Anda di halaman 1dari 61

KEPANITERAAN KLINIK NERS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS


SUB STASE KELUARGA

TUGAS MINGGU KE II

Disusun Oleh:

EVI NURMAISA BIDURI


N201901078

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

1. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan
kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart,
2002).

B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I:  Insulin Dependent Diabetes Melitus  (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-
sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan
oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus  (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan
insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari
30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
5. Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-
mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek
reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti
2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa,
tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan  (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadra glukosanya sangat tinggi).

PATWAYS
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
 hiperglikemia berpuasa
 glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
 keletihan dan kelemahan
  ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
 lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
 gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
 komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)

F. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes
Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
a. Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan.
Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma
hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik
terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada
pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
 Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan
biasanya kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
 Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam
waktu 3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W
atau D10 W bergantung pada tingkat hipoglikemia
 Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting
insulin dan pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang
berkelanjutan.
 Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis
yang terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus
diatasi factor penyebab kegagalan ketiga organ ini.
b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (Hhnc/ Honk)
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan
sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati
350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada
umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1,
elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium
bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:
Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema
IV Cairan
1 sampai 12 NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau
jam osmolitas plasma 330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter

Dibutuhkan 8 sampai 12 liter dari cairan selama


24 jam menggantikan air yang hilang selama 12
jam

Bila gula darah 250 sampai 300 mg/dl berikan


5% dekstrose
Insulin
Permulaan IV bolus 0.15 unit/kg RI
Jam 5 sampai 7 unit/jam RI
berikutnya
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara
intravena untuk mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari KPO4

Jam kedua Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium


dan jam kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30
berikutnya mEq/liter K+

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2


liter NaCl 0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12
jam. Untuk mengatasi hipokalemi dapat diberikan kalium. Insulin
lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus
dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus
dimonitoring dengan hati – hati yang diberikan adalah insulin
regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit
per jam dan bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak hanya
dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler
keintraseluler.
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
Pengertian :
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang
ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Etiologi :
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya  jumlah insulin yang
nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
Patofisiologi
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki
sel akan berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan
hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium).
Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan
(poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit.
Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium
serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
(lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam
lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam,
dan bila bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
Tanda dan Gejala
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuri
dan polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu pasien dapat
mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala.
Pasien dengan penurunann volume intravaskuler yang nyata
mungkin akan menderita hipotensi ortostatik (penurunan tekanan
darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat berdiri).
Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata
disertai denyut nadi lemah dan cepat.
Ketosisis dan asidosis  yang merupakan ciri khas diabetes
ketoasidosis menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia,
mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen dan gejala-
gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sehingga
tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang memerlukan
tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau
manis seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan
keton. Selain itu hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangat
dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat terjadi. Pernapasan Kussmaul
ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna
melawan efek dari pembentukan badan keton.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan
lainnya. Pasien dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal
ini biasanya tergantung pada osmolaritas plasma (konsentrasi
partikel aktif-osmosis).
Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl.
Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang
lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memeliki kadar
sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya bernagtung
pada derajat dehidrasi)
·      Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu
berhubungan dengan kadar glukosa darah.
·       Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar
glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia
lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum
sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum
yang rendah ( 0- 15 mEq/L)  dan pH yang rendah  (6,8-7,3).
Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan
kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi
metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis)
dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
Penatalaksanaan
 Rehidrasi
1. Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl
0,9 % bergantung pada tingkat dehidrasi
2. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 %
bergantung pada tingkat dehidrasi
3. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula
darah antara 200 – 300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose
10 % bila kadar gula darah sampai 150 mg/ 100 cc.
 Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun
konsentrasi kalium dalam plasma normal.

Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara
secara intravena untuk
mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari
Jam kedua KPO4
dan jam
berikutnya Bila jumlah urin cukup dan serum
kalsium kurang dari 5.5 mEq/liter,
berikan 20-30 mEq/liter K+

 Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
algoritma Diabetes Melitus
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
1. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
2. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
4. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
 jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau
ditambah
 jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
 jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan
normal) dengan rumus :

    
1. Kurus (underweight)    BBR < 90 %
2. Normal (ideal)              BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight)    BBR > 110%
4. Obesitas apabila         BBR > 120%
5. Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
6. Obesitas sedang      BBR 130% - 140%
7. Obesitas berat          BBR 140% -  200%
8. Morbid                    BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk


penderita   DM yang bekerja biasa adalah :
1. Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari
2. Normal (ideal)              BB X 30 kalori sehari
3. Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
4. Obesitas apabila          BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
 Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
 Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
 Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
 Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
 Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
 Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
 Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan
ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih.
 Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
 Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
 Insulin
 Indikasi penggunaan insulin
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan gangguan faal hati yang berat
e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
 Beberapa cara pemberian insulin
 Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :
5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identik

2. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
Pengkajian  Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
 Airway  + cervical control
1) Airway                                  
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah
pada rongga mulut
2) Cervical  Control    : -
 Breathing + Oxygenation
1) Breathing              : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
 -          KAD    : Pernafasan kussmaul
 -        HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam)
2) Oxygenation : Kanula, tube, mask
 Circulation + Hemorrhage control
1)      Circulation             :
   -          Tanda dan gejala schok
   -          Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena.
2)      Hemorrhage control : -
 Disability : pemeriksaan neurologis è GCS
A : Allert                      : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon      : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons      : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara,
berespon terhadap rangsangan nyeri
U : Unresponsive     : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk
bersespon thd nyeri

Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
Anamnese
a.    Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan
yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
b.    Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/
HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK)
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c.    Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
d.   Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4
kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).

e.    Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
f.     Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan,
peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit
dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g.    Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik
dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
   
B. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
c. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan
intake nutrisi (tipe 2)
d. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif,
Kegagalan mekanisme pengaturan
e. PK: Hipoglikemia
PK: Hiperglikemi
f. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.
C. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1 Nyeri akut NOC: Manajemen nyeri :
berhubungan dengan  Tingkat nyeri 3. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
agen injuri biologis  Nyeri terkontrol termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
(penurunan perfusi  Tingkat kenyamanan frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.
jaringan perifer) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4. Observasi  reaksi nonverbal dari
3 x 24 jam, klien dapat : ketidaknyamanan.
1. Mengontrol nyeri, dengan indikator : 5. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
 Mengenal faktor-faktor penyebab mengetahui pengalaman nyeri klien
 Mengenal onset nyeri sebelumnya.
 Tindakan pertolongan non 6. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi
farmakologi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
 Menggunakan analgetik
7. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
 Melaporkan gejala-gejala nyeri
8. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
kepada tim kesehatan.
(farmakologis/non farmakologis)..
 Nyeri terkontrol 9. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
indikator: 10. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Melaporkan nyeri 11. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol
 Frekuensi nyeri nyeri.
 Lamanya episode nyeri 12. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
 Ekspresi nyeri; wajah tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
 Perubahan respirasi rate 13. Monitor penerimaan klien tentang manajemen
 Perubahan tekanan darah nyeri.
 Kehilangan nafsu makan
. Administrasi analgetik :.
1. Cek program pemberian analogetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2 Ketidakseimbangan Nutritional Status : Food and Fluid Intake Nutrition Management
nutrisi kurang dari  Intake makanan peroral yang adekuat 1. Monitor intake makanan dan minuman yang
kebutuhan tubuh b.d.  Intake NGT adekuat dikonsumsi klien setiap hari
ketidakmampuan  Intake cairan peroral adekuat 2. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat
menggunakan glukose  Intake cairan yang adekuat gizi yang dibutuhkan dengan berkolaborasi
(tipe 1)  Intake TPN adekuat dengan ahli gizi
3. Dorong peningkatan intake kalori, zat besi,
protein dan vitamin C
4. Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan
5. Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT
6. Lepas NGT bila klien sudah bisa makan
lewat oral

3 Ketidakseimbangan Nutritional Status : Nutrient Intake Weight Management


nutrisi lebih dari  Kalori 1. Diskusikan dengan pasien tentang kebiasaan
kebutuhan tubuh b.d.  Protein dan budaya serta faktor hereditas yang
kelebihan intake nutrisi  Lemak mempengaruhi berat badan.
(tipe 2)  Karbohidrat 2. Diskusikan resiko kelebihan berat badan.
 Vitamin 3. Kaji berat badan ideal klien.
 Mineral 4. Kaji persentase normal lemak tubuh klien.
 Zat besi 5. Beri motivasi kepada klien untuk
 Kalsium menurunkan   berat badan.
6. Timbang berat badan setiap hari.
7. Buat rencana untuk menurunkan berat badan
klien.
8. Buat rencana olahraga untuk klien.
9. Ajari klien untuk diet sesuai dengan
kebutuhan nutrisinya.

4 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


b.d Kehilangan volume  Fluid balance Fluid management
cairan secara aktif,  Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Kegagalan mekanisme  Nutritional Status : Food and Fluid 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
pengaturan Intake akurat
Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban
 Mempertahankan urine output sesuai membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, darah ortostatik ), jika diperlukan
HT normal 4. Monitor vital sign
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam 5. Monitor masukan makanan / cairan dan
batas normal hitung intake kalori harian
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Elastisitas turgor kulit baik, membran 7. Monitor status nutrisi
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
berlebihan 9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
12. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
14. Atur kemungkinan tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
5 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan askep….x24 jam Managemen Hipoglikemia:
PK: Hiperglikemi diharapkan perawat akan menangani dan 1. Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi
meminimalkan episode hipo/ hiperglikemia. 2. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar
gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab
pucat, tachikardi, peka rangsang, gelisah,
tidak sadar , bingung, ngantuk.
3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk /
sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar
gula darah > 69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai
protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dietnya.

Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit kepala,
pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan
kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan
gejala Hiperglikemia menetap atau
memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi
hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi &
irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler,
nadi perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
6 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b.d hipoksemia  Circulation status Peripheral Sensation Management
jaringan.  Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
Kriteria Hasil :  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
a. mendemonstrasikan status sirkulasi peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
 Tekanan systole dandiastole dalam  Monitor adanya paretese
rentang yang diharapkan  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
 Tidak ada ortostatikhipertensi kulit jika ada lsi atau laserasi
 Tidak ada tanda tanda peningkatan  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
tekanan intrakranial (tidak lebih dari  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
15 mmHg) punggung
b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif  Monitor kemampuan BAB
yang ditandai dengan:  Kolaborasi pemberian analgetik
 berkomunikasi dengan jelas dan  Monitor adanya tromboplebitis
sesuai dengan kemampuan  Diskusikan menganai penyebab perubahan
 menunjukkan perhatian, konsentrasi sensasi
dan orientasi
 memproses informasi
 membuat keputusan dengan benar
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC
2. Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,
edisi 6. Jakarta: EGC
3. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
4. Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi
Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
5. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)  Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
6. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
7. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification
(NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
8. Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
9. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN MASALAH
KESEHATAN DIABETES MELITUS PADA KLIEN NY. M
DI AROMBU KABUPATEN KONAWE

1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
b. Alamat Kepala Keluarga : Arombu, Kabupaten Konawe
c. Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh
d. Pendidikan Kepala Keluarga : SD
e. Komposisi Keluarga
Jenis Hubungan Umu Pekerjaan
No Nama Pendidikan
Kelamin dengan klien r Saat ini
Kepala
1. Tn. S Laki-Laki 60 SD Buruh
Keluarga
2. Ny. M Perempuan Istri 59 SD IRT

f. Status Kesehatan Saat ini


Status Riwayat Penyakit
No Nama Keadaan Umum Kesehatan Saat
Ini
1. Tn. S Composmentis Sehat Hipertensi
Ny. M
mengatakan Pada Tahun 2008
telapak tangan Ny.M
dan kaki terasa memeriksakan
kebas dan dirinya di
kesemutan, pelayanan
terdapat luka di kesehatan, Sejak
itu Ny.M
2. Ny. M Composmenstis kaki kiri,
keadaan luka mengetahui
terdapat push bahwa dirinya
dan terdapat terkena penyakit
jaringan Diabetes Melitus.
nekrotik
g. Genogram

Keterangan :
: Perempuan : Kawin
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Klien : Klien dengan DM

h. Tipe Keluarga : Nuclear Family (Keluarga Inti)


i. Agama Keluarga : Islam
j. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Menonton Televisi

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. S adalah keluarga dengan usia lanjut
b. Tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi
Tahap Perkembangan keluarga Tn. S yang belum terpenuhi adalah
menyesuaikan dengan kekuatan fisik yang menurun, relasi dengan teman
kelompok sebaya dalam hal menunjang kesehatan.
c. Riwayat Keluarga Saat Ini
Keluarga Ny. M mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus yaitu
Bapak Ny. M. Ny. M menderita penyakit Diabetes Melitus sejak tahun
2008
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Keluarga Tn. S tidak mempunyai riwayat penyakit menular, tetapi ada
riwayat penyakit keturunan (Diabetes Melitus) dari Bapak Ny. M.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1) Status : Milik Pribadi
2) Bentuk Bangunan : Permanen
3) Lantai : Keramik, Lantai cukup bersih
4) Atap : Atap rumah ditutup eternit, dan tinggi atap + 4,5
meter.
5) Jumlah Ruangan : Terdiri dari 6 ruangan yaitu 1 buah ruangan
tamu, 2 buah kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi
dan 1 gudang
6) Letak : Lokasi tempat tinggal keluarga Tn. S berada
Di Arombu, Kabupaten Konawe
7) Kondisi Kesehatan : Kebersihan rumah cukup bersih, ruang tamu
Rumah tertata rapi, kondisi halaman sempit karena jarak
yang terlalu dekat antara rumah
8) Ventilasi dan : Sirkulasi udara cukup, penerangan cukup baik
Penerangan cahaya matahari masuk ke dalam rumah
b. Persediaan Air Bersih : sumber ari berasal dari PDAM dan sumber air
tersebut bisa digunakan untuk minum, mencuci
dan mandi
c. Pembuangan Sampah : Untuk pembuangan sampah keluarga Tn. S selalu
Membuang sampah ke sungai
d. Jamban / WC : Keluarga memiliki WC didalam rumah, keadaan
bersih, WC tipe WC Jongkok
Bahaya kecelakaan : Kemungkinan kecelakaan pada keluarga Tn. S
Cukup besar mengingat Tn. S dan Ny. M pada
Tahap perkembangan lansia. Seperti resiko jatuh
dan luka
e. Denah Rumah
Keterangan
5
6 1. Ruang Tamu
4 2. Kamar Tidur
3. Kamar Tidur
4. Dapur
1 3
5. Gudang
2 6. Kamar Mandi

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Interaksi tetangga dengan keluarga Tn. S cukup harmonis, dibuktikan Tn.
S rajin mengikuti pertemuan rutin warga, dan Ny. M sering mengikuti
pengajian rutin.
3. Mobilitas geografis keluarga
Selama ini, keluarga Tn. S belum pernah berpindah rumah.
4. Perkumpulan keluarga dengan interaksi masyarakat
Keluarga Tn. S setiap hari sering berinteraksi dengan masyarakat,
mengikuti pertemuan rukun warga dan ikut andil jika ada tetangga yang
terkena musibah.

4. Struktur Keluarga
a. Sistem pendukung keluarga
Fasilitas layanan kesehatan di wilayah Tn. S berupa Puskesmas dan
klinik. Jarak fasilitas kesehatan terdekat kurang dari 2 km dan dapat
dijangkau dengan menggunakan motor.
b. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi terjadi secara terbuka dan dua arah, menggunakan
bahasa sehari – hari yaitu bahasa sunda
c. Struktur Peran
Tn. S sebagai kepala keluarga dan pengambilan keputusan serta
menjadi panutan.Ny. M sebagai ibu rumah tangga .
d. Struktur Kekuatan Keluarga
Anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga lain yang
terkena Diabetes Melitus untuk menjaga pola makan dan rutin meminum
obat. Tapi terkadang Ny. M masih mengkonsumsi mie instan dan telur.
Ny. M mengatakan sudah + 1 bulan belum memeriksa kadar gula darah.
e. Nilai atau Norma Keluarga
Keluarga masih memegang adat istiadat sunda, dan tidak ada nilai dan
norma tertentu dan nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan
karena menurut keluarga kesehatan merupaan hal yang penting.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi. Respon keluarga
terhadap kehilangan yaitu berduka, namun selama ini keluarga saling
menguatkan dan menjaga satu sama lain.
b. Fungsi Sosial
Fungsi sosial keluarga Tn. S berjalan dengan baik, Ny. M sering
berkomunikasi dan bersosialisasi. Mengikuti pengajian didekat rumahnya,
tetapi anggota keluarga tidak ada yang ikut dalam keanggotaan organisasi
masyarakat dan tidak ada yang cukup berpengaruh di masyarakat.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Tn. S yang mengganti balutan Ny. M setiap pagi, serta mengingatkan
untuk menjaga pola makan.
d. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga dapat dari hasil bekerja sebagai buruh dengan
pendapatan + 1.000.000,- / bulan uang digunakan setiap bulan untuk
kebutuhan harian, bulanan, kebutuhan sandang, pangan, papan dan
kesehatan.
6. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
- Jangka pendek
Ny. M mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dari penyakit yang
dideritanya.
- Jangka Panjang
Ny. M berharap penyakit yang dideritanya tidak terjadi komplikasi
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Di dalam mengatasi masalah biasanya dalam keluarga didiskusikan
bersama. Anak Tn. S yang sudah berkeluarga selalu meminta nasehat
jika ada masalah dalam keluarga.
3. Strategi koping yang dipergunakan
Strategi yang dipergunakan oleh keluarga Tn. S adalah dengan
mendiskusikan masalahnya bersama.
4. Strategi adaptasi Disfungsional dan Fungsional
Selama pengkajian tidak ditemukan adanya cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaftif dalam keluarga.

7. Pemeriksan Fisik

No Aspek Tn. S Ny. M


1 Penampilan Sehat Sehat
2 Kesadaran Composmentis Composmentis
3 Tanda Vital
- TD 120/80 mmHg 130/80 mmHg
- Nadi 82x/ menit 88 x / menit
- Suhu 36 0C 36 0C

- Respirasi 20x/menit 22 x / menit

4 Kepala
- Rambut Hitam Hitam
- Kulit kepala Kotor Bersih
- Massa nyeri Tidak ada Tidak ada
5 Mata
- Konjungtiva An Anemis An Anemis
- Sklera An Ikteik An Inkterik
- Lensa Keruh Jernih
- Pupil Isokor Isokor
- Penglihatan Baik, dibuktikan bisa
Baik, dibuktikan bisa
membaca papan
membaca papan nama
nama dengan jarak +
dengan jarak+ 6 meter
6 meter
6 Hidung
- Bentuk Simetris Simetris
- Keadaan Tampak bersih Tampak bersih
Dapat membedakan Dapat membedakan
- Fungsi bau kayu putih dan bau kayu putih dan
kopi kopi
7 Mulut
- Keadaan Bersih Bersih
Bisa mengunyah Bisa mengunyah tanpa
- Fungsi
tanpa gangguan gangguan
8 Telinga
Dapat mendengar Dapat mendengar
- Fungsi
dengan baik dengan baik
Bersih, tidak Bersih, tidak terdapat
- Keadaan
terdapat serumen serumen
9 Leher
Tidak teraba, tidak Tidak teraba, tidak
- JVP
terjadi peningkatan terjadi peningkatan
- KGB Tidak teraba Tidak teraba
11 Abdomen
- Bentuk Datar Datar
- Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Ektremitas Atas
12
- Keadaan
Baik bisa digerakkan Baik bisa digerakan

Ekstremitas - Terdapat luka di


Bawah kaki kiri + 7 cm.
- Keadaan keadaan luka bersih
terdapat push dan
terdapat jaringan
nekrotik
- telapak tangan dan
kaki terasa kebas
dan kesemutan

8. Harapan keluarga
Keluarga berharap penyakit yang diderita cepat sembuh dan tidak terjadi
komplikasi

9. Pemeriksaaan penunjang
Ny. M mengatakan sudah + 1 bulan belum memeriksa kadar gula darah.

10. Therapy
- Metformin 500 mg 2 x 1 tab
- Glucodex 50 mg 2 x 1 tab
- Salep gentalgen
ANALISA DATA
Interprestasi Masalah
No Data Fokus
Masalah Keperawatan
1. Data Subjektif Kurangnya Ketidak mampuan
- Ny. M mengatakan telapak tangan pengetahuan anggota keluarga
dan kaki terasa kebas dan keluarga tentang mengenal masalah
kesemutan cara pencegahan dan diabetes melitus
- Ny. M mengatakan sudah + 1 perawatan diabetes berhubungan dengan
bulan belum memeriksa kadar mellitus kurangnya
gula darah. pengetahuan keluarga
- Tn. S mengatakan Ny. M masih tentang cara
mengkonsumsi Mie Instan + telur pencegahan dan
Data Objektif : perawatan diabetes
- Kesadaran Composmentis melitus
- Tanda-tanda Vital :
130/80
TD :
mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Respirasi : 22 x / menit
Suhu : 36 0C

2 Data subjektif
- Ny. M mengatakan terdapat luka Ketidak mampuan Gangguan integritas
di kaki kiri keluarga merawat kulit berhubungan
- Ny. M mengatakan Tn. S yang anggota kelurga dengan ketidak
mengganti balutan setiap pagi dengan diabetes mampuan keluarga
Data objektif : mellitus merawat anggota
- Terdapat luka dikaki kiri + 7 keluarga dengan
Cm. keadaan luka terdapat push diabetes mellitus
terdapat jaringan nekrotik

PENAPISAN MASALAH
1. Ketidakmampuan anggota keluarga mengenal masalah Diabetes melitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan diabetes melitus.
(Bailon dan Maglaya, 1978)
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : 2/3 x1 2/3 Pada penderita Diabetes
Ancaman melitus bila tidak
mendapatkan perawatan
secara teratur akan
berdampak kepada
komplikasi Diabetes
Melitus.
2. Kemungkinan 2/3 x 1 2x3 Dapat dirubah dengan
masalah dapat menghindari faktor
dirubah : pencetus diabetes melitus,
Sebagian mengecek secara berkala
kadar gula dalam darah
3. Potensi 2/3 x1 2/3 Dapat dicegah dengan
pencegahan kontrol kadar gula dalam
masalah : darah secara teratur dan
Cukup perilaku hidup bersih dan
sehat
4. Menonjolnya ½x1 ½ Keluarga mau bekerjasama
masalah : dengan tindakan medis
Masalah yang dalam pencegahan dan
tidak perlu perawatan diabetes melitus
segera
ditangani
Jumlah 2 ½

2. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga,


merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus.
(Bailon dan Maglaya, 1978)
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : 2/3 x1 2/3 Pada penderita Diabetes melitus
ancaman bila tidak mendapatkan,
perawatan secara teratur akan
berdampak kepada komplikasi
Diabetes Melitus.
2. Kemungkinan 2/3 x 1 2/3 Keterbatasan alat dan obat yang
masalah dapat dimiliki keluarga Tn. S sehingga
dirubah : mempengaruhi kesembuhan Ny.
Sebagian M
3. Potensi 2/3 x1 2/3 Keluarga Tn. S mau bekerjasama
pencegahan dengan perawat
masalah :
Cukup
4. Menonjolnya ½x1 1 Bila tidak segera ditangani
masalah : kemungkinan penyembuhan pada
Masalah yang penyakitnya akan tambah parah
tidak perlu
segera ditangani
Jumlah 3
INTERVENSI

Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi Rasional


No
keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Gangguan Integritas Setelah 2 x Setelah Keluarga Keluarga 1) Jelaskan 1) Dengan
kulit berhubungan pertemuan dilakukan dapat dapat pada diberikannya
dengan ketidak keluarga tindakan melakukan melakukan keluarga penyuluhan
mampuan keluarga memahami keperawatan perawatan perawatan mengenai tentang
merawat anggota tentang selama 15 luka secara luka cara perawatan luka
keluarga dengan perawatan menit tidak mandiri dan penyakit perawatan diharapkan
Diabetes Melitus anggota terjadi infeksi tepat Diabetes luka yang keluarga
keluarga pada luka Melitus benar pada mengetahui dan
dengan diabetes Diabetes mepraktekan
Diabetes melitus Melitus secara tepat
Melitus 2) Lakukan 2) Dengan di
perawatan lakukannya
luka perawatan luka
3) Mengajarka tidak terjadi
n Senam infeksi pada luka
Kaki 3) Senam kaki
dapat
meringankan
kesemutan
2. Ketidak mampuan Setelah 1 x Setelah Keluarga Keluarga 1) Jelaskan 1) Diharapakan
anggota keluarga pertemuan dilakukan dapat dapat pada anggota
mengenal masalah keluarga penyuluhan mengatakan melakukan anggota keluarga
Diabetes Melitus memahami selama 15 secara verbal perawatan keluarga mengetahui
berhubungan dengan tentang cara menit cara pada tentang cara-cara
kurangnya pencegahan keluarga dapat pencegahan anggota penyakit pencegahan
pengetahuan keluarga dan melakukan dan keluarga diabetes penyakit
tentang cara perawatan perawatan perawatan yang mellitus diabetes melitus
pencegahan dan Diabetes secara tepat. penyakit menderita meliputi 2) Diharapkan
perawatan Diabetes Melitus Diabetes penyakit Pengertian, anggota
Melitus Melitus Diabetes Tanda dan keluarga
Melitus Gejala, memahami
Penyebab, tentang manfaat
Penatalaksa istirahat, diet
naan DM yang tepat dan
2) Jelaskan olahraga pada
pada Diabetes
keluarga Melitus
tentang diet
yang tepat
pada
Diabetes
Melitus
IMPLEMENTASI
No Tanggal Diagnosa Tindakan dan Respon Paraf
Keperawatan
1 26 Juli 2020 - Gangguan T : Menjelaskan pada keluarga
Integritas kulit mengenai cara perawatan luka
berhubungan yang benar pada diabetes melitus.
dengan R : Keluarga Tn.S mengerti cara
ketidakmampuan perawatan luka yang benar pada
keluarga merawat penyakit Diabetes Melitus
anggota keluarga
dengan diabetes T : melakukan perawatan luka
mellitus pada Ny. M
R : - Ny. M merasa nyaman
setelah diganti balutan oleh
perawat
- Keadaan luka bersih,
terdapat push dan jaringan
nekrotik
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
P : 84x/menit
R : 22x/menit
S : 36 C

2 27 Juli 2020 - Ganguan integritas T : menjelaskan ulang kepada


kulit berhubungan keluarga mengenai cara
dengan perawatan luka yang benar pada
penyakit DM dan menanyakan
ketidakmampuan
langkah perawatan luka yang
keluarga merawat benar pada penyakit DM
anggota keluarga
dengan Diabetes R : keluarga memahami cara
Melitus perawatan luka yang benar pada
penyakit DM, dan dapat
menyebutkan kembali langkah
perawatan luka yang benar pada
penyakit DM

T : melakukan perawatan luka


pada Ny. M
R : Ny. M merasa nyaman
setelah diganti balutan oleh
perawat
TTV :
TD : 140/80 mmHg
P : 82x/menit
R : 20x/menit
S : 36 C

T : Menjelaskan pada anggota


- Ketidak mampuan keluarga tentang penyakit
anggota keluarga diabetes mellitus meliputi
Pengertian, Tanda dan Gejala,
mengenal masalah
Penyebab, Penatalaksanaan DM
diabetes melitus
berhubungan R : Keluarga dapat
dengan kurangnya memahami tentang penyakit
pengetahuan diabetes mellitus meliputi
keluarga tentang Pengertian, Tanda dan Gejala,
cara pencegahan Penyebab, Penatalaksanaan DM
dan perawatan
diabetes melitus
3 28 Juli 2020 - Ganguan integritas T : melakukan perawatan luka
kulit berhubungan pada Ny. M
dengan R : - Ny. M merasa nyaman
ketidakmampuan setelah diganti balutan oleh
keluarga merawat perawat
anggota keluarga - TTV :
dengan Diabetes TD : 130/80 mmHg
Melitus P : 88x/menit
R : 20x/menit
S : 36 C
GDS: 121 mg/dl

T : Mengajarkan senam kaki


pada Ny.M
R : Ny.M mengerti cara senam
kaki dan dapat melakukannya
- Ketidak mampuan T : Menjelaskan ulang pada
anggota keluarga anggota keluarga tentang penyakit
mengenal masalah diabetes mellitus meliputi
(Pengertian, Tanda dan Gejala,
diabetes melitus
Penyebab, Penatalaksanaan DM)
berhubungan
dengan kurangnya R : Keluarga dapat
pengetahuan memahami dan meyebutkan
keluarga tentang kembali tentang penyakit diabetes
cara pencegahan mellitus meliputi (Pengertian,
dan perawatan Tanda dan Gejala, Penyebab,
Penatalaksanaan DM)
diabetes melitus
T : menjelaskan pada
keluarganya tentang diet yang
tepat pada Diabetes Melitus
R : - keluarga memahami yang
disampaikan oleh perawat
dan dapat menjelaskan
kembali diet yang tepat pada
Diabetes Militus
-Ny.M mengatakan tidak
mengkonsumsi lagi mie instan

EVALUASI
No Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
1 28 Juli 2020 - Ganguan integritas S : Keluarga mengatakan
kulit berhubungan memahami cara perawatan
dengan luka pada penyakit Diabetes
ketidakmampuan Melitus
keluarga merawat O : - Keluarga tampak memahami
anggota keluarga penjelasan dari perawat
dengan Diabetes dibuktikan dengan
Melitus menjelaskan kembali
langkah perawatan luka
- terdapat luka di kaki kiri,
keadaan luka bersih, terdapat
jaringan nekrotik
- Ny.M tampak melakukan
senam kaki
- TTV :
TD : 140/90 mmHg
P : 88x/menit
R : 20x/menit
S : 36 C
GDS: 121 mg/dl
A : Kemampuan merawat anggota
keluarga pada penyakit
Diabetes Melitus teratasi
sebagian dengan hasil :
- keluarga memperhatikan saat
ganti balutan
- keluarga memahami langkah
langkah perawatan luka yang
benar
P : Lanjutkan intervensi
- Jelaskan penyuluhan
kesehatan tentang perawatan
luka yang benar pada
keluarga Tn.S
- lakukan Perawatan Luka
pada Ny.M
- Anjurkan Senam Kaki
2 28 Juli 2020 - Ketidak mampuan S : - Keluarga mengatakan
anggota keluarga memahami tentang penyakit
mengenal masalah diabetes melitus (pengertian,
diabetes melitus tanda dan gejala, penyebab,
berhubungan penatalaksanaan) dan diet
dengan kurangnya yang tepat pada penyakit
pengetahuan Diabetes Melitus
keluarga tentang - Ny.M mengatakan tidak
cara pencegahan mengkonsumsi lagi mie instan
dan perawatan O : Keluarga Tn.S dapat
diabetes melitus memahami dan menyebutkan
kembali diet yang tepat pada
penyakit Diabetes Melitus

A : Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan
diabetes melitus teratasi
sebagian dengan hasil :
- Keluarga dapat memahami
tentang penyakit diabetes
melitus (pengertian, tanda dan
gejala,
penyebab,penatalaksanaan)
serta diet pada DM

P : Lanjutkan intervensi
- Pantau diet yang tepat pada
Diabetes Melitus
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

A. PENGANTAR

Materi : Penyakit Diabetes Melitus


Pokok Bahasan : Perawatan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tanggal          :    27 Juli 2020

Waktu : 35 menit
pertemuan
Tempat : Arombu, Kabupaten Konawe
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Ny.M dapat melakukan
perawatan pada penyakit DM
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x45 menit, Tn.S dan
keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Klasifikasi DM
d. Tanda dan gejala DM
e. Pengelolaan DM
f. Pemeriksaan penunjang
g. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.

C. MATERI
(Terlampir)

D. MEDIA
 Materi SAP
 Leafleat
 LCD

E. METODE
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi

F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pembukaan 5 menit
 Memberi salam Menjawab salam
 Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
 Menjelaskan tujuan penyuluhan Menyimak
 Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan
2 Pelaksanaan 20 menit
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. Memperhatikan
Materi :
 Pengertian DM
 Penyebab DM
 Klasifikasi DM
 Tanda dan gejala DM
 Pengelolaan DM
3 Evaluasi 5 menit
 Menyimpulkan inti penyuluhan             
 Menyampaikan secara singkat Memperhatikan
materi penyuluhan              menjawab
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan

4 Penutup :
 Menyimpulkan materi penyuluhan Menyimak dan 5 menit
yang telah disampaikan Mendengarkan
 Menyampaikan terima kasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
 Mengucapkan salam Menjawab salam

G. REFERENSI
1. Soeparman dkk, 1987,  Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press,
Jakarta.
2. http://us.geocities.com/mauzurahm., Penyakit Kencing Manis,
Oleh : Mohamed Yosri Mohamed Yong 
3. http://www.interna.fk.ui.ac.id/referensi/pedoman/001PD.htm# , 1998,
Konsensus Pengelolaan Diabete Melitus Di Indonesia. Universitas
Indonesia, Jakarta.

Lampiran Materi

DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau
menggunakan insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy
atau disimpan sebagai cadangan energi.

B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan

C. TANDA DAN GEJALA


1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit
sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah
D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena
pengobatan dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi

E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN


Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi
Indonesia ) diet harian penderita DM disusun sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein         : 10-15%
c. Lemak          : 20-25%

Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi  yang dikonsumsi oleh penderita


DM diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
1. Manisan Buah
2. Gula pasir
3. Susu Kental Manis
4. Madu
5. Abon
6. Kecap
7. Sirup
8. Es Krim

b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS


DIBATASI ;
1. Nasi
2. Singkong
3. Roti
4. Telur
5. Tempe
6. Tahu
7. Kacang Hijau
8. Kacang Tanah
9. Ikan

c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :


1. Kol
2. Tomat
3. Kangkung
4. Oyong
5. Bayam
6. Kacang Panjang
7. Pepaya
8. Jeruk
9. Pisang
10. Labu Siam  

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan
baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka
cepat MINUM TEH MANIS
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin,
tangga ( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan
Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita  DM :
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau
menghilangkan kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok

Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik


1. Sirkulasi darah kaki kurang baik
2. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka
3. Daya Tahan tubuh terhadap infeksi menurun

Tindakan yang bisa  dilakukan bila kaki terluka:


1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa
steril dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke
dokter
2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke
dokter.
Perawatan kaki Diabetik :
1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung /
sikat halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna
(pucat,kemerahan), bentuk (pecah-pecah,lepuh,kalus,luka), Suhu
(dingin,lebih panas)
4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu
keras kaki direndam dahulu dalam air hangat (37,5’C) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada
sesuatu didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan
pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun

Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :


1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar  kurang lebih ½ inchi  lebih
panjang dari kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu  jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin
DIABETES MELLITUS
KENALI GEJALA DAN PENATALAKSANAANYA..

EVI NURMAISA BIDURI


NIM. N201901078

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MANDALA WALUYA
2019/2020
A. PENGERTIAN DM
Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan terjadinya gangguan fungsi metabolisme tubuh dengan
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia).

B. KLASIFIKASI

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)


2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C. DIKATAKAN DIABETES
BILA:
1. Gula Darah Puasa :
>126 mg/dl
2. Gula darah sesudah makan: >180 mg/dl

D. PENYEBAB
Diabetes Tipe 1 :
1. Faktor genetik
2. Faktor imunologi
3. Faktor lingkungan
Diabetes Tipe 2 :
1. Usia
2. Obesitas
3. Keluarga
4. Pernah Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
5. Pola hidup tidak sehat

E. TANDA DAN GEJALA


1. Haus berlebihan
2. Kencing berlebihan
3. Dehidrasi
4. Pusing
5. Sakit kepala
6. Jantung berdenyut jantung
7. Pandangan mata kabur
8. Infeksi
9. Penurunan berat badan
F. PENATALAKSANAAN
1. Western Medicine
2. Naturopati(diet, latihan)
3. Pemantauan
4. Pendidikan Kesehatan

G. KOMPLIKASI
1. Jantung
2. Ginjal
3. Saraf
4. Mata
5. Kaki
6. Kulit

Daftar hitam makanan bagi diabetisi


1. Mi instan
2. Kue dan roti dari tepung putih
3. Gorengan
4. Margarin
5. Aneka daging dari hewan berkaki empat
6. Kerang
7. Burger

Suplementasi tumbuhan untuk Diabetes


1. Kayu manis
2. Ginseng korea
3. Bawang putih
4. Aloe vera (Aloevera barbadensis miller)
5. Pare
6. Jahe
7. Kunyit
8. Buah kopi
9. Mengkudu
10. Teh hijau

Anda mungkin juga menyukai