Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG SAKURA


RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG SRAGEN

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II

Clinical Teacher : Rendi Editya Darmawan S.Kep., Ns., M.Kep

Clinical Instruktur : Maimunah Nur Endah., S. Kep., Ns

Disusun Oleh :

Fika Ayub Krisnawati

P27220021068

PROGAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2022/2023
KONSEP TEORI

DIABETES MELLITUS TIPE 2

A. Pengertian
Diabetes adalah penyakit yang di tandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metobolisme, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan
secara absolut atau relatif kerja dan sekresi insulin. Gejala yang biasa dikeluhkan oleh
para penderita diabetes melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat
badan, dan kesemutan. (Restyana, 2015)
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka
diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus .
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.
Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.
Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas
fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans
secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut. Pada awal
perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada sekresi
insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.
Apabila tidak ditangani dengan baik pada perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara
progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita
memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang
umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi
insulin (Restyana, 2015)

B. Etiologi
Penyebab dari penyakit diabetes mellitus tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Resistensi tersebut ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas untuk
mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot, rangka, dan jaringan
adiposa. Diabetes Melitus yang baru didiagnosis sudah mengalami komplikasi.
Diabetes melitus tipe II terjadi akibat menurunnya daya tahan atau kepekaan insulin,
berkurangnya produksi insulin. Diabetes Melitus yang baru didiagnosis sudah
mengalami komplikasi (Restyana, 2015)
Faktor resiko DM tipe II antara lain :
1. Riwayat DM orang tua dan saudara kandung (keturunan).
2. Kegemukan
3. Tidak ada aktivitas fisik
4. Ras/etnis
5. Pada wanita yaitu riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik, atau
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.
6. Hipertensi
7. Umur
C. Manifestasi klinis
Gejala akut diabetes mellitus yaitu (Restyana, 2015)
1. Polifagia (banyak makan)
2. Polidipsia (banyak minum)
3. Polyuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari
4. Nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu)
5. Mudah Lelah

Gejala kronik diabetes mellitus adalah sebagai berikut :


1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas atau tertusuj jarum
3. Rasa kebas di kulit dan terasa kram
4. Kelelahan
5. Mudah mengantuk
6. Pandangan mulai kabur
D. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin terikat reseptor khusus permukaan sel. Akibatnya, akan terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa sel tersebut. Resistensi glukosa DM tipe II ini
disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel, dengan begitu insulin
menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa dalam jaringan tersebut.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa harus
terdapat peningkatan insulin yang di sekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, akibatnya sekresi insulin berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
(Simamora, Renika. 2020).
E. Pathway
sumber : (wulandari, 2018).
Usia, gaya hidup

Penurunan fungsi pankreas

Sel beta pankreas terganggu

Defisiensi terganggu

Ketidakstabilan kadar Hiperglikemi glukosa tidak masuk sel


Glukosa darah

Fleksibilitas darah merah kerusakan vaskuler

Hipoksia perifer

Gangguan Mobilitas Nyeri akut


Nyeri Neuropati perifer
Fisik akut

ulkus diabetik

proses penyembuhan luka terhambat Gangguan integritas kulit

peningkatan leukosit

Resiko infeksi
F. Komplikasi
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut antara lain hiperglikemia dan ketoasidosis diabetic.
Hipoglikemia sering terjadi pada DM 1 yang dapat dialami 1-2 kali seminggu,
kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
Hiperglikemia dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,
antara lain ketoadidosis diabetik, koma hiperosmoler non ketotik dan kemolakto
asidosis.
b. Komplikasi kronis
Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita DM yaitu
pembekuan darah pada otak, mengalami penyakit jantung koroner. Komplikasi
mikrovaskuler terutama terjadi pada DM 1 seperti nefropati, diabetik retinopati
(kebutaan), neuropati, dan amputasi. (Restyana, 2015)
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dari penatalaksanaan Diabetes Melitus dalam jangka pendek yaitu
hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya
target pengendalian glukosa darah dan dalam jangka panjang yaitu tercegah dan
terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
1. Metformin
2. Sulfonilurea
3. Insulin
4. Biguanida
5. Inhibitor alfa glukosidase
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diet
Perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis,
dan jumlah makanan, terutama yang menggunakan obat oenurun glukosa atau
insulin.
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit, contoh nya olahraga ringan berjalan kaki selama 30 menit.
3. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan mencegah primer harus diberikan kepada kelompok
masyarakat resiko tinggi, sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM.
(Restyana, 2015)
I. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah (sewaktu dan puasa dengan metode enzim matik sebagai
patokan penyaring).

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa darah DM Belum DM


Sewaktu
_______________________________________________________
plasma darah >200 100-200
_______________________________________________________
darah kapiler >200 80-100
_______________________________________________________
Kadar glokosa darah puasa (mg/dl)
_______________________________________________________
Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
_______________________________________________________
Plasma vena >120 110-120
_______________________________________________________
Darah kapiler >110 90-110

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140mg/dl (7,8mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200mg/dl)
c. Tes laboratorium
Jenis tes dapat berupa tes saring, tes diagnosit, tes pemantauan terapi dan tes
untuk mendeteksi komplikasi.
1. Tes diagnostik
Tes diagnostik pada DM yaitu GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2 jam post
prandial), Glukosa jam ke 2 TTGO).
2. Tes monitoring terapi
Tes yang dilakukan yaitu GDP (plasma vena, darah kapiler), GD2PP (plasma
vena), Alc (darah vena, darah kapiler).
3. Tes mendeteksi komplikasi
a. Mikroalbumin : urin
b. Ureum, kreatin, asam urat
c. Kolestrol total : plasma vena (puasa)
d. Kolestrol LDL : plasma vena(puasa)
e. Kolestrol HDL : plasma vena (puasa)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a) Identitas pasien
Data diri ini terdiri dari nama, usia, gender, agama, pekerjaan, alamat,
suku/bangsa, diagnosa medis, dan lain sebagainya.
b) keluhan utama
Biasanya yang dialami yaitu adanya nyeri pada luka atau persendian, badan
lemas, luka yang tak kunjung smebuh, bau luka khas diabetes, hambatan
dalam aktivitas fisik.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Terkait dengna kondisi yang sedang dialami karena penyakitnya, seperti luka,
rasa nyeri, nafsu makan berkurang, dan infeksi pada tulang di area luka.
d) Riwayat kesehatan dahulu
adanya riwayat penyakit terdahulu yang menyertainya dengan diabetes
melitus.
e) Riwayat alergi
f) Riwayat kesehatan keluarga
g) Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran : kesadaran klien terdiri atas composmentis, apatis, somnolen,
sopor, soporokoma, atau koma
2. TTV : tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan,
suhu, dan saturasi oksigen
3. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala : bentuk simetris atau tidak, ada tidaknya lesi
2) Mata : bentuk simetris atau tidak, keadaan konjungtiva
3) Mulut dan bibir : keadaan mukosa bibir, warna bibir
4) Hidung : bentuk simetris atau tidak
5) Telinga : bentuk simetris atau tidak, menggunakan alat bantu
pendengaran atau tidak
6) Leher : kebersihan leher, ada cairan atau tidak
7) Pemeriksaan dada (Thorax)
- Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak, pergerakan nafas
- Palpasi : nyeri tekan, benjolan
- Perkusi : suara dada terdengar suara sonor atau suara lain
- Auskultasi : suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stridor atau mengi
8) Abdomen
- Inspeksi : permukaan abdomen
- Auskultasi : menilai adanya bising usus
- Perkusi : suara abdomen saat diperkusi terdengar bunyi gas atau
tidak
- Palpasi : ada atau tidak pembesaran limfa dan hati
9) Jantung
- Inspeksi : Tidak ada lesi, simetris
- Auskultasi : Mengetahui suara bising usus
- Palpasi : Terdapat Nyeri Tekan
- Perkusi : Tympani
10) Paru-paru

- Inspeksi : Dada simetris, tidak tampak retaksi dinding


dada

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

- Perkusi : Sonor

- Auskultasi : Vesikuler, tidak ada suara tambahan


11) Genetalia : Ada tidaknya lesi atau benjolan
12) Ekstermitas, terdiri atas ekstermitas atas dan bawah

h) Pola fungsional kesehatan


1. Pola persepsi dan manajemen
Terkait kondisi pasien dalam menyikapi kesehatannya berdasarkan tingkat
pengetahuan, perubahan persepsi, tingkat kepatuhan dalam menjalani
pengobatan dan pola mekanisme koping terhadap penyakitnya.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Efek dari defisiensi insulin akan menyebabkan beberapa kemungkinan
seperti polidipsi, polifagia, poliuria maka dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi serta dalam proses metabolisme akan mengalami beberapa
perubahan.
3. Pola eliminasi
Kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan penderita diabetes melitus
terlalu sering untuk buang air kecil dan dengan jumlah kencing yang
melebihi batas normal.
4. Pola kebersihan diri
5. Pola istirahat dan tidur
Pada penderita penyakit diabetes melitus biasanya mengalami
ketidaknyamanan dalam pola istirahat dan tidurnya karena diakibatkan
adanya tanda dan gejal a dari penyakitnya sehingga harus beradaptasi
terkait dengan penyakitnya.
6. Pola aktivitas dan latihan
Akibat nyeri dan adanya luka pada kaki penderita diabetes melitus
menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
penderita cenderung mempunyai keterbatasan dalam mobilitas fisiknya di
karenakan kelemahan atau ketidakberdayaan akibat penyakitnya.
7. Pola Kognitif-Perseptual sensori Pada penderita diabetes melitus cenderung
mengalami beberapa komplikasi pada penyakitnya yang mengakibatkan
adanya perubahan dalam persepsi dan mekanisme kopingnya.
8. Pola persepsi diri dan konsep diri
Penyakit diabetes melitus akan mengakibatkan perubahan pada fungsional
tubuh yang akan mempengaruhi gambaran diri atau citra diri pada individu
yang menderita diabetes.
9. Pola mekanisme koping
Akibat penyakit diabetes melitus yang menahun menyebabkan penyakit ini
akan menimbulkan permasalahan baru pada penderitanya termasuk pada
pola pemikiran dari adaptif akan menuju ke maladatif sehingga secara
otomatis akan mempengaruhi mekanisme koping.
10. Pola Seksual-Reproduksi
Penyakit diabetes yang menahun dapat menimbulkan kelainan pada organ
reproduksi, penurunan rangsangan dan gairah pada penderitanya.
11. Pola peran berhubungan dengan orang lain
Penderita diabetes yang mengalami luka yang tak kunjung sembuh akan
menyebabkan dirinya merasa minder atau merasa malu dan cenderung akan
menarik diri.
12. Pola nilai dan kepercayaan Akibat dari penyakit diabetes melitus dapat
mempengaruhi fungsional struktur tubuh sehingga dapat menyebabkan
perubahan status kesehatan pada penderita diabetes dan akan
mempengaruhi perubahan dalam pelaksanaan kegiatan dalam beribadah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan Glukosa Darah berhubungan dengan resistensi insulin
(D.0027)
2. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kronis ( D.0077 )
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
( D.0054 )
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pergerakan
(D.0129)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142)

C. Intervensi Keperawatan

No TGL Dx. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


. Keperawatan
1. Ketidakstabilan Kestabilan kadar Manajemen Hiperglikemi
Glukosa Darah glukosa darah (I.03115)
berhubungan (L.03022) Observasi
dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
resistensi insulin intervensi keperawatan kemungkinan
(D.0027) selama…. jam maka penyebab
Kestabilan kadar hiperglikemia
glukosa darah 2. Identifikasi situasi
meningkat dengan yang menyebabkan
kriteria hasil: kebutuhan insulin
1. Kesadaran meningkat
meningkat 3. Monitor kadar
2. Mengantuk glukosa darah
menurun
3. pusing menurun Teraupetik
4. Lelah/lesu menurun 1. Berikan asupan cairan
5. Keluhan lapar oral
menurun 2. Konsultasi dengan
6. Kadar glukosa medis jika tanda dan
dalam darah gejala hiperglikemia
membaik tetap ada atau
memburuk

Edukasi
1. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
2. Anjurkan pengelolaan
diabetes (mis :
penggunaan insulin,
obat oral, monitor
asupan cairan )

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV
3. Kolaborasi pemberian
kallum
2. Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
penyakit kronis ( L.08066 ) ( I.08238 )
( D.0077 ) Setelah dilakukan Observasi :
intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama …. jam maka karakteristiks, durasi,
tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respons
3. Gelisah menurun nyeri non verbal
4. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
5. Ketegangan otot dan memperingan
menurun nyeri
6. Frekuensi nadi 5. Identifikasi
membaik pengetahuan dan
7. Pola nafas keyakinan tentang
membaik nyeri
8. Tekanan darah 6. Identifikasi pengaruh
membaik budaya terhadap
9. Pola tidur membaik respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik:
1. Berikan tekhnik
nonfarmakoklogi
untuk menurunkan
nyeri, misal TENS,
hipnosis, akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkunagn
yang memperberat
rasa nyeri (misal suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
anlgetik secara secara
tepat
5. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis
secara tepat untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
Kolaborasikan pemberian
analgetik, jika perlu
3. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik (L.05042) (I.05173)
berhubungan Setelah dilakukan
Observasi :
dengan Tindakan
1. Idenrifikasi adanya
gangguan keperawatan selama
nyeri atau keluhan
musculoskeletal ….. jam diharapkan
fisik lainnya
( D.0054 ) mobilitas
2. Identifikasi
fisik meningkat
toleransi fisik
dengan kriteria hasil :
melakukan
1. Pergerakan
pergerakan
ekstremitas
3. Monitor kondisi
meningkat
umum selama
2. Kekuatan
melakukan
oto meningkat
mobilisasi
3. Rentang gerak
Terapeutik :
(ROM)
meningkat 1. Fasilitasi aktivitas
4. Nyeri menurun mobilisasi dengan
5. Gerakan terbatas alat bantu (mis.
menurun pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan jika perlu
4. Gangguan Integritas kulit dan Perawatan integritas kulit
integritas kulit jaringan (L.14125) (I.11353)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi:
dengan Tindakan 1. Identifikasi penyebab
penurunan keperawatan selama gangguan integritas
pergerakan ….. jam diharapkan kulit
Integritas kulit dan
(D.0129) jaringan meningkat
dengan kriteria hasil : Terapeutik:
1. Kerusakan 1. Ubah posisi tiap 2
jaringan jam jika tirah baring
menurun 2. Bersihkan perineal
2. Kerusakan dengan air hangat
lapisan 3. Gunakan produk
kulit berbahan dasar ringan
menurun pada kulit sensitive
3. Nyeri 4. Hindari produk
menurun berbahan dasar
4. Perdarahan alcohol pada kulit
menurun kering
5. Kemerahan
menurun Edukasi:

6. Hematoma 1. Anjurkan

menurun menggunakan
pelembab
2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan asupa
nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan
konsumsi buah dan
sayur
5. Risiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi:
berhubungan (L.14137) Observasi:
dengan penyakit Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan
kronis (D.0142) intervensi keperawatan gejala infeksi lokal
selama…. jam maka
tingkat infeksi menurun Terapeutik:
menurun dengan 1. Batasi jumlah
kriteria hasil: pengunjung
1. Kebersihan tangan 2. Berikan perawatan
meningkat kulit pada area edema
2. Kebersihan badan 3. Cuci tangan sebelum
meningkat dan sesudah komtak
3. Nafsu makan dengan pasien dan
meningkat lingkungan pasien
4. Demam menurun 4. Petahankan teknik
5. Kemerahan aseptik pada pasien
menurun
6. Nyeri menurun Edukasi:
7. Bengkak menurun 1. Jelaskan tanda dan
8. Vesikel menurun gejala pasien
9. Cairan berbau 2. Ajarkan cara mencuci
busuk menurun tangan dengan benar
10. Sputum berwarna 3. Ajarkan etika batuk
hijau membusuk 4. Ajarkan cara
11. Kadar sel darah memeriksa kondisi
putih membaik luka atau luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi:
1. Kolaborasikan
pemberian imunisasi,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Restyana. (2015). “Diabetes Melitus Tipe 2” J Majority. Volume 4 nomor 5

Khoir, D. R., & Clara, H. (2019). “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes
Melitus” Tipe 2.  Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 3(2), 133-
147.

Hendra, Lion. (2018). “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diabetes Melitus Tipe II”
Diruangan Interne Ambun Suri Lantai III RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR.
(online). (http://repo.stikesperintis.ac.id/131/1/09%20LON%20HENDRA.pdf
diakses pada 23 September 2022).

Simamora, Renika. (2020). “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. A Dengan Diabetes
Melitus Tipe II Puskesmas NY.S Wilayah Kerja Puskemas Rumbai Pesisir
Pekanbaru.” (online). (http://repository.pkr.ac.id/455/1/KTI-Renika%20Simamora-
P031714401064-DIII%20Keperawatan.pdf diakses ada 23 September 2022).

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

SDKI. (2018). “Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta: Dewan pengurus pusat
perhatian Nasional indonesia.

SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

SLKI. (2018). “Standar Luaran Keperawatan Indonesia.” Jakarta: Dewan pengurus pusat
persatuan perawat nasional indonesia.

Anda mungkin juga menyukai