Anda di halaman 1dari 15

111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111

111111 1111111 111111111 1 111111 111111 1111111111111LAPORAN

PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

OLEH :

NAMA : FEBRIANTY KADRIAN

NIM : N202101049

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik

yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh

gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai macam komplikasi

kronik pada organ mata, ginjal, saraf, pembuluh darah disertai lesi padda

membran basalis dalam dengan menggunakan pemeriksaan dalam

mikroskop (Arief Mansjoer dkk, 2005).

Menurut Arif Mansjoer (2005), klasifikasi pada penyakit diabetes

mellitus ada dua antara lain: Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM)). Diabetes tipe ini juga jenis diabetes yang sering disebut

DMTI yaitu Diabetes Mellitus Tergantung Pada Insulin. Pada tipe ini yaitu

disebabkan oleh distruksi sel beta pulau langerhans diakibatkan oleh

proses autoimun serta idiopatik. Diabetes Mellitus Tipe II, diabetes tipe II

atau Non Insulin Dependent Diabetes mellitus (NIDDM) atau jugu

DMTTI yaitu Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin. Diabetes tipe II

ini disebabkan karena adanya kegagalan relativ sel beta dan resistensi

insulin. Resistensi insulinmerupakan turunnya kemampuan insulin dalam

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer, untuk


menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tersebut tidak dapat

mengimbangi resistensi insulin ini seutuhnya, yang dapat diartikan terjadi

nya defensiensi insulin, adanya ketidakmampuan ini terlihat dari

berkurangnya sekresi insulin terhadap rangsangan glukosa maupun

glukosa bersama perangsang sekresi insulin yang lain, jadi sel beta

pancreas tersebut mengalami desentisisasi terhadap glukosa.

Ulkus diabetik merupakan permasalahan yang sudah sering

muncul sekarang dimana luka pada kaki penderita diabetes melitus yang

diakibatkan karena suatu infeksi yang menyerang sampai ke dalam

jaringan subkutan. Apabila luka ulkus diabetik ini tidak dilakukan

perawatan yang baik maka proses penyembuhan akan lama, dan faktor-

faktor resiko infeksi semakin tinggi bahkan apabila infeksi sudah terlalu

parah seperti terjadi neuropati perifer maka dapat juga dilakukan amputasi

guna mencegah adanya pelebaran infeksi ke jaringan yang lain. adapun

tindakan lain seperti debridement, dan nekrotomi.

Debridemen merupakan sebuah tindakan pembedahan lokal yang

dilakukan pada penderita ulkus diabetik dengan cara pengangkatan

jaringan mati dari suatu luka, jaringan mati tersebut dapat dilihat, warna

lebih terlihat pucat, cokelat muda bahkan berwarna hitam basah atau

kering.

B. Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat

heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai

peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).

Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit

Diabetus Melitus antara lain :

1. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai

dengan terjadinya kegagalan pada sel Bmelepas insulin.

2. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara

lain agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan

karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan

kehamilan.

3. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system

imunologi

4. Adanya kelainan insulin

5. Pola hidup yang tidak sehat

C. Patofisiologi

Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin terikat pada reseptor

khususdi permukaan sel. Akibat dari terikatny ainsulin tersebut maka,

akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel

tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat

disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal – hal
tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh

jaringan tersebut. Dalam mengatasai resistensi insulin atau untuk

pencegahan terbentuknya glukosa dalam darah, maka harus terdapat

peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk disekresikan .

Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu,

keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut,

serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal

atau sedikit meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak

mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka,

kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat dan terjadilah

Diabetes Melitus Tipe II ini. Walaupun sudah terjadi adanya gangguan

sekresi insulin yang merupakan cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini,

namun masih terdapat insulin dalam sel yang adekuat untuk mencegah

terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada badan keton yang

menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis diabetikum, akan

tetapi hal initidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II.

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :

1. Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan

somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.

2. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika

tidak segera mendapat penanganan atau tidak diobati segera.


3. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk

mengontrol karbohidrat di dalam sel. Sedangkan manifestasi klinis

untuk NIDDM atau diabetes tipe II antara lain :Jarang adanya gejala

klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM ini dibuat setelah adanya

pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa di didalam laboratorium,

keadaan hiperglikemi berat, kemudian timbulnya gejala polidipsia,

poliuria, lemah dan somnolen, ketoadosis jarang menyerang pada

penderita diabetes mellitus tipe II ini.

E. Komplikasi

Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada

penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :

1. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari

ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik

dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut.

2. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah

makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah

besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah

kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik

yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir

menimbulkan gangren.

3. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain,

menyebabkan penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi,


gangguan penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi

dalam , penyembuhan luka yang jelek.

4. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement

komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak

ditangani dengan prinsip steril.

F. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan

aktifitasinsulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi

terjadikomplikasi vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapetik pada

setiaptipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa

terjadihipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktifitas pasien.

Ada 5komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet,

latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan.

1. Penatalaksanaan diet

a. Prinsip umum : diet dan pengndalian berat badan merupakandasar

dari penatalaksanaan DM.

b. Tujuan penatalaksanaan nutrisi :

- Memberikan semua unsur makanan esensial missal

vitamin,mineral

- Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

- Memenuhi kebutuhan energi


- Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap

haridenganmengupayakan kadar glukosa darah mendekati

normalmelalui cara-cara yang aman dan praktis

- Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

2. Latihan fisik

Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapatmenurunkan

kadar glikosa darah dan mengurangi factor resikokardiovaskuler.

Latihan akan menurunkan kadar glukosa darahdengan meningkatkan

pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.

Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.

3. Pemantauan

Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi

dan pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.

4. Terapi

a. InsulinDosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah

b. Obat oral anti diabetik

- Sulfonaria

- Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )

- Clorpopamid(100 mg, 250 mg )

- Glipizid ( 5 mg, 10 mg )

- Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )

- Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )

- Tolbutamid (250 mg, 500 mg )


- Biguanid Metformin 500 mg5.

5. Pendidikan kesehatanInformasi yang harus diajarkan pada pasien

antara lain :

a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efeksamping

obat, pengenalan dan pencegahan hipoglikemi /hiperglikemi 

b. Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata ,hygiene

umum )

c. Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat(Smeltzer and

Bare, 2000)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

1. Aktivitas / istirahat ; Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot,

tonus ototmenurun, Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan

takipnea, letargi, disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.

2. Sirkulasi ; Adanya riwayat hipertensi, MCI Klaudikasi, kebas,

kesemutan pada ekstremitas Ulkus, penyembuhan luka lama, takikardi,

perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak

ada, disritmia, krekles, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata

cekung.

3. Integritas ego; Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial

yang berhubungan dengan kondisi, ansietas, peka rangsang.

4. Eliminasi ; Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau

berulang, diare, nyeri tekan abdomen, urin encer, pucat, kuning, atau

berkabut dan berbau bila ada infeksi, bising usus melemah atau turun,

terjadi hiperaktif (diare), abdomen keras, adanya asites.

5. Makanan/cairan ; Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet,

peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan,

haus dan lapar terus, penggunaan diuretic (Tiazid), kekakuan/distensi

abdomen, kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis/manis,

bau buah (nafas aseton).


6. Neurosensori : Pusing, pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,

kelemahan pada otot, parastesia,

gangguan penglihatan, disorientasi, mengantuk, stupor/koma, ganggua

n memori (baru, masa lalu), kacau mental, reflek tendon

dalammenurun/koma, aktifitas kejang.

7. Nyeri/kenyamanan ; Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi.

8. Pernafasan ; Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi, frekuensi

pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen.

9. Keamanan ; Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi,

menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,

parestesia/paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,

(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam), demam, diaphoresis.

10. Seksualitas ; Cenderung infeksi pada vagina. Masalah impotensi pada

pria, kesulitan orgasme pada wanita.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengandefisiensi insulin, penurunan intake oral, status

hipermetabolisme.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotic,

kehilangan cairan gastric berlebihan, pembatasan cairan.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan

fungsi lekosit, perubahan sirkulasi.


4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan

dengan perubahan zat kimia endogen, ketidakseimbangan elektrolit,

glukosa, insulin

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis

dankebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, mis

interpretasi pengobatan.

C. Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengandefisiensi insulin, penurunan intake oral, status

hipermetabolisme. Tujuan : klien mendapatkan nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil:

- BB stabil

- BB mengalami penambahan ke arah normal

Intervensi :

Mandiri :

- Timbang BB setiap hari sesuai indikasi

- Tentukan program diet dan pola makan klien

- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, mual muntah

- Berikan makanan oral yang mengandung nutrient dan elektrolit

sesuai indikasi

- Observasi tandatanda hipoglikemi

Kolaborasi :

- Pantau kadar gula darah secara berkala


- Kolaborasi ahli diet untuk menentukan diet pasien

- Pemberian insulin / obat anti diabetik

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotic,

kehilangan cairan gastric berlebihan, pembatasan cairan. Tujuan : klien

memperlihatkan status hidrasi adekuat

Kriteria Hasil :

TTV stabil dan dalam batas normal

 Nadi perifer teraba

Turgor kulit dan pengisian kapiler baik

Output urin tepat

Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

Mandiri :

- Kaji riwayat muntah dan diuresis berlebihan

- Monitor TTV, catat adanya perubahan TD ortostatik

- Kaji frekunsi, kwalitas dan dan pola pernafasan, catat adanya

penggunaan otot bantu, periode apnea, sianosis,

- Kaji suhu, kelembapan, warna kulit

- Monitor nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa

- Monitor intake dan output cairan, catat BJ urin

Kolaborasi :

- Pemeriksaan Hb, Ht, BUN, Na, K, Gula Darah

- Pemberian terapi cairan yang sesuai (Nacl, RL, Albumin)


3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan

fungsi lekosit, perubahan sirkulasi

Tujuan : klien terhindar dari infeksi silang

Kriteria hasil:

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko

infeksi

- Klien mendemonstrasiakn tehnik gaya hidup untuk mencegah

infeksi

- Intervensi :

Mandiri :

- Observasi tanda tanda infeksi seperti panas, kemerahan, keluar

nanah, sputum purulen

- Tingkatkan upaya pencegahan dengan cucui

tanganyang baik pada semua orang yang berhubungan dengan klie

n,termasuk klien sendiri

- Pertahankan tehnik aseptic pada setiap prosedur invasif

- Lakukan perawatan perineal dengan baikdan anjurkanklien wanita

untuk membersihkan daerah perineal dengandari depan ke

belakang

- Berikan perawatan kulit secara teratur, masase daerahyang tertekan

, jaga kulit tetap kering

- Auskultasi bunyi nafas dan atur posisi tidur semi fowler


- Lakukan perubahan posisi dan anjurkan klien untuk batukefektif /

nafas dalam bila klien sadar / kooperatif

- Bantu klien melakukan oral hygiene

- Anjurkan makan dan minum adekuat

Kolaborasi :

- Pemeriksaan kultur dan sensitivity test

- Pemberian antibiotik yang sesuai

4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan

dengan perubahan zat kimia endogen, ketidakseimbangan elektrolit,glu

kosa, insulin

Tujuan : persepsi sensori klien adekuat

Kriteria hasil :klien dapat mengobservasi adanya kerusakan persepsi

sensori

Intervensi :

Mandiri :

- Orientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu

- Pantau TTV dan status mental

- Pelihara aktifitas rutin klien sekonsisten mungkin, doronguntuk

melakukan kegiatan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai