Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

HARGA DIRI RENDAH

MATA KULIAH: KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Baharuddin Aldi 0122003B


2. Eva Ayu Lestari 0122007B
3. Leli Mulia 0122011B
4. Yuni Marlina 0122021B
5. Edy Supriyanto 0122024B
6. Wheni Isa Billah 0122026B
7. Linda Patmawati 0122029B

STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO


2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah sebagai media atau sarana belajar bagi pembaca untuk
mengetahui tentang MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA
PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH. Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasI terhadap pembaca.

Mojokerto,2 Juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG................................................................................4
2. RUMUSAN MASALAH.............................................................................5
3. TUJUAN MASALAH................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

1. KONSEP HARGA DIRI RENDAH


a. Definisi...........................................................................................6
b. Klasifikasi.......................................................................................6
c. Tanda dan Gejala............................................................................7
d. Penyebab..........................................................................................7
e. Pohon Masalah.................................................................................8
f. Masalah keperawatan.......................................................................9
g. Akibat...............................................................................................9
2. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HARGA DIRI RENDAH
a. Pengkajian......................................................................................11
b. Analisa data...................................................................................18
c. Diagnosa keperawatan..................................................................19
d. Rencana tindakan keperawatan......................................................19
e. Implementasi..................................................................................
f. Evaluasi.........................................................................................

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN.........................................................................................
2. SARAN.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik


fisik, mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan.Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah
keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.Sakit adalah ketidak
seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system
biologis dan kondisi penyesuaian. Kesehatan jiwa adalah satu kondisi
sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep
diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008). Gangguan
jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress
(misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih
area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008). Proses keperawatan jiwa
adalah pendekatan penyelesasian masalah yang sistematis dalam
pemberian asuhan keperawatan. Menurut Craven dan Hirnle (2000),
proses keperawatan merupakan suatu pedoman untuk memberikan asuhan
keperawatan profesional, baik untuk individu, kelompok, keluarga maupun
komunitas dengan enam fase ,yaitu pengkajian, diagnosis, tujuan, rencana
keperawatan, implementasi, dan evaluasi. Harga diri rendah adalah
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Budi
Anna dkk, 2010). Di zaman modern ini, globalisasi terjadi di berbagai
bidang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat.
Selain berbagai kemudahan, pada zaman modern ini juga memberikan
banyak stresor bagi masyarakat. Stresor dapat memengaruhi keadaan jiwa
seseorang Salah satunya harga diri rendah. Harga diri seseorang sangat

4
dipengaruhi oleh individu itu sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat dan beberapa pengalaman in dividu. Seseorang yang memiliki
koping yang baik, maka ia akan mampu mempertahankan atau
meningkatkan harga dirinya.

2. Rumusan Masalah

“ Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan


Harga Diri Rendah? ”

3. Tujuan Masalah
3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien


Dengan Harga Diri Rendah

3.2 Tujuan Khusus

3.2.a Mengetahui bagaiaman konsep harga diri rendah

3.2.b Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada

pasien harga diri rendah

5
BAB II

PEMBAHASA

A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH


a. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi
ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 : 227). Menurut Townsend
(1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung
maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh
Carpenito,L.J. (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi negatif mengenai diri
atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat diatas dapat
disimpulkan harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal
mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional
maupun kronis atau menahun.

b. Klasifikasi
Coopersmith (2002) membagi harga diri rendah kedalam 4 aspek
yaitu:
1. Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku
orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan
rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.
2. Keberatan (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima
individu dari orang lain.
3. Kebajikan (virtue)
6
Ikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk
menjauhi tingkah lau yang tidak diperbolehkan
4. Kemampuan (competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi

c. Tanda dan Gejala


1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penurunan produktivitas
5) Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut,kita dapat juga mengamati
penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak
kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara,
lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara
lemah

d. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping
individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik
positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal
(Townsend, 2005).
a) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistus.
b) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas menurun.
7
Selain itu, faktor presipitasi dapat pula berupa:
1) Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
dalam peran atau posisi.
2) Konflik peran.
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
3) Peran yang tidak jelas.
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
4) Peran yang berlebihan .
Menampilkan seperangkat peran yang kompleks
5) Perkembangan transisi.
Perubahab norma dengan nilai yang tak sesuai dengan diri
6) Situasi transisi peran.
Bertambah atau berkurangnya orang penting dalam
kehidupan individu
7) Transisi peran sehat-sakit.
Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi,
penampilan, prosedur pengobatan dan perawatan.

e. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori


Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Traumatik tumbuh kembang

8
f. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Alasan hospitalisasi atau penanganan
2. Usia dan jenis kelamin
3. Tahap perkembangan
4. Sistem keluarga, yang meliputi status perkawinan, peran dalam
keluarga, posisi sibling kandung
5. Persepsi tentang masalah kesehatan
6. Pengalaman masa lalu dengan sistem perawatan kesehatan
7. Status mental, meliputi pemikiran abstrak, penilaian atau daya
titik diri, memori, alam perasaan, orientasi, persepsi, proses
pikir
8. Sistem kepercayaan (norma,agama,nilai)
9. Kemampuan kognitif
10. Pola interaksi sosial
11. Status sosial, meliputi ketrampilan interpersonal, tingkat
kepercayaan terhadap orang lain, hubungan dengan anggota
keluarga, tingkat harga diri, kemampuan berfungsi dalam peran
sosial dan pekerjaan
12. Persepsi diri, meliputi citra tubuh, mekanisme koping,
kemampuan mengatasi masalah, harga diri
13. Pengalaman krisis masa lalu
14. Riwayat penanganan untuk gangguan psikososial, meliputi
hospitalisasi, pengobatan, psikoterapi, ide bunuh diri, rencana
bunuh diri, usaha bunuh diri dimasa lalu
15. Tanda-tanda neurovegetatif, meliputi kemampuan untuk
mengalami kenikmatan, nafsu makan, tingkat energi, tidur.

g. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial :
menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
1998;336)

9
Isolasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku
antara lain:
 Data subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau
pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan masu lalu untuk berhubungan
dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penulakan oleh
orang lain
 Data objektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata
saat berbicara.

10
B. ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
1. Pengkajian

Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda,


dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti,
2012).
Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan


orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran


yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan
dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua


yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan
kultur sosial yang berubah.

b. Faktor presipitasi

1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam


atau faktor dari luar individu (internal or eksternal sources),
yang dibagi 5 (lima) kategori :

a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan


dengan frustasi yang dialami individu dalam peran
atau posisi yang diharapkan.

b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang


dijalankan dengan yang diinginkan.

c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan


individu tentang peran yang dilakukannya.

11
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang
adekuat untuk menampilkan seperangkat peran
yang kompleks.

e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang


berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya


orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran
atau kematian orang yang berarti.

3) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan


oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat
disebabkan :

a) Kehilangan bagian tubuh.

b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau


fungsi tubuh.

c) Perubahan fisik yang berkaitan


dengan pertumbuhan dan
perkembangan.

d) Prosedur pengobatan dan perawatan.

4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan,


ketidak seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat,
alkohol dan zat.

c. Perilaku

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan


dengan harga diri yang rendah yaitu identitas kacau dan
depersonalisasi seperti berikut (Deden, 2013):

1) Perilaku dengan harga diri yang rendah.

 Mengkritik diri sendiri atau orang lain

12
 Produktifitas menurun

 Destruktif pada orang lain

 Gangguan berhubungan

 Merasa diri lebih penting

 Merasa tidak layak

 Rasa bersalah

 Mudah marah dan tersinggung

 Perasaan negative terhadap diri sendiri

 Pandangan hidup yang pesimis

2) Perilaku dengan identitas


kacau.

 Tidak mengindahkan moral

 Mengurahi hubungan interpersonal

 Perasaan kosong

 Perasaan yang berubah-ubah

 Kekacauan identitas seksual

 Kecemasan yang tinggi

 Tidak mampu berempati

 Kurang keyakinan diri

 Menciderai diri sendiri

 Masalah buhungan intim

 Ideal diri tidak realistic

13
3) Perilaku dengan Depersonalisasi.

a) Afek : identitas hilang, asing dengan diri sendiri,


perasaan tidak aman, rendah diri, taku, malu, dan
perasaan tidak realistic, merasa sangat terisolasi.

b) Persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan,


tidak yakin akan jenis kelaminnya, sukar membedakan
diri dengan orang orang lain.

c) Kognitif : Kacau, disorientasi waktu, penyimpangan


pikiran, daya ingat terganggu, dan daya penilaian
terganggu.

d) Perilaku : Afek tumpul, pasif dan tidak ada respon


emosi, komunikasi tidak selaras, tidak dapat mengontrol
perasaan, tidak ada inisiatif dan tidak mampu
mengambil keputusan, menarik diri dari lingkungan,
dan kurang bersemangat.

d. Manifestasi klinis

Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah


didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :

1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.

2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.

3) Merasa bersalah.

4) Mudah marah dan tersinggung

5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.

6) Ketegangan peran.

7) Pandangan hidup psimis.

8) Keluhan fisik.

14
9) Pandangan hidup bertentangan.

10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap


diri sendiri.

11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.

(Suliswati, 2005)

e. Sumber koping

Menurut Stuart (2006) semua orang tanpa memperhatikan


gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan
personal meliputi :

1) Hobi dan kerajinan tangan

2) Pendidikan atau pelatihan

3) Pekerjaan, vokasi atau posisi

4) Aktivitas olah raga dan aktivitas diluar rumah

5) Seni yang ekspresif

6) Kesehatan dan perawatan diri

f. Manifestasi koping

Mekanisme koping menurut Deden (2013) :

 Jangka pendek :

1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari


krisis : pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv
terus menerus.

2) Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut


kelompok sosial, keagamaan, politik).

15
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara :
(kompetisi olah raga kontes popularitas).

4) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas


sementara : (penyalahgunaan obat-obatan).

 Jangka Panjang :

1) Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas


yang disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.

2) Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan


nilai dan harapan masyarakat.

3) Mekanisme pertahanan ego yang sering


digunakan adalah : fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah
berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

g. Penatalaksanaan

Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah


dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.

Terapi yang dimaksud meliputi :

1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya


diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.

16
2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong
penderita bergaul lagi engan orang lain, pasien lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak
mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama.

3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah


pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artifical dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode
yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5
joule/ detik.

4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk


skizofrenia dan kekurangan pasien. Teknik perilaku
menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.

5) Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri


rendah menurut Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan,
tindakan keperawatan yang dibutuhkan pada pasien
dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif, terapi
interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi
keluarga.Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga
diri rendah bisa secara individu, terapi keluarga, kelompok
dan penanganan dikomunikasi baik generalis keperawatan
17
lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah
yang efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam
berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan lingkungannya
yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien
dengan harga diri rendah.

2. Analisa Data

ANALISA DATA MASALAH

 Data subyektif : Gangguan konsep diri


: harga diri rendah
1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.

2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.

3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.

4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.

5) Mengkritik diri sendiri.

6) Perasaan tidak mampu.

 Data obyektif :

1) Merusak diri sendiri.

2) Merusak orang lain.

3) Ekspresi malu.

4) Menarik diri dari hubungan sosial.

5) Tampak mudah tersinggung.

6) Tidak mau makan dan tidak tidur.

18
7) Pasien terlihat pasif

8) Kontak mata kurang

3. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
Kronik Batasan
karakteristik :
a) Pasien menilai diri putus asa
b) Pasien memperlihatkan kecenderungan pasif
c) Pasien mengungkapkan rasa malu dan bersalah
d) Pasien mengalami masalah medis atau mental kronis
e) Pasien kesulitan mengambil keputusan
f) Pasien sangat bergantung pada pendapat orang lain
g) Pasien mencari kepastian yang berlebihan
h) Pasien mengungkapkan pikiran penyangkalan diri

4. Rencana Tindakan Keperawatan


a) Tindakan keperawatan pada klien
 Tujuan
1. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
2. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Klien mampu menetapkan atau memilih kegiatan yang
sesuai kemampuan
4. Klien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih
sesuai kemampuanya
5. Klien mampu merencanakan kegiatan yang sudah
dilatihnya

19
 Tindakan keperawatan
Tujuan 1 :Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki klien
 Kriteria evaluasi:
Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif
 Intervensi :
1) Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki
sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan klien dirumah , adanya keluarga dan
lingkungan terdekat klien
2) Beri pujian yang realistis atau nyata dan
hindarkan penilaian yang negatif setiap kali
bertemu denhan klien

Tujuan 2 :Membantu klien dalam menilai kemampuan


yang dapat digunakan

 Kriteria evaluasi:

1. Kebutuhan pasien terpenuhi

2. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah

 Intervensi :
1) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang
masih dapat digunakan saat ini setelah
mengalami bencana
2) Bantu klien menyebutkannya dan beri
penguatan terhadap kemampuan diri yang
berhasl diungkapkan klien
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan jadilah
pendengar yang aktif

20
Tujuan 3 :Membantu klien agar dapat memilih atau
menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan.

 Kriteria evaluasi :

1) Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

2) Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.

 Intervensi :
1) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas
yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan klien lakukan sehari-hari
2) Bantu klien menetapkan aktivitas yang dapat
dilakukan secara mandiri. Tentukan aktivitas-
aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dan
bantuan penuh dari keluarag atau lingkungan
terdekat klien. Berikan contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan klien. Lakukan
penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah
daftar aktivitas atau kegiatan sehari – hari klien.

Tujuan 4 :Melatih kegiatan klien yang sudah di pilih sesuai


kemampuan

 Kriteria evaluasi:
Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
 Intervensi :
1) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan
ukuran kegiatan ( yang sudah dipilih klien ) yang
akan dilatihkan.
2) Bersama klien dan keluarga memperagaka bebrapa
kegiatan yang akan dilakukan klien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada
setiap kemajuan yang diperlihatkan klien

21
Tujuan 5 : membantu klien agar dapat merencanakan
kegiatan sesuai kemampuannya.

 Kriteria evaluasi :

Pasien mampu melakukan apa yang diajarkan.

 Intervensi :
1) Memberikan kesempatan pada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah dilatih.
2) Beri pujian atas aktivitas atau kegiatanyang dapat
dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi
dan perubahan setiap aktivitas.
4) Menyusun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan
bersama klien dan keluarga.
5) Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannyasetelah melaksanakan
kegiatan
6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap
aktivitas yang dilakukan klien.

b) Tindakan keperawatan pada keluarga


 Tujuan
a. Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki klien.
b. Keluarga memfasilitasi aktivitas aktivitas klien yang
sesuai kemampuan.
c. Keluarga memotivasi klien melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang telah dilakukan
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan
kemampuan klien.
 Tindakan keperawatan

22
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat klien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang
mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah
kronis.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki
klien.
d. Jelaskan cara – cara merawat klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah kronis.
e. Demonstrasikan cara merawat klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah kronis.
f. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di
rumah.

5. Implementasi

6. Evaluasi

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga
diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
Dalam melakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina
hubungan saling percaya dan juga mebutuhkan kolaborasi yang baik
dengan tenaga medis (dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan
(tetangga dan masyarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien
dirawat maupun perawat yang merawat bisa tercapai.

B. SARAN
Karena penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan demi kemajuan
karya tulis kami, kami mengharap kritik dan saran.Apabila ada kesalahan
dalam penulisan bahasa, penyusunan makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.Akhir kata dari kami mengharap semoga makalah ini
berguna bagi para pembaca pada umumnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anna. B & Akemat .(2010). Model keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Fitria. N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :

Salemba Medika

https://id.scribd.com/document/255058009/ASUHAN-KEPERAWATAN-
PADA- Ny-M-DENGAN-HARGA-DIRI-RENDAH –KRONIK. Dilihat 19.00 28
Maret
2019.

http://imron46.blogspot.com/2009/02/gangguan-konsep-diri-harga-
diri- rendah.html?m=1. Dilihat 19.09 28 Maret 2019.

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/01/makalah-
keperawatan-jiwa-harga-diri.html?m=1. Dilihat 15.00 29 Maret 2019.

25
26

Anda mungkin juga menyukai