Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Membahas Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia tak dapat
dilepaskan dari pandangan kita mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka. Hal
ini didorong oleh perubahan dan tantangan zaman yang terus bergerak dinamis.
Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka, secara formal
ditampilkan sekitar tahun 1985 walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya
dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri Negara pada tahun 1945.

Pancasila adalah ideologi terbuka maka kita dapat mengembangkan


pemikiran baru yang segar dan kreatif untuk mengamalkan Pancasila dalam
menjawab perubahan dan tantangan jaman yang terus bergerak dinamis. Nilai-
nilai dasar Pancasila tidak boleh berubah sedang pelaksanaannya kita sesuaikan
dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun
waktu.

1. MAKNA IDEOLOGI NEGARA

a. Pengertian ideologi

Untuk dapat memahami secara lebih mendalam apa yang dimaksud


Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu kita fahami lebih dahulu apakah ideologi
itu.Berikut disampaikan beberapa pengertian tentang ideologi :
*- Menurut Encyclopedia Internasional ideologi adalah sistem gagasan keyakinan
dan sikap yang mendasari cara hidup suatu kelompok, kelas atau masyarakat
khusus.
Ideologi pada umumnya mewujudkan pandangan khas terhadap
pentingnya kerjasama antar manusia, tujuan usaha manusia dalam kerja,
hubungan manusia dengan kekuasaan, sumber kekuasaan bagi penguasa,
tingkat kesederajatan antar manusia
* Encyclopedia populer politik pembangunan Pancasila, Ideologi sering diartikan
sebagai ilmu tentang cita-cita, gagasan atau buah pikiran. Sering pula diartikan
sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan
dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya baik yang individual
maupun yang sosial.

* Dr. Alfian menjelaskan bahwa ideologi adalah “ suatu pandangan atau sistem
nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya,
yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama
dalam berbagai segi kehidupan duniawi”.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa :


1. Ideologi mengandung gagasan, keyakinan, atau nilai-nilai mendasar dan
mendalam.
2. Gagasan, keyakinan dan nilai-nilai tersebut tersusun secara sistematis
sehingga membentuk suatu kebulatan secara menyeluruh.
3. Ideologi ini akan mendasari kehidupan bersama bagi suatu kelompok,
golongan atau bangsa.
4. Nilai, gagasan, sikap dalam ideologi bersifat khas.
5. Bila tak diwaspadai dapat mengarah menjadi beku, kaku, tak berubah dan
tak berkembang.

b. Hakikat dan Fungsi Ideologi

Pada hakekatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia terhadap


dunia kehidupannya, manusia melihat bahwa ada hal-hal yang baik dan yang
buruk dalam kehidupan.Keadaan yang demikian mendorong orang untuk
merumuskan hal-hal yang dianggap baik serta bagaimana cara untuk
mewujudkannya.Jika semua itu dapat dijalankan niscaya akan terwujud
kehidupan ideal sebagaimana dicita-citakan.
Kita ambil contoh liberalisme hal utama yang hendak dituju oleh
liberalisme adalah kebebasan libelarisme berpandangan bahwa individu
merupakan suatu keadaan yang alami.Individu lebih dulu ada ketimbang
kelompok masyarakat atau negara yang diciptakan kemudian oleh manusia .
Pada hakekatnya setiap individu memiliki kebebasan.Karena itu jika kemudian
sekumpulan individu bersepakat untuk membentuk negara maka negara
tersebut harus melindungi hak-hak individu. Ini tercermin antara lain melalui
pengakuan negara terhadap hak milik,hak untuk berekspresi dan lain
sebagainya.
Dengan demikian maka terlihatlah bahwa ideologi bukanlah sekedar
pengetahuan teoritis belaka, tetapi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi
suatu keyakinan . Ideologi adalah satu pilihan yang jelas menuntut komitmen
untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologi seseorang
semakin tinggi pula rasa komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu
tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan-
ketentuan normatif yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah dikemukakan bahwa ideologi
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Struktur kognitif ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian alam
sekitarnya;
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia;
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak;
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya;
5. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan;
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami menghayati serta
melakukan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.

c. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Pengertian ideologi memberikan definisi antara lain merupakan suatu


perumusan daripada suatu sistem berfikir yang digunakan oleh suatu
masyarakat untuk menginterpretasikan hidup dan kehidupannya .Ideologi juga
adalah suatu sistem tata nilai yang tumbuh dari pandangan hidup suatu
masyarakat atau suatu bangsa. Demikian pula ideologi sering berkaitan dengan
falsafah hidup pada suatu bangsa.
Sebagai ideologi negara rumusan Pancasila tidak muncul begitu saja.
Berdasarkan catatan sejarah, upaya perumusan Pancasila berkaitan erat dengan
upaya bangsa Indonesia mempersiapkan kemerdekaannya.Adapun proses dan
isi perumusan itu adalah sebagai berikut :
c.1 Proses Perumusan Pancasila sebagai dasar negara
Bagi bangsa Indonesia Pancasila adalah segalanya karena Pancasila adalah
falsafah bangsa,ideologi negara,moral bangsa,dasar negara, sehingga secara
sadar ataupun tidak akan mewarnai perilaku bangsa. Dalam rangka
mempersiapkan kemerdekaan,pada tanggal 28 Mei 1945 dibentuk Badan
Panyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan ini
terdiri dari 62 orang anggota, yang di ketuai oleh dr. Radjiman Wediodiningrat.
Ia didampingi oleh dua orang wakil ketua dan sala seorang wakilnya adalah
orang Jepang.
Tugas BPUPKI adalah mempertimbangkan masalah-masalah pokok dan
kemudian merumuskan rencana-rencana pokok bagi Indonesia Merdeka. BPUPKI
mengadakan dua kali sidang, yang pertama tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945,
dan yang kedua pada 10 sampai dengan 17 Juli 1945. Dalam sidang yang
pertama,Ketua dr. Radjiman meminta kepada anggota BPUPKI untuk
mengemukakan pandangan tentang apa yang akan dijadikan Dasar Indonesia
Merdeka. Yang dimaksud ialah dasar falsafah, yaitu pikiran yang sedalam-
dalamnya tentang sebuah negara Indonesia Merdeka yang kekal dan
abadi.Dasar negara itu dianggap perlu karena negara hanya akan berfungsi
dengan baik bila terdapat gambaran yang jelas tentang hakikat, dasar, dan
tujuannya. Karena itu sebagai tanggapan, para anggota BPUPKI mengemukakan
pendapatnya mengenai Dasar Indonesia Merdeka. Yang pertama mendapat
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya ialah Mr. Mohamad Yamin,
beliau mengusulkan sebagai dasar negara sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Sementara itu, dalam pidato pada tanggal 31 Mei 1945, Mr. Soepomo
mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1. Negara Indonesia Merdeka hendaknya merupakan negara nasional yang bersatu
dalam arti totaliter atau integralistik
2. Setiap warganya dianjurkan agar takluk kepada Tuhan,tetapi urusan agama
hendaknya terpisah dari urusan negara dan diserahkan kepada golongan-
golongan agama yang bersangkutan
3. Dalam susunan pemerintahan negara harus dibentuk suatu Badan
Permusyawaratan, agar pimpinan negara dapat bersatu jiwa dengan wakil-wakil
rakyat
4. Sistem ekonomi Indonesia hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan,
sistem tolong-menolong dan sistem kooperasi
5. Negara Indonesia yang berdasar atas semangat kebudayaan Indonesia yang asli,
dengan sendirinya akan bersifat Asia Timur Raya

Dari pendapat yang berkembang diantara Mr. Mohamad Yamin, Mr. Soepomo,
dan Ir. Soekarno, akhirnya disepakati bahwa dasar negara Indonesia terdiri dari
lima unsur dengan nama Pancasila.
Istilah Pancasila pertama kali diperkenalkan oleh Soekarno dalam
pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 dengan rumusan sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Oleh karena ada rumusan yang berbeda di antara para anggota di
pandang perlu membentuk sebuah panitia kecil yang bertugas membahas usul-
usul yang diajukan. Panitia kecil yang dipimpin oleh Ir. Soekarno pada tanggal
22 Juni 1945 telah menghasilkan “Piagam Jakarta” yang didalamnya tercantum
rumusan dasar negara. Dalam sidang BPUPKI yang kedua pada tanggal 14 – 16
Juli 1945 Piagam Jakarta dapat diterima dengan baik.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk kemudian
dalam sidangnya 18 Agustus 1945 antara lain berhasil mengesahkan Undang –
Undang Dasar 1945. Dan didalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat
tercantum rumusan Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara. Untuk lebih
mempertegas tentang rumusan Pancasila yang benar dan sah , Presiden
Republik Indonesia telah mengeluarkan Instruksi No. 12/ 1968 pada tanggal 13
April 1968. Dalam Instruksi tersebut ditegaskan bahwa tata urutan (sistimatika)
dan rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

c.2 Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan landasan yuridis
konstitusional dan dapat disebut ideologi negara. Sebagai dasar negara
Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan
mengatur penyelenggaraan negara.Selain itu Pancasila mempunyai fungsi dan
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh
siapapun , termasuk oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum. Sebagai dasar
negara Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum sehingga
semua peraturan hukum/ketatanegaraan yang bertentangan dengan Pancasila
harus dicabut.
c.3 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai pandangan
hidup,pegangan hidup,pedoman atau petunjuk hidup,dan jalan hidup ( way of
life).Dalam hal ini Pancasila dijadikan petunjuk hidup atau perilaku dalam
kehidupan sehari-hari,dengan kata lain Pancasila digunakan sebagai petunjuk
arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang.
Pancasila disusun berdasarkan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat
Indonesia. Sedemikian mendasarnya nilai-nilai Pancasila dalam menjiwai dan
memberikan watak atau kepribadian sehingga pengakuan atas kedudukan
Pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Sebagai falsafah Pancasila
mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakikat rakyat Indonesia
dalam hubungannya dengan ketuhanan.kemanusiaan,kekeluargaan dan
musyawarah serta keadilan sosial.

c.4 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara


Sebagai ideologi negara, Pancasila setidaknya memiliki empat fungsi pokok
dalam kehidupan bernegara, yaitu :
1. mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan
2. membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya. Pancasila menjadi
sumber motivasi dan tekad perjuangan mencapai cita-cita, menggerakkan
bangsa melaksanakan pembangunan
3. memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa.
4. menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-cita yang
terkandung dalam Pancasila.
d. Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai dan


gagasan dasar terjabar lebih lanjut dalam sikap, perilaku dan pribadi bangsa.
Pancasila sebagai ideologi bersifat khas, yang berlaku bagi bangsa Indonesia
yang akan tercermin dalam segi kehidupan. Dan untuk menjaga agar tak terjadi
kebekuan, kekakuan dan kemandulan maka sejak awal bangsa Indonesia telah
menetapkan bahwa Pancasila adalah sebagai ideologi terbuka.

Terkait dengan soal penafsiran ideologi, penting diketahui adanya dua


macam watak ideologi, yaitu ideologi tertutup dan ideologi terbuka.

Ideologi Tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak, ideologi macam ini
memiliki ciri :

1. bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-
cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah
masyarakat;

2. apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara,ideologinya itu akan


dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi
kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut;

3. bersifat totalitaer, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan.


Karena itu ideologi tertutup cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang
informasi dan pendidikan . sebab kedua bidang tersebut merupakan sarana
efektif untuk mempengaruhi perilaku masyarakat;

4. pluralisme, pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati;

5. menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk


berkorban bagi ideologi terbut;

6. isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan –tuntutan konkret
dan oprasional yang keras, mutlak,dan total.

Sedang Ideologi Terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan.


Ideologi macam ini memiliki ciri :

1. merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat(falsafah).


Jadi bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan
masyarakat;

2. tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri,


ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam
kehidupan mereka;

3. isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat


dan perlu menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya
dalam situasi kekinian mereka;

4. tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat,


melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung
jawab sesuai dengan falsafah itu;
5. menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama

Menurut Dr. Alfian, suatu ideologi perlu mengandung tiga dimensi penting
di dalam dirinya agar supaya ia dapat memelihara relevansinya yang tinggi/ kuat
terhadap perkembangan aspirasi masyarakatnya dan tuntutan perubahan
zaman. Kehadiran ketiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi dan
saling memperkuat itu akan menjadikannya suatu ideologi yang kenyal dan
tahan uji dari masa ke masa. Ketiga dimensi itu adalah :

1. Dimensi realita
Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu secara rill berakar dan
hidup dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar
tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.

2. Dimensi idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme bukan angan-
angan (utopia), yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik
melalui perwujudan atau pengamalannya dalam praktek kehidupan bersama
mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya

3. Dimensi fleksibilitas (pengembangan )


Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan
merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang
dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat (jati diri) yang
terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

Selanjutnya dikemukakan bahwa esensi sebuah ideologi terbuka adalah


ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman, dan adanya
dinamika internal. Dinamika internal itu membawa peluang pada masyarakat
yang menganutnya untuk mengembangkan pemikiran baru yang relevan dan
sesuai dengan kenyataan dari masa ke masa. Hal demikian itu akan membuat
ideologi tersebut selalu aktual. Selanjutnya dikatakan bahwa ideologi terbuka
membutuhkan adanya dialog yang terus menerus tentang nilai idiil yang
terkandung di dalamnya dengan realita yang ada dalam masyarakat. Dengan
demikian kita tidak perlu khawatir akan jatuh dalam pragmatisme pembangunan
tanpa menghiraukan nilai idiil, tetapi juga tidak perlu takut untuk menjadi
dogmatisme ideologi tanpa memperhatikan realita.

Keterbukaan ideologi bukan saja merupakan suatu penegasan kembali


dari pola pikir yang dinamis dari para pendiri negara kita dalam tahun 1945,
tetapi juga merupakan suatu kebutuhan konseptual dalam dunia modern yang
berubah dengan cepat. Dengan menegaskan Pancasila sebagai ideologi yang
terbuka, disatu pihak kita diharuskan mempertajam kesadaran akan nilai-nilai
dasarnya yang bersifat abadi. Di lain pihak di dorong untuk mengembangkannya
secara kreatif dan dinamis untuk menjawab kebutuhan zaman.

Perlu ditegaskan secara lugas, bahwa pengertian “ terbuka” memang


dapat diartikan macam-macam. Namun pengertian terbuka disini adalah terbuka
untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar pada tatanan nilai
instrumentalnya, dan bukan pada tataran nilai dasarnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang meliputi
pandangan kita tentang kemerdekaan, tentang cita-cita nasional, tentang
ketuhanan Yang Maha Esa, tentang dasar Negara, tentang sumber kedaulatan
rakyat dan tentang tujuan nasional, sudah kita tempatkan sebagai aksioma yang
tidak akan kita pertanyakan lagi.

Akan tetapi undang-undang dan peraturan perundangan-undangan


lainnya bukan saja boleh, tetapi juga perlu ditinjau secara berkala agar tetap
aktual dan sesuai dengan dinamika masyarakat Indonesia

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi


terbuka meliputi :

1. Nilai dasar
Merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang terdapat di
dalam pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
( Ketuhanan, kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan keadilan sosial). Nilai
dasar ini bersifat filosofis dan fundamental dan dijabarkan lebih lanjut menjadi
nilai instrumental dan nilai praxis yang lebih bersifat flexibel dalam bentuk
norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

2. Nilai Instrumental
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan
penjabaran lebih lanjut, sebagai arahan untuk kehidupan rakyat. Penjabaran
lanjut inilah yang kita namakan nilai instrumental yang harus tetap mengacu
kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu dapat dilakukan
secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan
semangat yang sama, dan batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai-nilai dasar.
Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang
dijabarkannya. Dokumen konstitusional yang disediakan untuk penjabaran
secara kreatif dan dinamis dari nilai-nilai dasar itu, adalah UUD 1945, peraturan
perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang merupakan
conditio sine qua non yaitu kesepakatan seluruh bangsa, Yang menjadi tolok
ukur kebenaran dalam nilai dasar Pancasila adalah kebersamaan, kekeluargaan,
persatuan dan kesatuan, gagasan-gagasan perorangan dan golongan yang
akhirnya menjadi kesepakatan, baik secara formal maupun secara in formal.

3. Nilai Praxis.
Nilai praxis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai dasar maupun nilai instrumental betapapun luhur dan agungnya masih
berada dalam kawasan yang bersifat abstrak, belum operasional. Nilai praxis ini
seyogyanya mempunyai semangat yang sama dengan nilai dasar dan nilai
instrumentalnya. Dalam rangka operasionalisasi nilai-nilai dasar dan nilai-nilai
instrumental Pancasila diperlukan petunjuk teknis yang mengandung nilai praxis,
kebiasaan-kebiasaan. Adat istiadat yang tidak bertentangan dengan Pancasila.
Nilai-nilai praxis Pancasila tercermin dalam asas gotong royong, asas
kekeluargaan, asas kebersamaan dan lain-lain.
1. Kegiatan Belajar 2 :Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan
paradigma pembangunan

2.1 Tujuan kegiatan pembelajaran 2


Setelah selesai mempelajari kegiatan belajar ini para siswa diharapkan
mampu :
a.Mendeskripsikan Pancasila sebagai sumber nilai
b. Mendeskripsikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
c. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan

2.2 Uraian Materi 2

B. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI DAN PARADIGMA PEMBANGUNAN


1. Pancasila sebagai sumber nilai
Betapa penting arti dan kedudukan Pancasila bagi Bangsa Indonesia, oleh
karena itu Pancasila dijadikan sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
bebangsa dan bernegara.
Hal ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral dan norma untuk dapat
dipergunakan sebagai pegangan, pedoman petunjuk dan aturan bersikap dan
bertingkah laku.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber nilai secara umum
dapat dikaji dalam uraian berikut ini :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
“ Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”, mengandung pengertian bahwa setiap manusia Indonesia mengakui
dan yakin akan adanya Tuhan Yang Maha Esa serta menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya, berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya dan
kepercayaan yang dianutnya masing-masing.
Dengan keyakinan dan ketaqwaannya tersebut akan menimbulkan kesadaran
untuk mengakui dan memperlakukan sesama pemeluk agama dan penganut
kepercayaan, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan,
yang sama derajatnya yang sama hak-hak dan kewajiban asasinya.
Meskipun agama yang dipeluk dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda,
akan tercipta keadaan yang mencerminkan adanya saling pengertian, saling
menghargai dan saling mempercayai serta adanya suasana kekeluargaan,
kedamaian, ketentraman dan persahabatan, dalam hidup bersama.
Nilai-nilai tersebut akan dapat berkembang dalam diri manusia Indonesia apabila
didasari oleh sikap pengendalian diri, tidak mementingkan diri sendiri, yang
diutamakan adalah kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, yang sama derajatnya yang sama hak dan kewajiban-kewajiban
asasinya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, wartna kulit dan sebagainya. Jadi dalam sila ke
2 ini terkandung nilai-nilai :
- Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia
- Perlakuan adil terhadap sesama manusia
- Keberadaban
Manusia beradab, apabila ia dalam berhubungan dengan manusia lain
bersikap dan beperilaku dengan menggunakan kemampuan-kemampuan
kodratnya, cipta, rasa dan karsanya, sehingga dalam hidup bersama dengan
sesamanya ia dengan sadar melaksanakan kewajiban-kewajiban essensial dan
kewajiban-kewajiban sosialnya, sesuai dengan tuntutan kodratnya sebagai
makhluk sosial ciptaan Tuhan.

3) Persatuan Indonesia
Dari pengalaman hidup bangsa Indonesia diperoleh suatu keyakibnan
bahwa dalam menghadapi berbagai permasalahan, khususnya dalam menjaga
existensi bangsa diperlukan persatuan dan kesatuan. Persatuan yang mengikat
seluruh kekuatan dan potensi bangsa perlu selalu dibina dan dikembangkan
demi kelestarian bangsa. Persatuan dan kesatuan bangsa Ini berkembang dalam
bentuk cara pandang bangsa dalam menghadapi segala bentuk Ancaman
Tantangan hambatan dan gangguan (ATHG) Cara pandang tersebut disebut
wawasan Nusantara yang rumusannya sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1982,
adalah sebagai berikut.

Wawasan Nusantara adalah pandangan yang menyatakan bahwa negara


Indonesia merupakan suatu kesatuan dipandang dari segala aspeknya. Wawasan
nusantara adalah pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendaya gunakan
konstelasi geografi Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk
mengejawantahkan segala dorongan dan rangsangan di dalam usaha mencapai
perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional, yang mencakup : Kesatuan
politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya-waratan


perwakilan

Pancasila mengandung pula nilai dasar mufakat. Bahwa dalam kehidupan


bersama bangsa Indonesia menjunjung tinggi mufakat yang dicapai dengan
musyawarah, yang tiada lain merupakan penerapan kedaulatan rakyat atau
demokrasi dalam segala segi kehidupan.

Demokrasi bertitik tolak dari suatu pola fikir bahwa :


b. Manusia diperlukan dan didudukan sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan. Keinginan, aspirasinya, pendapat individu dihargai dan
mereka diberikan hak untuk menyampaikan keinginan, aspirasi, harapan dan
pendapatnya.
c. Salah satu hak dan asasi manusia adalah kebebasan untuk mengejar kebenaran,
keadilan dan kebahagiaan. Kebebasan dan keadilan ini melandasi ide/ gagasan
demokrasi.
d. Suatu yang diputuskan bersama akan memiliki kadar ketepatan dan kebenaran
yang lebih menjamin : disamping itu bahwa karena keputusan yang dihasilkan
akan berakibat terhadap dirinya, maka masing-masing berusaha untuk
menghasilkan keputusan yang terbaik.
e. Di dalam bermasyarakat pasti akan timbul selisih faham dan kepentingan antara
individu, sehingga perlu suatu cara untuk mengatur bagaimana cara untuk
mengatasinya. Cara ini sangat ditentukan oleh faham yang dianut oleh
masyarakat yang bersangkutan. Bagaimana faham ini memandang hubungan
antar individu dan masyarakat akan menentukan pula cara untuk mengatasi
selisih faham, selisih pendapat dan kepentingan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Dalam pembukaan UUD 1945 dengan tegas tertera bahwa tujuan
didirikannya negara Republik Indonesia diantaranya adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum, untuk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dengan demikian maka faham kesejahteraan ini diwarnai oleh
faham integralistik, Yang ingin diwujudkan dengan berdirinya negara Republik
Indinesia bukan hanya kesejahteraan perorangan tanpa memperhatikan
kesejahteraan fihak lain, tetapi adalah kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh
seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, berdasar atas demokrasi
ekonomi; kemakmuran bagi semua orang. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia adalah : Keadilan yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan Hankam.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Untuk pembahasan Pancasila sebagai paradigma pembangunan perlu


diketahui terlebih dahulu tentang pengertian paradigma dan pembangunan. Kata
Paradigma ( Inggris : paradigm) mengandung arti model, pola, atau contoh.
Menurut Prof. H. A.R. Tilaar. M.Sc.Ed. bahwa paradigma adalah suatu model
penelitian, atau model berpikir oleh sekelompok manusia apakah pemimpin,
kelompok ilmuwan di dalam melihat perkembangan.
Sedangkan kata pembangunan ( Inggris: development) dapat diartikan
secara sederhana adalah serangkaian kegiatan yang mengarah pada perubahan
tata nilai yang lebih baik atau lebih maju, atau suatu proses perubahan yang
terus menerus menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-
citakan.
Di dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan negara
Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan
tersebut, dilaksanakanlah pembangunan. Pembangunan nasional di Indonesia
merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang
dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan
memanfaatkan kemajuan IPTEK, serta memperhatikan tantangan
perkembangan dunia secara global.
Karena pembangunan diarahkan untuk mencapai tujuan negara, maka
dasar negara harus menjadi paradigma pembangunan. Arah pembangunan dan
pelaksanaanya tidak boleh menyimpang dari dasar negara. Begitu pula
pembangunan tidak hanya diarahkan untuk mencapai kemajuan yang bersifat
fisik, melainkan pula menyangkut peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas secara jasmani dan rohani.
Berdasarkan konseptualisasi paradigma pembangunan tersebut di atas,
maka unsur manusia dalam pembangunan sangat penting dan sentral. Karena
manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari pembangunan itu sendiri. Oleh
sebab itu, jika pelaksanaan pembangunan di tangan orang yang sarat KKN (
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ) dan tidak bertanggung jawab, maka segala
modal, pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dapat
membahayakan sekaligus merugikan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.

3.Kegiatan Belajar 3 : Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai


ideologi terbuka

Tujuan kegiatan pembelajaran 3


Setelah selesai mempelajari kegiatan belajar ini peserta didik diharapkan
mampu :

a.Menunjukkan contoh sikap dan perilaku positif yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila

b. Mengidentifikasi sikap positif yang sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi


terbuka

3.2 Uraian Materi 3

SIKAP POSITIF TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Sejak tanggal 18 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah sepakat bulat
untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara sebagai perwujudan falsafah
hidup bangsa (welnschauung) dan sekaligus ideologi nasional. Sejak negara
republik Indonesia diproklamasikan tangal 17 Agustus 1945 hingga kapan pun
selama kita masih menjadi warga negara Indonesia maka kesetiaan (loyalitas)
terhadap ideologi Pancasila dituntut dalam bentuk sikap, tingkah laku dan
perbuatan yang nyata dan terukur. Inilah sesungguhnya wujud tanggung jawab
seorang warga negara sebagai konsekuensi logis dari sikap bangga dan
mencintai ideologi negaranya ( Pancasila) yang benar-benar telah menghayati,
mengamalkan dan mengamankan dari derasnya pengaruh sistem-sistem
ideologi bangsa/negara-negara modern dewasa ini atau dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan di era globalisasi abad 21 saat ini persaingan
begitu ketat dan tajam pada semua aspek kehidupan di bidang ideologi,
kehancuran komunikasi di Eropa Timur memungkinkan liberalis-kapitalisme
mendominasi dunia.
Di Bidang politik, pengaruh negara-negara besar sulit dielakan. Di bidang
ekonomi perdagangan bebas menyebabkan produksi lokal tersingkirkan. Di
bidang sosial budaya pola hidup dan budaya. Hedonistik ( maunya enak, senang
saja) mewarnai semua lapisan dan lingkungan masyarakat dan di bidang
pertahanan-keamanan cenderung makin meningkat ancaman terhadap
keamanan.
Untuk menyikapi dan mengantisipasi hal tersebut di atas perlu
dikembangkan sikap yang positif terhadap nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Sikap positif yang dapat dikembangkan sebagai pelaksanaan nilai-nilai


moral Pancasila diantaranya meliputi

Nilai Perilaku
disiplin Selalu menghargai waktu, selalu bekerja
secara tuntas dan bertanggung jawab, biasa
mematuhi tata tertib dan menjaga ketertiban
umum dan lingkungan bekerja
Selalu menghormati kepada guru, orang tua,
a hormat pejabat, selalu menghindarkan diri dari
melecehkan orang lain

ani mengambil Bila melakukan pekerjaan yang beresiko


Resiko tinggi, selalu bereksperimental terhadap
berbagai tantangan hidup maupun keimanan,
biasa melakukan sesuatu pekerjaan dengan
penuh tanggung jawab dan disiplin; selalu
mengupayakan keberhasilan dalam
menghadapi kehidupan di masa depan
gendalian diri Terbiasa bersikap bertindak melaksanakan
suatu pekerjaan dengan cerman dan hati-
hati sehingga menghasilkan pekerjaan yang
baik; menghidanrkan sikap lupa diri dan
tergesa-gesa; mempunyai kesabaran yang
das tinggi; mampu mengekang emosi
Terbiasa berupaya untuk menjadi orang yang
cerdas, menghindarkan sikap suka
meremehkan kemampuan orang lain;
menyenangi berpikir dengan nalar, selalu
anggung menggunakan akal dan segala daya dalam
Jawab menghadapi tantangan
Biasa menyelesaikan tugas-tugas tepat
waktu, menghidari sikap ingkar janji; biasa
mengerjakan tugas sampai selesai.

- Berpikir matang Biasa bertanya jika tidak tahu atau tidak


jelas; tidak tergesa-gesa dalam bertindak;
biasa meminta pendapat
- Dinamis Biasa bergerak lincah, berpikir cerdas dan
pandai mengisi waktu luang; biasa berbuat
yang lebih untuk meningkatkan prestasi

- Berkemauan Biasa memiliki kemauan keras dan kuat serta


keras rajin belajar; berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk mencapai cita-cita
Biaya mengisi dan mempergunakan waktu
luang, dengan kegiatan yang bermanfaat;
- Kreatif biasa membuat ide yang baru.
Sering menunjukkan sikap dan perilaku
- Rasa percaya mantap dalam melaksanakan pekerjaan
diri sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh
dengan ucapan atau perbuatan orang lain.

Mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan


suatu keharusan bagi setiap warga negara Indonesia. Karena itu, warga
negara Indonesia yang baik akan senantiasa menerapkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga,sekolah,masyarakat, maupun bangsa dan negara.
Kamu adalah warga negara Indonesia yang baik. Dengan demikian berarti
kamu telah membiasakan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Sekarang coba kamu identifikasi tindakan-
tindakanmu yang mencerminkan sekap menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam lingkungan keluarga,sekolah,masyarakat,bangsa dan negara.
Tulislah hasilnya dalam bentuk tabel seperti contoh di bawah ini ! Jangan
lupa mintakan tanda tangan kepada pihak yang mengetahui tindakanmu
tersebut !

NO. Bentuk Tanda


Penerapan tangan
nilai-nilai pihak yang
Pancasila Penerapan lingkungan Mengetahui
Orang tua
Keluarga Sekola Masyarakat bangsa ngr
1. Menciptakan 
suasana yang
tentram dan Tokoh
damai masyarakat
2.
Melaksanakan
musyawarah 
dalam Guru
menyelesaikan
3. masalah
bersama 
Orang tua/
Hadir ke petugas
4. sekolah tepat  bank
waktu

Gemar
menabung

Anda mungkin juga menyukai