Anda di halaman 1dari 5

BAB 3

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

1. Makna Ideologi Negara


Istilah ideology berasal dari kata ‘idea’ dan’ logos ‘. Idea berarti gagasan
konsep, pengertian dasar, cita – cita, sedangkan logos berarti ilmu. Secara harafiah
ideology berarti ilmu pengetahuan tentang ide – ide atau ajaran tentang pengertian
– pengertian dasar . Dalam pengertian sehari – hari idea berarti cita – cita, yang
bersifat tetap , yang harus dicapai sehingga cita – cita itu sekaligus merupakan
a. Alfian berpendapat ideology adalah suatu pandangan atau system nilai yang
menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya yaitu secara
moral dianggap benar dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai
segi kehidupan.
b. Nicollo Machiavelli, Idiologi adalah pengetahuan mengenai cara mendapatkan,
menyembunyikan dan mempertahankan kekuasaan dengan memanfaatkan konsepsi
keagamaan dan tipu daya.
c. Antoine Destut de Tracy dalam bukunya berjudul Les Elements de L’ Ideologie,
menyatakan idiologi adalah ilmu tentang ide-ide atau ilmu tentang gagasan-
gagasan yang sehat yaitu gagasan yang sesuai dengan realita-realita masyarakat
dan sejalan dengan akal budi.
d. Karl Marx, idiologi adalah kesadaran palsu, sebab idiologi adalah hasil pikiran 
tertentu yang diciptakan oleh para pemikir.
e. Louis Althusser, idiologi adalah pandangan hidup sebab idiologi mengajarkan pada
setiap orang tentang bagaimana cara menjalankan hidup di dunia bukan
mengajarkan apa itu dunia.

2. Dua kutub idiologi :


Kutub positif apabila suatu idiologi bisa menjadi sesuatu yang baik manakala idiologi
mampu menjadi pedoman hidup menuju kehidupan atau kesejahteraan manusia, dan
kutub negatif sebuah idiologi menjadi sesuatu yang tidak baik manakala idiologi itu
dijadikan alat untuk menyembunyikan kepentingan penguasa.  Dalam hal ini idiologi hanya
sebagai kesadaran palsu.

3. Pengertian idiologi secara luas dan sempit :


Dalam arti luas, idiologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir ataupun bertindak
sebagai pedoman hidup dalam semua segi kehidupan, baik pribadi maupun umum. 
Sedangkan dalam arti sempit, idiologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir
maupun bertindak sebagai pedoman hidup dalam bidang tertentu.
Menurut Alfian, sebuah idiologi dapat bertahan dalam menghadapi perubahan dan
tantangan dalam masyarakan apabila idiologi itu memiliki 3 dimensi, yaitu :
1) Dimensi Realita yaitu kemampuan sebuah idiologi untuk mencerminkan realita
yang hidup dimasyarakat dimana ia lahir atau kenyataan saat awal kelahirannya.
2) Dimensi Idealisme yaitu kemampuan sebuah idiologi untuk dapat memberikan
harapan-harapan kepada masyarakatnya untuk mewujudkan masa depan yang
cerah melalui pembangunan.
3) Dimensi Fleksibelitas yaitu kemampuan suatu idiologi  dalam mempengaruhi
sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya dengan
menemukan tafsiran-tafsiran sesuai dengan kenyataan baru yang muncul
dihadapannya.
Catatan :
Idiologi negara bukan idiologi milik negara, tetapi idiologi negara adalah gagasan
fundamental mengenai hidup bernegara.  Oleh karena itu Pancasila sebagai Idiologi
negara adalah gagasan fundamental mengenai hidup bernegara milik seluruh bangsa
Indonesia, bukan hanya milik negara atau rezim pemerintah.

4. Sejarah Perumusan Pancasila :


BPUPKI  ( Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai ) atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, bersidang 2 kali :
a. Sidang pertama tanggal 29 mei sampai 1 juni 1945, membahas Dasar Negara
Indonesia antara lain dikemukakan oleh :
Rumusan Mr. Muhammad Yamin, sbb :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan  yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Rumusan Ir. Sukarno, sbb:
1. Kebangsaan
2. Internasionalisme
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Rumusan Piagam Jakarta sbb :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Catatan :
Sila pertama Piagam Jakarta ini tidak mencerminkan realita kemajemukan agama yang
di peluk oleh masyarakat Indonesia, sehingga keberatan disampaikan oleh mereka yang
diluar Islam sehingga demi persatuan dan kesatuan bangsa maka rumusannya diubah
menjadi:  Ketuhanan Yang Maha Esa, dan diberi nama Pancasila sehingga ditetapkan
menjadi Dasar Negara Indonesia.
b. Sidang kedua tanggal 10 sampai 16 Juli 1945, Membahas rancangan Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang menghasilkan UUD 1945 yang terdiri
dari :
1. Pembukaan UUD 1945 empat alinea yang didalamnya tercantum rumusan
definitif  Pancasila.
2. Batang tubuh yang terdiri dari :
16 BAB, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Penjelasan yang terdiri dari Penjelasan umum dan pasal demi pasal.
5. Fungsi Pancasila sebagai idiologi Negara antara lain :
1) Sebagai pandangan hidup bangsa artinya Pancasila memberikan petunjuk atau
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam suku, agama dan adat
istiadat.
2) Sebagai dasar Negara artinya Pancasila menjadi sumber hukum dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan negara
3) Sebagai kepribadian bangsa artinya Pancasila merupakan ciri khas bangsa
Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain
4) Sebagai perjanjian luhur rakyat Indonesia artinya Pancasila merupakan hasil
kesepakatan / persetujuan dari wakil rakyat Indonesia baik sebelum maupun
sesudah kemerdekaan
5) Sebagai ukuran dalam menyampaikan kritik mengenai keadaan bangsa.
Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara Pancasila sering disebut sebagai
Dasar filsafat / falsafah Negara( philosofische gronslag ). dari Negara , Pancasila
merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara atau
dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hokum yang menjadi sumber nilai, norma dan kaidah
moral maupun hukum Negara dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Kedudukakannya sebagai dasar Negara maka Pancasila :
1. Sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia mengandung norma
yang mengharuskan
2. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945
3. Mewujudkan cita – cita hukum bagi hukum dasar Negara ( baik tertulis maupun
tidak tertulis)
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD berisi yang mewajibkan
pemerintah dan penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti yang
luhur, kemanusiaan dan cita – cita luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, penyelenggara Negara dan para
pelaksana pemerintahan.

6. Makna Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka :


Ada beberapa factor yang mendorong pemikiran mengenai ideology terbuka
diantaranya:
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat
kita berkembang dengan amat cepat.
2. Kenyataan bangkrutnya ideology tertutup
3. Pengalaman sejarah politik masa lampau ( pengaruh komunis yang kuat)
4. Tekad untuk menjadikan Pancasila sebagai satu – satunya asas dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Keterbukaan ideology merupakan kebutuhan konseptual dalam dunia modern yang
berubah sangat cepat. Pancasila sebagai ideology terbuka harus dilandasi oleh
kesadaran akan nilai – nilai dasarnya yang bersifat abadi, sedangkan nilai
instrumentalnya dikembangkan secara kreatif dan dinamis untuk menjawab kebutuhan
zaman. Nilai dasar Pancasila dapat ditemukan dalam empat alinea Pembukaan UUD 1945
yaitu:
- Alinea pertama memuat keyakinan bahwa kemerdekaan sebagai hak segala
bangsa.
- Alinea kedua memuat cita – cita nasional sekaligus cita – cita kemerdekaan yaitu
suatu Negara yang merdeka, bersatu , adil dan makmur.
- Alinea ketiga memuat bahwa kemerdekaan yang dicapai merupakan wujud
semangat nasonalisme yang didasari sikap religious
- Alinea keempat memberikan arahan mengenai tujuan Negara , susunan Negara,
system pemerintahan dan dasar Negara.
Keterbukaan Pancasila harus ada batas – batas keterbukaannya agar tidak terjadi salah
penafsiran, batas – batas itu adalah :
1. Untuk kepentingan stabilitas nasional
2. Menolak terhadap berkembangnya ideology komunis
3. Keterbukaan sebatas pada nilai instrumental bukan nilai dasrnya.
Pancasila memenuhi syarat sebagai idiologi terbuka, sebab :
1. Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa
Indonesia  seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. 
Atau nilai-nilainya  tidak dipaksakan dari luar atau bukan pemberian negara.
2. Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti UUD 45,UU,
Peraturan-peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll
3. Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental. Nilai Praksis
terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita melaksanakan
nilai Pancasila dalam hidup sehari-hari, seperti toleransi,gotong-royong,
musyawarah, dll.

7. Perbandingan ideology Terbuka dan Tertutup


Idiologi Tertutup adalah idiologi yang bersifat mutlak dimana nilai-nilainya ditentukan
oleh negara atau kelompok masyarakat, nilainya bersifat instan.
Ciri-cirinya :
a. Cita-cita sebuah kelompok bukan cita – cita yang hidup di masyarakat.
b. Dipaksakan kepada masyarakat.
c. Bersifat totaliter menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.
d. Tidak ada keanekaragaman baik pandangan maupaun budaya, dll
e. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada idiologi tersebut.
f. Isi idiologi mutlak, kongkrit, nyata, keras dan total.

Idiologi terbuka adalah idiologi yang tidak dimutlakkan dimana nilainya tidak
dipaksakan dari luar, bukan pemberian negara tetapi merupakan realita masyarakat itu.
Ciri-cirinya :
a. Merupakan kekayaan rohani, budaya ,masyarakat.
b. Nilainya tidak diciptakan oleh negara, tapi digali dari hidup masyarakat itu.
c. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkan nya
menurut zamannya.
d. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.
e. Menghargai keanekaragaman atau pluralitas sehingga dapat diterima oleh berbagai
latar belakang agama atau budaya.

8. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan :


Pembangunan adalah usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan tarap hidup
masyarakat sehingga menjadi lebih baik. Paradigma adalah anggapan-anggapan dasar,
acuan atau keyakinan, pedoman untuk melihat dan menyelesaikan persoalan.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan berarti pancasila berisi anggapan dasar,
keyakinan acuan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan di Indonesia.
Dalam  pembangunan terdapat  tiga proses yang terjadi Yaitu :
1. Emansipasi Bangsa : Usaha angsa utnuk melepaskan diri ketergantungan pada
bangsa lain agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan sendiri.
2. Modernisasi : upaya untuk mencapai taraf dan mutu kehidupan yang lebih baik.
3. Humanisasi : pembangunan itu untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya
Yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME, cerdas dan trampil, berbudi
pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani, disiplin, kritis terhadap
lingkungan, bertanggung jawab serta mampu membangun dirinya dalam rangka
membangun bangsanya.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan maka hasil maupun pelaksanaan pembangunan
itu tidak boleh bersifat pragmatis yaitu hanya mementingkan kebutuhan manusia tetapi
mengabaikan pertimbangan etis. Juga pembangunan itu tidak boleh bersifat idiologis
artinya mengarah kepada praktek idiologi tertentu.  Pembangunan itu harus melayani
manusia nyata.
Untuk mencapai pembangunan seperti diatas harus melalui 3 syarat :
1. Menghormati Hak Asasi Manusia artinya pembangunan tidak mengorbankan
manusia nyata tetapi harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
2. Pembanguan harus dilaksanakan dengan demokratis artinya melibatkan
masyarakat sebagai tujuan dari pemangunan itu untuk mengmbil keputusanapa
yang menjadi kebutuhannya.
3. Pembangunan itu penciptaan taraf minimum keadilan sosilal, supaya tidak
terjadi kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang terjadi bukan semata-mata
karena kemalasan individu tetapi karena struktur sosial yang tidak adil.

9. Sikap positif terhadap Pancasila sebagai idiologi terbuka :


a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : bangsa Indonesia percaya dan bertakwa kepada
Tuhan YME menurut keyakinan. Menganut monotheisme (keyakinan Terhadap satu
Tuhan), memeluk berbagai agama menurut keyakinan.dll
b. Sila Kemanusiaan Yang adil dan beradab : Menghormati harkat dan martabat
sesame manusia didunia.dll
c. Sila Persatuan Indonesia : menggalang persatuan dan kesatuan, nasionalisme,
patriotism, mengitamakan kepentingan bangsa dan negara.dll
d. Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan : Mengutamakan musyawarah untuk mefakat dalam menyelesaikan,
mengambil keputusan bersama.dll
e. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : Sederhana, hemat
orientasi pada masa depan, menghargai hasil karya, menabung, dll
10. Kesimpulan
1. Pancasila akan berkembang kalau segenap komponen masyarakat proaktif, terus
menerus mengadakan penbafsiran terhadap Pancasila sesuai keadaan, bila
masyarakat pasif maka Pancasila akan menjadi idiologi tertutup, relevansinya
akan hilang.
2. Karena terbuka untuk ditafsirkan oleh setiap orang maka tidak menutup
kemungkinan Pancasila akan ditafsirkan menurut keinginan atau kepentingan
3. Pancasila sebagai paradigm pembangunan nasional secara filosofis mengandung
konsekuensi bahwa dalam segal aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakekat nilai sila – sila Pancasila.

********selamat belajar *******

Anda mungkin juga menyukai