Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ANALISIS SELF AWARENESS DALAM HUBUNGAN

INTERPERSONAL

Disusun Oleh kelompok 2 :

1. Ira Andriana
2. Julia
3. Vera Kurniawaty
4. Ria Elmiana
5. Susanti
6. Fitriyanto
7. Santi Martha Edison
8. Tamrin
9. Sudiana

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNG PINANG T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR
       
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai SELF AWARENESS
(KESADARAN INTERPERSONAL DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL).
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

 DABO SINGKEP, 12 September 2022

( KELOMPOK 2 )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1    Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1    Kesadaran diri (self awareness)......................................................3
2.2    Eksplorasi perasaan........................................................................5
2.3    Kemampuan Menjadi Model..........................................................9
2.4    Panggilan Jiwa (altruisme).............................................................9
2.5   Etika dan tanggung jawab perawat.................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
3.1    Kesimpulan.....................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien
adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan
dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda
dalam mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui
pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Konsep ide adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang
secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses
yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diridipengaruhi oleh pengalaman
interpersonal dan cultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi
pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak
social dan pengalaman dengan orang lain.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat
menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai komponen
konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan peran. Dalam
memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu
memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber diri, menetapkan tujuan yang
realistic serta bertanggung jawab terhadap tindakan.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Ide-ide, pikiran, perasaan, dan keyakinan ini merupakan persepsi yang
bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan
dan idealismenya. Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh
baik fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya
apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan
atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika
1
individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi
dirinya. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan cara pandang secara
menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang
dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Self Awareness?
2. Apa itu Eksplorasi Perasaan?
3. Bagaimana Kemampuan Menjadi Model?
4. Apa itu Panggilan Jiwa?
5. Bagaimana Etika dan Tanggungjawab?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Memahami tentang kesadaran diri (self- awareness)
2. Memahami tentang Eksplorasi Perasaan
3. Memahami tentang Kemampuan menjadi Model
4. Memahami tentang Panggilan Jiwa
5. Memahami tentang etika dan tanggung jawab

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan makalah ini, baik bagi kami maupun bagi teman-teman,
sebagai sarana wawasan dan pengetahuan mengenai beberapa hal yang berkenaan
dengan Self awareness, Eksplorasi Perasaan, Kemampuan menjadi model, panggilan
jiwa, dan Etika dan tanggungjawab dalam hubungan interpersonal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)


Dalam kamus bahasa Inggris self berarti diri. Self disini berisi pola pengamatan
dan penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik sebagai subyek maupun obyek.
Isitlah Self di dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang
terhadap dirinya sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai
tingkah laku dan penyesuaian diri.
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-
gejala dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi,
didalam menunjukkan self sebagai proses, itu yang dimaksud tidak lain dari pada nama
bagi sekelompok proses.
Sedangkan Awareness adalah kesadaran, keadaan, kesiagaan, kesediaan, atau
mengetahui sesuatu kedalam pengenalan atau pemahaman peristiwa-peristiwa
lingkungan atau kejadian-kejadian internal. Secara istilah kesadaran mencakup
pengertian persepsi, pemikiran atau perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif pada
saat tertentu. Dalam pengertian ini Awareness (kesadaran) sama artinya dengan mawas
diri. Namun seperti apa yang kita lihat, kesadaran juga mencakup persepsi dan
pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu hingga akhirnya perhatian
terpusat. Oleh sebab itu, ada tingkatan mawas diri (Awareness) dalam kesadaran.
Menurut konsep Suryamentaran, bahwa mawas diri adalah sebagai cara latihan
Milah Mlahake (memilah-milah) rasa sendiri dengan rasa orang lain untuk
meningkatkan kemampuan menghayati rasa orang lain sebagai manifestasi tercapainya
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang sehat dan sejahtera. Hasil penelitian
Yosshimich mendapati bahwa pemahaman diri melalui tahapan mawas diri mampu
menunjukkan bahwa pada diri seseorang ada elemen kunci yang sangat menentukan
bahagia tidaknya seseorang, elemen ini adalah elemen yang selalu stabil, tenang, serta
damai, dan elemen-elemen yang berubah-ubah, senantiasa berubah serta selalu
berusaha menuruti keinginannya sendiri, terutama yang berhubungan dengan semat,
drajat, dan kramat.
Jika digabungkan, Self Awareness (kesadaran diri) adalah wawasan kedalam
atau wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri, pemahaman diri
sendiri. Self Awareness pada umumnya dimaknai sebagai kondisi tahu atau sadar pada
3
diri sendiri dalam pengertian yang mempunyai obyek secara relatif tetapi membuka dan
menerima penilaian dari kebenaran sifat individu.
Dalam memahami Self Awareness, individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menghargai masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan.individu.untuk.aktualsasi.diri.
Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni : 
1. Kesadaran diri public
Orang yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya.
Artinya, tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang lain.
Orang dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk melakukan
penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika berbeda
dengan orang lain.
2. Kesadaran diri pribadi. 
Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan kesadaran diri
publik. Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka tidak peduli norma
sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan orang lain. Bahkan tidak
jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka yang mengikuti berbagai
kegiatan yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-orang yang memiliki
kesadaran diri pribadi yang tinggi.

Kesadaran diri atau (self-awareness) di yakini merupan satu dari sekian kunci
keberhasilan hidup. salah satu defensi dari self-awareness menyebutkan, ada 3 hal yang
harus di kenali dan di sadari sepenuhnya.
1. Pertama nilai dan tujuan yang di miliki; 
2. Kedua kebiasaan, gaya, kekuatan dan kelemahan diri; 
3. Ketiga, hubungan antara perasaan,pemikiran dan tingkah laku.

Rumus ABC;  
affect [perasaan],  

behavior [tingkah laku]

cognition [pemikiran], 

Demikian rumus ABC yang di ajukan O,keefe dan berger. Inilah aspek terakhir
dari self-awareness. Penetapan visi kesadaran akan kekuatan dan kelemahan

4
kita,semuanya tidak akan berarti kalau kita tidak melakukan aksi apa-apa. Di sinilah
rumus.ABC.berperan.
Aktivitas yang di putuskan untuk di lakukan hendaknya mampertimbangkan
ketiga hal ini. Meski hasil analisa pemikiran mengatakan satu aktivitas akan
menggantungkan, tapi tidak akan terlaksana kalau ternyata tidak sesuai dengan hati
(perasaan) atau sangat berbeda dari kebiasaan. Karena itu, harus di cari alternatif
aktivitas.yang.menyeimbangkan.ketiga.hal.ini.
Demikin juga, merubah tingkah laku bangsa tidaklah mudah. Banyak contoh
kegagalan penerapan teknologi karena masyarakat tidakmau meninggalkan kebiasaan
lama. Hasil pemikiran berupa teknologi tepat guna sekalipun, belum tentu dapat
diterapkan.tanpa.pedekatan.yang.persuasif.
self-awareness 
mempunyai tiga komponen ini memang penting untuk meningkatkan prestasi
kita. Baik prestasi individu, kelompok bahkan bangsa . Tentu kita tidak harus selalu
melihat ke dalam diri. Tapi mesti pula melihat faktor ekternal. Untuk itu self-awareness
ini harus di lengkapi dengan environmental-awareness, kesadaran untuk melihat
kondisi lingkunggan sekitar kita, baik itu kawan maupun lawan. Dengan demikian kita
mampu.membedakan.dan.menyadari.nya.

2.2. EKPLORASI PERASAAN


Komunikasi therapeutic adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah
mempengaruhi orang lain. Kalthner ,dkk ( 1995 ) bahwa komunikasi therapeutic terjadi
dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional
dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi.didalam
komunikasi therapeutic ini harus ada unsur kepercayaan.
Komunikasi therapeutic merupakan komunikasi interpersonal, artinya komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal dan non verbal ( Mulyana,
2000 )hubungan perawat-klien yang therapeutic adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman perbaikan emosi bagi klien.dalam hal ini, perawat memakai dirinya
secara therapeutic dan memakai tehnik komunikasi agar prilaku klien berubah kea rah
yang positif seoptimal mungkin.

5
Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspek-aspek yang
dimiliki dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara therapeutic
kepada klien. Salah satu aspek analisa kesadaran diri perawat dalam komunikasi
therapeutic adalah eksplorasi perasaan.
Eksplorasi adalah tehnik untuk menggali perasaan ,pikiran dan pengalaman klien.
Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri
atau tidak  mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan tehnik ini memungkinkan
klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien ( Antai-Otong dalam Suriyani, 2005 ) tehnik ini
bermamfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang
masalah yang dialami klien.terdapat 3 jenis tehnik eksplorasi yaitu :
1. Eksplorasi perasaan, yaitu tehnik untuk menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh “Bisakah anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan…”
2. Eksplorasi pikiran, yaitu tehnik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh : “ saya yakin anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide anda tentang sekolah
sambil bekerja”
3. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau tehnik untuk menggali pengalaman-
pengalaman klien. Contoh : “ saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui,
namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan
pengaruhnya terhadap pendidikan anda”.
Agar perawat dapat berperan efektif dan therapeutic, ia harus menganalisa dirinya
melalui eksplorasi perasaan. Seluruh prilaku dan pesan yang disampaikan perawat
( verbal dan non verbal ) hendaknya bertujuan therapeutic untuk klien.dengan mengenal
dan menerima diri sendiri, perawat akan mampu mengenal dan menerima keunikan
klien.analisa hubungan intim yang therapeutic antara perawat klien perlu dilakukan
untuk evaluasi perkembangan huibungan dan menentukan tehnik dan keterampilan
yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip disini dan
saat ini ( here and now )
Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang
muncul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain , dimana eksplorasi
perasaan membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit dan sikap
yang sangat berpengaruh.ini menggambarkan tentang ketidakbenaran. Objektif yang
komplit dan sikap yang sangat berpengaruh dijabarkan sebagai seseorang adalah tidak
6
responsif, kesalahan, mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu dimana mutu
hubungan therapeutic perawat sangat terbuka, sadar dan kontrol diri, akal, perasaan
dimana dapat membantu pasien.
Sebagai perawat, kita perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan kita dan
mengontrolnya agar kita dapat menggunakan diri kita secara therapeutic. Jika perawat
terbuka pada perasaannya maka ia akan mendapatkan dua informasi penting, yaitu
bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien sehingga
pada saat berbicara dengan klien, perawat harus menyadari responnya dan mengontrol
penampilannya.bagaimana perasaan perawat terhadap proses interaksi berpengaruh
terhadap respon dan penampilannya yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
perasaan klien ( Stuart, GW, 1998 )
Seorang perawat yang merasa cemas pada saat interaksi akan tampak pada
ekspresi wajah dan prilakunya. Kecemasan perawat ini akan membuat klien merasa
tidak nyaman dan karena adanya untuk pemindahan perasaan ( transfer feeling )
mungkin klien juga akan menjadi cemas dan hal ini akan mempengaruhi interaksi
secara keseluruhan.
Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam membantu pasien.perasaan
merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan orang lain,membantu
orang lain.perawat akan menggunakan perasaan-perasaanya, kurang memperhatikan
kebutuhan pasien, tidak menepati janji sehingga pasien mengalami kemunduran,
distress sehingga pasien tidak mau menemui, marah karena pasien banyak permintaan
atau manipulasi dan kekuatan karena pasien terlalu tergantung pada perawat.
Perawat harus terbuka akan perasaan pasien dan bagaimana perawat mengerti
akan pasien serta bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan perawat adalah
petunjuk tentang kemungkinan nilai dari masalah pasien.

TEHNIK EKSPLORASI PERASAAN

PERASAAN TP J KK S
Keras kepala
Cinta
Marah
Cemburu

7
Kesah
Terima kasih
Memalukan
Hati-hati
Menantang
Bingung
Cemas
Seksi
Frustasi
Kagum
Puas
Sedih
Senang
Takut
Basah
Bangga
Depresi
Malu
Kesepian
Bersalah
Sabar
Pasrah
Gairah
Menghargai
Keterangan :
TP        :           Tidak Pernah                           KK        :           Kadang-kadang
J           :           Jarang                                     S          :           Sering 

Tehnik tersebut diatas tidak untuk membuat penilaian, namun sebagai upaya
individu atau klien untuk jujur dan berani mengungkapkan perasaannya. Dan
ungkapan-ungkapan perasaan tersebut terpais dapat mengidentifikasi apakah perasaan
klien positif atau negative. Bila perasaan positif, terapis ( perawat ) perlu mendukung
dan mengembangkan perasaan tersebut dan sebaliknya bila perasaan negative maka

8
perlu mengarahkan dan memberikan alternative agar klien dapat mengelola
perasaannya.

2.3. KEMAMPUAN MENJADI MODEL


Kebiasaan yang kurang baik tentang kesehatan akan mempengaruhi keberhasilan
dalam hubungan antara perawat dan klien. Perawat tidak bisa memisahkan atau
memberi batasan yang jelas antara peran sebagai perawat dengan kehidupan pribadinya
(professional) karena perawat sebagai instrumen dalam menjalankan hubungan yang
terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaan fokus terhadap pasien dan
mengesampingkan kehidupan pribadinya, maka ia akan mendapat dua informasi
penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada
klien sehingga perawat mampu bekerja profesional.
Kemampuan menjadi model ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat
terhadap apa yang disampaikan kepada klien disamping tanggung jawab profesi.
Perawat yang bisa menjadi model adalah perawat yang dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, distress atau
pengingkaran (Stuart,G.W., 1998) perawat senantiasa memperlihatkan perkembangan
serta adaptasi yang sehat. Perawat harus bertanggung jawab terhadap perilakunya, sadar
akan kelemahan, dan kekurangannya. Perawat harus mampu memisahkan hubungan
professional dan kehidupan pribadi.
Kemampuan menjadi model :
a. Masalah pribadi dapat di selesaikan secara konstruktif
b. Ide dan fikiran yang baik jika perawat terlepas dari masalah
c. Perawat harus sadar akan kelemahan dan kekurangan
d.
2.4. PANGGILAN JIWA (ALTRUISME)
Perawat harus menjawab pertanyaan “Mengapa saya ingin menolong orang lain?”
. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, ingin menolong ikhlas
tanpa pamrih. Akan tetapi perlu di perhatikan bahwa perawat merupakan profesi,
karena itu perawat perlu mendapat penghargaan atau imbalan yang sesuai.
Keseimbanga antara altruisme dengan reward akan memengaruhi bagaimana perawat
menolong pasiennya.
Menurut Fuad Nashori mengutip Cohen yaitu ada tiga ciri altruisme, yaitu :

9
a) Empati Empati adalah kemampuan untuk merasakan perasaan yang dialami oleh
orang lain.
b) Keinginan memberiKeinginan untuk memberi adalah maksuthati untuk memenuhi
kebutuhanorang lain.
c) Sukarela Sukarrela adalah apa yang diberikan itu semata-mata untuk orang lain,
tidakada kemungkinan untuk memperole imbalan.

2.5. Etika dan Etika dan Tanggungjawab Perawat


Tanggung jawab perawat yaitu suatu keadaan dimana adanya saling percaya dan
di percaya antar pasien dan perawat. Hal ini menunjukkan bahwa perawat profesional
menampilkan kinerja secara teliti dan hati-hati,serta kegiatan yang di lakukan seorang
perawat yang secara jujur dan tidak tertutup kepada pasien. Klien merasa yakin bahwa
perawat bertanggung jawab dan memiliki keahlian yang relevan dengan disiplin
ilmunya.
Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab, maka perawat di
berikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan dan perawatannya tetap
sesuai standart.keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak
mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau
prosfektif. Berdasarkan pengertian di atas tanggung jawab di artikan sebagai kesiapan
memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah di lakukan pada masa lalu atau
tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Contoh, jika perawat
memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa
depan klien.klien tidak akan mempunyai keturunan padahal memiliki keturunan adalah
hak setiap manusia. Perawat secara retrosfektif harus bisa mempertanggung jawab kan
perbuatannya meskipun tindakan perawat tersebut di anggap benar menurut
pertimbangan medis. Berikut adalah jenis-jenis tanggung jawab perawat.
1. tanggung jawab kepada tuhannya
Dalam sudut pandang etika normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama
adalah tanggung jawab di hadapan tuhannya.
2. tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat
Salah satu bentuk tanggung jawab perawat terhadap kliennya yaitu: mengenal
kondisi klien,merawat klien selama jam dinas,tanggung jawab dalam
pendokumentasian,menjaga keselamatan klien,bertanggung jawab apabila terjadi
penurunan kondisi klien. Dan berbagai tanggung jawab lainnya.
10
3. tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan
Diantara tanggung jawab tersebut yaitu:
a. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan
melakukan tindakan.
b. Keperawatan,berapa kali,dimana,dengan siapa,dengan cara apa dan dengan
siapa melakukan.
c. Mengajarkan pengetahuan perawat kepada perawat lain yang belum mampu
melakukan atau belum mahir dalam mengambil tindakan.
d. Melakukan teguran apabila rekan sejawat melakukan kesalahan dalam
perawatan.
e. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang di alami klien.
4. tanggung jawab terhadap profesi
a. Bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kemampuan profesionalnya
b. Bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
c. Bertanggung jawab dalam menentukan layanan keperawatan
d. Bertanggung jawab bersama membina dan memlihara mutu organisasi
5. bertanggung jawab terhadap negara
a. Bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan yang telah di berikan oleh
pemerintah dalam bidang kesehatan.
b. Bertanggung jawab dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah guna
meningkatkan pelayanan kesehatan
6. tanggung jawab perawat terhadap tugas
a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi dan kejujuran profesional
b. Merahasiakan segala sesuatu yang di ketahuinya sehubungan dengan
kepercayaan yang di berikan kepada nya
c. Tidak menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan
d. Berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kesukuan,agama,budaya,warna kulit,umur,jenis dan sebagainya
e. Mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien dalam melakukan pelayan
kesehatan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesadaran diri/ self awarness adalah keadaan dimana Anda bisa memahami diri
Anda sendiri dengan setepat-tepatnya. Anda disebut memiliki kesadaran diri jika Anda
memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai
diri Anda sendiri, dan sadar tentang diri Anda yang nyata. Pendek kata, kesadaran diri
adalah jika Anda sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada dalam
diri Anda.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan
klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses
yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada komunikasi
terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan
klien.
Self awarness memegang peranan penting dalam proses terwujudnya asuhan
keperawatan yang terapeutik. Semakin tinggi self awarness seorang perawat, maka
akan semakin mudah terwujudlah komunikasi terapeutik terhadap klien. Dimensi self
awareness perawat mempunyai hubungan yang signifikan dengan penerapan
komunikasi terapeutik.
Ketika self awarness seorang perawat cukup baik, maka saat hubungan antara
perawat dan klien terjadi, maka perawat tersebut akan dengan mudah menjalin
hubungan yang terapeutik dengan klien. Dalam hal ini klien tidak selalu adalah pasien,
akan tetapi bisa berupa individu yang sehat, keluarga, kelompok atau bahkan di tingkat
masyarakat. Jadi dapat disimpulkan, bahwa dengan adanya self awarness yang baik
akan menjadikan seorang perawat mampu mengenali dirinya sendiri serta orang lain,
mampu mengendalikan dirinya untuk bersikap serta menjalin hubungan yang sesuai
dengan tujuannya.

12
Dengan self awarness yang kuat akan tercipta karakteristik perawat yang
terapeutik, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut, antara lain; Ikhlas (Genuiness),
Empati, Kehangatan, Jujur, Altruistik, Menggunakan etika, serta Bertanggung jawab.

3.2. Saran
Kami menyarankan agar perawat mengenali self awarness dengan baik. Sehingga
tercipta karakteristik perawat yang terapeutik, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
antara lain; Ikhlas (Genuiness), Empati, Kehangatan, Jujur, Altruistik, Menggunakan
etika, serta Bertanggung jawab. Tujuannya tercipta hubungan yang baik dengan
klien.Dengan harapan mencapai tujian yang diharapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Istifiyana R. (2013). Tingkat Kepuasan Klien akan Pola Komunikasi Terapeutik Perawat di
Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalimantan Barat. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas ip

14

Anda mungkin juga menyukai