Anda di halaman 1dari 8

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Sekar Raudhatul Jannah

NIM : 12160123876

Mata kuliah : Pancasila

Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Januari 2022

Dosen : DR. Maswir . MH

Jawab soal dengan jelas dan lengkap !

1. Jelaskan dan uraikan makna pancasila sebagai ideologi negara !

2. Jelaskan dan uraikan hubungan pancasila dengan pembukaan UUD 1945 !

3. Jelaskan dan uraikan faktor pendorong gerakan Radikal terorisme !

4. Jelaskan dan uraikan aliaran-aliaran etika beserta makna etika Pancasila !

5. Jelaskan dan uraikan sejarah singkat pancasila era prakemerdekaan,reformasi dan orde baru!

Jawaban

1. Pengertian Pancasila sebagai ideologi negara adalah dasar berbagai norma dalam
penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai ideologi negara berarti Pancasila dijadikan
ideologi sebagai pedoman oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan masyarakat dalam
bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi manusia, dan bekerja sama. Dalam sejarahnya,
pancasila merupakan gagasan dari Ir. Soekarno yang kemudian disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945. Pancasila sendiri memiliki makna yang sangat dalam bagi bangsa Indonesia
sebagai perannya yaitu Ideologi Bangsa Indonesia.

Makna Pancasila sebagai dasar negara, ialah selain pancasila sebagai cita – cita dan tujuan
bangsa, pancasila juga memiliki peran vital sebagai pedoman dalam setiap aktivitas di
berbagai bidang masyarakat Indonesia. Dimana segala sesuatu perbuatan harus sesuai dengan
pancasila dan tidak boleh bertentangan.
Adapun makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah sebagai berikut ini:

a. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai cita-cita
yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan bernegara.
b. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang berupa kesepakatan bersama, dan
menjadi sarana pemersatu bangsa.

2. Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur pokok ini kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945, sebagai norma hukum dasar dalam
kehidupan bernegara dan berbangsa. Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam
penyelenggaraan negara, serta sebagai norma positif. Hubungan antara Pancasila dan UUD
1945 dibingkai dalam dua konteks yang adalah hubungan secara FORMAL dan hubungan
secara MATERIAL. Berikut penjelasannya masing-masing.
a) HUBUNGAN SECARA FORMAL

Adalah hubungan dari Pancasila dengan UUD 1945 dalam sudut pandang
konstitusional atau peraturan yang berlaku, antara lain sebagai berikut:

a. Pancasila adalah kaidah dasar bagi negara. Oleh karena pancasila dimuat pada
pembukaan UUD 1945 maka UUD pun menjadi kaidah dasar negara.
b. Pancasila merupakan inti pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan
menjadikan UUD sebagai sumber hukum tertinggi dan pancasila sebagai tertib
hukum bangsa Indonesia.
b) HUBUNGAN SECARA MATERIAL
Hubungan secara material maksudnya adalah bahwa semua bagian-bagian
(material) dari UUD 1945 harus selaras dan tidak bertentangan dengan Pancasila.
Sebab Pancasila sendiri merupakan sumber dari segala sumber hukum oleh sebab
itu esensi dari UUD 1945 memuat atau dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.

3. Radikalisme merupakan bentuk paham atau ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Salah satu ciri utama dari paham ini ialah sering menggunakan kekerasan untuk mencapai
apa yang menjadi tujuan atau keinginan kelompoknya. radikalisme memiliki beberapa ciri,
yaitu penolakan secara terus menerus atau menuntut perubahan secara ekstrem, biasanya
menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai keinginannya, dan penganutnya memiliki
keyakinan kuat jika paham atau anggapan yang berbeda dengannya adalah hal yang salah.
Faktor radikalisme
Faktor apa saja yang melatar belakangi munculnya paham radikalisme:
a) Faktor pemikiran : Radikalisme dapat muncul dan berkembang karena yakin jika
segala sesuatunya harus diubah ke arah yang kelompoknya inginkan, sekalipun harus
menggunakan cara kekerasan untuk meraih tujuannya tersebut.
b) Faktor ekonomi : Radikalisme bisa dipengaruhi oleh faktor permasalahan ekonomi.
Karena manusia akan berusaha sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, termasuk menyebarkan suatu paham atau ideologi dengan cara kekerasan.
c) Faktor politik : Radikalisme bisa muncul dan berkembang ketika sekelompok orang
merasa pemerintah negara tidak adil kepada rakyatnya atau hanya mempehatikan
segelintir kelompok saja.
d) Faktor sosial : Radikalisme dapat disebarkan dengan memengaruhi pemikiran orang
lain. Terlebih lagi jika orang tersebut berpikiran sempit dan mudah percaya kepada
pihak yang dianggap membawa perubahan ke dalam hidupnya. Padahal pihak
tersebut menyebarkan suatu paham yang bertentangan dengan ideologi negaranya.
e) Faktor psikologis : Radikalisme dapat tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang
yang memiliki berbagai permasalahan, rasa benci, serta dendam. Sehingga berpotensi
menjadi radikalis dan mudah dipengaruhi orang lain.
f) Faktor pendidikan : Radikalisme dapat muncul di berbagai tempat, termasuk sarana
pendidikan. Ideologi radikalisme bisa dengan mudah disisipkan dalam pengajaran.

4. Pancasila sebagai sistem etika yang dibuat pendiri negara memang berguna untuk
mempersatukan bangsa Indonesia. Kata etika berasal dari Bahasa Yunani Kuno
yang ethos, dan ethikos. Ethos sendiri berarti kebiasaan, atau watak,
sedangkan ethikos memiliki arti sebagai susila, atau perbuatan yang baik. Sehingga menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika merupakan ilmu yang menjelaskan tentang apa yang
baik, dan apa yang buruk, dan hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban moral (akhlak).
Lain halnya dengan James J.Spillane yang mengatakan bahwa etika adalah merupakan
sebuah pertimbangan tingkah laku manusia sebelum mengambil keputusan yang didasarkan
dengan nilai moral. Jadi, secara umum etika adalah sebuah pedoman atau aturan di dalam
kehidupan manusia yang selalu didasari oleh nilai-nilai moral.
Aliran Etika

Pada aliran etika tersebut memiliki 3 macam etika, seperti etika keutamaan, etika teleology,
dan etika deontologi. Penjelasan setiap aliran etika terdiri dalam 3 macam, yaitu:

a. Etika keutamaan, atau etika kebajikan yang mempelajari tentang keutamaan

atau virtue yang berarti perbuatan baik, atau buruknya seorang manusia. Etika ini akan

mengarahkan bagaimana seseorang harus berperilaku semestinya.


b. Etika teleology merupakan etika yang mengatakan bahwa hasil dari sebuah tindakan

moral untuk menentukan suatu nilai tindakan, dan bertentangan dengan kewajiban.

Aliran etika ini berorientasi pada konsekuensi, atau hasil seperti hedonisme.

c. Etika deontologi yang adalah teori etis yang berkaitan dengan kewajiban moral sebagai

hal yang benar, dan tidak berkaitan dengan akibat, dan tujuan.

5. a) Pancasila Era Pra Kemerdekaan

Asal mula Pancasila secara budaya, Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat Pancasila,

menyatakan bahwa unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun

secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18

Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-

unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan merdeka. Sejarah bangsa

Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan,

bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984: 1).

Dengan rinci Sunoto menunjukkan fakta historis, diantaranya adalah :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya orang

percaya kepada Tuhan.

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah tamah,

sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.

3) Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun, bersatu,

dan kekeluargaan.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam

masyarakat kita.
5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam

menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku adil terhadap

sesama.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18 Agustus

1945 sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara dan

berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun pada

kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila telah dipraktekkan oleh nenek

moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini berarti bahwa

semua nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada dalam kehidupan rakyat

Indonesia sejak zaman nenek moyang.Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan

berhasil merumuskan Rancangan pembukaan Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin

dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.

Di dalam rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan Pancasila yang tata

urutannya tersusun secara sistematis:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemelukpemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Selain itu, dalam piagam Jakarta pada

alenia ketiga juga memuat rumusan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang

pertama berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan

oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”.Kalimat ini merupakan cetusan hati

nurani bangsa Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan, sehingga

dapat disebut sebagai declaration of Indonesian Independence.

b) Pancasila Era Reformasi

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar

negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara

Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap

yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan

artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia,

khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai negara hukum, setiap perbuatan baik dari warga masyarakat maupun dari

pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Dalam kaitannya dalam pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya.

Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-

sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila pancasila

c) Pancasila Era Orde Baru

Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang terlama,

dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam

artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas

yang diiringi dengan maraknya pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era

penuh kestabilan, menimbulkan romantisme dari banyak kalangan. Diera Orde Baru,

yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila.
Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan kekuasaan di

Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai

dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu

yang mengganjal

Pada era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara pribadi,

Soeharto sendiri seringkali menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila,

yang kesemuanya memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap Pancasila. Ketika

Soeharto memberikan pidato dalam Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967.

Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam berbagai

frase bernada angkuh, elegan, begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto

menyatakan Pancasila sebagai “tuntunan hidup”, menjadi “sumber tertib sosial” dan

“sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta merupakan “sumber tertib negara” dan

“sumber tertib hukum”. Kepada pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28

Oktober 1974, Soeharto menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki,

akan tetapi harus dipahami dan dihayati!” Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat

maknanya selain Pancasila di Indonesia, pada saat itu, dan dalam era Orde Baru.

Anda mungkin juga menyukai