Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pengampu: Ns. Amin Aji Budiman,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 4
Aulliya Geovany (P21164)
Azzahra Zaini Ruslan (P21168)
Dyah Ayu Anggraini (P21174)
Gravyta Deliana Mocca (P21180)
Rizal Prima Yandi (P21194)
Siti Komariah (P21197)
Wulan Handayani (P21205)
Zulfa Rizqia Afifah (P21209)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… 2


BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 3
A. Latar Belakang …………………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 4
C. Tujuan …………………………………………………………………….. 4
D. Manfaat……………………………………………………………………. 4
BAB II KAJIAN TEORI ……………………………………………………………. 5
A. Definisi …………………………………………………………………… 5
B. Etiologi …………………………………………………………………… 6
C. Tanda dan Gejala ………………………………………………………… 7
D. Rentang Respon ………………………………………………………….. 8
E. Proses Terjadi Harga Diri Rendah ……………………………………….. 9
F. Karakteristik ……………………………………………………………… 10
G. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi ……………………………….. 11
H. Manifestasi Klinis ………………………………………………………… 11
I. Proses Terjadi Harga Diri Rendah ………………………………………… 12
BAB III TINJAUAN KASUS …………………………………………………….….. 13
A. Pengkajian ………………………………………………………………… 13
B. Analisis Data ……………………………………………………………… 16
C. Masalah Keperawatan …………………………………………………….. 17
D. Pohon Masalah ……………………………………………………………. 18
E. Prioritas Dianosa Keperawatan …………………………………………… 18
F. Intervensi ………………………………………………………………….. 19
G. Implementasi ……………………………………………………………… 19
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………… 26
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 26
B. Saran ……………………………………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 27

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehin
gga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat waktu. Tak lupa shalawat serta s
alam tercurahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nanti
kan kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘Keperawatan Jiwa Dengan Kasus Harga Diri Rendah’ ini disusu
n guna menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah Ilmu Kepwerawatan. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan pada penyusunan serta pe
nulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya makalah ini dapat le
bih sempurna, serta menambah wawasan bagi penelitian selanjutnya.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf. Demikian yang
dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pe
nulis dan pembaca.

 
Surakarta, 22 Februari 2022

Penulis
 

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri di s
ertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, bi
cara lambat dan suara lemah (Sueni, keliet 2013). Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari k
eadaan keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik ataupun mental. Pasi
en gangguan jiwa sering kali tidak produktif di masyarakat, bahkan cenderung merugikan ma
syarakat. pada masyarakat, pasien gangguan jiwa yang sering dijumpai yaitu Skizofrenia. Ski
zofrenia dapat didefinisikan sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien
dan cara piker (Melinda Herman 2008). Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan or
ang lain gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang
lain yang mengancam hubungan dan interpersonal yang buruk.

Tingkat harga diri seseorang berada dalam renta tinggi sampai rendah. Individu yang m
emiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara e
fektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Kelie, 2011). Me
nurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang karena depresi dan 2 juta terkena skozofern
ia mencapai 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk, 90% orang mengalami hal
usinasi. Berdasarkan data catatan rekam medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada tahu
n 2017 yang mengalami HDR sebanyak 334 pasien. Departemen Kesehatan menyebutkan ju
mlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 2,5 juta jiwa, yang diambil dari data RSJ se-Indo
nesia. Sementara itu 10% sementara itu dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa mak
a harus mendapatkan perhatian karena termasuk rawan kesehatan jiwa. Di Jawa Tengan sendi
ri terdapat 3 orang perseribu penduduk yang mengalami gangguan jiwa dan 50% akibat dari k
ehilangan pekerjaan. Dengan demikian dari 32.952.040 penduduk Jawa Tengah terdapat sekit
ar 98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa.

Sejalan dengan paradigma sehat yang direncanakan departemen kesehatan yang lebih
menekankan upaya proaktif melakukan pencegahan dari pada menunggu di rumah sakit, kini
upaya proaktif melakukan pencegahan dari pada menuggu di rumah sakit, kini orientasi upaya
kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif (Riskesdas , 2018). Beberapa

3
faktor yang menyebabkan harga diri rendah yaitu faktor predisposisi adalah penolakan orang t
ua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergangtungan pada orang lain, idea diri yang tidak realistis. Sedangkan faktor yang menye
babkan harga diri rendah adalah sebagian anggota tubuh, berubah penampilan atau bentuk tub
uh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Cara mengontrol harga diri renda
h meliputi, mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pas
ien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan di latih melatih kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampua
n yang telah dilatih dalam rencana harian, melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kema
mpuan pasien (Herman, 2001).

1. Rumusan Masalah

a. Apakah definisi harga diri rendah?

b. Apa saja etiologi dan bagaimana tanda gejala harga diri rendah?

c. Patofisiologi harga diri rendah

2. Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi harga diri rendah

b. Untuk menambah wawasan akan ilmu keperawatan

c. Untuk mengetahui tanda gejala harga diri rendah

d. Untuk mengetahui etiologi harga diri rendah

3. Manfaat

a. Bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bahan pengajaran.

b. Bagi para mahasiswa dapat dijadikan untuk bahan belajar dan mendalami tentang kasus
harga diri rendah.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi

Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari spesifiknya.
Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang
lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan
berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen
psikologis yang penting bagi kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
harga diri yang rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan. Harga diri yang tinggi
dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain
terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga
harga diri dikaitkan dengan hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya
depresisehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri
individu dan menggambarkan gangguan harga diri (Wijayati et al., 2020).

Harga diri rendah berasal dari pengalaman seseorang seiring dengan pertumbuhannya,
seperti : tidak ada kasih sayang , dorongan dan tantangan, tidak terdapat cinta dan
penerimaan, selalu mengalami kritikan, ejekan, sarkame dan sinisme, adanya pemukulan fisik
dan pelecehan tidak adanya pengakuan dan pujian untuk prestasi, terdapat kelebihan dan
keunikan yang selalu di abaikan (Pardede, Hafizudin, & Sirait, 2021). Harga diri rendah
merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk, 2011; Pardede, 2019)

Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam
kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat
menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan interperonal yang
buruk dan beresiko terjadinya depresisehingga perasaan negatif mendasari hilangnya
kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri. Harga diri
rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau
kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan secara
langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata), (Samosir, 2020).

5
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri.

B. ETIOLOGI

Harga diri rendah situasional disebabkan karena adanya ketidakefektifan koping


individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga diri rendah juga dapat
terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat
individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Menurut NANDA (2017) faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor
Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu :

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran gender, tuntutan
peran kerja, dan harapan peran budaya.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak-kepercayaan orang tua,


tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh,
perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara
umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara stuasional atau
kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien tidak nyaman (Yosep, 2016).

6
3. Perilaku

Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif dan
dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri. Perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan
keracuan identitas seperti sifat kepribadian yang bertentangan serta depersonalisasi (Stuart,
2018).

C. Tanda Dan Gejala

Menurut Saptina, (2020) tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu:

1. Data Subjektif
a. Mengintrospeksi diri sendiri.
b. Perasaan diri yang berlebihan.
c. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
d. Selalu merasa bersalah
e. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
f. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
g. Mengeluh sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menentang kemampuan diri sendiri.
j. Menjelek-jelekkan diri sendiri.
k. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
l. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
m. Tidak mampu menentukan tujuan.
2. Data Obyektif
a. Produktivitas menjadi menurun.
b. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
d. Penyalahgunaan suatu zat.
e. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
f. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.

7
g. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
h. Gampang tersinggung dan mudah marah.

D. RENTANG RESPON

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu
dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif
dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. Konsep diri positif merupakan
bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya. Ideal
dirinya harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan
menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.

Harga diri rendah Situasional merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak, berguna, pesimis tidak ada harapan
dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu
mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
kepada orang lain, ganguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,
perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial,
khawatir, serta menarik diri dari realitas.

Keracuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan


berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan keracuan identitas yaitu tidak ada kode
moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan
hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak
mampuan untuk empati terhadaapa orang lain.

8
Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk
membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan
asing baginya.

E. PROSES TERJADINYA HDR STRESSOR

9
F. KARAKTERISTIK

1. Mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus-menerus

2. Mengekspresikan sikap malu atau minder atau rasa bersalah

3. Kontak mata kurang atau tidak ada

4. Selalu mengatakan ketidak mampuan atau kesulitan untuk mencoba sesuatu

5. Bergantung pada orang lain

6. Tidak asertif

7. Pasif dan hipoaktif

8. Bimbang dan ragu-ragu

9. Menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negatif mengenai dirinya

Faktor yang berhubungan :

1. Sikap keluarga yang tidak mendukung


2. Penolakan
3. Kegagalan
Untuk menegakkan diagnosa ini perlu didapatkan data utama yaitu :

1. Kontak mata kurang atau tidak ada


2. Mengungkapkan secara verbal rasa minder atau malu atau bersalah
3. Mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri
4. Sering mengatakan ketidakmampuan melakukan sesuatu

G. POHON MASALAH

10
H. FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI HARGA DIRI RENDAH

Menurut (Suryani & Efendi, 2020) faktor predisposisi dan faktor presipitasi harga diri rendah
ialah :

1. Aspek Biologis Sebagian besar pasien memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya (75%),
Sebagian kecil memiliki riwayat genetik (25%). Faktor genetik berperan dalam
mencetuskan terjadinya gangguan jiwa pada diri seseorang. Sadock (2007) menyampaikan
bahwa genetik memiliki peran pada pasien skizofrenia. Seseorang beresiko 10% jika salah
satu orang tua menderita gangguan dan jika kedua orang tua memiliki riwayat gangguan
maka resiko akan lebih besar, yaitu menjadi 40%.

2. Aspek Psikologis Pasien HDR kronis yang diberikan terapi kognitif memiliki riwayat
psikologis kurang percaya diri (90%). Menurut Stuart (2016) bahwa faktor psikologis
meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas, pengalaman masa lalu, koping
dan keterampilan komunikasi secara verbal mempengaruhi perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain.

3. Aspek Sosial Budaya Pasien yang diberikan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga
memiliki masalah sosial budaya yang sangat berpengaruh yaitu tidak memiliki teman (85%),
konflik keluarga (80%) dan status ekonomi rendah (70%). Townsend (2009) menyatakan
bahwa status sosio ekonomi yang rendah lebih banyak mengalami gangguan jiwa
dibandingkan tingkat sosio ekonomi tinggi.

I. MANIFESTASI KLINIS HARGA DIRI RENDAH

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau akibat tindakan terhadap
penyakit.

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Individu merasa tidak mampu dan tidak berguna dan
memandang dirinya lemah.

3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat. Individu merasa tidak
berguna sehingga klien merasa lebih suka meyendiri dan enggan untuk berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat.

4. Merendahkan martabat. Individu merasa dirinya lemah merasa bodoh, merasa tidak mampu
dalam melakukan segala hal, dan individu merasa tidak tahu apa-apa, mengabaikan bahkan
menolak kemampuan yang dimiliki sehingga produktivitas individu menurun.

11
5. Percaya diri kurang. Individu merasa ragu-ragu dalam mengambil keputusan, individu tidak
memiliki rasa percaya pada dirinya dan individu selalu memandnag dirinya negatif.

6. Mencederai diri sendiri dan orang lain. Akibat harga diri rendah individu memandang
hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga terdorong untuk merusak atau mengakhiri
hidupnya. Bahkan klien dengan harga diri rendah timbul perasaan benci dan dapat
menimbulkan perilaku kekerasan terhadap lingkungan sekitar

J. PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feedback dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan kecendurungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu
situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri
sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu
dan terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis (Samosir, 2020).

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Klien Inisial : Tn. A
2. Jenis kelamin : Laki-Laki
3. Umur : 21 Tahun
4. Agama : Islam
5. Status : Belum menikah
6. Tanggal pengkajian : 28 Januari 2022
7. RM No : 04-62-xx
8. Informent : Status klien dan komunikasi dengan klien

 Alasan Masuk Rumah Sakit

Kurang lebih 7 bulan yang lalu klien berbicara sendiri, berkelakuan aneh, melukai
diri sendiri, tidak bisa tidur, gelisah, bingung, klien merasa malu karena tidak memilik
i pekerja, ditinggal tunangannya, dan menyesal dengan perbuatannya yang telah meru
gikannya.

 Faktor Predisposisi
Pasien sebelumnya tidak pernah ada riwayat gangguan jiwa. Pertama kali pasien
mengalami gangguan jiwa ketika pasien mengalami peristiwa hilangnya alat kelamin
pasien. Pasien juga mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruh nya un
tuk memotong alat kelaminnya demi keselamatan keluarga. Pasien juga sempat meno
lak diajak berbicara dan berintraksi. Pasien juga sempat dibawa berobat kampung (du
kun) tetapi tidak ada perubahan pada pasien tersebut, dan akhirnya keluarga memutus
kan untuk membawa pasien ke rumah sakit jiwa. Ketika pasien dirawat di rumah saki
t jiwa selama 3 hari pasien ingin meminta pulang kerumah. Fisik klien tidak memiliki
keluhan fisik saat dilakukan tanda-tanda vital, didapatkan hasil TD : 113/74 mmHg;
N : 88 x/i; S : 36.5 oC; P : 20 x/i; klien memiliki tinggi 160 cm dan berat badan 67 K
g.

13
 Psikososial
1. Klien merupakan anak ke 2 dari 3 saudara, 2 laki-laki dan 1 perempuan serta klien
mengatakan orang tua kalian masih hidup. Klien mempunyai ayah satu dan ibu satu,
serta mempunyai kakak satu, abang satu, klien adalah anak ke dua dari tiga bersau
dara, klien mengalami gangguan jiwa dan keluarga dalam keadaan sehat fisik dan p
sikologis serta tidak mengalami gangguan jiwa (sehat jiwa).
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Klien tidak menyukai tubuhnya karena memiliki cacat
b. Identitas : Klien anak ke 2 dari 3 bersaudara
c. Peran : Klien berperan sebagai anak
d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh
e. Harga diri : Klien merasa tidak berarti
 Hubungan Sosial
- Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupan pasien adalah keluarganya
- Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok lingkungan rumah
- Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak mudah akrab atau erhubungan dengan orang lain yang dia ti
dak kenal
 Spiritual
- Nilai dan Keyakinan : Pasien mengatakan beragama muslim
- Kegiatan Ibadah : Pasien mengatakan jarang ibadah
 Status Mental
- Penampilan
Pasien tampak kurang rapi dalam berpakaian
- Pembicaraan
Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat dengan lambat dan jelas namun d
apat dipahami
- Aktivitas Motorik
Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
- Suasana perasaan

14
Klien mengatakan merasa dibuang oleh keluarganya dan merasa minder dengan oran
g lain, klien mengatakan merasa malu karena tidak memiliki perkerjaan tetap. Klien
mengatakan tidak percaya dengan diri sendiri, merasa tidak berguna karena tidak dap
at membantu keluarga, klien tampak tidak percaya diri saat wawancara
- Afek
Afek wajah sesuai dengan topik pembicaraan
- Interaksi
Selama wawancara klien kooperatif saat wawancara
- Persepsi
Klien mengatakan bahwa ia tidak dapat memproses cepat setiap orang berbicara atau
bertanya padanya
- Proses Pikir
Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.
- Isi pikir
Klien dapat mengontrol isi pikiran, klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tida
k ada waham. Klien tidak mengalami fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
- Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali waktu, orang dan tempat

- Memori
Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang pernah klien alami
- Tingkat konsentrasi berhitung
Klien kurang berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana dan tanpa harus di bantu o
rang lain.
- Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk (mampu melakukan penilaia
n).
- Daya tilik diri
Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui bahwa dia sedang
sakit
 Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara cukup baik d
engan orang lain.

15
 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien dan tidak sempat unt
uk melakukan kumpul-kumpul bersama masyarakat sekitar.
 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan klien tidak tahu obat apa
yang harus diminum untuk mengatasi gangguan jiwanya.

B. ANALISIS DATA

Data Masalah
DS : Gangguan Konsep diri : Harga
- Klien mengatakan tidak percaya dengan Diri Rendah
kemampuan diri sendiri
- Klien merasa tidak berguna karena tidak
dapat membantu keluarga.
- Klien merasa minder karena keadaannya
yang sekarang
DO :
- Klien tampak murung
- Klien tampak banyak diam
- Klien jelas dalam berbicara dan terkadang
tidak nyambung saat ditanya
- Tampak kontak mata klien kurang
- Klien tampak tidak percaya diri saat
wawancara
DS :
- Klien mengatakan jarang berkomunikasi Isolasi sosial: Menarik diri
dengan keluarga
- Klien mengatakan lebih sering menyendiri.
- Klien mengatakan jarang berbicara dengan
teman yang ada di ruangan
DO :
- Klien sering menghindari pembicaraan
- Cara bicara klien lemah dan dengan nada

16
rendah
- Klien lebih sering menyendiri
- Klien tampak sedih dan lesu
- Saat wawancara klien lebih banyak diam
DS : Halusinasi Pendengaran
- Pasien mengatakan sering mendengar bisikan
suara saat ingin tidur
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
menyuruhnya untuk menyakiti diri sendiri
dan berkata bahwa dia tidak berguna.
- Klien mengatakan merasa gelisah dan takut
jika mendengar suara tersebut
- Klien mengatakan bila suara- suara muncul
secara tiba-tiba klien merasa takut
DO :
- Klien tampak berbicara sendiri
- Klien terlihat senyum sendiri dan marah-
marah saat sendirian.
- Klien tampak kurang konsentrasi
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sulit tidur

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Isoalasi sosial : Menarik Diri
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Gangguan Persepsi dan Sensori : Halusinasi Pendengaran

17
D. POHON MASALAH

Isoalasi sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

Halusinasi pendengaran

D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
3. Isolasi Sosial : Menarik diri

E. INTERVENSI

Diagnosa Intervensi
Harga Diri Sp 1 : Mengentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
Rendah Sp 2 : - Menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
- Menetapkan atau memilih kegiatan sesuai kemampuan.
- Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1.
Sp 3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2
Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3
Gangguan SP 1 : - Identifikasi halusinasi (Isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi,
persepsi pencetus, perasaan, respon)
sensori : - Jelaskan cara mengontrol halusinasi minum meghardik
halusinasi Sp 2 : Mongontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur
pendengaran Sp 3 : Mongontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
Sp 4 : Mongontrol halusinasi dengan kegiatan terjadwal

18
Isolasi SP 1 : Menjelaskan keutungan dan kerugian memiliki teman
Sosial : Sp 2 : Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih
Menarik Diri Sp 3 : Melatih bercapak – cakap sambil melakukan kegiata harian
Sp 4 : Melatih berbicara sosial (meminta sesuatu, berbelanja dll)

F. IMPLEMENTASI

Hari/tgl Implementasi Evaluasi


Senin, Data S : Klien merasa senang dan antusias
13 Tanda dan gejala: O : Klien mampu Mengidentifikasi aspek
Februari -Menilai diri negative atau positif yang dimiliki pasien yaitu
2023 mengkritik diri bernyanyi dan berdoa secara mandiri
-Merasa malu karena masuk A : Harga Diri Rendah (+)
rumah sakit jiwa P:
-Merasa tidak mampu menjadi - Latih klien merapikan tempat tidur 1x1
ibu yang baik karena takut hari
anaknya diejek anak orang gila. - Latih klien menyapu bawah tempat
- Kontak mata kurang tidur 1x1 hari
- Berbicara pelan dan lirih a. Menilai kemampuan yang dapat
Diagnosa Keperawatan : digunakan
Gangguan Konsep Diri : Harga b. Menetapkan atau memilih kegiatan
Diri Rendah sesuai kemampuan
Tindakan Keperawatan : c. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
Sp 1: Mengidentifikasi yang dipilih 1
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien
Selasa , Data : S: Klien merasa senang dan antusias
14 Tanda dan gejala: O :Klien mampu memilih dan melatih
februari - Menilai diri negative/ mengkritik kegiatan sesuai kemampuan yaitu
2023 diri membersihkan tempat tidur dengan
- Merasa malu karena masuk mandiri
rumah sakit jiwa A : Harga Diri Rendah (+)
- Merasa tidak mampu menjadi ibu P : - Latihan membersikan tempat tidur
yang baik karena takut anaknya 2x1 hari

19
diejek anak orang gila. - Menetapkan atau memilih kegiatan
- Kontak mata kurang sesuai kemampuan
- Berbicara pelan dan lirih - Melatih kegiatan sesuai kemampuan
Diagnosa Keperawatan : yang dipilih 1
Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah
Tindakan Keperawatan :
SP 2: Menilai kemampuan yang
dapat digunakan
Rabu, Data : S :Klien merasa senang dan antusias
15 Tanda dan gejala: O : Klien mampu melatih kegiatan sesuai
februari - Menilai diri negative atau kemampuan yaitu menyapu rumah dan
2023 mengkritik diri membersikan tempat tidur dengan
- Merasa malu karena masuk mandiri
rumah sakit jiwa A : Harga Diri Rendah (+)
- Merasa tidak mampu menjadi ibu P : -Membersikan tempat tidur 2x1 hari
yang baik karena takut anaknya -Membantu menyapu 1x1 hari
diejek anak orang gila.
- Kontak mata kurang
- Berbicara pelan dan lirih
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah
Tindakan Keperawatan :
Sp 3: Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
Kamis, Data : S : Senang dan Antusias
16 Tanda dan gejala: O : Melatih kegiatan sesuai kemampuan
februari - Menilai diri negative atau yang dipilih yaitu menyapu rumah
2023 mengkritik diri dengan mandiri
- Merasa malu karena masuk A : Harga diri rendah (-)
rumah sakit jiwa P : - Membersihkan tempat tidur 2x1 hari
- Merasa tidak mampu menjadi ibu - Menyapu dibawah tempat tidur 2x1

20
yang baik karena takut anaknya hari
diejek anak orang gila.
- Kontak mata kurang
- Berbicara pelan dan lirih
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah
Tindakan Keperawatan :
Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3
RTL :
Follow up dan evaluasi SP 1-4
Jumat, Data : S : Senang dan Antusius
16 Tanda dan gejala : O : -Pasien belum mampu mengenali
februari -Menarik diri masalah isolasi sosial dengan mandiri.
2023 -Menolak melakukan interaksi -Mengidentifikasi isolasi sosialnya ;
-Tidak bergairah dan lesu tanda dan gejala, penyebab dan akibat
-Merasa tidak diterima dari isolasi sosial
Diagnosa Keperawatan : -Pasien belum mampu menjelaskan
Isolasi Sosial keuntungan memiliki teman dan
Tindakan Keperawatan : kerugian memiliki teman dengan
Sp1 : Menjelaskan keuntungan mandiri.
dan kerugian mempunyai teman A : Isolasi Sosial (+)
RTL : P : -Melatih klien bercakap –cakap
Sp 2 : Melatih klien berkenalan dengan orang lain 3x1 hari
dengan 2 orang atau lebih -Membersihkan tempat tidur 1x1 hari
Sabtu 18 Data : S : Senang dan Antusias
februari Tanda dan gejala : O : -Klien mampu menjelaskan cara
2023 -Menarik diri berkenalan dengan bantuan
-Menolak melakukan interaksi -Klien mampu mendemostrasikan cara
-Tidak bergairah dan lesu berkenalan dengan dimotivasi oleh
Merasa tidak diterima perawat.
Diagnosa Keperawatan : -Klien mampu mempratekkan dan

21
Isolasi Sosial melakukan cara berkenalan kepada
Tindakan Keperawatan : perawat, teman dan orang lain dengan
Sp 2 : Melatih klien berkenalan cara bantuan.
dengan 2 orang atau lebih teman A : Isolasi Sosial (+).
RTL : P : -Melatih cara berkenalan 1x1 hari
Sp 3 : Melatih bercakap-cakap -Mendemostrasikan cara berkenalan
sambil melakukan kegiatan harian 1x1 hari
-Melatih klien berkenalan dengan satu
orang, dua orang, tiga orang atau
lebih 3x1 hari
Senin, Data : S : Senang dan Antusias
20 Tanda dan gejala : O : -Klien mampu menjelaskan cara
februari - Menarik diri berkenalan dengan bantuan.
2023 - Menolak melakukan interaksi -Klien mampu mendemostrasikan
- Tidak bergairah dan lesu cara berkenalan dengan dimotivasi
- Merasa tidak diterima oleh perawat.
Diagnosa Keperawatan : -Klien mampu mempratekkan dan
Isolasi SosialTindakan melakukan cara berkenalan kepada
Keperawatan : perawat, teman dan orang lain.
Sp 3 : Melatih bercakap-cakap A : Isolasi Sosial (+).
sambil melakukan kegiatan harian P : -Latihan cara berkenalan 1x1 hari
RTL: -Mendemostrasikan cara berkenalan
Sp 4 : Melatih berbicara sosial 2x1 hari
(meminta sesuatu belanja dan
sebagainya)
Selasa Data : S : Senang dan Antusius
21 Tanda dan gejala : O : -Klien mampu mempraktekkan cara
februari - Menarik diri bercakap-cakap dengan orang lain saat
2023 - Menolak melakukan interaksi melakukan kegiatan dengan mandiri.
- Tidak bergairah dan lesu -Klien mampu bersosialisasi meminta
- Merasa tidak diterima sesuatu dengan mandiri.
Diagnosa Keperawatan : A : Isolasi Sosial (-)
Isolasi Sosial P : -Latihan bercakap-cakap sambil

22
melakukan kegiatan harian 3x1 hari
Tindakan Keperawatan : -Latihan berbicara sosial
Sp 4 : Melatih berbicara sosial -Latihan meminta sesuatu 3x1 hari
(meminta sesuatu belanja dan -Latihan bercakap-cakap dengan
sebagainya) orang lain 3x1 hari
RTL :
Follow up dan evaluasi Sp 1-4
Isolasi sosial
Rabu, Data : S : Senang
22 Tanda dan gejala : O: Klien masih mendengar suara – suara
februari -Mendengar suara-suar bisikan tampak mengerti tentang minum
2023 amengatakan “memanggil obat secara teratur
namanya dan mengatakan nak lagi A: Halusinasi pendengaran (+)
ngapain” suara mirip suara ibunya P : -Latihan menghardik halusinasi 3x1
-Tertawa sendiri hari
-Berbicara sendiri -Latihan klien merapikan tempat tidur
Diagnosa Keperawatan : 1x1 hari
Husinasi pendengaran
Tindakan Keperawatan :
Sp1 : -Melatih pasien
mengidentifikasi halusinasinya; isi,
frekuensi, watu terjadi, sruasi
pencetus, perasaan dan respon
halusinasi
-Mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
RTL
Sp 2; mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat
Sp 3; mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap – cakap

23
Kamis, Data : S : Senang dan Antusias
23 Tanda dan gejala : O: -Klien mampu mengontrol halusinasi
februaar -Mendengar suara-suara dengan minum obat secara teratur
i 2023 mengatakan “memanggil namanya dengan bantuan pengawas yayasan.
dan mengatakan nak lagi ngapain” -Klien mampu melakukan komunikasi
suara mirip suara ibunya secara verbal (asertif atau bicara baik-
-Tertawa sendiri baik dengan motivasi)
-Berbicara sendiri A : Halusinasi pendengara (+)
Diagnosa keperawatan : P : -Latihan menghardik halusinasi 3x1
Halusinasi pendengaran hari
Tindakan keperawatan : -Latihan minum obat dengan prinsip 6
Sp 2 : Memberikan informasi benar 2x1 hari
tentang cara pengunaan obat
minum obat
Sp 3 : Memberikan informasi
dampak positif mengontol
halusinasi dengan cara bercakap –
cakap
RTL :
Sp 4 : Mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan aktivitas
Jumat, Data : S : Senang dan antusias
24 Tanda dan gejala : O : Klien mempraktekkan cara bercakap-
februari -Mendengar suara-suara cakap dengan orang lain
2023 mengatakan “memanggil namanya A : Halusinasi pendengaran (-)
dan mengatakan nak lagi ngapain” P : -Latihan menghardik halusinasi 3x1
suara mirip suara ibunya hari
-Tertawa sendiri -Latihan minum obat dengan prinsip 6
-Berbicara sendiri benar 2x1 hari
Diagnosa keperawatan ; -Latihan bercakap-cakap dengan
Halusinasi pendengaran orang lain 3x1 hari
Tindakan keperawatan : -Anjurkan klien berdoa 2x1 hari
Sp 4 : Mengontrol halusinasi

24
denganmelakukan kegiatan
terjadwal

RTL :
Follow up dan evaluasi Sp 1-4
Halusinasi

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri di
sertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menund
uk, bicara lambat dan suara lemah (Sueni, keliet 2013).
Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan keadaan yang tidak normal, baik y
ang berhubungan dengan fisik ataupun mental. pasien gangguan jiwa sering kali tidak pro
duktif di masyarakat, bahkan cenderung merugikan masyarakat. pada masyarakat, pasien
gangguan jiwayang sering dijumpai yaitu Skizofrenia. Skizofrenia dapat didefinisikan seb
agai penyakit neurologisyang mempengaruhi persepsi pasien dan cara fikir (Melinda Her
man 2008).

B. Saran
Dengan rendah hati, kami menyadari bahwa penulisan ini sangat jauh dari kata
sempurna. Saran, kritik, yang membangun diperlukan demi kesempurnaan penulisan ini.
Demikian pula agar penulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi
pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad, A. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan den
gan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa. Health Information: Jurnal Pe
nelitian, 12(2), 224-235https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2.234

Pardede, J. A., Hafizuddin, H., & Sirait, A. (2021). Coping Strategies Related to Self-Esteem
on PLWHA in Medan Plus Foundation. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(2), 255-262.

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2019). The Symptoms of Low Self-Esteem Dec
line after Being Given Acceptance and Commitment Therapy. Adv Practice Nurs, 5, 170.

Samosir, E. F. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An . A Dengan Gangguan


Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Lingk . XVI Lorong Jaya. 1–41.

Suryani, U., & Efendi, Z. (2020). Dukungan Keluarga Berhubungan dengan Harga Diri pad
a Penderita Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 53. https://doi.org/1
0.32584/jikj.v3i1.474

27

Anda mungkin juga menyukai