Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN PSIKIATRI

HARGA DIRI RENDAH

OLEH :

KELOMPOK I

1. ADE AYUNINGSIH (NH0222001)


2. ADOLFINA (NH0222002)
3. ALBERTINUS JEFRY Y. (NH0222003)
4. ALDFI AFIFAH NURPA (NH0222004)
5. ALI SAFI (NH0222005)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong penyusun dalam

menyelesaikan makalah Keperawatan Psikiatri “Harga Diri Rendah”, tanpa pertolongan-Nya

mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini di susun oleh

penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang

datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan kerja keras akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan.

Tak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat

selama pengerjaan makalah ini. Selain itu, teman-teman yang telah mendukung dan semoga

dengan dukungannya dapat menambah kemampuan kami di masa yang akan datang.

Penyusun berharap makalah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi kami di masa yang

akan datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih meningkatkan kesadaran untuk

membaca.

Makassar, 14 Maret 2023

KELOMPOK I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis..................................................................................................................3
.........................................................................................................................................
1. defenisi .....................................................................................................................3
2. Etiologi .....................................................................................................................3
3. Manifestasi Klinis ....................................................................................................4
4. Proses Terjadinya HDR.............................................................................................5
5. Rentang Respon........................................................................................................7
6. Jenis ..........................................................................................................................7
7. Mekanisme Koping...................................................................................................8
8. Perilaku ....................................................................................................................8
9. Penatalaksaan ...........................................................................................................8
B. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................9
1. Pengkajian.................................................................................................................9
2. Diagnosis Keperawatan.............................................................................................12
3. Intervensi Keperawatan.............................................................................................13
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................................14
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................................15

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian.......................................................................................................................16
B. Diagnosis Keperawatan...................................................................................................26
C. Intervensi Keperawatan...................................................................................................27
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................................33
E. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................................33

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................37
B. Saran................................................................................................................................37

ii
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan lemah,
tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak
memadai. Harga diri yang rendah terkait dengan masalah emosional, penyalahgunaan zat,
dan gangguan makan. Meskipun harga diri dianggap sebagai bagian kepribadian yang sangat
penting, tetapi dapat juga berfluktuasi tergantung pada kegagalan atau pencapaian yang
dialami, dan harga diri juga berhubunggan dengan bagian penting dalam kehidupan
seseorang, seperti olahraga dan melakukan kegiatan diwaktu luang. (Wijayati et al., 2020).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari spesifiknya.
Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin memiliki harga diri
yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis
akan berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen
psikologis yang penting bagi kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
harga diri yang rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan (Sitanggang et al., 2021)
Penatalaksaan harga diri rendah yaitu dengan komunikasi terapeutik, komunikasi
terapeutik ini merupakan suatu komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik memperhatikan
klien secara holistik meliputi aspek 1 keselamatan, menggali penyebab, tanda-tanda dan
mencari jalan terbaik atas permasalahan klien. Selain itu hubungan saling percaya antara
perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
gangguan jiwa (Pardede et al., 2020)
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep medis harga diri rendah!
2. Menjalaskan konsep asuhan keperawatan harga diri rendah!
3. Membuat asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah!
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan sebagai nerikut:
1. Memahami konsep medis harga diri rendah.

1
2. Memahami konsep asuhan keperawatan harga diri rendah!
3. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Defenisi
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan
lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga,
dan tidak memadai. Harga diri yang rendah terkait dengan masalah emosional,
penyalahgunaan zat, dan gangguan makan. Meskipun harga diri dianggap sebagai bagian
kepribadian yang sangat penting, tetapi dapat juga berfluktuasi tergantung pada
kegagalan atau pencapaian yang dialami, dan harga diri juga berhubunggan dengan
bagian penting dalam kehidupan seseorang, seperti olahraga dan melakukan kegiatan
diwaktu luang. (Wijayati et al., 2020).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah,
banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya.
Harga diri merupakan komponen psikologis yang penting bagi kesehatan. Banyak
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering kali menyertai
gangguan kejiwaan (Sitanggang et al., 2021)
2. Etiologi
Harga diri rendah situasional disebabkan karena adanya ketidakefektifan koping
individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga diri rendah juga
dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal
disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Menurut NANDA (2017) faktor yang
mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang tanggung jawab
pribadi, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

3
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi pribadi meliputi ketidakkepercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur social Tanda dan Gejala
Harga Diri Rendah
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun. Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara
tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Termasuk
dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman (Yosep,
I & Sutini, 2016).
c. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif
dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya mengkritik diri
sendiri, sedangkan keracuan identitasseperti sifat kepribadian yang bertentangan
serta depersonalisasi (Stuart, 2018)
3. Manifestasi Klinis
Ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala
harga diri rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data
subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini
Data Subjektif: Pasien mengungkapkan tentang:
a. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penolakan terhadap kemampuan diri
e. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi (Nurhalimah, 2016)

4
Data Objektif:
a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan bicara
c. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
d. Bicara lambat dengan nada suara lemah
e. Bimbang, perilaku yang non asertif
f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna (Nurhalimah, 2016).
Menurut CMHN (2006) dalam Nurhalimah (2016),, tanda dan gejala harga diri yang
rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan
nada suara lemah.
Townsend (1998) dalam Nurhalimah (2016), menambahkan karakteristik pasien dengan
harga diri rendah adalah:
a. Ekspresi rasa malu atau bersalah
b. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi-situasi baru
c. Hipersensitifitas terhadap kritik
4. Proses Terjadinya HDR
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008) dalam
Nurhalimah (2016), dalam konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi
dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
1) Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma
kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa,

5
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah
adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan
berulang, kurang mempunyai tanggungjawab personal dan memiliki
ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang
menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah memiliki
penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas,
peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah
adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah,
pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis
yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.
2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat
kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian
anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis dan keperawatan.

6
5. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Harga Diri


Konsep Kerancuam Dipersonalisasi
Diri Rendah
Diri Positif Identitas

Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain :
1) Aktualisasi diri: pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan pengalaman
latar belakang sukses.
2) Konsep diri positif: apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam
mewujudkan dirinya.
b. Respon mal-adaptif individu akan sukses dalam menghadapi masalah. Respon
maladaptive gangguan konsep diri adalah :
1) Harga diri rendah, yaitu transisi antara konsep diri adaptif dan maladaptif
2) Kekacauan identitas : suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kana-kanak dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) : perasaan yang tidak realistis dan keasingan
dirinya dari lingkungan.(Nurhalimah, 2016).
6. Jenis
Harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

7
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termaksud pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut:
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisi identitas diri (misalnya:
konser music,bekerja keras, menonton televise secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya: ikut serta
dalam klub social, agama politih, kelompok, gerakan atau genk)
3) Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya: olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
4) Aktivitas yang merupakan jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari
hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalagunaan obat)
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut:
1) Penutupan identitas-adopsi identitas premature yang diinginkanoleh orang
terdekat tanpa mempertahankan keingina, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negative, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diteriam masyarakat.
8. Perilaku
Perilaku yang dilakukan pada individu yang menarik diri biasanya individu
tersebut cenderung menarik diri dari orang lain, setelah itu individu tersebut juga
memilki tingkat percaya diri yang sangat rendah dan lalu berfikir negative melibatkan
dirinya sendiri.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis Terapi pada gangguan jiwa
skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami
diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya (Pardede et
al., 2020). Terapi yang dimaksud meliputi:

8
a. Farmakoterapi
Berbagai jenis obat parmakoterapi yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
1) Golongan generasi pertama (typical)
a) Chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak),
b) Haloperidol (mengobati kondisi gugup).
2) Golongan kedua (atypical).
a) Risperidone (untuk ansietas),
b) Aripiprazole (untuk antipsikotik).
b. Terapi Somatik
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama (Rokhimmah &
Rahayu, 2020)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Fokus
1) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Gambaran yang dimiliki individu secara mental mengenai tubuhnya,
gambaran tersebut dapat berupa pikiran-pikiran, perasaan, penilaian, sensasi,
kesadaran dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya.
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatuf tentang tubuh,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas Diri
Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian, yang merupakan semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan

9
yang utuh. Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.Berubah atau berhenti fungsi peran
yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah.
d) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkahlaku
berdasarkan standar pribadi. Mengungkapkan keputus asaan karena
penyakitnya: mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga Diri
Pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Faktor
predisposisi : Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis,
biologis, dan social budaya.
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,,
gangguan hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri dan
kurang percaya diri.
1) Klien mempunyai gangguan atau hambatan dalam melakukan hubungan
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
2) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan keinginan untuk ibadah spiritual.
b. Aspek fisik/biologis : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
c. Status mental : Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

10
d. Mekanisme koping Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
e. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan,  pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
f. Masalah Keperawatan
1) Gangguan konsep diri:harga diri rendah
2) Isolasi sosial:menarik diri
3) Koping individu tidak efektif
g. Analisa Data

No. Data Masalah


Keperawatan
1. DS: Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan merasa malu dan tidak berguna
serta dikucilkan dari keluarganya
- Klien mengatakan merasa takut tidak bias diterima
dilingkungan rumahnya setelah pulang dari RS
jiwa
DO :
- Klien saat diajak ngobrol banyak menundukkan
kepala
- Kontak mata kurang
- Klien tampak bicara lambat dengan nada suara
lemah
2. DS : Isolasi Sosial
- Klien mengatakan malas ngobrol dengan orang lain
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman bila
sendiri
DO :
- Klien tampak sedikit bicaram sedikit membatasi
pembicaraan saat berbincang-bincang
- Klien tampak lebih sering melakukan aktivitas
seperlunya saja
3. DS : Koping iIndividu
- Pasien mengatakan apabila pasien memiliki Tidak Efektif
masalah, pasien sering memendamnya (tidak mau
menceritakannya pada orang lain)
- Pasien mengatakan sejak ibunya meninggal pasien
suka melamun, menyendiri di kamar, tidak mau

11
bergaul dengan masyarakat, jarang berkomunikasi
DO :
- Klien tampak menyendiri
- Klien tampak menunduk kebawak serta kontak
mata tidak terlalu focus saat bicara

h. Pohon Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut:

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah

Mekanisme koping Mekanisme koping


Individu tidak efektif keluarga tidak efektif

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: gangguan Konsep Diri:
Harga diri rendah merupakan core problem (masalah utama). Apabila harga diri
rendah pasien tidak diintervensi akan mengakibatkan isolasi sosial. Penyebab harga
diri rendah pasien dikarenakan pasien memiliki mekanisme koping yang inefektif
dan dapat pula dikarenakan mekanisme koping keluarga yang inefektif.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Jiwa Perawat kesehatan jiwa menganalisis data
pengkajian dalam menentukan diagnosis. Landasan untuk memberikan asuhan
keperawatan kesehatan jiwa adalah pengenalan dan mengidentifikasi pola respons
terhadap masalah kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang actual dan pontensial.
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

12
3. Intervensi Keperawatan
a. Menurut Konsep teori
Perencanaan Perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan yang
menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Rencana asuhan
digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis dan mencapai hasil
pasien yang diharapkan.
b. Rencana Tindakan keperawatan pada pasien:
1) Tujuan/ Strategi Pelaksanaan
a) Pasien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
c) Pasien dapat menetaptan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih.
2) Tindakan Keperawatan / Strategi pelaksanaan (SP1)
a) Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang yang masih di miliki
pasien. Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemempiuan dan aspek
positif yang masih dimilikinya, perawat dapat:
(1) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dalam keluarga dan
lingkungan adanuya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
(2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negative.
b) Membantu pasien menilain kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut perawat dapat:
(1) Mendiskusikan dengan pasien kemempuan yang masih dapatb digunakan
saat ini.
(2) Bantu pasien menyebutkanya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
(3) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

13
c) Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
(1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
(2) Bantu pasien menentukan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluraga atau
lingkungan terdekat pasien berikan contoh pelaksanakan kegiatan yang
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegitan sehari hari
pasien.
d) Melatih kemampuan yang dimiliki pasien.
Tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
(1) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
(2) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
(3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
e) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih Untuk
mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut perawat dapat melakukan hal-hal
berikut:
(1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
(2) Beri pujian atas kegiatan kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
(3) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
(4) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaanya
kegiatan.
c. Tindakan Keperawatan / Strategi pelaksanaan (SP2)
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih kemampuan kedua
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Implementasi Keperawatan

14
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana , masalah dan
kondisi klien yang bersangkutan. Ada 4 fase implementasi komunikasi terapeutik tenaga
kesehatan kepada pasien:

a. Fase Orientasi
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi
bersifat pengalian informasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
b. Fase identifikasi
Merumuskan masalah yang dihadapi pasien
c. Fase eksploitasi/Fase kerja
Pada fase ini tenagan medis dituntut untuk bekerja untuk memenuhi tujuan yang telah
ditetapkanpada fase orientasi dan identifikasi. Tenaga kesehatan harus bekerja sama
dengan pasien untuk berdiskusi tentang masala-masalah yang dialami oleh pasien.
d. Fase relaksasi/Penyelesaian
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan
yang telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan harus terus - menerus
untuk menilai agar efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunskan pendekatan SOAP menjadi pola pikir.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
A : Harga diri rendah (+). Analisa terhadap data subjektif objektif .
P : Perencanaan tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Ruang Rawat : Bangau Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Tanggal di rawat : 13 April 2019
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn “Q”
Umur : 28 tahun
Alamat : Mojokerto
Pendidikan Terakhir : SMP
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Petani
Tanggal Pengkajian : 29 April 2019
No. Rekam Medik :129767
II. ALASAN MASUK
a. Data Primer
Klien mengatakan waktu SD sampai SMP pernah ditolak atau dikucilkan oleh temen-
temennya karena klien tidak memiliki uang.
b. Data Sekunder
Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke Rumah sakit jiwa karena BAB
sembarangan. Klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena merasa malu
dan tidak berarti semenjak ayahnya meninggal dunia yang disebabkan oleh kebakaran
rumah sejak 2 tahun yang lalu, sehingga pasien menjadi depresi.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian

16
Klien mengatakan sedikit bingung dan susah untuk berinteraksi dengan orang lain,
klien menghindar dari perawat, klien mengatakan tidak ada harapan punya teman.
Ekspresi wajah malu, sering menunduk saat berinteraksi.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu: Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : pasien belum pernah berobat sebelumnya.
3.

Aniaya fisik Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia


Aniaya seksual
Penolakan 8 tahun
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan kriminal

Jelaskan No 1,2,3 : klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa
lalu. Keluarga pasien mengatakan pada saat SD sampai SMP mendapatkan penolakan
dari teman-temannya. Pasien merasa dikucilkan karena pasien tidak memiliki uang,
sehingga pasien menjadi depresi dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Ibu klien mengatakan klien pernah
mengalami duka cita yang mendalam ketika ayahnya meninggal dunia, yang
disebabkan kebakaran rumah 2 tahun yang lalu. Sehingga klien mengalami depresi,
karena klien sangat dekat dengan ayahnya.
Masalah Keperawatan : Berduka Disfungsional
IV. FISIK
1. Vital sign : TD:120/80mmHg N:87x/menit S: 36oC P:20x/menit
2. Antropometri : TB:173 cm BB: 70kg Turun: Tidak Naik: Tidak
3. Keluhan fisik :Tidak ada
Jelaskan : Klien mengatakan tidak mempunyai keluhan fisik.
Masalah keperawatan : Tidak Ada

17
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:
: Laki-Laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Garis Saudara
: Pasien : Meninggal Dunia
: Garis Serumah
Jelaskan : Kakek dan Nenek dari Ayah dan Ibu klien udah meniggal dunia. Ayah
klien sudah meninggal dunia, yang merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara. Ibu klien
anak kedua dari dua bersaudara. Klien mengatakan bahwa dia adalah anak kembar
yang berjenis kelamin laki-laki dan saudaranya perempuan, klien tinggal bersama Ibu
dan saudara perempuannya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada
2. Konsep diri

18
a. Citra tubuh: Klien mengatakan merasa puas dan nyaman terhadap bentuk, ukuran,
fungsi tubuhnya.
b. Identitas: Klien mengatakan namanya Tn. “Q” umur 28 tahun bekerja sebagai
petani. Klien adalah seorang anak dari kedua orang tuanya, dianggota masyarakat
klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain, karena klien malu dan takut
ditolak oleh masyarakat.
c. Peran: Selama dirumah klien berperan sebagai anak, berbakti dengan orang tua,
ketika di Rumah sakit jiwa berperan sebagai salah satu pasien di ruang bangau
Rumah sakit jiwa lawang.
d. Ideal diri: Klien mengatakan ingin segera sembuh dari gangguan jiwa dan segera
pulang.
e. Harga diri: Klien mengatakan merasa tidak percaya diri, menarik diri karena takut
ditolak oleh temen-temennya.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Saat dirumah mengatakan dekat dengan ayahnya, sedangkan saat ini ayahnya
sudah meninggal karena kebakaran rumahnya saat di RS klien mengatakan tidak
mempunyai teman dekat dikamar dan pasien tidak pernah berinteraksi atau
mengobrol dengan teman sekamarnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Saat di rumah klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok atau
masyarakat di lingkungan. Saat di RS klien mengikuti kegiatan harian seperti:
senam, bersihbersih.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Saat di RS klien mengatakan merasa malu untuk berbicara dengan teman sekamar
karena tidak tahu ingin berbicara apa saat dirumah klien mengatakan kesulitan
untuk mengajak bicara dengan orang lain karena malu.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan

19
Klien mengatakan beragama islam, klien berada dilingkungan perpondokan klien
melakukan ibadah sholat 5 waktu dan mengikuti seluruh kegiatan keagamaan
bersama masyarakat atau keluarganya saat di Rumah sakit jiwa

b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang melakukan ibadah sholat karena lupa.
5. Masalah keperawatan : Distress Spiritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan : tidak rapih  penggunaan pakaian tidak sesuai  cara berpakaian
tidak seperti biasanya 
Jelaskan : cara berpakaian kurang rapi, klien kotor, klien bersikap labil, bau
menyengat, kuku klien kotor, timbul kerak dikuku klien, dan makan blepotan.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap  Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai pembicaraan
Jelaskan : Klien berbicara lambat, volume pelan, jumlah sedikit karakternya katakata
bersambung, klien gagap ketika berbicara.
Masalah Keperawatan: Gangguan komunikasi verbal.
3. Aktivitas motorik
Lesu  Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor
Kompulsif
Jelaskan: Klien tidak mau berinteraksi, banyak diam, dan menyendiri reaksi pasien
terhadap lingkungan berkurang, gerakan dan aktifitas lambat pasien mempertahankan
posisi badan secara kaku. Klien tampak jarang menunjukkan perhatian pada
lingkungan dan muka tanpa mimik
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Alam perasaan

20
Sedih Ketakutan Putus Asa Khawatir
Gembira Berlebihan
Jelaskan : Klien mengatakan sering menangis, wajah pasien tampak murung, makan
harus dipaksa dan klien mengatakan kehilangan sosok orang yang dekat dengan klien
yaitu ayahnya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak Sesuai
Jelaskan: Karena saat pengkajian mood klien sering berubah-ubah terkadang
membaik dan tidak bisa diajak berinteraksi
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah Tersinggung
Kontak Mata Kurang  Defensif Curiga
Jelaskan: Klien selama interaksi kontak mata kurang, klien tidak mampu memulai
pembicaraan, klien tidak menatap lawan bicaranya
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penciuman
Jelaskan: Klien mengatakan tidak mengalami halusinasi
Masalah Keperawatan:Tidak Ada
8. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan Asosiasi
Flight Of Ideas Blocking  Pengulangan Pembicaraan
Jelaskan: Klien berbicara sesuai dengan yang terjadi, pembicaraan klien terhenti
secara tiba-tiba tanpa ada faktor eksternal, kemudian beberapa lama kemudian
melanjutkan kembali pembicaraannya dank klien sukar berbicara dengan orang lain.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
9. Isi Pikir

21
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide Yang Terkait Pikiran Magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip Pikir Siar Pikir Kontrol Pikir
Jelaskan: Klien tidak mengalami Wahan
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan: Waktu: Klien mengetahui tanggal, bulan dan tahun Tempat: klien
mengetahui bahwa saat ini berada di rumah sakit jiwa Orang: Klien mampu mengenal
dirinya dan susah mengenal orang lain
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
11. Memori
Gangguan Daya Ingat Jangka Panjang Gangguan Daya Ingat Jangka Pendek
Gangguan Daya Ingat Saat Ini Konfabulasi
Jelaskan: Klien mengatakan mengingat keluarganya klien mengatakan bahwa dia
berada dirumah sakit jiwa dan klien mengingat kejadian kejadian awal dibawa
dirumah sakit jiwa.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Mudah Beralih Tidak Mampu Berkonsentrasi
Tidak Mampu Berhitung Sederhana
Jelaskan: Konsentrasi klien tidak mudah beralih. Klien mampu berhitung 1 - 20.
Mampu berhitung penjumlahan misalnya 2+2=4, 5+5=10. Mampu menghitung
perkalian misalnya 2x1=2, 3x1=3.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan Ringan  Gangguan Bermakna

22
Jelaskan: Klien mengatakan ketika ia ditolak oleh lingkungan klien langsung terdiam
diri dikamar.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari Penyakit Yang Diderita
Menyalahkan Hal-Hal Di Luar Dirinya 
Jelaskan: Klien mengatakan bahwa ia menyadari penyakit yang diderita dimana klien
mengatakan bahwa penyakitnya adalah gan gguan jiwa yang menyebabkan klien
tidak ingin bergaul dengan orang lain.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan Minimal Bantuan Total
2. Defekasi Dan Berkemih
Bantuan Minimal  Bantuan Total
3. Mandi
Bantuan Minimal Bantuan Total
4. Berpakaian Dan Berhias
Bantuan Minimal Bantuan Total
5. Istirahat Dan Tidur
Tidur Siang Lama : 12.00 WIB s/d 15.00 WIB
Tidur Malam Lama : 18.00 WIB s/d 05.00 WIB
Aktivitas Sebelum Dan Setelah Tidur: Tidak ada
6. Penggunaan Obat
Bantuan Minimal  Bantuan Total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya  Tidak
Sistem Pendukung Ya  Tidak
8. Aktivitas Di Dalam Rumah
Mempersiapkan Makanan Ya Tidak 
Menjaga Kerapihan Rumah Ya Tidak 

23
Mencuci Pakaian Ya Tidak 
Mengatur Keuangan Ya Tidak

9. Aktivitas Di Luar Rumah
Belanja Ya Tidak 
Transportasi Ya Tidak 
Lain-Lain Ya Tidak

Jelaskan : Klien bekerja sebagai petani
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara Dengan Orang Lain Minum Alkohol
Mampu Menyelesaikan Masalah Reaksi Lambat/Berlebih 
Teknik Relokasi Bekerja Berlebihan
Aktivitas Konstruktif Menghindar 
Olahraga Mencederai Diri
Lainnya Lainnya:
Penjelasan: Saat ada masalah klien mengatakan masalahnya dibuku harian, klien tidak
mau bercerita dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan memiliki masalah yang berhubungan dengan lingkungnya, klien
menarik diri tidak mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan saat berada dibangku smp klien ditolak dengan teman-temanya
karena klien tidak memiliki uang
4. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaanya sebagai bertani.
5. Masalah dengan perumahan

24
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan, klien mengatakan tinggal
bersama orangtuanya.
6. Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan ekonominya
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Keluarga klien mengatakan tidak pernah ada masalah dengan pelayanan kesehatan.
8. Masalah lainnya
Tidak ada masalah lainnya.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Penyakit Jiwa Sistem Pendukung
Faktor Presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat-Obatan
Lainnya : Klien memerlukan penjelasan tentang kondisinya dan apa saja yang dapat
memperburuk kondisinya, sistem seperti keluarga harus memahami pengetahuan atau
informasi tentang bagaimana mengontrol kondisi klien
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik :
Axis I : F20.2, Skizofrenia katatonik
Axis II : Pendiam, tertutup
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lainnya
Axis V : 30-21
Terapi Medik :
1. Trif luop erazine 5 mg
2. Lorazapa 2 mg
3. Olazapin 10 mg
4. Depakote 250 mg
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

25
2. Respon pasca trauma dan berduka
3. Isolasi sosial
4. Defisit perawatan diri
5. Koping individu inefektif
6. Distress spiritual
7. Ganguan komunikasi verbal
B. Diagnosis Keperawatan
1. Analisa Data

Diagnosis
No Data
Keperawatan
1. DS: Gangguan
Klien mengatakan tidak ada harapan punya teman, klien konsep diri:
mengatakan malu berinteraksi dengan orang lain Harga diri
DO: rendah
Kontak mata kurang, expresi wajah malu, sering menunduk
saat berinteraksi
2. DS: Isolasi sosial:
Klien mengatakan tidak mempunyai teman dekat di kamar menarik diri
DO: banyak diam, menyendiri, kontak mata kurang
3. DS: Respon pasca
Klien pernah kehilangan orang terdekat yaitu ayahnya, trauma
klien pernah mengalami penolakan saat SD-SMP dan berduka
DO: disfungsional
Klien tampak pendiam, berbicara seperlunya.

2. Pohon Masalah

Isolasi Sosial: Menarik Diri Effect

Harga Diri Rendah Core


Problem

Koping Individu Tidak Efektif Causa

Respon Pasca Trauma dan


Berduka
26
3. Priotitas Masalah Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial: menari diri
c. Respon Pasca Trauma dan Berduka

27
C. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn “Q”
Ruangan : Bangau
No. RM : 129767

Hari/ Diagnosis
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperwatan
Tgl Keperawatan
5/5/2019 Harga Diri TUM : - Klien dapat menerima kehadiran 1. Bina hubungan saling percaya
Rendah Klien dapat perawat setelah 3x pertemuan dengan :
berinteraksi - Klien dapat mengungkapkan perasaan a. Sapa klien dengan ramah
dengan orang dan keberdayaan saat ini secara verbal baik verbal maupun non
lain. a. Klien mau menjawab salam verbal
TUK 1 : b. Ada kontak mata b. Perkenalkan diri dengan
Klien mampu c. Klien mau berjabat tangan sopan
membina d. Klien mau berkenalan c. Tanyakan nama lengkap
hubungan saling e. Klien mau menjawab pertanyaan klien dan nama panggilan
percaya f. Klien mau duduk berdampingan yang disukai klien
dengan perawat d. Jelaskan tujuan pertemuan
g. Klien mampu mengungkapkane. Buat kontrak interaksi yang
perasaannya. jelas, jujur dan tepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan
perhatian kebutuhan dasar
klien
TUK 2: Klien - Klien dapat menyebutkan minimal 2.1 Tanyakan pada klien tentang :
mampu satu penyebab menarik diri a. Orang yang tinggal serumah
menyebutkan a. Diri sendiri dengan klien
penyebab b. Orang lain b. Orang yang paling dekat dengan
menarik diri c. Lingkungan klien dirumah
c. Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut

27
d. Orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah
e. Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain.
2.2 Kaji pengetahuan klien tentang
perilaku menarik diridan tanda-
tandanya
2.3 Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain
2.4 Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaannya
TUK 3: Klien - Klien dapat menyebutkan keuntungan 3.1 Kaji pengetahuan klien tentang
mampu dan kerugian berhubungan sosial manfaat dan keuntungan bergaul
menyebutkan setelah 3x interaksi, misalnya : dengan orang lain
keuntungan dan a. Banyak teman 3.2 Beri kesempatan pada klien
kerugian b. Tidak kesepian untuk mengungkapkan
berhubungan c. Bisa diskusi perasaannya tentang keuntungan
dengan orang d. Saling menolong berhubungan dengan orang lain
lain 3.3 Diskusikan bersama klien tentang
manfaat berhubungan dengan
orang lain
3.4 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaannya
tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.5 Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain

28
3.6 Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
3.7 Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan rang lain
3.8 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaannya
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
TUK 4 : Klien - Klien dapat melaksanakan hubungan 4.1 Observasi perilaku klien saat
dapat sosial secara bertahap setelah 3x berhubungan dengan orang lain
melaksanakan interaksi dengan : 4.2 Beri motivasi dan bantu klien
hubungan sosial a. Klien – perawat untuk berkenalan atau
secara bertahap b. Klien – perawat- perawat lain berkomunikasi dengan orang lain
c. Klien – perawat- perawat lain – klien melalui :
lain a. Klien – perawat
d. Klien – keluarga atau kelompok atau b. Klien- perawat – perawat lain
masyarakat c. Klien – perawat – perawat lain-
klien lain
d. Klien – keluarga atau kelompok
atau masyarakat
4.3 Beri reinforcement terhadap
keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
4.5 Motivasi dan libatkan klien untuk
mengikuti kegiatan TAK
sosialisasi
4.6 Diskusikan jadwal kegiatan

29
harian yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
4.7 Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat
4.8 Beri reinforcement terhadap
kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan.
TUK 5 : Klien - Klien dapat mengungkapkan 5.1 Dorong klien untuk
mampu perasaannya setelah berhubungan mengungkapkan perasaannya
mengungkapkan dengan orang lain setelah 3x interaksi dengan orang atau kelompok
perasaannya untuk : 5.2 Diskusikan dengan klien manfaat
setelah a. Diri sendiri berhubungan dengan klien
berhubungan b. Orang lain 5.3 Beri reinforcement positif atas
dengan orang c. Kelompok kemampuan klien
lain mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan
orang lain.
TUK 6 : Klien - Keluarga dapat menjelaskan setelah 6.1 Diskusikan pentingnya peran
mendapat 3x pertemuan tentang : serta keluarga sebagai pendukung
dukungan a. Pengertian menarik diri untuk mengatasi perilaku menarik
keluarga dalam b. Tanda dan gejala menarik diri diri
memperluas c. Penyebab dan akibat menarik diri 6.2 Diskusikan dengan anggota
hubungan sosial d. Cara merawat klien menarik diri keluarga tentang :
a. Perilaku menarik diri
b. Tanda dan gejala menrik diri
c. Penyebab dan akibat menarik
diri
d. Cara keluarga menghadapi
klien yang sedang menarik
diri.

30
6.3 Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien mengatasi
perilaku menarik diri
6.4 Latih keluarga cara merawat
klien menarik diri
6.5 Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang dilatih
6.6 Dorong anggota keluarga klien
untuk memberikan dukungan
kepada klien berkomunikasi
dengan orang lain
6.7 Anjurkan anggota keluarga untuk
secara rutin dan bergantian
mengunjungi klien minimal
1x/minggu
6.8 Beri reinforcement atas hal-hal
yang telah dicapai dan
keterlibatannya keluarga merawat
klien dirumah sakit.
TUK 7 : Klien - Klien menyebutkan setelah 3x 7.1Diskusikan dengan klien tentang
dapat interaksi yaitu : manfaat dan kerugian tidak
memanfaatkan a. Manfaat minum obat minum obat, nama, warna, dosis,
obat dengan baik b. Kerugian tidak minum obat cara, efek, terapi dan efek
c. Nama, warna, dosis, efek terapi samping penggunaan obat
dan efek samping obat. 7.2Pantau klien saat penggunaan
- Klien mendemonstrasikan obat
penggunaan obat dan tanpa konsultasi 7.3Anjurkan klien minta sendiri obat
dokter setelah 3x interaksi. pada perawat agar dapat
merasakan manfaatnya
7.4Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan benar
7.5Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi

31
dengan dokter
7.6 Anjurkan klien untuk konsultasi
kepada dokter atau perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

32
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama : Tn “Q”
Ruangan : Bangau
No. RM : 129767

Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


6 Mei 2019 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan S : Saat ditanya klien mampu meyebutkan namanya.
prinsip komunikasi terapeutik O:
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non a. Tidak ada kontak mata saat diajak bicara
verbal b. Ekspresi wajah datar
b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Selalu menyendiri
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang d. Susah diajak bicara
disukai dan menerima klien e. Menghindar saat diajak bicara
d. Jelaskan tujuan pertemuan A : Ganguan konsep diri belum teratasi, klien belum
e. Jujur dan menepati janji bisa melakukan bina hubungan saling percaya
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa P : Lanjutkan sp 1
adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
7 Mei 2019 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan S: Klien mengatakan tidak mau diganggu
prinsip komunikasi terapeutik O:
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun a. Tidak ada kontak mata saat diajak bicara
non verbal b. Ekspresi wajah datar
b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Selalu menyendiri
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan d. Susah diajak bicara
yang disukai dan menerimaklien e. Menghindar saat diajak bicara
d. Jelaskan tujuan pertemuan A: Gangguan Konsep diri harga diri rendah
e. Jujur dan menepati janji P: lanjutkan sp 1
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
klien

33
8 Mei 2019 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan S: klien mengatakan ingin pulang
prinsip komunikasi terapeutik O:
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non a. Tidak ada kontak mata saat diajak bicara
verbal b. Ekspresi wajah datar
b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Selalu menyendiri
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan d. Susah diajak bicara
yang disukai dan menerimaklien e. Menghindar saat diajak bicara
d. Jelaskan tujuan pertemuan A: Gangguan Konsep diri harga diri rendah
e. Jujur dan menepati janji P: lanjutkan sp 1
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
klien

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan
lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan
tidak memadai. Harga diri yang rendah terkait dengan masalah emosional, penyalahgunaan
zat, dan gangguan makan. Meskipun harga diri dianggap sebagai bagian kepribadian yang
sangat penting, tetapi dapat juga berfluktuasi tergantung pada kegagalan atau pencapaian
yang dialami, dan harga diri juga berhubunggan dengan bagian penting dalam kehidupan
seseorang, seperti olahraga dan melakukan kegiatan diwaktu luang. (Wijayati et al., 2020).
B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya berguna bagi penyusun. Dalam pembuatan makalh ini penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari ketidaksempurnaan untuk penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, agar pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Lilik, Zainuri Imam,Akbar Amar.(2016).Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa,


indomedia Pustaka : Yogyakarta.

Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., Keperawatan, J., Kendari, P. K., Keperawatan, J., Keperawatan,
J., Kendari, P. K., Keperawatan, J., & Kendari, P. K. (2020). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian harga diri rendah pasien gangguan jiwa. HEALTH
INFORMATION JURNAL PENELITIAN, 12(2), 224–235
Nurhalimah.(2016).Keperawatan Jiwa.Jakarta.

Kemenkes. (2019). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas. Jakarta: Kemenkes RI.


https://databoks.katadata.co.id/Datapublish/2019/10/08/Persebaran-Prevalensi-
Skizofreniapsikosis-Di-Indonesia

Masturah, A. N. (2017). Gambaran konsep diri mahasiswa ditinjau dari perspektif budaya. Jurnal
Ilmiah Psikologi, 2(2). https://doi.org/10.23917/indigenous.v2i2.4934

Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance and Aommitment Therapy and Health Education
Adherence to Symptoms, Ability to Accept and Commit to Treatment and Compliance in
Hallucinations Clients Mental Hospital of Medan, North Sumatra. J Psychol Psychiatry
Stud. 30–35.

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yuli, I. (2020). The Symptoms of Low Self-Esteem Decline after
Being Given Acceptance and Commitment Therapy. Advanced Practices in Nursing,
5(2), 2573–0347.

Rokhimmah, Y., & Rahayu, D. A. (2020). Penurunan Harga Diri Rendah dengan menggunakan
Penerapan Terapi Okupasi (Berkebun). 1(1). https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5493

Samosir, E. F. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An . A Dengan Gangguan


Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Lingk . XVI Lorong Jaya. 1–41.
Sitanggang, R., Pardede, J. A., Damanik, R. K., & Simanullang, R. H. (2021). The Effect Of
Cognitive Therapy On Changes In Self-Esteem On Schizophrenia Patients. European
Journal of Molecular & Clinical Medicine, 2696–2701.
https://ejmcm.com/article_6267.html

Wahyuni, N. S. (2017). Dokumentasi Keperawatan. UNMUH Ponorogo Press.

Yosep, I, H., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (7th ed.). PT Refika Aditama.

Yusuf, A. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.
http://eprints.umpo.ac.id/6107/

Anda mungkin juga menyukai