Anda di halaman 1dari 13

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

Kesehatan Jiwa Raudatussalamah,S.Psi.M.A

“PENYESUAIAN DIRI”

DISUSUN OLEH : Kelompok 2

Asra Wilda (12160121027)


Dinda Khairunnisa (12160124369)
Salwa Audri Nabila (12160121538)
Sekar Raudhatul Jannah (12160123876)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
ucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta berkah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “Kesehatan Jiwa” yang diberikan
pada semester 5. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Intelegensi
dan telah kami susun dengan maksimal serta mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga
bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Raudatussalamah,S.Psi.M.A. selaku dosen
pengampu mata kuliah “Kesehatan Jiwa” yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca khususnya bagi mahasiswa jurusan Psikologi.

Pekanbaru, 07 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan
jiwa atau mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai
kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, baik
dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak
jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh
kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi penuh tekanan. Sesuai
dengan pengertiannya, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap
berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat individu hidup.
Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut
dengan istilah adjustment. Davidoff (Mujiono, 2010: 47), adjustment itu sendiri merupakan
suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan.
Penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-
tuntutan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan, sehingga terdapat keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan dan tercipta keselarasan antara
individu dengan realitas.
Menurut Zakiah Daradjat mendefenisikan mental yang sehat adalah terwujudnya
keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan danterciptanya penyesuaian
diri antara indiviu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan
ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidupbermakna dan bahagia dunia akhirat.
Berdasarkan hal tersebut lah, penyusun ingin menulis tentang penyesuaian diri dengan
kaitannya dengan kesehatan mental yang dimana nanti didalamnya akan dibahas mengenai
Penyesuaian diri, frustasi, konflik, kecemasan serta studi kasus yang ada kaitannya dengan
pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari penyesuaian diri itu ?
2. Bagaimana proses penyesuaian diri ?
3. Apa saja teori penyesuaian diri ?
4. Apa saja aspek penyesuaian diri ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ?
6. Apa saja karakteristik penyesuaian diri ?
7. Apa saja bentuk dari penyesuaian diri ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penyesuaian diri.
2. Mengetahui bagaimana proses penyesuaian diri.
3. Mengetahui teori penyesuaian diri.
4. Mengetahui aspek dari penyesuaian diri.
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri.
6. Mengetahui karkteristik penyesuaian diri.
7. Mengetahui bentuk penyesuaian diri.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyesuaian Diri


Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustmentatau personal
adjustment. Menurut (Calhoun, 1990) Penyesuaian diri didefinisikan sebagai interaksi yang
kontinyu dengan diri sendiri,yaitu apa yang telah ada pada diri sendiri,tubuh, perilaku,
pemikiran serta perasaan,dengan orang lain dan dengan lingkungan. Penyesuaian diri juga
dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan
mengorganisasi respon-respon sedemikianrupa, sehingga bisa mengatasi segala
macamkonflik, kesulitan dan frustrasi-frustrasi secaraefisien (Sunarto dan Hartono, 1994).

Menurut Mappiare (1982) penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan agar
dapat diterima oleh kelompok dengan jalan mengikuti kemauan kelompoknya. seorang
individu dalam melakukan penyesuaian diri lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi
demi kepentingan kelompok agar tidak dikucilkan oleh kelompoknya.

Sedangkan (Kartono, K, 2000) menyebutkan penyesuaian diri adalah usaha manusia


untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan,
dengki, iri hati, prasangka,depresi, kemarahan dan lain-lain emosi negatif sebagai respon
pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan
individu untuk bereaksi terhadap adanya tuntutan yang dibebankan kepadanya, mampu
mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi situasi baru yang memerlukan
adanya respon-respon mental, mampu menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal,
ketegangan, frustasi, konflik serta menghasilkan kualitas keselarasan dari dalam diri individu
dengan tuntutan lingkungan sehingga individu mendapatkan ketentraman secara internal
dalam hubungannya dengandunia sekitarnya.
2.2 Teori Penyesuaian Diri
1) Teori Carl Rogers Tentang Self
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-gejala
dan membuat konsepsi dari hasil penyelidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi, di
dalam menunjukkan self sebagai proses, itu yang di maksud tidak lain dari pada nama
bagi sekelompok proses. Istilah self di dalam psikologi mempunyai dua arti yaitu:
a) Sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri, yaitu self di sini sebagai
objek,karena pengertian itu menunjukkan sikap, perasaan, pengamatan dan
penelitianseseorang terhadap dirinya sediri sebagai objek.
b) Suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan
penyesuaian diri,yaitu self di sini sebagai apa yang dipikirkan orang tentang
dirinya. Pengertian self juga sebagai proses, dalam hal ini self itu adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari proses-proses aktif seperti berfikir, mengingat dan
mengamati.
2) Pokok-pokok Teori Rogers Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
a) Self yaitu bagian badan phenomenal yang terdiri dari pola-pola pengamatan dan
penilaian sadar dari pada “I” atau “Me”.
b) Organisme yaitu mempunyai satu motif dasar yaitu:
mengaktualisasikan,mempertahankan dan mengembangkan diri.
c) Self mempunyai bermacam-macam sifat
1. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
2. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya
dalam.
3. cara (bentuk) yang tidak wajar.
4. Self mengejar menginginkan consistency (Keutuhan/kesatuan, keselarasan)
5. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
6. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai
ancaman.
7. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar

2.3 Aspek-aspek Penyesuaian Diri


Menurut Alberlt & Emmons dalam Pramadi (1996) ada empat aspek dalam
penyesuaian diri, yaitu:
a) Aspek self knowledge dan self insight, yaitu kemampuan mengenal kelebihan dan
kekurangan diri. Kemampuan ini harus ditunjukkan dengan emosional insight,
yaitu kesadaran diri akan kelemahan yang didukung oleh sikap yang sehat
terhadap kelemahan tersebut.
b) Aspek self objectifity dan self acceptance, yaitu apabila individu telah mengenal
dirinya, ia bersikap realistik yang kemudian mengarah pada penerimaan diri.
c) Aspek self development dan self control, yaitu kendali diri berarti mengarahkan
diri, regulasi pada impuls-impuls, pemikiran- pemikiran, kebiasaan, emosi, sikap
dan tingkah laku yang sesuai. Kendali diri bisa mengembangkan kepribadian
kearah kematangan, sehingga kegagalan dapat diatasi dengan matang.
d) Aspek satisfaction, yaitu adanya rasa puas terhadap segala sesuatu yang telah
dilakukan, menganggap segala sesuatu merupakan suatu pengalaman dan bila
keinginannya terpenuhi maka ia akan merasakan suatu kepuasan dalam dirinya.
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Dalam usaha penyesuaian diri tersebut terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan penyesuaian diri seseorangSchneiders (1964)
mengemukakan bahwa ada lima faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri
seseorang yaitu:
a) Kondisi fisik yang hereditas, fungsi sistem syaraf, kelenjar dan otot, kesehatan
dan penyakit Kondisi fisik yang sehat dan normal dapat mempermudah individu
dalam menyesuaikan diri. Individu yang memiliki kondisi fisik yang sehat dan
normal mampu berpikir dan berperilaku secara sehat dan normal, sebaliknya
kondisi fisik yang abnormal dan tidak sehat akan menghambat aktivitas individu
dalam usaha penyesuaian diri (Schneiders, 1964). Kesehatan mental dan fisik
merupakan prekondisi yang mendukung keberhasilan seseorang dalam melakukan
penyesuaian diri terhadap perubahan hidup yang disebabkan oleh pensiun (Rini,
2001).
b) Perkembangan dan kematangan intelektual,sosial, moral, dan emosional Individu
yang mengalami perkembangan dan kematangan psikis akan mudah untuk
menyesuaikan diri karena individu dapat menggunakan logika, moral, sosial dan
emosinya untuk mengontrol perilakunya. Kematangan sosial akan membuat
individu. mampu untuk menjalin hubungan interpersonal dan dan melakukan.
interaksi melalui komunikasi interpersonalTujuan individu melakukan
komunikasi dengan orang lain adalah untuk saling berbagi informasi, pengalaman
maupun perasaan sehingga individu yang bersangkutan dapat memperoleh
informasi tentang lingkungannya. Individu yang sudah matang secara emosi akan
mampu mengontrol dan mengekspresikan emosi dengan cara-cara yang dapat
diterima oleh lingkungannya.
c) Faktor psikologis yang mencangkup,pengalaman,belajar,pengondisian
(conditioning), pengarahan diri, frustrasi dan konflik Tidak semua pengalaman
memiliki arti penting yang sama bagi penyesuaian diri individu. Ada pengalaman
yang memberikan pengaruh besar bagi penyesuaian diri individu. Misalnya
peristiwa-peristiwa yang memberikan kesan khusus memiliki arti positif maupun
sebaliknya berupa peristiwa yang traumatis. Pengkondisian dan hasil belajar akan
memudahkan individu untuk menyesuaikan diri karena individu telah terbiasa
dengan lingkungan yang dihadapinya sekarang. Konflik ataupun frustrasi akan
membuat sumber daya psikis dan fisik terbuang percuma, menurunkan harga diri,
dan membuat individu merasa kecil dan tidak berdaya.
d) Budaya termasuk agama yaitu penyesuaian diri dipengaruhi oleh nilai, standar,
tradisi dan ritual yang terdapat di lingkungannya Budaya termasuk didalamnya
agama dan keyakinan berfungsi sebagai pengontrol individu dalam berperilaku.
Budaya yang terlalu ekstrim dan kaku akan menjadi penghalang bagi individu
untuk menyesuaikan diri, karena akan membuat pola pikir individu menjadi tidak
berkembang.
e) Kondisi lingkungan meliputi lingkungan rumah, keluarga, dan lingkungan
sekitarnya (tetangga)
Lingkungan sekitar dapat membatasi perilaku sehingga perilaku individu akan
terbatas. Namun lingkungan juga akan dapat memunculkan perilaku tertentu, dan
menentukan bagaimana individu bertindak. Lingkungan keluarga memegang
peranan penting karena keluarga adalah kelompok sosial terkecil dimana individu
bagian integral darinya (Schneiders, 1964).
2.5 Penyesuaian Diri Yang Baik
Seseorang dikatakan mampu menyesuaikan diri apabila memiliki kemampuan
memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya dan tuntutan lingkungannya serta mampu
mengatasi hambatan yang dihadapinya. Penyesuaian diri yang positif akan memberikan
kepuasan lebih besar bagi kehidupan seseorang dan juga dapat mempelancar fungsi
efektivitas psikis yang bermacam-macam seperti belajar, menentukan tujuan hidup, atau
juga di dalam penyelesaian masalah.
Hal ini didukung dengan pendapat yang dikemukakan oleh Meichati (1983)
keberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian diri menimbulkan perasaan puas,
superior dan menumbuhkan rasa percaya diri. Unsur-unsur pendukung dalam
penyesuaian diri antara lain yaitu kemampuan mengatasi tekanan kebutuhan, kemampuan
yang layak untuk mengatasi frustasi dan kemampuan mengembangkan mekanisme
psikologis yang cocok.
Kriteria Individu yang berhasil dalam mengadakan penyesuaian diri mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Dapat memenuhi segala kebutuhannya tanpa harus melebih-lebihkan atau
mengurangi kebutuhannya.
b. Tidak merugikan orang yang melakukan penyesuaian diri yang sama dalam
memenuhi kebutuhannya.
c. Mampu melakukan tanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal
Menurut Kartono (1981) salah satu ciri dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah
adanya kemampuan untuk mengadakan adjustment atau penyesuaian diri secara harmonis
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Menurut Hurlock (1997)
biasanya orang yang berhasil melakukan penyesuaian diri yang baik mengembangkan
sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain. Hurlock
juga mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut:
a. Penampilan Nyata
Artinya bila perilaku sosial individu seperti yang dinilai berdasarkan
standar kelompoknya, seperti memenuhi harapan kelompok maka akan dapat
menjadi anggota yang diterima pada suatu kelompok.
b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok
Individu dapat menempatkan atau menyesuaikan dirinya dengan baik
terhadap berbagai kelompok.

c. Memiliki Sikap Sosial


Individu harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang
lain, terhadap partisipan sosial, dan terhadap perannya didalam kelompok sosial,
bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara
sosial.
d. Adanya Kepuasan Pribadi
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, individu harus
merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap perannya dalam situasi
sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.
Dari serangkaian pendapat para ahli di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
individu dikatakan mampu menyesuaikan diri secara baik jika individu dapat memenuhi
segala kebutuhan dirinya dan tuntutan dari lingkungan sekitarnya, serta mampu
mengatasi segala hambatan yang dihadapi. Kriteria penyesuaian diri yang baik anfara
lain, adanya penampilan nyata dari individu, penyesuaian diri terhadap berbagai
kelompok, memiliki sikap sosial, dan adanya kepuasan pribadi terhadap kontak sosial
yang dilakukan.
2.6 Penyesuaian Diri Yang Gagal
Manusia di dalam beradaptasi dengan lingkungannya, tidak selalu dapat beradaptasi
dengan baik, adakalanya individu mengalami hambatan di dalam proses penyesuian diri.
Kegagalan di dalam beradaptasi ini biasa disebut dengan istilah mal-adjusted, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh pada kemampuan individu dalam berdaptasi
tersebut. Penyesuaian diri yang gagal yang disebabkan karena ketidakmampuan individu dalam
menghadapi hambatan-hambatan dan mengatasi kegagalan-kegagalan yang terjadi akan
mengakibatkan ketegangan, rasa frustasi, perasaan bersalah serta rendah diri yang akan
membuat individu merasa tidak nyaman bila berada pada suatu Ingkungan atau kelompok baru,
hal ini dapat menjadikan individu tersebut 'terasing' {isolation).
Pernyataan di atas didukung dengan apa yang diungkapkan oleh Hurlock (1997) bahwa
melakukan penyesuaian yang baik bukanlah hal yang mudah. Sebagian besar orangtua
menyadari adanya hubungan yang erat antara penyesuaian sosial seorang anak dengan
keberhasilan dan kebahagiaan pada masa kanak-kanak dan pada masa kehidupan selanjutnya.
Ada empat kondisi yang dapat menimbulkan kesulitan bagi anak untuk melakukan penyesuaian
dengan baik yaitu :
a) Bila pola perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, maka anak akan
menemukan kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosal diluar rumah.
b) Bila di rumah atau lingkungan keluarga anak kurang memberikan modelling perilaku
yang baik, anak akan mengalami hambatan yang serius dalam penyesuaian di luar
rumah. Anak yang ditolak oleh orangtuanya atau meniru perilaku menyimpang dari
orang tuanya akan mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif serta dapat
mendorong anak untuk melakukan tindakan kriminalitas bila ia dewasa.
c) Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering timbul dari
pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan, sehingga anak tidak memiliki
motivasi kuat untuk berusaha melakukan penyesuaian sosial yang baik diluar rumah.
d) Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian sosial yang
baik, namun bila anak tidak mendapat bimbingan dan bantuan yang cukup dalam
proses ini maka anak tidak akan tahu bila perilaku atau tindakan yang di lakukannya
benar atau salah.
Partosuwido (dalam Jufri,1999) menyatakan bahwa orang yang mampu
menyesuaikan diri dalam segala kemungkinan dan mampu mengatasi persoalan adalah
merupakan ciri orang bermental sehat. Hal ini berarti bahwa ketika individu tidak
memiliki mental yang sehat maka akan mengalami gangguan dan hambatan didalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ada kalanya individu mengalami
hambatan dalam proses penyesuian diri. Faktor yang berpengaruh pada kemampuan
individu beradaptasi adalah ketidakmampuan individu dalam menghadapi hambatan-
hambatan dan mengatasi kegagalan-kegagalan yang terjadi sehingga mengakibatkan
ketegangan, rasa frustasi, konflik, kecemasan, yang akan membuat individu merasa tidak
nyaman bila berada pada suatu lingkungan atau kelompok baru. Ketidakmampuan
melakukan penyesuaian diri juga dapat disebabkan karena ketidakseimbangan antara
tuntutan (task) dan kemampuan (skill) yang dimiliki individu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk bereaksi terhadap tuntutan
yang dibebankan kepadanya, kemampuan mempelajari tindakan atau sikap
yang baru untuk menghadapi situasi baru yang memerlukan adanya respon
respon mental, kemampuan menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal,
ketegangan, frustrasi, konflik, serta menghasilkan kualitas keselarasan dari
dalam diri individu dengan tuntutan lingkungan sehingga individu
mendapatkan ketentraman secara internal dalam hubungannya dengan dunia
sekitarnya, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
3.2 Pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA

Ermayanti, S., & Abdullah, S.M. (2007). Hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosisal
dengan penyesuain diri pada masa pensiun. Jurnal InSight, 5(2), 4-5.
Kumalasari, F., & Ahyani, L. N. (2012). Hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian
diri remaja di panti asuhan. Jurnal Psikologi: PITUTUR, 1(1), 19-28.
Lubis, M. U. (2009). Penyesuaian Diri orang tua yang memiliki anak autis. Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara USU Repository, 1-170.

Anda mungkin juga menyukai