Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI DAN PENDEKATAN DALAM KONSELING

“KONSEP PENDEKATAN KONSELING SELF”

Dosen Pengampu :

Dr. Yarmis Syukur, M. Pd., Kons.

Kelompok 7 :

Rezki Syahru Ramadhan (19006215)

Salsabilla Ramadani Putri (19006217)

Salsha Nadilla Liwa (19006218)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah Nya kepada kita semua, karena berkat
karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul
“Pendekatan Konseling Self (Konself) ” dengan tepat waktu berguna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendekatan dalam Konseling, maka
dari itu dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini,
terutama ibuk Dr. Yarmis Syukur, M. Pd., Kons. Selaku dosen pengampu
pada mata kulian ini.

Kami dari kelompok 7 meyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari ibuk dan
teman-teman yang bersifat membangun guna untuk kesempurnaan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis
dan khususnya untuk semua pihak yang membaca.

Wasallamualaikum wr.wb

Padang, 4 Oktober 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.............................................................................................

SAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................

C. Tujuan Penulisan....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................

A. Konsep Pendekatan Konself.....................................................................

B. Teknik Konseling Pendekatan Konself.....................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Self adalah bagian dari lapangan fenomenal yang terdeferensiasikan


melalui pengalaman yang disadari maupun tidak disadari. Rogers
menggunakan pendekatan humanistik dalam mempelajari kepribadian
manusia. Rogers optimis bahwa secara kodrati manusia itu baik, rasional
dan memiliki kencendrungan untuk berkembang secara penuh (human
development). Untuk mencapai pertumbuhan secara optimal diperlukan
kondisi (keaslian/apa adanya), genuines. Penghargaan positif tanpa
syarat, (unconditional positif regard), Pemahaman yang empati (emphatic
understanding) (gililand/richard, 1984). Dalam konseling diperlukan kondisi
seperti itu, yaitu adanya kehangatan, keikhlasan, pemberian penghargaan
positif, dan penuh pengertian, yang dapat membantu klien untuk menjalani
struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalamannya yang unik. Klien
dapat menghadapi dan menerima karakteristik dirinya tanpa perasaan
terancam. Dengan demikian individu dapat menuju arah penerimaan diri
dan nilai-nilai, serta dapat mengubah aspek dirinya sesuai dengan prinsip
hidupnya.

Teori rogers didasarkan atas self theory yang terdiri dari:


diri (self), konsep diri (self concept), aktualisasi diri (self-aktualization), dir
yang ideal (the ideal self) dan congruence. Menurut rogers konstruk inti
konseling client centered adalah konsep tentang diri (self) yang terbentuk
melalui atau karena pengalaman yang datang dari luar dan dalam diri
individu yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu konsep konseling pendekatan konslef ?

2. Apa saja teknik konseling pendekatan konslef ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Dapat Memahami Konsep Pendekatan Konslef

2. Dapat Mengetahui Teknik Konseling Pendekatan Konself

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendekatan Konself

a. Pengertian Konself

2
Carl Rogers ialah mengembangkan suatu pendekatan baru, yaitu non-
directive therapy. Pendekatan ini didasari atas anggapan bahwa klienlah
yang berhak menentukan tujuan hidupnya, bukan konselor, serta tiap
individu bisa berdiri sendiri dan berusaha untuk memecahkan masalahnya
sendiri. Menurut Taufik (2009 : 123), teori Rogers terkenal karena lebih
banyak menekankan aspek psikologis dari aspek medis.

Teori ini bukanlah suatu teknik, karena menurut Taufik (2009 : 123-124)
faktor penting yang akhirnya akan menentukan jalan keluar dari masalah
klien adalah klien itu sendiri. Oleh karena itu, terapi ini menjadi lebih
terkenal di kalangan psikologi klinis dan konselor psikologi. Selanjutnya
metode Rogers tersebar luas di kalangan para profesi bantuan seperti
konselor dan pekerja sosial.

Menurut Rogers dalam Taufik (2012: 137) konstruk  inti


konseling  client centered  adalah konsep tentang diri (self) yang terbentuk
melalui atau karena pengalaman yang datang dari luar dan dalam diri
individu yang bersangkutan. Adapun kepribadian manusia terdiri dari unsur
-unsure organisme yang merupakan keseluruhan dan kesatuan individu,
serta memiliki sifat -sifat tertentu. Lapangan fenomenal (fenomenal field)
adalah merupakan keseluruhan pengalaman individu yang sifatnya sadar
dan atau tidak sadar, serta dapat dipandang sebagai konfigurasi persepsi
yang terorganisasikan tentang diri yang membawa ke kesadaran. Hak itu
terdiri dari unsur-unsur persepsi terhadap karakteristik dan kecakapan
seseorang, pengamatan dan konsep diri dalam hubungan dengan orang lain
dan lingkungan, serta nilai-nilai dari aku sebagai obyek. Self merupakan inti
dari kepribadian. Di dalam self terdapat diri yang ideal dan diri mewujudkan
potensinya dalam bentuk aktualisasi diri. Sedangkan diri yang actual adalah
diri.

Orang yang sehat menurut Rogers adalah orang yang mampu


berkembang dengan penuh. Adapun cirri- cirinya adalah terbuka akan
pengalaman, menghayati setiap peristiwa dengan penuh kesadaran, dan
mampu mengambil keputusan sendiri. Oleh sebab itu, konsep terapi yang

3
digunakan dalam konseling, adalah konselor hendaklah mampu masuk
dalam hubungan subyektif klien.

Menurut Bischof (1970), Rogers dalam mendiskripsikan tingkah


laku manusia melalui pemahaman prinsip-prinsip tema self, tema aktualisai
diri, tema pemeliharaan diri, dan tema peningkatan diri.

1. Tema self

Rogers mengemukakan bahwa teori kepribadian yang berpusat pada


klien adalah teori kepribadian yang berpusat pada self disebut dengan the
self theory yang dirumuskan dalam 22 pertanyaanagar mudah dipahami
sebagai berikut :

a. Manusia hidup dalam pengalamanya sendiri, disadari maupun


tidak.

b. Regsi-reaksi organisme pada lapangan tersebut disebut dengan


lapangan persepsi realitas berdasarkan pengetesan dan penerimaan
sistem perseptualnya sendiri.

c. Reaksi-reaksi oerganime diorganisasikan dalam lapanagan


phenomena secara keseluruhan, maju berdasarkan tujuan.

d. Organisme mempunyai upaya untuk mengaktualisasikan,


memelihara dan meningkatkan pengalamannya (organismenya)

e. Perilaku organisme didasari upaya organisme untuk memuaskan


kebutuhannya sebagai pengalaman seluruh kebutuhan saling
brhubungan dan mendasar.

f. Kepribadian selalu berusaha untuk mengintekrasikan dua sifat dari


emosi : senang tak senang, tenag-marah. Persepsi menentukan
intensitas reaksi emosional individu .

g. Pemahaman perilaku individu adalah kerangka pikir internal


individu itu sendiri. Yang terlihat hanya bagian kulitnya saja.

4
h. Self berkembang melalui usaha keras dan belajar

i. Struktur self dibenuk dan diorganisasikan sesui dengan sistem nilai


dan konsep dirinya berdasarkan interaksinya dengan lingkungan.
Pengalaman interaksinya dengan orang lain dan pengaruh orang tua
penting dalam rangka mengembangkan dan penstrukturan sel.

j. Pengalaman mempunyai nilai-nila yang secara langsung dapat


dirasakan , diambil, dirubah sesuai self nya

k. Self adalah dasar untuk membuka persepsi atau untuk persepsi


sesuatu dibawah kesadarannya. Apakah ia akan menerima,
menolak, atau menyesampingkan tergantung pada struktur self
yang sudah dimilikinya.

l. Kebanykan cara-cara yang di adopsi organisme adalah yang


konsisten dengan konsep self nya

m. Tingkah laku dipengaruhi oleh pengalaman organisme dan


kebutuhan yang tak disimbolisasikan

n. Ketidak sesuaian psikologis terjadi bila organisme menolak


menyadari sensori dengan pengalaman yang mendala, yang tidak
diorganisasikan dalam struktur self

o. Kesesuaian psikologis terjadi bila keseluruhan sensori dan


pengalaman diasimilasikandalam simbol secara konsisten dengan
konsep self. Dorongan akan menurun bila kepribadian mempunyai
perasaan baru tentang self itu sendiri.

p. Pengalaman yang tidak konsisten dengan organisasi struktur self,


dirasakan sebagai ancaman terhadap struktur self yang telah ada
akibatnya kepribadian menjadi kaku

q. Dala kondisi tidak ada ancaman terhadap struktur self, pengalaman


yang tidak konsisten dapat diterima, diuji dan diasimilasikan

5
dengan struktur self. Perubahan kepribadian terjadi bila ia dapat
menerima segi-segi baru dari self

r. Diperlukan penerimaan dan pemahaman yang mendalam terhadap


pengalaman yang dapat diintegrasikan dalam struktur self

s. Selama individu memperoleh kepercayaan dalam menilai, maka ia


akan mendapatkan sistem-sistem lama yang tidak perlu

t. Kepribadian juga menaruh perhatian pada kebutuhan penghargaan


sosial

u. Kepribadian juga memiliki kebutuhan yang kuat akan harga diri,


dan ini berkaitan dengan penghargaan sosial

v. Kekuatan, kebutuhan, tuntutan akan penghargaan sosial dan harga


diri menyebabkan orang aktif dalam kehidupannya

Dari uraian diatasdapat disimpulan bahwa perjuangan terbesar dari


kepribadian adalah self consistency. Kepribadian ada dalam dinamika
perseptual, spontanitas yang lebih besar, dan seluruh kekuatan hidup. Sitem
nilai berpengaruh kuat dalam perkembangan kepribadian seseorang.

2. Tema aktualisasi diri

Menurut rogers organisme memiliki satu kekuatan motivasi yaitu


dorongan untuk mengaktualisasikan diri dan satu tujuan hidup yaitu menjadi
diri yang aktual. Untuk mencapai tujuan diperlukan 2 kebutuhan yaitu
kebutuhan akan penghargaan positif dan orang lain. kebutuhan akan
penghargaan diri sendiri. Kebutuhan-kebutuhan ini telah ada sejak kecil
seperti anak ingin disayang, dijaga, dan menerima penghargaan positif dari
orang lain.

Manusia selalu berusaha menunjukkan selfnya dalam keseluruhan


dinamika perilaku untuk menjadikan dirinya sendiri yang berbeda dengan
orang lain baik dalam pungsi self organismenya maupun fungsi sosialnya, di
bawah pengarahan dan tanggung jawabnya sendiri. Proses aktualisasi diri

6
selalu berjalan dari yang sederhana menuju keadaan yang kompleks, dan
dimulai sejak masa konsepsi sampai menjadi suatu pribadi.

3. Tema pemeliharaan diri

Tingkat pemeliharaan diri dicapai saat individu mampu memahami


diri sepenuhnya. Dengan pemeliharaan diriia mampu mencapai kematangan
berdasarkan dinamika kehidupan

4. Tema peningkatan diri

Organisme selalu berusaha untuk meningkatkan diri. Prosesnya tidak


selalu berjalan lancar, mungkindisertai dengan berbagai rintangan dan
perasaan sakit. Manusia memiliki kecendrungan dan kebebasan untuk
meningkatkan dirinya, karena manusia bukanlah robot.

b. Teori Kepribadian

Menurut Prayitno (1998 : 60), struktur kepribadian meliputi komponen


OLS, yaitu :

1. Organisme adalah unsur fisiologis dengan semua fungsi fisik dan


fungsi psikologisnya.

2.  Lapangan Fenomenal merupakan segala sesuatu yang dialami


seseorang, baik yang bersifat eksternal maupun internal, yaitu hal-
hal yang dipersepsinya dan yang dianggap penting.

3. Self adalah bagian dari lapangan fenomenal yang terdeferensiasikan


sedikit demi sedikit melalui pengalaman yang disadari maupun
tidak.

Di dalam teorinya, Rogers lebih menekankan


konsep organism dan self. Self pada diri seseorang merupakan konsep diri
(self-concept) yang terdiri dari persepsi mengenai kekhasan
dari I atau me dan persepsi hubungan antara I atau me dengan orang lain
dalam aspek kehidupan. Menurut Taufik (2009: 126), kecocokan dan

7
ketidakcocokan diantara self dan organisme akan menentukan kematangan,
penyesuaian diri, dan kesehatan mental seseorang.

Congruence berarti ada kecocokan antara self yang dirasakan


pengalamanactual organism.  Sedangkan, incongruencedapat menimbulkan
kecemasan, perasaan terancam, mempertahankan diri, berpikiran kaku, dan
melakukan cara-cara tidak positif. Menurut Taufik (2009 : 126), perhatian
Rogers adalah bagian mana dari self yang dibuat menjadi lebih congruence.

Rogers mengemukakan bahwa teori kepribadian yang berpusat pada


klien adalah teori kepribadian yang berpusat padaself disebut dengan the
self theory yang dirumuskan dalam 22 pernyataan atau dalil. Mohd. Surya
(2003 : 51) menyimpulkan ke 22 dalil tersebut menjadi :

1. Yang menjadi inti kepribadian menurut teori kepribadian Rogers


ini– adalah (the self), yang terbentuk melalui atau karena
pengalaman-pengalaman, baik datang yang dari luar diri individu
yang bersangkutan maupun yang datang dari dalam dirinya.

2. Ada dua macam bentuk kepribadian (the self), yaitu diri yang ideal
(the ideal self) dan diri yang actual (the actual self). Diri yang ideal
adalah diri yang ia bayangkan, yang ia tangkap, yang ia sendiri atau
ia hayati sebagai “saya/ku”. Sedangkan diri yang actual adalah diri
yang dipandang oleh/dari sudut orang lain sebagai “ia/dia” atau
“nya”.

3.  Kepribadian yang terintegrasi (well adjusted) adalah kepribadian


yang konsisten antara diri yang ideal dengan diri yang actual.
Sedangkan kepribadian yang disintegrasi (maladjusted) adalah
kepribadian yang tidak konsisten antara diri yang ideal dengan diri
yang actual; diri subyektif tidak sesuai dengan diri obyektif.

4. Pengubahan kepribadian yang salah suai agar menjadi kepribadian


yang well adjusted (kepribadian yang terpadu) hanya dapat

8
dilakukan dengan jalan mengubah gambaran diri yang ideal itu
supaya konsisten/sesua dengan diri yang actual.

5. Peranan dan kecenderungan kepribadian ialah mempribadikan diri


dalam bentuk perwujudan diri, pemeliharaan diri, dan perluasan
diri.”

c. Tujuan Konseling

Menurut Taufik (2009 : 131), tujuan konseling adalah menciptakan


suasana yang kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dapat
mengetahui hambatan pertumbuhannya, yang pada giliran berikutnya klien
dapat mengembangkan aspek diri yang sebelumnya terganggu. Dalam
proses pemberian bantuan, yang menjadi penekanan perhatian adalah pada
individunya itu sendiri, bukan pada pemecahan masalahnya saja, tetapi
diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan pada diri klien setelah
proses konseling selesai.

Taufik (2009 : 132) menjelaskan dengan adanya pertumbuhan dan


pengembangan pada diri klien, diharapkan :

 Terjadi keseimbangan dalam diri klien, sehingga klien lebih terbuka


pada pengalamannya.

 Lebih realistis, obyektif, dan persepsinya lebih luas, sehingga


idealself-nya lebih realistis dan seimbang dengan self-nya, dengan
demikian ketegangan dapat dikurangi.

 Sebagai konsekuensi dari perubahan pada poin a dan b, akan tumbuh


rasa percaya diri (positif self regard-nya meningkat), mampu
mengevaluasi diri, sehingga menjadi pribadi yang utuh, dapat
menerima diri sendiri sebagaimana adanya dengan segala
kekurangan dan kelebihannya, dapat menerima orang lain dan
lingkungannya, lebih kreatif, dapat menentukan tujuan hidupnya,
mandiri, dan bertanggung jawab.

9
d. Proses Konseling

Konseling self atau client-centeredmemusatkan perhatian pada


pengalaman individual, sehingga menurut Taufik (2009 : 132) konseling
berupaya meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan dan
menompang eksplorasi diri, memanfaatkan potensi individu untuk menilai
pengalamannya, serta menumbuhkan perasaan untuk memacu pada
pertumbuhan.

Melalui penerimaan terhadap klien, menurut Mohd. Surya (2003 : 52)


konselor membantunya untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan
pengalaman-pengalaman sebelumnya ke dalam konsep diri. Dari redefinisi,
pengalaman, individu mencapai penerimaan dari dan menerima orang lain
dan menjadi orang yang lebih berkembang penuh (fully functioning).

Taufik (2009: 133) menjelaskan bahwa teknik yang digunakan


adalahinterpersonal relations dengan interviu (wawancara) sebagai alat
utama sehingga terjadi hubungan timbal balik, saling menerima, saling
memberikan informasi, dan hubungan terjalin sampai final. Disamping
interviu juga digunakan terapi permainan dan terapi kelompok, baik
langsung maupun tidak langsung.

Proses konseling self mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Klien datang sendiri kepada konselor untuk mendapatkan bantuan,

2. Penentuan situasi dan kondisi yang cocok untuk suasana pemberian


bantuan antara konselor dan klien,

3. Konselor menerima, mendengar, mengenal, dan memperjelas


perasaan negatif yang ada pada diri klien,

4. Konselor memberikan kebebasan kepada klien untuk


mengungkapkan perasaannya atau masalahnya,

5. Apabila perasaan negative tersebut telah dinyatakan seluruhnya,


secara berangsur-angsur akan timbul perasaan positif,

10
6.  Konselor menerima, mengenal, dan memperjelas perasaan positif
klien.

7.  Pada diri klien tumbuh pemahaman tentang diri sendiri, dan


mengetahui apa yang harus diperbuat untuk memenuhi
kebutuhannya,

8. Timbul inisiatif pada diri klien untuk melakukan perbuatan yang


positif,

9. Adanya perkembangan lebih lanjut di dalam klien tentang


pemahaman terhadap diri sendiri,

10. Timbul perkembangan tindakan yang positif dan integratif  pada diri


klien,

11. Klien secara berangsur-angsur merasa tidak membutuhkan bantuan


lagi.

e. Kekuatan dan Kelemehan

Mohd. Surya (2003 : 56) menjelaskan beberapa kritik terhadap


konseling yang berpusat pada klien, yaitu :

1. Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional, dan perasaan


sebagai penentu perilaku, tetapi melupakan faktor intelektif,
kognitif, dan rasional.

2. Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan


teori.

3. Tujuan untuk setiap klien adalah memaksimalkan diri, dirasa terlalu


luas, umum, dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap
individu.

4. Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadang-kadang


dibuat tergantung lokasi konselor dan klien.

11
5. Meskipun terbukti bahwa konseling ini diakui efektif, tapi bukti-
bukti tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan
dengan klien yang kecil tanggung jawabnya.

6. Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi


hubungan interpersonal.

Selain menjelaskan tentang kelemahan konseling ini, Mohd. Surya


(2003 : 57) juga menjelaskan beberapa kontribusi yang diberikan, antara
lain :

1. Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor dalam konseling.

2. Indentifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana


utama dalam mengubah kepribadian.

3. Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik.

4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan


penemuan kuantitatif.

5. Penekanan emosi, perasaan, dan afektif dalam konseling.

B. Teknik Konseling Pendekatan Self

1. Kondisi yang diperlukan untuk proses konseling :

a) Psychological contact (secara minimum harus ada).

b) Minimum state of anxiety (MSA) ialah apabila klien merasa tidak


enak dengan keadaannya sekarang maka ia cenderung berkehendak
untuk mengubah dirinya.

c) Conselor genuiness ialah jujur, tulus, tanpa pamrih.

d) Unconditioned positive regard and respect ialah penghargaan yang


tulus kepada klien (KTPS).

12
e) Emphatic understanding ialah konselor benar-benar memahami
kondisi internal klien, merasakan jika seandainya konselor sendiri
yang menjadi klien.

f) Client perception : klien perlu merasakan bahwa kondisi-kondisi


diatas memang ada.

g) Concretness, immediacy, and confrontation merupakan teknik-


teknik khusus dalam proses konseling.

2. Pendekatan “jika-maka” (PJM)

a) Jika konselor mampu menciptakan kondisi-kondisi di atas,maka


proses konseling dapat terjadi

b) Jika proses konseling dapat terjadi, maka suatu hal nyata (yaitu
perubahan pada diri klien) akan dapat diraih. Hasil ini mengacu
pada kembalinya klien ke jalan menuju SA.

3. Penerapan :

a) Konselor menjadi alter ego bagi klien.

b) Tanggung jawab dalam hubugan konseling diletakkan pada klien,


bukan pada konselor.

c) Waktu perlu dibatasi, hal ini disampaikan kepada klien.

d) Fokus kegiatan konseling adalah terhadap individu klien, bukan


terhadap masalah.

e) Menekankan asas kekinian: disini dan sekarang.

f) Diagnosis oleh konselor tidak perlu, klien mendiagnosis diri


sendiri.

g) Lebih menekankan aspek-aspek emosional dari pada intelektual.

h) Konselor tidak perlu memberikan berbagai informasi kepada klien.

13
i) Tes dipergunakan dengan amat sangat terbatas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konseling ialah suatu yang berpusat pada klien yang sebagai konsep
dan alat baru di dalam terapi yang dapat untuk diterapkan kepada orang
dewasa, remaja dan juga anak-anak. Pada pendekatan konseling client
cetered ialah yang menekankan kepada percakapan klien untuk menentukan
isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah. Konsep pokok yang
mendasari ialah hal yang menyakngkut konsep tentang diri (self),
aktualaisasi diri, teori kepribadian dan kecemasan. Menurut Rogers konsep
inti konseling yang berpusat pada klien ialah konsep tentang diri atau
pertumbuhan diri dan perwujudan diri.

B. Saran

Kami dari pihak penulis dan penyaji mengucapkan terimakasih


banyak kepada pembaca yang telah membaca makalah ini,kami
mengahrapkan bahwa makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca, kami juga menyadari banyaknya kekurangan dalam
meuliskan makalah ini dan kami mengharapkan kritikan dan saran yang

14
membangun dari pembaca , guna untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam makalah kita kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bischof, Ledford J. 1970. Interpreting Presonality Theories. Harper


International Edition. New York: Harper & Row Publisher.

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: UNP.

Surya, Mohamad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani


Quraisy.

Taufik. 2012. Model-Model Konseling. Padang: UNP.

15

Anda mungkin juga menyukai