disepakati oleh klien dan
penyedia pelayanan kesehatan. Pemantauan glukosa darah sendiri memberikan
umpan balik segera dan data pada kadar glukosa darah. PGDS direkomendasikan
untuk semua klien DM, tanpa memperhatikan apakah klien dengan DM tipe 1,
tipe 2, dan DM gestasional.

6
PGDS sebuah cara untuk mengetahui bagaimana tubuh berespon terhadap
makanan, insulin, aktivitas, dan stress. Bagi kebanyakan DM tipe 1 dan
perempuan hamil yang mendapat insulin, PGDS direkomendasikan >3 hari sekali.
Tes seharusnya dilakukan sebelum tidur dan sebelum makan dan mungkin pada
pertengahan malam (jam 3 pagi). Bagi DM tipe 2, fekuensi dan waktu PGDS
disepakati bersama antara klien dan penyedia pelayanan kesehatan.
Jika klien dengan DM tipe 2 mendapat obat-obatan oral, PGDS tidak
dimonitor sesering klien DM tipe 1 yang mendapat insulin. Waktu ekstra untuk
PGDS seharusnya ketika memulai obat baru atau insulin, ketika memulai obat yang
mempengaruhi kadar glukosa darah (steroid), ketika sakit atau dibawah
stress/tekanan, ketika menduga bahwa kadar glukosa terlalu tinggi/sebaliknya,
ketika kehilangan atau penambahan berat badan, ketika ada perubahan dosis obat,
rencana diet, rencana aktivitas fisik.

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan


keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Secara garis besar penatalaksanaan dilakukan dengan :
1)Pengelolaan makan
Diet yng dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah lemak
jenuh, dan tinggi serat. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat
badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan
diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak
glukosa darah yang tinggi setelah makan. Pengaturan pola makan dapat
dilakukan berdasarkan3J yaitu jumlah, jadwal dan jenis diet.

2)Latihan Fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu
kurang lebih selama 30 menit), jeda antar latihan jasmani tidak lebih dari 2
hari berturut-turut. Latihan jasmani merupakan
salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,
sehingga memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud
adalah jalan, bersepeda santai, jogging atau berenang. Sebelum melakukan
latihan jasmani dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah.
Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda
latihan jasmani.

7
3) Monitor Kadar Gula Darah
Pemantauan DM merupakan pengendalian kadar gula darah mencapai kondisi
senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar glukosa darah maka akan
terhindar dari keadaan hiperglikemia dan hipoglikemia serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hasil Diabetes Control And Complication Trial
(DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian diabetes yang baik dapat
mengurangi komplikasi diabetes antara 20-30%. Prosedur pemantauan
glukosa darah adalah:
1) Tergantung dari tujuan pemeriksaan tes dilakukan pada waktu

a) Sebelum makan.

b) 2 jam sesudah makan (postpradial).

c) Sebelum tidur malam (pada jam 22.00).

2) Pasien dengan kendali buruk atau tidak stabil dilakukan tessetiap hari.
3) Pasien dengan kendali baik atau stabil sebaiknya tes tetap dilakukan secara
rutin. Pemantauan dapat dilakukan lebih jarang (minggu sampai bulan)
apabila pasien terkontrol baik secara konsisten.
4) Pemantauan glukosa darah pada pasien yang mendapat terapi insulin,
ditujukan juga untuk penyesuaian dosis insulin dan memantau timbulnya
hipoglikemia.
5) Tes lebih sering dilakukan pada pasien yang melakukan aktivitas tinggi,
pada keadaan krisis atau pada pasien yang sulit mencapai target terapi
(selalu tinggi atau sering mengalami hipoglikemia), juga pada saat
perubahan dosis terapi (PERKENI, 2015).

2) Terapi

Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi.
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai dengan
dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah (PERKENI, 2015).

8
II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu di data biodata pasiennya
dan data-data lain untuk menunjang diagnosa. Data-data tersebut harus yang seakurat-akuratnya, agar dapat di
gunakan dalam tahp berikutnya. Misalnya meliputi nama pasien, umur, keluhan utama, dan masih banyak
lainnya.
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang
sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti Infart miokard
Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
b. Pengkajian Pola Gordon
1. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena
kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi
yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan
perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko
Kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair, journal februari 2011).
2. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak
dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering
kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif
tidak ada gangguan.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea
pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan
kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
5. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga klien mengalami
kesulitan tidur.
6. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka
terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan .
7. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (
self esteem ).
8. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari
pergaulan.
9. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses
ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan
nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
10. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif / adaptif.
11. Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak
menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

c. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda
vital.
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
2. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit
di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/
hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit diabetes militus:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan insulin, makanan dan
aktivitas jasmani.
2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang pengetahuan tenatang manajemen diabetes
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (DM).
4. Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energi berat akibat kadar gula darah tinggi.
5. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka gengrene).
6. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer.
7. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus).
8. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan b.d kurangnya
informasi
9. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

C.INTERVENSI

NO DIAGNOSA Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Ketidakseimbanga Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
n nutrisi, kurang keperawatan, diharapkan Definisi : menyediakan dan
dari kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. meningkatkan intake nutrisi yang
tubuh Kriteria Hasil: seimbang
1. Asupan makanan dan Aktivitas :
cairan dari skala 2 1. Instruksikan kepada pasien
ditingkatkan menjadi mengenai kebutuhan nutrisi
skala 4 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis
2. Memilih makanan yang nutrisi yang dibutuhkan oleh
sesuai dengan diet yang pasien untuk memenuhi
ditentukan kebutuhan gizi
3. Memilih minuman yang 3. Ciptakan lingkungan yang
sesuai dengan diet yang optimal pada saat mengkonsumsi
ditentukan makanan
4. Intake nutrisi yang 4. Monitor kalori dan asupan
sesuai dengan kebutuhan makanan pasien
individu 5. Monitor kecenderungan
terjadinya kenaikan atau
penurunan berat badan pada
pasien

2 Resiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hiperglikemi


ketidakstabilan keperawatan, diharapkan 1. Monitor kadar gula daraah,
kadar glukosa darah ketidakstabilan kadar glukosa sesuai indikasi
darah normal. 2. Monitor tanda dan gejala
Kriteria Hasil: hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
1. Glukosa darah dari skala polifagi, kelemahan, latergi,
2 ditingkatkan menjadi malaise, pandangan kabur atau
skala 4 sakit kepala.
3. Monitor ketourin, sesuai indikasi.
2. Memantau glukosa 4. Brikan insulin sesuai resep
darah dari skala 2 5. Dorong asupan cairan oral
(jarang menunjukkan) 6. Batasi aktivitas ketika kadar
ditingkatkan menjadi glukosa darah lebih dari
skala 4 (sering 250mg/dl, khusus jika ketourin
menunjukkan) terjadi
7. Dorong pemantauan sendiri
kadar glukosa darah
8. Intruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai manajemen
diabetes
9. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet
dan regimen latihan
Pengajaran: Peresepan Diet (5614)
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai diet yang disarankan
2. Kaji pola makan pasien saat ini
dan sebelumnya, termasuk
makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu makanan
yang sesuai
5. Libatkan pasien dan keluarga
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Pengecekan Kulit
perfusi jaringan keperawatan, diharapkan 1. Gunakan alat pengkajian untuk
perifer ketidakefektifan perfusi mengidentifikasi pasien yang
jaringan perifer pasien dapat berisiko mengalami kerusakan
berkurang. kulit.
Kriteria Hasil:
1. Parestesia dari skala 2 2. Monitor warna dan suhu kulit
(cukup berat) 3. Periksa pakaian yang terlalu
ditingkatkan menjadi ketat
skala 4 (ringan)
2. Asites dari skala 2 4. Monitor kulit dan selaput lendir
(cukup berat) terhadap area perubahan warna,
ditingkatkan menjadi memar, dan pecah.
skala 4 (ringan) 5. Ajarkan anggota
3. Parestsia dari skala 2 kelurga/pemberi asuhan
(cukup berat) mengenai tanda-tanda kerusakan
ditingkatkan menjadi kulit, dengan tepat.
skala 4 (ringan)
4. Pembentukan bekuan Manajemen Sensasi Perifer
dari skala 2 (deviasi 1. Monitor sensasi tumpul atau
cukup besar dari tajam dan panas dan dingin (yang
kisaran normal) dirasakan pasien)
ditingkatkan menjadi 2. Monitor adanya Parasthesia
skala 4 (deviasi ringan dengan tepat
dari kisaran normal) 3. Intruksikan pasien dan keluarga
5. Suhu tubuh dari skala 2 untuk memeriksa kulit setiap
(deviasi cukup besar harinya
dari kisaran normal) 4. Letakkan bantalan pada
ditingkatkan menjadi bagian tubuh yang terganggu
skala 4 (deviasi ringan untuk melindungi area
dari kisaran normal) tersebut
Perawatan Kaki
1. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai perawatan
kaki rutin
2. Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai pentingnya perawatan
kaki
3. Periksa kulit untuk mengetahui
adanya iritasi, retak, lesi, dll
4. Keringkan pada sela-sela jari
dengan seksama
4 Keletihan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
keperawatan, diharapkan 1. Kaji status fisiologis pasien yang
keletihan pada pasien dapat menyebabkan kelelahan
dikurangi. 2. Anjurkan pasien mengungkapkan
Kriteria Hasil : perasaan secaraverbal mengenai
keterbatasan yang dialami
1. Mempertahankan intake 3. Tentukan persepsi pasien/orang
nutrisi yang cukup dari terdekat dengan pasien mengenai
skala 2 (jarang penyebab kelelahan
menunjukkan) 4. Pilih intervensi untuk mengurangi
ditingkatkan menjadi kelelahan baik secara farmakologis
skala 4 (sering maupun nonfarmakologis
menunjukkan)
Manajemen Nutrisi
2. Kekuatan tubuh bagian 1. Tentukan status gizi pasien dan
atas dari skala 2 (banyak kemampuan pasien untuk
terganggu) ditingkatkan memenuhi kebutuhan gizi
menjadi skala 4 (sedikit 2. Intruksikan pasien mengenai
terganggu) kebutuhan nutrisi
3. Atur diet yang diperlukan
3. Kekuatan tubuh bagian 4. Anjurkan pasien mengenai
bawah dari skala 2 modifikasi diet yang diperlukan
(banyak terganggu) 5. Anjurkan pasien terkait dengan
ditingkatkan menjadi kebutuhan diet untuk kondisi
skala 4 (sedikit sakit.
terganggu)

4. Kelelahan dari skala 2


(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)

5. Kehilangan selera
makan dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)

6. Penurunan energi dari


skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)

7. Perubahan status nutrisi


dari skala 2 (cukup
besar) ditingkatkan
menjadi skala 4 (ringan)

5 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Pengecekan kulit


jaringan keperawatan, diharapkan 1. Gunakan alat pengkajian untuk
kerusakan integritas jaringan mengidentifikasi pasien yang
dapat berkurang. berisiko mengalami kerusakan
Kriteria Hasil: kulit.

1. Kekuatan nadi dorsal 2. Monitor warna dan suhu kulit


pedis kanan dari skala 2
(deviasi cukup besar 3. Periksa pakaian yang terlalu
dari kisaran normal) ketat
ditingkatkan menjadi 4. Monitor kulit dan selaput lendir
skala 4 (deviasi ringan terhadap area perubahan warna,
dari kisaran normal) memar, dan pecah.
2. Kekuatan nadi dorsal 5. Ajarkan anggota
pedis kiri dari skala 2 kelurga/pemberi asuhan
(deviasi cukup besar mengenai tanda-tanda kerusakan
dari kisaran normal) kulit, dengan tepat.
ditingkatkan menjadi
skala 4 (deviasi ringan
dari kisaran normal)

3. Pengisian kapiler jari


dari skala 2 (deviasi
yang cukup besar dari
kisaran normal)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (deviasi ringan
dari kisaran normal)

4. Pengisian kapiler jari-


jari kaki dari skala 2
(deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal) ditingkatkan
menjadi skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran
normal)

5. Perfusi jaringan dari


skala 2 (banyak
terganggu) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sedikit
terganggu)

6. Integritas kulit dari skala


2 (banyak terganggu)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sedikit
terganggu)

7. Memperkirakan kondisi
tepi luka dari skala 2
(terbatas) dotingkatkan
menajdi skala 4 (besar)

6. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri


keperawatan, diharapkan Definisi : Pengurangan atau reduksi
nyeri akut pada pasien nyeri sampai pada tingkat
berkurang. kenyamanan yang dapat diterima
Kriteria Hasil: oleh pasien.
Aktivitas :
1. Mengenali kapan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
terjadi dari skala 2 komprehensif terhadap pasien
(jarang menunjukkan) 2. Observasi adanya petunjuk
ditingkatkan menjadi nonverbal mengenai
skala 4 (sering
menunjukkan) ketidakanyamanan
3. Gali pengetahuan dan
2. Menggambarkan faktor kepercayaan pasien mengenai
penyebab dari skala 2 nyeri
(jarang menunjukkan) 4. Evaluasi pengalaman nyeri
ditingkatkan menjadi pasien di masa lalu yang meliputi
skala 4 (sering riwayat nyeri kronik pasien
menunjukkan) ataupun keluarga
3. Nyeri terkontrol dari 5. Tentukan kebutuhan frekuensi
skala 2 (agak puas ) untuk melakukan pengkajian
ditingkatkan menjadi ketidaknyamanan pasien
skala 4 (sangat puas ) 6. Kurangi faktor yang dapat
meningkatkan nyeri pada pasien
4. Tingkat nyeri dipantau 7. Gunakan tindakan pengontrol
secara reguler dari skala nyeri sebelum nyeri pada pasien
2 (agak puas ) bertambah berat
ditingkatkan menjadi 8. Dukung pasien untuk istirahat
skala 4 (sangat puas ) atau tidur untuk menurunkan
rasa nyeri
7 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi
keperawatan, diharapkan Definisi: Meminimalkan Infeksi
tidak terjadi infeksi pada 1. Ganti peralatan perawatan per
pasien. pasien sesuai protokol institusi
Kriteria Hasil: 2. Anjurkan pasien mengenai teknik
mencuci tangan dengan tepat
1. Mengenali tanda dan 3. Pastikan penanganan aseptik dari
gejala yang semua saluran IV
mengindikasikan risiko
Perlindungan Infeksi
dari skala 2 (jarang Definisi: Pencegahan dan deteksi
mnunjukkan) dini infeksi pada pasien beresiko
ditingkatkan menjadi 1. Monitor kerentanan terhadap
skala 4 (sering infeksi
menunjukkan) 2. Berikan perawatan klit yang tepat
2. Memonitor perubahan Periksa kulit dan selaput lendir
status kesehatan skala 2 untuk adanya kemerahan,
(jarang mnunjukkan) kehangatan ektrim, atau drainase
ditingkatkan menjadi 3. Ajarkan pasien dan keluarga
skala 4 (sering bagaimana cara menghindari
menunjukkan) infeksi

3. Mengidentifikasi faktor
risiko dari skala 2
(jarang mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)

4. Mengenali faktor risiki


skala 2 (jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)

8 Defisiensi Setelah dilakukan asuhan Fasilitasi Pembelajaran


pengetahuan keperawatan, diharapkan 1. Tekankan pentingnya mengikuti
pengetahuan pasien evaluasi medik, dan kaji ulang
mengenai diabetes mellitus gejala yang memerlukan
tipe 2 bertambah. pelaporan segera ke dokter
Kriteria Hasil: 2. Diskusikam tanda/gejala DM,
contoh polidipsia, poliuria,
1. Pencegahan kelemahan, penurunan berat
hiperglikemia dari skala badan
2 (pengetahuan terbatas) 3. Gunakan bahasa yang umum
ditingkatkan menjadi digunakan
skala 4 (pengetahuan 4. Berikan informasi yang sesuai
banyak) dengan lokus kontrol pasien
2. Prosedur yang harus 5. Berikan informasi sesuai tingkat
diikuti dalam mengobati perkembangan pasien
hoperglikemia dari skala Modifikasi Perilaku
2 (pengetahuan terbatas) 1. Tentukan motivasi pasien untuk
ditingkatkan menjadi perubahan perilaku
skala 4 (pengetahuan 2. Bantu pasien untuk
banyak) mengidentifikasi kekuatan
3. Dukung untuk mengganti
3. Mencari informasi kebiasaan yang tidak diinginkan
tenyang panduan nutrisi dengan kebiasaan yang
baku dari skala 2 (jarang diinginkan
dilakukan) ditingkatkan 4. Tawarkan penguatan yang
menjadi skala 4 (sering positif dalam pembuatan
dilakukan) keputusan mandiri pasien

4. Menggunakan informasi
gizi pada label untuk
menentukan pilihan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)

5. Mengikuti rekomendasi
untuk jumlah makanan
per hari dari skala 2
(jarang menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)

6. Membahas aktivitas
rekomendasi dengan
profesional kesehatan
dari skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)

9 Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pengurangan kecemasan


keperawatan, diharapkan Definisi: Mengurangi tekanan,
ansietas pasien berkurang. ketakutan, firasat, maupun
Kriteria Hasil: ketidaknyamanan terkait dengan
sumber-sumber bahaya yang tidak
1. Tidak dapat beristirahat teridentifikasi
dari skala 2 (cukup Akivitas:
berat) ditingkatkan 1. Gunakan pendekatan yang tenang
menjadi skala 4 (ringan) dan menyakinkan
2. Perasaan gelisah dari 2. Nyatakan dengan jelas harapan
skala 2 (cukup berat) terhadap perilaku klien
ditingkatkan menjadi 3. Pahami situasi krisis yang terjadi
skala 4 (ringan) dari perspektif klien
4. Berikan informasi faktual tekait
3. Gangguan tidur dari diagnosa, perawatan dan
skala 2 (cukup berat) prognosis
ditingkatkan menjadi 5. Berada disisi klien untuk
skala 4 (ringan) meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
4. Menunjukkan proses
6. Dorong keluarga untuk
pikir yang terorganisir
mendampingi klien dengan cara
dari skala 2 (banyak
yang tepat
terganggu) ditingkatkan
7. Berikan objek yang menunjukkan
menjadi skala 4 (sedikit
perasaan aman
terganggu)
8. Puji/kuatkan perilaku yang baik
5. Informasi di berikan secara tepat
tentang perjalanan 9. Identifikasi saat terjadinya
penyakit dari skala 2 perubahan tingkat kecemasan
(agak puas) ditingkatkan 10. Bantu klien mengidentifikasi
menjadi skala 4 (sangat situasi yang memicu kecemasan
puas) 11. Dukung penggunaan mekanisme
koping yang sesuai
6. Informasi di berikan 12. Pertimbangkan kemampuan klien
mengenai respon dalam mengambil keputusan
emosional yang biasa 13. Intruksikan klien untuk
terhadap penyakit dari menggunakan teknik relaksasi
skala 2 (agak puas) 14. Kaji untuk tanda verbal dan non
ditingkatkan menjadi verbal kecemasan
skala 4 (sangat puas) Peningkatan koping
Definisi : Fasilitasi usaha kognitif
untuk meneglola stressor yang
dirasakan, perubahan, atu ancaman
yang mengganggu dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan
peran
Aktivitas:
1. Bantu pasien dalam memecah
tujuan kompleks menjadi lebih
kecil, dan langkah yang dapat
dikelola
2. Dukung sikap pasien terkait
dengan harapan yang realistis
sebagai upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk memahami
prespektif pasien terhadap situasi
4. Kenali latar belakang
budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk
mengklarifikasi kesalahpahaman

D.IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini
perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan
kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan
komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan,
implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.

E. EVALUSI

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Dalam evaluasi keperawatan menggunakan SOAP atau data subjektif, objektif, analisa
dan planning kedepannya. Jika masalah sudah teratasi intervensi tersebut dapat dihentikan, apabila belum
teratasi perlu dilakukan pembuatan planning kembali untuk mengatasi masalah tersebut.
Evaluasi Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah sebagai berikut.
1. Kondisi tubuh pasien stabil, tidak terjadi gangrene, tidak terjadi nyeri
2. Turgor kulit normal, tidak terjadi lesi atau integritas jaringan
3. Tanda-tanda vital normal
4. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
5. Cairan dan elektrolit pasien diabetes normal.
6. Infeksi dan komplikasi tidak terjadi
7. Rasa lelah atau keletihan berkurang/penurunan rasa lelah
8. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi nya yang menderita diabetes melitus, efek
prosedur dan proses pengobatan.
Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan diabetes mellitus dan apabila dari poin satu
sampai dengan poin 8 tersebut sudah tercapai oleh seorang pasien, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
tersebut sudah sehat dan dapat meninggalkan rumah sakit. Tetapi pasien tetap harus memperhatikan kadar
gulu dalam darahnya, dengan cara makan makanan yang sehat, bergizi dan rendah gula.
PATHWAY

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan
FORMAT LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)
PENGKAJIAN

Tempat Praktik : RS Sundari Laporan Minggu Ke : II


Ruangan :Mawar Judul Kasus : DM Tipe II

Tanggal Praktik : 12 Oktober 2022

I. BIODATA

A. IDENTITAS KLIEN

NAMA : Ny. S
JENIS KELAMIN : Perempuan
UMUR : 49 tahun
STATUS KAWIN : Kawin
AGAMA : Islam
PENDIDIKAN : SMA

PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga (IRT)


ALAMAT : Jln.Nusa Indah,Medan Sunggal
TGL MASUK RS : 11 Oktober 2022
NO.REG : 167323
RUANGAN : Mawar
GOL.DARAH : -
TGL.PENGKAJIAN : 11 Oktober 2022
TGL.OPERASI : -
DIAGNOSA MEDIS : DM Tipe II

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


B. PENANGGUNGJAWAB

NAMA : Tn.S
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : Suami

PEKERJAAN : Karyawan Swasta


ALAMAT : Jln.Nusa Indah,Medan Sunggal

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan kaki kesemutan dan mati rasa dan tidak bisa berjalan disertai dengan
badan terasa lemas

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

1. Provocative /palliative
a. Apa penyebabnya :
Pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dengan banyak gula,pasien juga tidak menjaga
pola/menu makanan dan minuman yang dikonsumsi,makanan cemilan yang paling di
gemari pasien adalah cemilan yang manis-manis.

b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :


Ny.S mengatakan jika ia istirahat dapat memperbaiki keadaan nya.

2. Quantity/quality
a. Bagaimana dirasakan :
Kaki sering kesemutan terutama saat setelah duduk bersila atau jongkok dalam waktu
lama.Pasien juga mengaku terkadang tidak terasa sakit jika kakinya tersandung benda.
Pasien juga mengaku adanya keluhan sering haus.

b. Bagaimana dilihat :
Pasien tampak lemas dan lebih banyak melakukan tirah baring

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


3. Region
a. Dimana lokasinya :
Ny.S mengatakan sakit dibagian kaki

b. Apakah menyebar :
Ya

4. Severity (mengganggu aktifitas)


Ny.S mengatakan saat ini penyakitnya mengganggu aktivitasnya untuk melakukan
kegiatan sehari- harinya

5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)


Keluhan kaki kesemutan dan mati rasa dirasakan sejak 1 bulan yang lalu disertai badan
terasa lemas. Ini terjadi karena Ny.S tidak menjaga pola/menu makanan dan minuman
yang dikonsumsi.

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit yang pernah dialami


Tidak ada

b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan


Tidak ada

c. Pernah dirawat/dioperasi
Tidak

d. Lamanya dirawat
Tidak

e. Alergi
Klien mengatakan tidak ada memiliki alergi terhadap obat-obatan maupun makanan.

f. Imunisasi
Klien mengatakan sudah mendapatkan imunisasi lengkap sewaktu kecil.

V. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Serumah

--------------- : Cerai

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

a. Bahasa yang digunakan


Klien menggunakan Bahasa Indonesia

b. Persepsi klien tentang penyakitnya


Klien mengatakan terkejut dan sedih saat mengetahui menderita penyakit DM Tipe II
karena keluarga tidak ada riwayat tersebut.

c. Konsep diri
1. Body Image : Klien menerima keadaan yang sekarang, dan
tetap semangat untuk dirinya sembuh
2. Ideal diri : Klien menerima masukkan dari orang lain
3. Harga diri : Klien memandang dirinya sebagai individu yang baik
4. Peran diri : Orang lain memandang klien sebagai orang baik
5. Personal Identity : Baik

d. Keadaan emosi
Klien tampak dapat mengontrol dirinya dengan baik.

e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara


Pasien terlihat baik-baik dan tidak ada masalah serta dapat memahami
setiap topik pembicaraan.

f. Hubungan dengan keluarga


Klien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik tidak ada masalah.

g. Hubungan dengan orang lain


Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain tidak ada masalah.

h. Kegemaran
Klien mengatakan gemar memasak.

i. Daya adaptasi
Tampak baik karena klien mampu berkomunikasi dengan dokter, perawat, dan
mahasiswa.

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


j. Mekanisme pertahanan diri
Klien mampu mempertahankan diri, tidak mudah emosi saat perawat memberi
arahan atau indikasi.

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


VII. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum
Keadaan fisik lemah dan lemas.

b. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36°C
Tekanan darah : 160/80 mmHg
TB/BB : 150 cm / 65 kg
Nadi : 93 x/i
RR : 20 x/i

c. Pemeriksaan Head To Toe


1. 1. Kepala dan rambut
a. Kepala
Bentuk : Simetris

Kebersihan : Tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak ada


pembengkakan

b. Rambut
Penyebaran dan : Penyebaran rambut merata
Keadaan rambut
Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe, dan tidak
berminyak
Jenis dan : Rambut lurus
Struktur rambut
c. Wajah
Warna kulit : Kulit wajah berwarna saawo matang.

Struktur wajah : Simetris

2. Mata
a. Bentuk : Lengkap, simetris antara kanan dan kiri
b. Palpebra : Normal dan dapat menutup mata
c. Pupil : Pupil normal, bentuk bulat, letak sentral, isokor
kiri dan kanan
d. Konjungtiva : Tidak anemis
e. Kornea : Reflek cahaya positif

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


f. Visus : Normal
3.Hidung
a. Tulang hidung dan : Simetris kiri dan kanan
posisi septum
b. Lubang hidung : Tidak ada polip, tidak ada seckret
c. Cuping hidung : Tidak ada peradangan pada hidung, dan
tidak ada cuping hidung
4.Telinga
a. Bentuk telinga : Telinga kiri dan kanan tampak simetris
b. Ukuran telinga : Normal dan simetris antara kiri dan kanan
c. Lubang telinga : Telinga tampak bersih, dan tidak terdapat serumen
pada telinga
d. Ketajaman : Mampu mendengar dengan
pendengaran baik

5.Mulut danfaring
a. Keadaan bibir : Simetris, mukosa bibir lembab
b. Keadaan gusi dan : Gigi kekuningan, beberapa gigi sudah tanggal
gigi dikarenakan faktor usia

c. Keadaan lidah : Normal, bersih, fungsi pengecapan baik


d. Orofaring : Normal, tidak ada gangguan menelan
6.Leher
a. Posisi trachea : Posisi trachea medical
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
c.Suara : Normal dan jelas
d. Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe
e. Vena jugularis : Tidak ada pembesaran pada vena jugularis
f. Denyut nadi : Denyut nadi teraba dan jelas
Karotis
7.Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Kulit klien teraba hangat
c. Warna : Sawo matang, tidak pucat
d. Turgor : Elastis, turgor kembali < 2
detik
e. Kelembaban :Kulit sedikit kering
f. Kelainan pada : Tidak ada kelainan
Kulit
Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan
8. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

a. Ukuran dan Bentuk Payudara : Normal

b. Warna Payudara dan Aerola : Normal

c. Kelaianan Payudara dan Putting : Tidak ada

d. Aksila dan Klavikula : Tidak ada masa


atau benjolan

9. Pemeriksaan Thorak Dada


1. Inspeksi thorak

a. Bentuk thoraks : Normal


b. Pernapasan
Frekuensi : 20 x/i
Irama : Teratur
c. Tanda kesulitan : Tidak ada
Bernafas
2. Pernapasan paru

a. Palpasi getaran : Getaran merata di paru-paru kanan dan kiri


suara
b. Perkusi : Didapati suara resonan
c. Auskultasi : Suara nafas vesikuler yang terdengar di seluruh
lapangan paru dan tidak ada suara tambahan
3. Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : Tidak terlihat pembengkakan pada jantung


b. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Auskultasi

a. Bunyi jantung I : Normal


b. Bunyi jantung II : Normal
c. Bunyi jantung : Tidak ada suara tambahan
tambahan

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


5. Inspeksi thorak

a. Bentuk thoraks : Normal


b. Pernapasan
Frekuensi : 20 x/i
Irama : Teratur
c. Tanda kesulitan : Tidak ada
Bernafas
6. Pernapasan paru

a. Palpasi getaran : Getaran merata di paru-paru kanan dan kiri


suara
b. Perkusi : Didapati suara resonan
c. Auskultasi : Suara nafas vesikuler yang terdengar di seluruh
lapangan paru dan tidak ada suara tambahan
7. Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : Tidak terlihat pembengkakan pada jantung


b. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Auskultasi

a. Bunyi jantung I : Normal


b. Bunyi jantung II : Normal
c. Bunyi jantung : Tidak ada suara tambahan
tambahan
10. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi

a. Bentuk abdomen : Bentuk normal dan simetris


b. Benjolan masa : Tidak ada benjolan
c. Bayangan : Tidak dilakukan
pemeriksaan

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


2. Auskultasi

Peristaltik usus : 6-8 kali/i


3. Palpasi

a. Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan


b. Benjolan masa : Tidak ada
c. Tanda acites : Tidak ada
d. Hepar : Tidak ada
e. Lien : -
f. Titik Mc Burney : -
4. Perkusi

a. Suara abdomen : Tidak ada


kelainan
b. Pemeriksaan : Tidak ada
Acites
11. Pemeriksaan Genitalia
1. Genitalia

a. Rambut pubis : Tidak dilakukan


pemeriksaan
b. Lubang uretra : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Kelainan pada genitalia : Tidak ada kelainan

2. Anus Perineum

a. Lubang anus : Tidak dilakukan pemeriksaan


b. Kelainan anus : Tidak ada kelainan
c. Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan

12. Pemeriksaanneurologi
1. Tingkat : 15
Kesadaran(GCS)
2. Meningeal sign : Normal
3. Status mental
a. Kondisi emosi : Stabil
b. Orientasi : Normal
c. Proses berfikir : Normal
d. Motivasi : Kemauan untuk sembuh sangat besar
e. Persepsi : Kuat
f. Bahasa : Indonesia
Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan
4. Nervus Cranialis

a. N.Olfactorius : Klien dapat membedakan bau-bauan dengan


jelas dan baik.

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


4.Nervus Cranialis
a. N.Olfactorius : Klien dapat membedakan bau-bauan dengan
jelas dan baik.
b. N.Okulomotorius : Tidak terdapat edema pada kelopak mata, reaksi
pupil terhadap cahaya normal, ukuran mata
kanan dan kiri normal, gerakan bola mata
normal ke segala arah.

c. N.Trigeminus : Klien dapat merasakan perabaan di kulit wajah,


klien bisa merasakan nyeri, sentuhan panas dan
dingin, refleks berkedip dan menutup mata
normal.
d. N.Facialis : Kekuatan otot wajah atas dan bawah baik, ini
dibuktikan dengan klien dapat, tersenyum,
identifikasi terhadap rasa asam, pahit, dan asin
baik.
A e. N.Vestibulo : Klien tidak dapat berdiri normal dikarenakan
cochlearis ekstremitas bawah terasa nyeri jika digerakkan.
f. N.Glosofaringeus : Gerakan menelan klien baik, suara pasien jelas,
. namun klien berbicara tidak beraturan.
g. N.Vagus : Klien mampu untuk menelan, mengunyah dan
membuka mulutnya.
h. N.Asesorius : Gerakan bahu simetris kiri dan kanan.
i. N.Hipoglosus : Gerakan lidah klien normal dan baik.
5. Fungsi motoric
a. Cara berjalan : Susah untuk berjalan
b. Test jari hidung : Normal
c. Pronasi- supinasi : Normal

6. Fungsi sensori
a. Indentifikasi sentuhan : Normal
ringan

b. Test tajam-tumpul : Normal

c. Test panas-dingin : Normal

d. Test getaran : Normal


e. Streognosis test : Normal
f. Membedakan titik : Normal

g. Topognosis test : Normal

7. Reflek : Normal

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


VII.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola Tidur
1. Waktu tidur : Klien tidur pukul 22.00 WIB
2. Waktu bangun : Klien bangun pada pukul
06.00 WIB
3. Masalah tidur : Klien mengatakan tidak ada
masalah tidur

4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Tidak ada

5. Hal-hal yang mempermudah bangun : Tidak ada

b. Pola Eliminasi

1. BAB
Pola BAB : Klien mengatakan belum pernah BAB
selama di rawat di rumah sakit
Karakter feces : Lunak
Riwayat perdarahan : Tidak ada
Penggunaan obat : Tidak ada
Keluhan BAB : Tidak ada
Masalah eliminasi BAB : Tidak ada

2. BAK
Pola BAK : Klien mengatakan dalam sehari 5 kali BAK
Karakter urin : Kuning, tidak berbau
Nyeri : Tidak ada
Inkontinensia : Tidak ada
Penggunaan Obat : Tidak ada
Keluhan BAK : Tidak ada
Masalah eliminasi BAK : Tidak ada

c. Pola Makan
Diet : Ya
Pola Diet : Model T ( Kelompok Sayuran, Karbohidrat,dan
Protein)
BB Sebelum MRS : 65 Kg
BB Sesudah MRS : 63 Kg
Jumlah Dan Jenis Diet : Diet tinggi karbohidrat dan lemak jenuh terutama makanan
yang mengandung gula
Kesulitan mengunyah : Tidak
Masalah Pola Makan : Nafsu makan pasien berkurang dikarenakan makan yang
masuk terasa pahit dan pasien juga mau mual dan muntah
Upaya Mengatasi : Pasien diberi makan sedikit tapi sering agar nutrisi tetap
terpenuhi

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


d. Pola Minum
Jenis Minuman : Air putih

Pola Minum : Minum harus diatas satu liter setiap hari agar tubuh
tidak kekurangan cairan
Kesulitan Minum : Tidak
Upaya Mengatasinya : -

e. Kebersihan Diri : Pasien tampak bersih

f. Pola kegiatan/aktifitas : Normal

VIII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK

1. Diagnosa Medis : DM Tipe II

2. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.Laboratorium

b.Rontgen :

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


c.EKG

d.USG

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


X. PENATALAKSANAAN TERAPI MEDIS

NO NAMA OBAT DOSIS


1 Ivfd NaCL 3% 20 tts
2 Ivfd NaCL 0,3 % + Kcl 20 tts
3 Ranitidine 3x 1 amp
4 ceftriaxone 3x1amp
5 Furosemide 1 amp/6 jam
6 Novorapid 3x20 tts
7 Amlodipine 1 x 5 mg

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan
ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Ny.S NAMA MAHASISWA : Nadia Sindy Preety Silaen


NO.REKAM MEDIK : 167323 NIM : P07520220026
RUANG RAWAT : Mawar
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Pola hidup tidak sehat Risiko ketidakstabilan kadar
 Pasien mengeluh glukosa darah
kaki kesemutan dan
badan lemas Sel beta di pankreas
 sering BAK terganggu
 Pasien suka
mengonsumsi kopi, Defisiensi insulin
makan manis
 pasien mengatakan
tidak pernah Retensi insulin
berolahraga
Do:
 pasien tampak lemas Hiperglikemia
 Gula darah sewaktu :
333 mg/dl
Kadar glukosa darah tidak
 gula darah puasa :
terkontrol
256 mg/dlurine
output : >1500
cc/jam
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Ds : Defisiensi insulin absolute Keletihan
-Pasien mengatakan kaki
kesemutan saat setelah
duduk dan jongkok Lipolisis
-Badan terasa letih dan
lemas
Do :
-tampak berbaring di tempat Keletihan otot
tidur
-Gula darah sewaktu : 333
mg/dl
-Gula drah puasa : 256
mg/dl

Program Sarjana Terapan Poltekkes Medan


RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.S NAMA MAHASISWA : Nadia Sindy Preety


Silaen
NO.REKAM MEDIK : 167323 NIM : P07520220026
RUANG RAWAT : Mawar

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL TINDAKAN

1. Ketidakstabilan gula NOC : 1. Monitor kadar glukosa 1. Monitor kadar glukosa


darah b/d hiperglikemi 1. Blood glucose, darah, sesuai indikasi darah akan memberikan
unstable hasil yang memuaskan
2. Diabetes Self 2. Monitor tanda dan gejala (stabil) jika digunakan
Management Hiperglikemia : poliuri, dengan benar dan
polydipsia, polipagia, dipelihara dengan baik
Kriteria Hasil : kelemahan, latargi, malaise,
1. Penerimaan : kondisi pandangan kabur, atau sakit 2. Tanda awal
kesehatan kepala hiperglikemia pada
diabetes antara lain
2. Kepatuhan Perilaku : 3. Monitor AGD, elektrolit peningkatan rasa
diet sehat dan kadar betahidroksibutirat, haus, sakit kepala, lemah,
sesuai yang tersedia sering BAK, dan mudah
3. Dapat mengontrol lapar
kadar glukosa darah 4. Monitor nadi dan tekanan
darah ortostatik, sesuai 3. Tergantung pada
4. Dapat mengontrol indikasi kesempatan kehilangan
stres cairan, perbedaan
5. Berikan insulin sesuai resep ketidakseimbangan
5. Dapat memanajemen elektrolit/metabolik
dan mencegah penyakit 6. Memfasilitasi kepatuhan mungkin ada / memerlukan
semakin parah terhadap diet dan latihan peraikan.

6. Tingkat pemahaman 7. Ajarkan pasien dan 4. Untuk bisa menentukan


untuk dan pencegahan keluarga mengenai gejala, hipovolemia dapat
komplikasi faktor risiko, pencegahan dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardi
7. Dapat meningkatkan 8. Instruksikan pada pasien
istirahat dan keluarga mengenai 5. Pemberian insulin
manajemen diabetes selama berfungsi untuk
8. Mengontrol perilaku periode sakit, termasuk mempertahankan jumlah
berat badan penggunaan insulin dan glukosa dalam darah tetap
atau obat oral, monitor asupan normal.
9. Pemahaman cairan, penggantian
manajemen diabetes karbohidrat,dan kapan 6. Pemberian diet makanan
mencari bantuan petugas pada pasien DM untuk
10. Status nutrisi kesehatan, sesuai kebutuhan mengontrol jumlah kalori
adekuat dan waktu makan sangat
penting untuk mengontrol
11. Olahraga teratur gula darah. Latihan
aktifitas juga membantu
untuk mengontrol gula
darah dan tekanan
darah pasien

7. Pemahaman pasien dan


keluarga tentang
hipoglikemia membantu
terkontrolnya kadar gula
darah dan untuk
pencegahan serta
penanganan hipoglikemia

8. Pemahaman tentang
semua aspek yang
digunakan obat
meningkatkan penggunaan
yang tepat. Algoritme
dosis dibuat, yang masuk
dalam perhitungan dosis
obat yang dibuat
selama evaluasi rawat inap:
jumlah dan jadwal aktivitas
fisik biasanya, perencanaan
makan. Dengan melibatkan
orang terdekat/sumber
untuk pasien.
2. Keletihan b/d kondisi NOC : 1. Observasi pembatasan klien 1. Untuk mengetahui
fisiologis 1. Endurance dalam melakukan aktivitas pembatasan dalam
2. Concentrasion melakukan aktivitas
3. Energy conservation 2. Kaji adanya faktor yang
4. Nutritional status menyebabkan kelelahan 2. Untuk mengetahui
energy penyebab kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber
Kriteria Hasil : energi yang adekuat 3. Nutrisi atau sumber
1. Memverbalisasikan energi dibutuhan untuk
peningkatan energy dan 4. Monitor pasien akan adanya tenaga dalam melakukan
merasa lebih baik kelelahan fisik dan emosi aktivitas
secara berlebihan
2. Menjelaskan 4. Kelelahan fisik dan
penggunaan energy 5. Monitor respon emosi berlebihan yang
untuk mengatasi kardiovaskuler terhadap berlarut-larut harus segara
kelelahan aktivitas diatasi, karena bisa
menghambat
3. Kecemasan menurun 6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/ istirahat pasien 5. Mengindikasikan tingkat
4. Glukosa darah aktivitas yang dapat
meningkat 7. Dukung pasien dan ditoleransi secara fisiologis
keluarga untuk
5. Istirahat cukup mengungkapkan perasaan 6. Tidur yang kurang cukup
berhubungan dengan mnegindikasikan tubuh
6. Mempertahankan perubahan hidup yang kurang istirahat terhadap
kemampuan untuk disebabkan keletihan keletihan
berkonsentrasi
8. Bantu aktivitas sehari-hari 7. Mengidentifikasi area
sesuai dengan kebutuhan perhatiannya dan
memudahkan cara
9. Tingkatkan tirah baring dan pemecahan masalah
pembatasan aktivitas
(tingkatkan periode istirahat) 8. Mencegah kelelahan
yang berlebihan
10. Konsultasi dengan ahli
gizi untuk meningkatkan 9. Tidur yang kurang cukup
asupan makanan yang mengindikasikan tubuh
berenergi tinggi kurang istirahat terhadap
keletihan
10. Nutrisi atau sumber
energi dibutuhkan untuk
tenaga dalam melakukan
aktivitas
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Ny.S NAMA MAHASISWA : Nadia Sindy Preety


Silaen
NO.REKAM MEDIK : 167323 N IM : P07520220026
RUANG RAWAT : Mawar

HARI/TGL KODE JAM IMPLEMENTASI


DX
Selasa,11 1 20.00 1. Memonitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi
Oktober 2022
20.35 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia : poliuri, polydipsia, polipagia,
kelemahan, latargi, malaise, pandangan kabur, atau sakit kepala

3. Memonitor AGD, elektrolit dan kadar betahidroksibutirat, sesuai yang


21.15 tersedia

4. Memonitor nadi dan tekanan darah ortostatik, sesuai indikasi


21.30
5. Memberikan insulin sesuai resep
22.00
6. Memfasilitasi kepatuhan terhadap diet dan latihan
22.20
7. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor
22.50 risiko, pencegahan

8. Menginstruksikan pada pasien dan keluarga mengenai


23.05 manajemen diabetes selama periode sakit, termasuk
penggunaan insulin dan atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat,dan kapan mencari bantuan
petugas kesehatan, sesuai kebutuhan.

2 23.25 1. Mengobservasi pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

23.55 2. Mengkaji adanya faktor yang


menyebabkan kelelahan

05.30 3. Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

06.00 4. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
5. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
06.20
6. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
06.45
7. Mendukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
07.05 berhubungan dengan perubahan hidup yang disebabkan keletihan

8. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan


07.20
9. Meningkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan periode
07.35 istirahat)

10. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan


07.55 yang berenergi tinggi

Kamis,13 1 14.00 1. Memonitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi


Oktober 2022
14.25 2. Memonitor tanda dan gejala
Hiperglikemia : poliuri, polydipsia, polipagia, kelemahan, latargi, malaise,
pandangan kabur, atau sakit
kepala

14.40 3. Memonitor AGD, elektrolit dan kadar betahidroksibutirat, sesuai yang


tersedia

15.05 4. Memonitor nadi dan tekanan darah ortostatik, sesuai indikasi

15.30 5. Memberikan insulin sesuai resep

16.00 6. Memfasilitasi kepatuhan terhadap diet dan latihan

16.20 7. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor risiko, pencegahan

8. Menginstruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes


16.55 selama periode sakit, termasuk penggunaan insulin dan
atau obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat,dan kapan
mencari bantuan petugas kesehatan, sesuai kebutuhan.
2 17.10 1. Mengobservasi pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

17.30 2. Mengkaji adanya faktor yang


menyebabkan kelelahan

17.45 3. Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

18.15 4. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

5. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas


18.35
6. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
18.45 7. Mendukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
19.00 berhubungan dengan perubahan hidup yang disebabkan keletihan

8. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan


19.10
9. Meningkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan periode
19.25 istirahat)

10. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan


19.40 yang berenergi tinggi

Jumat,14 1 14.00 1. Memonitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi


Oktober 2022
14.25 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia : poliuri, polydipsia,
polipagia, kelemahan, latargi, malaise, pandangan kabur, atau
sakit kepala

14.40 3. Memonitor AGD, elektrolit dan kadar betahidroksibutirat,


sesuai yang tersedia

15.05 4. Memonitor nadi dan tekanan darah ortostatik, sesuai indikasi

15.30 5. Memberikan insulin sesuai resep

16.00 6. Memfasilitasi kepatuhan terhadap diet dan latihan

16.20 7. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor risiko, pencegahan

8. Menginstruksikan pada pasien dan keluarga mengenai


16.55 manajemen diabetes selama periode sakit, termasuk
penggunaan insulin dan atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat,dan kapan mencari bantuan
petugas kesehatan, sesuai kebutuhan.

2 17.10 1. Mengobservasi pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

17.30 2. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

17.45 3. Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

18.15 4. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi


secara berlebihan

18.35 5. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas

18.45 6. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien

19.00 7. Mendukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan


perasaan berhubungan dengan perubahan hidup yang
disebabkan keletihan

19.10 8. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan

19.25 9. Meningkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas


(tingkatkan periode istirahat)

19.40 10. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi untuk meningkatkan


asupan makanan yang berenergi tinggi

Sabtu,15 1 14.00 1. Memonitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi


Oktober 2022
14.25 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia : poliuri, polydipsia,
polipagia, kelemahan, latargi, malaise, pandangan kabur, atau
sakit kepala

14.40 3. Memonitor AGD, elektrolit dan kadar betahidroksibutirat,


sesuai yang tersedia

15.05 4. Memonitor nadi dan tekanan darah ortostatik, sesuai indikasi

15.30 5. Memberikan insulin sesuai resep

16.00 6. Memfasilitasi kepatuhan terhadap diet dan latihan


16.20 7. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor
risiko, pencegahan

16.55 8. Menginstruksikan pada pasien dan keluarga mengenai


manajemen diabetes selama periode sakit, termasuk
penggunaan insulin dan atau obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat,dan kapan mencari bantuan
petugas kesehatan, sesuai kebutuhan.

2 17.10 1. Mengobservasi pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

17.30 2. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

17.45 3. Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

18.15 4. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi


secara berlebihan

18.35 5. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas

18.45 6. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien

19.00 7. Mendukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan


Perasaan berhubungan dengan perubahan hidup yang
disebabkan keletihan

19.10 8. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan

19.25 9. Meningkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas


(tingkatkan periode istirahat)

19.40 10. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi untuk meningkatkan


asupan makanan yang berenergi tinggi
EVALUASI

NAMA PASIEN : Ny.S NAMA Mahasiswa : Nadia Sindy Preety.S


NO.REKAM MEDIK: 167323 NIM : P07520220026
RUANG RAWAT : Mawar

HARI/TGL KODE EVALUASI Paraf


DX
Selasa, 11 Oktober 1 S:
2022 - Klien mengatakan sering merasa haus
dan sering BAK
- Klien mengeluh kepala pusing
- Klien mengatakan mengalami
penurunan nafsu makan

O:
- Suhu : 37 °C
- Klien tampak masih lemah dan letih
- Klien menghabiskan diet ½ porsi
- Novorapid : 8 iu sebelum makan

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
2 S:
- Ny.S mengatakan badan terasa letih
dan lemah, nafsu makan membaik
- Ny.S mengatakan aktivitas dibantu oleh
keluarga

O:
- Klien tampak lemah
- Porsi diet tampak habis
- Aktivitas klien tampak dibantu oleh
keluarga dan perawat

A:
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan

Kamis,13 Oktober 1 S:
2022 - Ny.S mengatakan badan terasa lemah
- Ny.S mengatakan sering haus dan
sering buang air kecil
- Ny.S mengeluh kepala pusing

O:
- Klien masih tampak lemah
- Novorapid 3 x 10 iu sebelum makan

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
2 S:
- Ny.S mengatakan badan masih terasa
letih dan lemas, nafsu makan menurun
- Ny.S mengatakan aktifitas fisik dan
ADL dibantu oleh keluarga dan
perawat

O:
- Klien tampak lemah dan letih
- Aktivitas klien tampak dibantu oleh
perawat dan keluarga

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
Jumat,14 Oktober 1 S:
2022 - Ny.S mengatakan badan masih lemas
- Ny.S mengatakan sering haus dan
sering buang air kecil
- Ny.S mengatakan sakit kepala sudah
berkurang

O:
- Klien masih tampak lemah
- GDR : 223 mg/dl
- Novorapid 3 x 10 iu sebelum makan

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan
2 S:
- Klien mengatakan badan terasa letih
dan lemah, nafsu makan sudah mulai
membaik
- Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh
keluarga

O:
- Klien tampak lemah
- Aktivitas pasien tampak dibantu oleh
keluarga dan perawat

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan

Sabtu,15 Oktober 1 S:
2022 - Klien mengatakan kondisinya sudah
membaik, badan sudah tidak terasa
lemas
- Klien mengatakan sudah tidak sering
buang air kecil dan sudah tidak merasa
haus lagi
- Klien mengatakan nafsu makan
meningkat
O:
- GDR :142 mg/dL
- Wajah klien tampak segar
- Porsi diet tampak habis
- TTV dalam rentang normal
TD : 120/70 mmHg, HR : 82 x/i, RR : 22
x/i, Suhu : 36.3C

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
2 S:
- Pasien mengatakan badan sudah tidak
terasa lemas

O:
- Klien sudah dapat melakukan aktivitas
sendiri

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai