Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA 1
ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI

DISUSUN OLEH:
1. Dea Ananda (2114201118)
2. Dewi Rahmawati (2114201119)
3. Diva Bunga (2114201120)
4. Elsa Marta Julita (2114201121)
5. Erfika Syinta Zahra (2114201122)
6. Falensia (2114201123)
7. Fatmawarni (2114201124)
8. Hamalatul Qur’ani (2114201125)
9. Harummia Qorizah (2114201126)
10. Holy Dea Gina Triana Zebua (2114201127)

DOSEN PENGAMPU :
Ns. DIANA ARIANTI, M.Kep.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah- Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI” ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Terima kasih
untuk ibu Ns. Diana Arianti, M.Kep. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Jiwa 1. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segisusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata
saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan inspirasi terhadap
pembaca maupun penulis itu sendiri

Padang, 25 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4

1.3 TUJUAN...........................................................................................................................4

1.4 MANFAAT......................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 DEFINISI........................................................................................................................6

2.2 TANDA DAN GEJALA.................................................................................................6

2.3 PROSES TERJADINYA MASALAH............................................................................7

2.4 RENTANG RESPON KONSEP DIRI............................................................................7

2.5 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................17

BAB III.....................................................................................................................................21

PENUTUP................................................................................................................................21

3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................21

3.2 SARAN...........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konsep diri merupakan hal yang komplek dan abstrak, tidak dapat diraba dan
tidak berwujud. Diri merupakan konsep seseorang sebagai orang lain dan obyek
disekitarnya, terpisah dari orang lain dan obyek tetapi merupakan manusia yang utuh.
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu dan pandangan klien tentang diri,
masalah serta lingkungannya. Respon individu terhadap stesor atau stimulus dapat
dianalisa dari berbagai komponen konsep diri sehingga perawat dapar merencanakan
asuhan yang lebih tajam dan berkualitas. Didalam perawat kesehatan mental-psikiatri
hal ini menjadi topik utama yang harus diperhatikan sehinggan asuhan keperawatan
yang diberikan bersifat komprehensif dengan memandang manusia secara utuh baik
bio-psiko-sosial maupun spiritual.
Konsep diri adalah semua ide,pikiran,kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain(stuart & sudeen, 1991).
Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan
serta keinginanya. Sedangkan menurut Beck, william dan rawlin, (1986), konsep diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh:
fiscal,emosional,intelektual,sosial dan spiritual.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian pada konsep diri menurut para ahli
2. Apa saja tanda & gejala pada konsep diri
3. Menjelaskan proses terjadinya masalah pada konsep diri
4. Menejalaskan apa rentang respon pada konsep diri
5. Menjelaskan apa itu faktor presdisposisi pada konsep diri
6. Menjelaskan apa itu faktor prasipitasi pada konsep diri
7. Pohon masalah
8. Askep teoritis pada konsep diri
9. Intervensi dari konsep diri

4
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pada konsep diri menurut para ahli
2. Mengetahui tanda & gejala pada konsep diri
3. Mengetahui proses terjadinya masalah pada konsep diri
4. mengetahui rentang respon pada konsep diri
5. Mengetahui apa itu faktor presdisposisi pada konsep diri
6. Mengetahui apa itu faktor prasipitasi pada konsep diri
7. Mengetahui pohon masalah
8. Mengetahui askep teoritis pada konsep diri
9. Mengetahui intervensi dari konsep diri
1.4 MANFAAT
Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat
wawasan pengetahuan bagi pembaca,layaknya penyusun makalah ini dapat digunakan
sebagai referensi perbaikan makalah kedepannya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Konsep diri adalah semua ide,pikiran,kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain(stuart & sudeen, 1991).
Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan
serta keinginanya. Sedangkan menurut Beck, william dan rawlin, (1986), konsep diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: fiscal,emosional, intelektual,
sosial dan spiritual.
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri /perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA,2005)
Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang
lain (Depkes RI,2000).
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan dapat
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (towsend,1998)
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan (keliat,1998)
Penilaian subjektiv individu terhadap dirinya perasaan sadar/tidak sadar dan presepsi
terhadap fungsi, peran, dan tubuh.
2.2 TANDA DAN GEJALA
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah,
fitria (2009):
- Mengkritik diri sendiri
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimistis
- Tidak menerima pujian
- Penurunan produktivitas
- Penolakan terhadap kemampuan diri
- Kurang memperhatikan kemampuan diri
- Berpakaian tidak rapi selera makan berkuran tidka berani menatap lawan bicara

6
- Lebih banyak menunduk
- Bicara lambat dengan nada suara lemah
2.3 PROSES TERJADINYA MASALAH
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendag situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya
bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu
berada pada suatu situasi yang penuh dengan stesor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tunta sehingga timbul pikiran bahwa diri kita mampu
atau merasa diri kita gagal menjalankan fungsi peran. Penilaian individu terhadap diri
sendiri karena kegagalan menajalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberikan dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibat individu
mengalami harga diri rendah kronis.
2.4 RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang respon
dari aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status depresionalisasi yang paling
maladaptif (gambar 2-3). Kerancuan identitas merupakan kegagalan individu untuk
menginteraksikanberbagai identifikasi dimasa kanak-kanak kedalam keperibadian
pada masa dewasa yang harmonis. Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang
tidak realistis dan merasa asing terhadap diri sendiri. Individu mengalami kesulitan
membedakan diri sendiri dan orang lain, ia merasa asing dan tidak nyata. Hal ini
sering berhubungan dengan ansietas individu pada tingkat panik dan kegagalan dalm
uji realita.
Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu gambaran diri (body image), ideal
diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role) dan identitas diri (self
identity)
1. Gambaran diri (body image)
Gambaran diri merupakan kumpulan sikap individu terhadap tubuhnya yang
disadari atau tidak disadari. Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang
tentang ukuran dan bentuk, fumgsi, penampilan dan potensi (stuart dan sudeen, 1996).

7
Gambaran diri dapat dimodifikasi atau diubah secara keseimbangan dengan persepsi
dan pengalaman baru.
Gambaran diri ini harus realistik karena lebih banyak individu menerima dan
menyukai tubuhnya akan lebih aman dan bebas dari ansietas sehingga harga dirinya
menigkat. Pada usia remaja individu berfokus terhadap fisik lebih menonjol dari
periode kehidupan yang lalu. Bentuk tubuh, tinggibadan dan berat badan serta tanda-
tanda pertumbuhan sekunder , semua akan menjadi bagian dari gambaran tubuh.
Disaat seseorang lahir sampai mato, maka selama waktu itu individu hidup dengan
tubuhnya. Sehingga setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi kehidupan individu
Tanda dan gejala gangguan gambaran diri yaitu:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif terhadap tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusaan dan ketakutan
2. Ideal diri (self ideal)
Ideal diri persepsi individu tentang bagaiaman dia berperilaku berdasarkan
standar pribadi,aspirasi,tujuan, atau nilai personal tertentu (stuar dan sudeen,1996)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
standar pribadi. Dibentuk oleh gambaran tipe orang yang diinginkan sejumlah
aspirasi, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai. Beradasarkan norma masyarakat dan
usaha individu untuk memenuhi. Dipengaruhi oleh budaya, keluarga, dan
kemampuan individu, tidak terlalu tinggi, tetapi harus cukup untuk memberi
dukungan secara kontiny pada self respect.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam membentuk ideal diri
yaitu:
1. Kecenderungan individu menetapakan ideal diri dari batas kemampuannya
2. Faktor budaya, pembentukan standar ini dibandingkan dengan standar
kelompok teman dan normal yang ada di masyarakat.
3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis,
keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
Semua faktor diatas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri.
Individu yang mampu berfungsi, akan mendemonstrasikan kesesuaian antar

8
persepsi diri dan ideal diri, sehingga ia akan dapat mencapai apa yang ia inginkan.
Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, akan tetapi akan lebih tinggi
dari kemampuan agar tetap menajdi pendorong atau motivasi dalam hidupnya.
3. Harga diri (self esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian
tujuan akan menghasilkan harga diri rendah atau tinggi. Jika individu selalu
sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi apabila individu sering gagal maka
kecenderung memiliki harga diri rendah.Harga diri dapat diperoleh dari diri
sendiri maupun dari orang lain. Aspek utama adalah perasaan dicintai dan
menerima penghargaan dari orang lain. Manusia cenderung negatif, walaupun ia
cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang mengekspresikannya.
Sebagai perawat sikap negatif perlu dikontrol sehingga setiap bertemu perawat
dengan sikapnya yang positif merasa dirinya berharga. Harga diri akan rendah jika
kehilangan kasih sayang dan penghargaan dari orang lain.
Cara meningkatkan harga diri pada anak (Coopersmith cit Stuart & Sundeen,
1991):
1.Memberi kesempatan berhasil.
Berikan tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan oleh anak kemudian
berilah pengakuan dan pujian atas keberhasilannya. Jangan memberikan tugas
diluar kemampuan atau yang sudah kita ketahui tidak dapat diselesaikannya.
2.Menanamkan gagasan
Berfungsi memotivasi kreativitas anak untuk berkembang.
3.Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan pendapat anak perlu ditanggapi dengan memberikan
penjelasan sesuai. Berikan pengakuan dan sokongan yang sesuai untuk
aspirasi yang positif sehingga anak memandang dirinya diterima dan
bermakna.
4. Membantu membentuk koping
Pada tiap perkembangan, individumempunyai tugas perkembangan yang harus
diselesaikan. Jadi individu perlu mengembangkan koping untuk menghadapi
kemungkinan yang terjadi dalam menyelesaikan tugasnya. Anak akan merasa
bermakna dan berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa
mampu menghadapi kehidupan, dan merasa dapat mengontrol dirinya.

9
Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang
buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan depresi (Stuart & Sundeen,
1991). Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal
mencapai keinginan.

3.Peran (Role)
Peran adalah serangkaian pola perlaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi fungsi individu di berbagai kelompok sosial (Stuar,
1996). Setiap individu dalam kehidupannya sering disibukkan dengan perannya pada
setiap waktu. Misalnya sebagai seorang anak, istri, ibu rumah tangga, mahasiswa,
perawat, wanita karier, dan lain sebagainya. Peran ini diperlukan individu untuk
aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan kesesuian dengan ideal diri. Posisi individu dimasyarakat dapat
merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan
kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri
dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang
berlebihan.
1. Konflik peran
Terjadi jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran
terjadi konflik satu sama lainnya.
2. Peran yang tidak jelas Terjadi jika individu diberi suatu peran yang tidak
jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.

3. Peran yang tidak sesuai Terjadi jika individu dalam proses transisi merubah
nilai dan sikap Misal: seseorang yang masuk dalam profesi, dimana terdapat
konflik antara individu dan profesi.
4. Peran berlebih
Terjadi jika seseorang individu menerima banyak peran misalnya sebagai Ny
A Seorang ibu rumah tangga ia harus mengasuh dan membesarkan kedua
anaknya sendirian karena suaminya sudah meninggal, ia juga masih kuliah
diperguruan tinggi untuk memenuhi kehidupan rumah tangganya ia terpaksa
harus bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Kemungkinan dengan
kesibukan peran tersebut Ny A mempunyai risiko dalam menjalani perannya.

10
Individu dituntut melakukan banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk
menyelesaikannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang
harus dilakukan (Stuart & Sundeen, 1991):
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
3. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran.
5.Identitas diri (identity)
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang
utuh (Stuart & Sundeen, 1991). Individu yang memiliki perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tak ada duanya. Kemandirian timbul
dari perasaan berharga (respek pada diri), kemampuan dan penguasaan diri. Seseorang yang
mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan
konsep diri. Hal yang penting dari identitas adalah jenis kelamin. Identitas jenis kelamin
berkembang sejak bayi secara bertahap, dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita yang
banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis.
Misalnya, anak perempuan pasif dan menerima sehingga berkembanglah asuhan yang tidak
asertif.
Enam ciri identitas ego (Meller cit Stuart & Sundeen, 1991):
1. Mengenal diri sendiri sebagai organisme utuh dan terpisah dari orang lain.
2. Mengakui jenis kelamin diri sendiri.
3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
6. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
Kepribadian yang Sehat
Bagaimana individu berhubungan dengan orang lain adalah inti dari kepribadian.
Kepribadian tidak dapat cukup diuraikan melalui teori perkembangan dan dinamika diri
sendiri. Pengalaman individu yang mempunyai kepribadian sehat (Stuart & Sundeen, 1991)
meliputi:

11
1. Gambaran diri positif dan akurat
Kesadaran diri berdasarkan observasi mandiri dan perhatian yang sesuai dengan kesehatan
diri. Termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri dan perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
2. Ideal diri realistis
Mempunyai tujuan hidup yang dicapai.
3. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam hidupnya atau sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Harga diri tinggi
Individu akan memandang dirinya sebagai individu yang berarti dan bermanfaat. Ia
memandang dirinya sesuai dengan apa yang diinginkan.
5. Kepuasan penampilan peran
Individu dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan, dapat
mempercayai, terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
6. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.

2.5 POHON MASALAH

12
2.6 FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
idel diri yang tidak relistis.
Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang, disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya
seorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif dibanding wanita.
Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka
dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang berperan
sebagi kepala rumah tangga atau seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan
menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan
harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita
yang mempunyai sejumlah peran.
Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri,
ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu.
Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci pada orang
tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.

2.7 FAKTOR PRESIPITASI


Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor dapat mempengaruhi
komponen.Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh,
tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses
tumbuh kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat misalnya terlalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak
terpenuhi dan kegagalan bertanggungjawab terhadap diri.

13
Sepanjang hidup individu sering menghadapi transisi peran. Tiga kategori transisi
peran (MELEIS cit Stuart & Sundeen):
1. Transisi perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Tiap tahap harus
dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat
merupakan stressor bagi konsep diri.
2. Transisi situasi
Terjadi sepanjang kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti karena
kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran
yaitu konflik peran, peran yang tidak jelas atau peran yang berlebihan.
3. Transisi sehat-sakit
Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

Penilaian stresor
Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sosiologis atau fisiologis
namun yang masih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
Sumber koping
Individu mempunyai beberapa kemampuan yang dimiliki, dengan memberikan
kesempatan dan menguatkan tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri individu.
Mekanisme Koping
Penggunaan mekanisme koping untuk melindungi diri dalam menghadapi presepsi
yang menyakitkan meliputi pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang dan
pertahanan ego.
Pertahanan jangka pendek meliputi:
a. Aktifitas pelarian sementara dari krisis Contoh: Pemakaian obat terlarang, ikut musik rock,
balap mobil, obsesi nonton televisi.
b. Aktifitas sebagai pengganti identitas Contoh: Ikut kelompok tertentu untuk dapat identitas
yang sudah dimiliki kelompok, pengikut kelompok tertentu.
c. Aktifitas memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri/identitas diri
yang kabur. Contoh: ikut aktivitas yang kompetisi, prestasi akademi, kontes, kelompok anak
muda (geng).

14
d. Aktifitas yang memberi arti dari kehidupan. Contoh: penjelasan tentang keisengan akan
menurunkan kegairahan.

Pertahanan jangka panjang


Pertahanan jangka panjang mencakup penutupan identitas dan identitas negatif.
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.
Penyelesaian positif akan menghasil- kan integritas ego-identitas dan keunikan
individu.Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat.
Remaja mungkin akan menjadi individu antisosial, ini disebabkan karena ia merasa tidak
memiliki identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan: "Saya lebih baik menjadi
anak tidak baik daripada tidak jadi apapun".

Mekanisme pertahanan ego


Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi dan displacement. Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku
dan kegagalan penyesuaian seperti: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia nervosa, bunuh
diri, persetubuhan dengan siapa saja, kriminal, kenakalan, penyalahgunaan zat, perkosaan,
inses, dan penganiayaan

Perilaku
Dalam pengkajian dapat melalui observasi penampilan klien, misalnya dari
kebersihan, berpakaian dan berias.
Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah
Hargadiri rendah merupakan masalah banyak orang, dan diekspresikan melalui
tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai evaluasi diri negatif dengan
membenci diri dan menolak diri.Cara individu dalam mengekspresikan secara langsung harga
diri rendah. (Stuart & Sundeen) yaitu:
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
Pandangan negatif tentang dirinya. Misalnya: mengatakan dirinya "bodoh dan tidak tahu apa-
apa ".
b. Merendahkan dan mengurangi martabat.
Individu menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata dimiliki.
c. Rasa bersalah dan khawatir
Klien menghukum diri, muncul dalam bentuk fobia, obsesi dan klien menolak diri sendiri.

15
d. Manifestasi fisik Seperti tekanan darah tinggi, psikosomatis, penyalahgunaan obat dan lain
sebagainya.
e. Menunda keputusan
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan, rasa aman terancam.
f. Gangguan berhubungan
Klien menjadi kejam, merendahkan diri atau mengeksploitasi orang lain. Perilaku yang
muncul dalam bentuk menarik diri atau isolasi diri karena perasaan tak berharga.
g. Menarik diri dari realitas grab
Bila kecemasan karena penolakan diri mencapai kecemasan tingkat berat dan panik, mungkin
klien akan mengalami gangguan asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu atau paranoid.
h. Merusak diri Individu mencederai diri sendiri bahkan sampai keinginan mengakhiri
hidupnya.
i. Merusak atau menciderai orang lain
Kebencian dan penolakan diri sendiri dapat berkisar pada lingkungan dengan melukai orang
lain.
Perilaku yang obyektif dan perasaan subyektif klien harus dikumpulkan perawat sebelum
merumuskan diagnosa keperawatan. Pada kotak 2-3 diuraikan tentang perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah.
Individu mempunyai beberapa kemampuan yang dimiliki, dengan memberikan kesempatan
dan menguatkan tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri individu.
Perilaku yang berhungan dengan harga diri rendah
 Mengritik diri sendiri atau orang lain
 Produktifitas menurun Destruksif pada orang lain
 Gangguan berhubungan
 Perasaan dirinya penting yang berlebih-lebihan
 Perasaan tidak mampu
 Rasa bersalah
 Irritabel atau mudah marah
 Sikap negatif terhadap diri sendiri
 Ketegangan peran
 Pesimis terhadap kehidupan
 Keluhan fisik
 Pandangan hidup yang terpolarisasi

16
 Menolak kemampuan diri sendiri
 Mengejek diri sendiri
 Merusak diri
 Pengurangan diri
 Penyalahgunaan obat
 Menarik diri dari realitas
 Cemas dan takut

Perilaku terkait dengan keracunan identitas


Kode moral tidak dilakukan
Kontradiksi dengan ciri kepribadian
Eksploitasi hubungan interpersonal
Perasaan kosong
Perasaan tentang diri yang berfluktuasi
Kacau identitas seksual Kecemasan yang tinggi
Ideal diri tidak realistis
Tidak mampu berempati
Tidak ada/kurang ciri keaslian diri Kecintaan pada diri yang patologis
Masalah dalam hubungan intim
Fragmentasi dan tidak ada kesinambungan yang sementara

Perilaku berhubungan dengan depersonalisasi


Apabila individu dalam tingkat kecemasan panik, maka respon maladaptif terhadap
masalah identitas akan bertambah yang mengakibatkan klien menarik diri dari realitas.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan
stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart & Sundeen, 1991). Hal ini ditandai dengan
perasaan asing akan dirinya sendiri, sukar membedakan diri dengan orang lain atau
lingkungannya. Depersonalisasi merupakan pengalaman subjektif yang dapat merusak ego
sebagian atau seluruhnya dan diintegrasi serta disorganisasi konsep diri. Perasaan ini dapat
terjadi pada klien depresi, skizofrenia, mania dan gangguan mental organik.
Afektif
Mengalami kehilangan identitas Perasaan asing terhadap diri
Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu

17
Tidak realistis
Merasa terisolasi
Tak ada perasaan berkesinambungan
Tidak ada rasa puas

Persepsi
Halusinasi pendengaran dan penglihatan
Ragu akan jenis seksualnya
Sukar membedakan diri dan orang lain Gangguaan gambaran diri
Merasakan dunia sebagai mimpi

Kognitif
Kacau
Disorientasi waktu
Distorsi pikiran
Gangguan daya ingat

Perilaku
Gangguan penilaian
Afek tumpul
Emosi yang pasif dan tidak berespons
Komunikasi yang tidak sesuai
Kurang spontanitas
Kehilangan kendali terhadap impuls
Menarik diri secara sosial
Kehilangan inisiatif dan membuat keputusan

2.8 ASKEP TEORITIS


Diagnosa Keperawatan
Masalah konsep diri berhubungan dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa
bersalah. Masalah ini dapat menyebabkan respons koping maladaptif. Diagnosa keperawatan
NANDA yang berhubungan dengan gangguan konsep diri terdapat dalam kotak 2-6.
Contoh diagnosa keperawatan terkait gangguan konsep diri:

18
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan kematian pasangan yang
dimanifestasikan dengan menarik diri.
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri yang terlalu tinggi
dimanifestasikan dengan perasaan depresi dan menarik diri dari aktifitas.
3. diri berhubungan dengan harga diri yang rendah.

Diagnosa keperawatan NANDA berhubungan dengan gangguan konsep diri


-Gangguan penyesuaian
-Kecemasan
-gangguan gambaran diri
Gangguan komunikasi verbal
-Koping tidak efektif
-Disfungsi proses berhubungan
-Putus asa
-Gangguan identitas
-Gangguan penampilan peran
-Gangguan perawatan diri
-Gangguan harga diri
-Gangguan persepsi
-isolasi
-Gangguan pola seksual
-Amuk

Perencanaan
Fokus dari rencana tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif terhadap
kehidupan terdiri dari persepsi, keyakinan dan pendirian. Kesadaran klien akan emosi dan
perasaannya juga hal yang penting.
Intervensi keperawatan dibagi dalam 5 tingkat (Stuart &Sundeen):
1. Memperluas kesadaran diri
2. Eksplorasi diri
3. Mengevaluasi diri
4. Perencanaan realistis
5. Tanggung jawab bertindak

19
2.9 INTERVENSI
Intervensi keperawatan membantu klien dalam meningkatkan pemahaman perilaku dan
memberi motifasi untuk mengubah perilakunya yang maladaptif
Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu: Setelah.....x SP1
-Mengidentifasi pertemuan, pasien Identifikasi kemampuan positif yang
kemampuan dan aspek dimiliki.
positif yang dimiliki. mampu : -Diskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan
-Menilai kemampuan -Mengidentifikasi aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah adanya keluarga dan lingkungan
yang dapat digunakan. kemampuan aspek terdekat pasien.
positif yang dimiliki -Beri pujian yang realistis dan hindarkan
-Menetapkan / memilih - Memiliki setiap kali bertemu dengan pasien
kegiatan yang sesuai kemampuan yang penilaian yang negatif.
dengan kemampuan dapat digunakan -Nilai kemampuan yang dapat dilakukan
- Memilih kegiatan saat ini
-Melatih kegiatan yang sesuai kemampuan -Diskusikan dengan pasien kemampuan
sudah dipilih, sesuai - Melakukan kegiatan yang masih digunakan saat ini.
kemampuan. yang sudah dipilih - Bantu pasien menyebutkannya dan
-Merencanakan memberi penguatan terhadap
-Merencanakan kegiatan kegiatan yang sudah kemampuan diri yang diungkapkan
yang sudah dilatihnya. dilatih pasien.
- Perlihatkan respon yang kondusif dan
menjadi pendengar yang aktif.

-Pilih kemampuan yang akan dilatih


-Diskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari.
-Bantu pasien menetapkan aktivitas
20
mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri
-Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimall dari keluarga.
-Aktivitas apa saja yang perlu bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien.
-Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas
yang dapat dilakukan pasien.
-Susun bersama pasien aktifitas atau
kegiatan sehari-hari pasien.
-Nilai kemampuan pertama yang telah
dipilih
-Diskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
- Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
-Berikan dukungan atau pujian yang
nyata sesuai kemajuan yang
diperlihatkan pasien
-Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
-Beri kesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan.
-Beri pujian atas aktifitas/ / kegiatan
yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
-Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi dan perubahan sikap.
-Susun daftar aktifitas yang sudah
dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
- Berikan kesempatan mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaan
21
kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktifitas yang
dilakukan pasien.

SP 2
-Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) -
Pilih kemampuan kedua
yang dapat dilakukan
-Latih kemampuan yang dipilih
-Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP 3
-Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
-Memilih kemampuan ketiga yang dapat
dilakukan
-Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien

SP 4
-Evaluasi kemampuan pasien (SP1,2,
dan 3)
-latihan kemampuan yang dipilih
- masukkan kedalam jadwal
Keluarga mampu Setelah..x pertemuan, SP 1
merawat pasien dengan -dentifikasi masalah yang dirasakan
HDR di rumah dan keluarga mampu : - dalam merawat pasien
menjadi sistem mengidentifikasi -Jelaskan proses terjadinya HDR
pendukung yang epektif kemampuan yang Jelaskan tentang cara
bagi pasien. dimiliki pasien -merawat pasien Main peran dalam
-menyediakan fasilitas merawat pasien HDR
untuk pasien -Susun RTL keluarga / jadwal keluarga
melakukan kegiatan. untuk merawat pasien
-Mendorong pasien

22
melakukan kegiatan
-Memuji pasien saat SP 2
pasien dapat -Evaluasi kemampuan SP 1
melakukan kegiatan -Latih keluarga langsung ke pasien
-Membantu melatih -Menyusun RTL keluarga / jadwal
pasien keluarga untuk merawat pasien
-Membantu menyusun
jadwal kegiatan pasien SP 3
-membantu -Evaluasi kemampuan

perkembangan pasien keluarga


-Evaluasi kemampuan
pasien
-RTL keluarga
-Follow Up
-Rujukan

Sp 4
-evaluasi kemampuan (sp 1,2, dan 3)
-RTL keluarga
-Follow up

BAB III
PENUTUP

23
KESIMPULAN
Konsep diri adalah semua ide,pikiran,kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain(stuart & sudeen, 1991).Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan obyek, tujuan serta keinginanya. Sedangkan menurut Beck, william dan rawlin, (1986),
konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh:
fiscal,emosional,intelektual,sosial dan spiritual

SARAN
Bagi institusi pendidikan penulis berharap makalah ini menjadi referensi untu
STIKes Alifah padang jurusan keperawatan dan pada khususnya semua pembaca umumnya
Bagi mahasiswansetelah belajar dan memahami secar lebih dalam tentang konsep dan
gambaran umum tentang konsep sejarah dan tren issue keperawatan jiwa diharapkan
mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan

DAFTAR PUSTAKA

24
Riyadi, Sujono; Purwanto Teguh ASUHAN KEPERAWATAN JIWA/Sujono Riyadi; Teguh
Purwanto -Edisi Pertama Yogyakarta; Graha Ilmu, 2009 viii+ 220 hlm, 1 Jil.: 23 cm.

Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Ade Herman Surya Direja, S.Kep., Ners. Nuha Medika;
Yogyakarta, Desember 2011

Ns.deden dermawan, s.,kep.2018.modul labolatorium keperawatan jiwa.yokyakarta:gosyen


publishing.

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan.
EGC: Jakarta.

Azizah, Lilik Ma'rifatul. 2010. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Bulechek, G.M., Butcher H.K., Dochterman, J.M. 2008. Nursing

Interventions Classification 5th Editition. St. Louis: Mosby-Year


Book.

25
26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai