Anda di halaman 1dari 21

A.

Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dasar negara dapat berupa suatu falsafah yang dapat merangkum
atau menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia
yang merdeka. Dasar negara merupakan fondasi atau landasan yang
kuat dan kokoh serta tahan terhadap segala gangguan, hambatan maupun
rintangan dari dalam maupun dari luar, sehingga bangunan gedung di
atasnya dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Bangunan itu ialah negara
Republik Indonesia yang ingin mewujudkan suatu masyarakat yang adil
dan makmur.
Tujuan dirumuskannya Pancasila oleh para pendiri negara adalah
sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai apa yang dikatakan
oleh Radjiman Widyodiningrat bahwa hakikat Pancasila adalah sebagai
dasar negara. Demikian pula Muhammad Yamin, Mr. Soepomo dan
Ir. Soekarno juga menyebutkan perlu adanya dasar negara Indonesia
yang merdeka yaitu Pancasila. Dengan demikian, para pelaku sejarah
memang berniat merumuskan Pancasila sebagai landasan negara, sebagai
falsafah negara dan ideologi negara dan tidak ada niatan lainnya.
Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau
pedoman dalam penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah
sebuah bangunan, maka Pancasila sebagai fondasi yang nantinya akan
dijadikan tempat berpijak bangunan-bangunan berikutnya. Dengan
demikian, Pancasila dijadikan dasar dan tonggak dalam pembuatan segala
peraturan perundang-undangan negara serta berbagai peraturan lainnya
yang mengatur di berbagai bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan, maupun pertahanan dan keamanan. Di samping
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila juga sebagai cumber hukum
yang paling utama bagi segala perundang-undangan yang akan dibuat
dan digali. Oleh sebab itu, Pancasila di samping memerankan diri sebagai
dasar negara juga memerankan diri sebagai sumber tertib hukum bagi
Republik Indonesia.
Pada zaman Orde Baru, fungsi Pancasila sebagai sumber hukum
diperkuat melalui UU Keormasan Tahun 1985, yaitu UU No. 5 Tandn
1985 tentang keharusan semua kekuatan politik mencantumkan Pane asila
sebagai satu-satunya asas dalam anggaran dasarnya. Selain itu. L-1. No.8
Tahun 1985 juga mengharuskan semua organisasi sosial kemasyarakatan
mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas.
Maka pada kedua Undang-undang tersebut, Pancasila tidak hang a
dianggap sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai Anggaran Dasar (AD
bagi seluruh organisasi politik, kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
Hal ini menyebabkan perluasan makna Pancasila yang tidal; sesuai dengan
Tap. MPRS No.XX/MPRS/1966. jo. Tap. MPR No.V MPR/1973, jo.
Tap MPR No.IX/MPR/1978 dan dipertegas lagi dalam Tap. MPR
No.XVIII/MPR/1998 yang berisi tentang pengembalian kedudukan dan
fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.

B. Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Ideologi berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, khayalan.
konsep, keyakinan, dan kata logos yang artinya logika, ilmu atau
pengetahuan. Jadi, ideologi dapat diartikan ilmu tentang
keyakinankeyakinan atau gagasan-gagasan. Ada beberapa pengertian
ideologi menurut para tokoh seperti berikut.
a. Menurut Destutt de Tracy, ideologi diartikan sebagai Science of
Ideas, di dalamnya ideologi dijabarkan sebagai sejumlah program
yang diharapkan membawa perubahan lembaga dalam suatu
masyarakat.
b. Kirdi Dipoyuda membatasi pengertian ideologi sebagai suatu
kesatuan gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh
tentang manusia dan kehidupannya baik individual maupun sosial
termasuk kehidupan negara.
c. Menurut Ali Syariati, ideologi adalah keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial,
suatu bangsa, atau suatu ras tertentu.
d. Menurut Sastrapratedja, ideologi adalah suatu kompleks gagasan
atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir
menjadi suatu sistem yang teratur.
Ideologi umumnya dirumuskan dari pandangan hidup, baik pandangan yang
bersumber dari ajaran agama maupun dari falsafah hidup. Ideologi yang
berasal dari ajaran agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, maupun
agama lainnya, ideologi ini biasanya bersifat umum dan universal, artinya
berlaku untuk semua umat manusia.
Sedangkan ideologi yang berdasarkan falsafah hidup biasanya berlaku
untuk partai, kelas maupun bangsa bersangkutan, sehingga herlaku lokal
atau untuk kelompok atau bangsa itu sendiri. Dari pengertianpengertian
ideologi di atas, maka dapat dikaji lebih lanjut mengenai unsurunsur suatu
ideologi.
Menurut Koento Wibisono ada tiga unsur penting dalam suatu ideologi,
yaitu:
a. Keyakinan, yaitu setiap ideologi selalu menunjukkan gagasan vital
yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arch
strategic bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
b. Mitos, yaitu konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang
secara optimal dan pasti, yang menjamin tercapainya tujuan melalui
cara-cara yang telah ditentukan.
c. Loyalitas, yaitu setiap ideologi menuntut keterlibatan optimal atas
dasar loyalitas dari pendukungnya.
Sedangkan Sastrapatedja mengemukakan tiga unsur yang ada dalam
pengertian ideologi, yaitu:
a. Interpretasi, yaitu adanya suatu penafsiran terhadap kenyataan dan
realitas.
b. Preskripsi, yaitu setiap ideologi memuat seperangkat nilai atau suatu
ketentuan moral.
c . Program Aksi, yaitu ideologi memuat suatu orientasi pada tindakan.
Dengan memperhatikan pengertian dan unsur-unsur ideologi, dapat
dikatakan bahwa semua komponen itu adalah pandangan hidup yang sudah
disertai dengan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan, dan sudah menjadi milik kelompok atau bangsa tertentu.
Nlisalnya ideologi yang dimiliki bangsa Indonesia. Dalam suatu ideologi
harus terkandung tiga komponen dasar, yaitu:
Keyakinan hidup, yaitu konsepsi yang menyeluruh tentang alam
semesta (kosmos). Dalam konsepsi ini akan dihadapkan antara
keyakinan hidup dengan alam semesta, yang di dalamnya
tercermin tiga keyakinan dasar, yaitu hal yang menyangkut hakikat
diri pribadi, hakikat yang menyangkut hubungannya dengan
sesama, serta hubungan antara pribadi dengan Tuhan.
Tujuan hidup, yaitu konsepsi tentang cita-cita hidup yang
diinginkan.
Cara-cara yang dipilih untuk mencapai tujuan hidup,
termasuk juga di dalamnya berbagai macam institusi (lembaga),
program aksi, dan lain sebagainya.
Pancasila telah memenuhi unsur-unsur tersebut, sehingga Pancasila
dapat dikatakan sebagai suatu ideologi. Unsur keyakinan hidup dalam
Pancasila tercermin pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab dan persatuan Indonesia. Bangsa Indonesia
merumuskan tujuan hidupnya dalam sila kelima, yakni keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tujuan hidup yang sangat mulia itu tentunya
harus diperjuangkan dengan segala pengorbanan dengan cara-cara yang
efektif . Cara-cara yang digunakan untuk mewujudkan sila kelima adalah
melalui sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dalam sila inilah tercermin makna
demokrasi. Dengan prinsip demokrasi, tujuan hidup bangsa dan negara
akan diupayakan untuk diwujudkan dengan sebaik-baiknya.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Suatu ideologi harus mampu menghadapi segala bentuk tantangan
dan hambatan serta perkembangan dari dalam negeri maupun
perkembangan global. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak akan menutup
rapatrapat terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada era
globalisasi dan era informasi. Oleh sebab itu, Pancasila harus menjadi
ideologi terbuka, artinya Pancasila harus membuka diri terhadap perubahan
dan tuntutan perkembangan zaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka
dapat ditunjukkan dengan memenuhi persyaratan tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi
tersebut harus bersumber dari kenyataan hidup yang ada di
masyarakat, sehingga masyarakat merasakan dan menghayati ideologi
tersebut, karena digali dan dirumuskan dari budaya sendiri. Pada
gilirannya nanti akan merasa memiliki dan berusaha
mempertahankannya. Ideologi Pancasila benar-benar mencerminkan
realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur
tersebut merupakan kenyataan yang ada dan hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian bangsa Indonesia betul-betul merasakan dan
menghayati nilai-nilai tersebut dan tentunya akan berusaha untuk
mempertahankannya.
b. Dimensi idealisme, mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan cita-cita tersebut suatu bangsa akan mengetahui ke arah
mana tujuan akan dicapai. Pancasila adalah suatu ideologi yang
mengandung cita-cita yang akan dicapai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cita-cita tersebut akan
mampu menggugah harapan dan memberikan optimisme Berta
motivasi kepada bangsa Indonesia. Maka semua itu harus diwujudkan
secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Dimensi fleksibilitas, yaitu suatu dimensi yang mencerminkan
kemampuan suatu ideologi dalam mempengaruhi sekaligus
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat. Mempengaruhi berarti ikut memberikan warna dalam
perkembangan masyarakat, sedangkan menyesuaikan diri berarti
masyarakat berhasil menemukan pemikiran-pemikiran baru terhadap
nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya.
Ideologi Pancasila memiliki sifat yang fleksibel, luwes, terbuka terhadap
pemikiran-pemikiran baru tanpa menghilangkan hakikat yang terkandung
di dalamnya. Dengan sifat fleksibel tersebut ideologi Pancasila akan tetap
aktual dan mampu mengantisipasi tuntutan perkembangan zaman.





































Pengertian Pancasila dan Hari Lahir
Pancasila 1 Juni dari blog AdminHoM
advertisement
Singapore's Online Blogger Community
BloggerSG Forum-The Community Social Network for Singapore Bloggers.
Pengertian Pancasila
Menurut Etimologi: Kata Pancasila berasal dari 2 suku kata bahasa sansekerta India (kasta
brahmana) yaitu Panca yang berarti lima, dan Sila (Syila) yang berarti batu sendi, alas, atau
dasar. Jika digabungkan menjadi Pancasila maka dapat diartikan sebagai peraturan tingkah
laku yang baik atau penting.

Menurut Terminologi Ke-Indonesiaan, Pancasila dapat diartikan sebagai 5 dasar pandangan
hidup atau filsafat hisup bangsa Indonesia. Pandangan hidup yang dimaksud adalah nilai-nilai
instrinsik filosofis yang terkandung pada Pancasila.

Apa Saja 5 Sila Filsafat Hidup Tersebut?
Sesuai jumlahnya ada 5 dasar yang menjadi pandangan hidup seluruh masyarakat dan bangsa
Indonesia yaitu:

Ketuhanan Yang Maha Esa (Wajib Beragama / tidak Atheis)
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Tidak zalim, wajib bermoral)
Persatuan Indonesia (Saling menjaga dan bersama-sama dalam memelihara dan menjaga
keamaman bangsa)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan (Diterjemahkan sebagian ilmuwan sebagai Demokrasi Terpimpin dan gotong
royong)
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Bersama-sama menerapkan hak dan
kewajiban masing-masing demi keadilan rakyat)

Kapan Pancasila Ditetapkan Sebagai Pandangan Hidup Bangsa?
Menurut para ahli sejarah bangsa Indonesia, Pancasila sudah ada sejak zaman dahulu
sebelum Indonesia menjadi negara yang berdaulat sekarang ini. Filsafat yang diterapkan
rakyat pada masa pra Indonesia (ketika masih berbentuk berbagai kerajaan seperti kerajaan
Majapahit, dll) sudah terkandung nilai-nilai 5 dasar aturan 5 sila.

Kemudian setelah Indonesia merdeka, tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahirnya
Pancasila dan selanjutnya Hari Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni oleh seluruh rakyat
Indonesia.




Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara.

Selain fungsi pokok Pancasila sebagai Dasar Negara ada fungsi yang lainnya yaitu :
Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Ideoligi berasal dari kata Idea yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita cita dan logos yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah
Ilmu pengeertian pengertian dasar. Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana
pada hakekatnya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila di
angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat-istiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia, dengan kata lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yaitu yang dijadikan pedoman hidup bangsa
Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat yang heterogen
(beraneka ragam).
Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya
masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa
Bangsa lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa
kejayaan nasional. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Prof. Mr. A.G.
Pringgodigdo dalam tulisann beliau dalam Pancasila, yang menyatakan bahwa Pancasila itu sendiri
telah ada sejak adanya Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah
lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.
Pancasila sebagai Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar
negara tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).
Pancasila sebagai Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan
perundang- undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak
bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila.
Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan
sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena Pancasila adalah palsafah
hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh
Bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana dan tepat bagi Bangsa Indonesia untuk
mempersatukan Rakyat Indonesia.

















Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti dimaksud tersebut sesuai dengan bunyi
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang secara jelas menyatakan. "Kemudian daripada itu
untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia."

Norma hukum pokok dan disebut pokok kaidah fundamental daripada negara itu dalam
hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat, dan tak berubah bagi negara
yang dibentuk. Dengan perkataan lain, dengan jalan hukum tidak dapat diubah. Fungsi dan
kedudukan Pancasila sebagai pokok kaidah yang fundamental. Hal ini penting sekali karena
UUD harus bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental itu.

Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI) harus berdasarkan
Pancasila. Hal ini berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik
Indonesia harus bersumberkan kepada Pancasila.

Pancasila sebagai dasar negara, artinya Pancasila dijadikan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan pemerintahan negara. Pancasila menurut Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 merupakan "sumber hukum dasar nasional".

Dalam kedudukannya sebagai dasar negara maka Pancasila berfungsi sebagai
1. sumber dari segala sumber hokum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan
demikian Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia;
2. suasana kebatinan (geistlichenhinterground) dari UUD;
3. cita-cita hukum bagi hukum dasar negara;
4. norma-norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur;
5. sumber semangat bagi UUD 1945, penyelenggara negara, pelaksana pemerintahan.
MPR dengan Ketetapan No. XVIIV MPR/1998 telah mengembalikan kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara RI.
Bentuk dan Susunan Pancasila
1. Bentuk Pancasila
Bentuk Pancasila dalam artian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
mempunyai bentuk yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan kesatuan yang utuh
Semua unsur dalam Pancasila menyusun suatu keberadaan yang utuh. Masing-masing sila
membentuk pengertian yang baru. Kelima sila tidak dapat dilepas satu dengan yang lainnya.
Walaupun masing-masing sila berdiri sendiri tetapi hubungan antar sila merupakan hubungan
yang organis.
1. Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk
kesatuan, bukan unsur yang komplementer
Artinya, salah satu unsur (sila) kedudukannya tidak lebih rendah dari yang lainnya. Walaupun
sila Ketuhanan merupakan sila yang berkaitan dengan Tuhan sebagai causa prima, tetapi
tidak berarti sila yang lainnya hanya sebagai pelengkap.
1. Sebagai kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah dan dikurangi
Oleh karena itu, Pancasila tidak dapat diperas, menjadi trisila yang meliputi sosio-
nasionalisme, sosio demokrasi, ketuhanan, atau eka sila yaitu gotong royong sebagaimana
dikemukakan oleh Ir. Soekarno.
1. Susunan Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-
unsurnya. Oleh karena itu sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) ditempatkan pada urutan
yang paling atas, karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan
akan kembali kepadaNya. Tuhan dalam bahasa filsafat disebut dengan Causa Prima, yaitu
Sebab Pertama, artinya sebab yang tidak disebabkan oleh segala sesuatu yang disebut oleh
berbagai agama dengan Nama masing-masing agama.

Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradabditempatkan setelah ketuhanan, karena yang
akan mencapai tujuan atau nilai yang didambakan adalah manusia sebagai pendukung dan
pengemban nilai-nilai tersebut. Manusia yang bersifat monodualis, yaitu yang mempunyai
susunan kodrat yang terdiri dari jasmani dan rohani. Setelah prinsip kemanusiaan dijadikan
landasan, maka untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan manusia-manusia itu perlu bersatu
membentuk masyarakat (negara), sehingga perlu adanya persatuan (sila ketiga).

Persatuan Indonesia erat kaitannya dengan nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak
mepergunakan awalan ke dan akhiran an, tetapi per dan akhiran an. Hal ini dimaksudkan ada
dimensi yang dinamik dari sila ini. Persatuan atau nasionalisme Indonesia terbentuk bukan
atas dasar persamaan suku bangsa, agama, bahasa tetapi dilatarbelakangi oleh historis dan
etis. Historis artinya karena persamaan sejarah, senasib sepenanggungan akibat penjajahan.
Etis, artinya berdasarkan kehendak luhur untuk mencapai cita-cita moral sebagai bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Slia keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh ketika suatu negara ingin mengambil
kebijakan. Kekuasaan negara diperoleh bukan karena warisan, tetapi berasal dari rakyat. Jadi
rakyat lah yang berdaulat.

Sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ditempatkan pada sila terakhir,
karena sila ini merupakan tujuan dari bangsa Indonesia yang merdeka.oleh karena itu,
masing-masing sila memiliki makna dan peran sindiri-sensiri. Semua sila berada pada
kesimbangan dan berperan dengan bobot yang sama. Akan tetapi karena masing-masing
unsur mempunyai hubungan yang organis, maka sila yang di atas menjiwai sila yang ada
dibawahnya.

Susunan sila-sila Pancasila merupakan merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain
membentuk suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal
artinya Pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara
utuh. Bentuk dan susunan Pancasila seperti tersebut di atas adalah hierarkis-piramidal.
Hierarkis berarti tingat, sedangkan pyramidal dipergunakan untuk menggambarkan hubungan
bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan luas cakupan dan juga isi pengertian. Hukum
logika yang mendasari pemikiran ini adalah bahwa antara luar cakupan pengertian dan isi
pengertian berbanding terbalik. Hal ini berarti bahwa jika isi pengertiannya sediki, maka teba
berlakunya pengertian itu sangat luas.

Jika dilihat dari esensi urutan ke lima sila Pancasila, maka sesungguhnya menunjukan
rangkaian tingkat dalam luas cakupan pengertian dan isi pengertiannya. Artinya, sila yang
mendahului lebih luas cakupan pengertiannya dengan isi pengertian yang sedikit, dari sila
sesudahnya atau sila yang berada di belakang merupakan kekhususan atau bentuk penjelmaan
sila-sila yang mendahuluinya.

Pancasila sebagai satu kesatuan nilai, juga membawa implikasi bahwa sila yang satu dengan
sila yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan
yang lain, saling member kualitas, memberi bobot isi. Misalnya Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah Ketuhanan yang Maha Esa yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan ini
berlaku seterusnya untuk sila-sila yang lainnya.
1. Susunan Kesatuan sila-sila Pancasila Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila hakikatnya merupakan dasar filsafat Negara yang
masing-masing sila merupakan asas peradaban. Namun sila-sila Pancasila Merupakan
Satu kesatuan & keutuhan, karena setiap sila menjadi Unsur (bagian) mutlak dari
Pancasila. Sehingga Pancasila merupakan kesatuan yang Majemuk Tunggal.
Koansekuensinya : Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri Terlepas dari sila lainnya, &
diantara sila satu dengan lainnya tidak saling bertentangan

2. Susunan sila-sila pancasila bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal
Bentuk piramid susunan sila-sila pancasila secara sistematis digunnakan utk
gambarkan hubungan hierarki (tingkatan) sila-sila dalam urutan luas (kuantitas)nya,
dan dalam hal isi sifat (kualitas)nya
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling
Mengkualifikasi
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya,
atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.
Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa,berkemanusiaan yang
adil dan beradab,berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
e. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan[2].









Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
September 30th, 2011 Admin 4121 Views 0 Comments
inoputro(dot)com, bentuk negara dan bentuk pemerintahan.
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan
secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat secara
keseluruhan (ganzhit) tanpa melihat isinya, sedangkan secara yuridis jika negara\peninjauan
hanya dilihat dari isinya atau strukturnya.
sedangkan secara yuridis jika negara\peninjauan hanya dilihat dari isinya atau strukturnya.
Machiavelli dalam bukunya II Prinsipe bahwa bentuk negara (hanya ada dua pilihan) jika
tidak republik tentulah Monarkhi. Selanjutnya menjelaskan negara sebagai bentuk genus
sedangkan Monarkhi dan republik sebagai bentuk speciesnya.
Perbedaan dalam kedua bentuk Monarkhi dan republik (Jellinek, dalam bukunya Allgemene
staatslehre) didasarkan atas perbedaan proses terjadinya pembentukan kemauan negara itu
terdapat dua kemungkinan:
1. Apabila cara terjadinya pembentukan kemauan negara secara psikologis atau secara
alamiah, yang terjadi dalam jiwa/badan seseorang dan nampak sebagai kemauan
seseorang/individu maka bentuk negaranya adalah Monarkhi.
2. Apabila cara proses terjadinya pembentukan negara secara yuridis, secara sengaja
dibuat menurut kemauan orang banyak sehingga kemauan itu nampak sebagai
kemauan suatu dewan maka bentuk negaranya adalah republik.
Bentuk Negara pada Zaman Yunani Kuno
Menurut Plato terdapat lima macam bentuk negara yang sesuai dengan sifat tertentu dan jiwa
manusia, yaitu sebagai berikut.
1. Aristokrasi yang berada di puncak. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh aristokrat
(cendikiawan) sesuai dengan pikiran keadilan. Keburukan mengubah aristokrasi
menjadi:
2. Timokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai kemasyhuran
dan kehormatan. Timokarsi ini berubah menjadi:
3. Oligarkhi, yaitu pemerintahan oleh para (golongan) hartawan. Keadaan ini melahirkan
milik partikulir maka orang-orang miskin pun bersatulah melawan kaum hartawan
dan lahirlah:
4. Demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin (jelata). Oleh karena salah
mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarkhi.
5. Tirani, yaitu pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak dengan sewenang-
wenang.
Menurut Aristoteles terdapat tiga macam bentuk negara yang dibaginya menurut bentuk
yang ideal dan bentuk pemerosotan, yaitu sebagai berikut.
1. Bentuk ideal Monarkhi bentuk pemerosatan Tirani/Diktator.
2. Bentuk ideal Aristokrasi bentuk pemrosotanya Oligarkhi/Plutokrasi.
3. Bentuk ideal Politea bentuk pemerosotannya Demokrasi.
Pengertian Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan
Pengertian lain dari bentuk negara dikemukakan oleh beberapa sarjana sejak akhir zaman
pertengahan yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak sarjana-sarjana yang berpaham
modern.
Pengertian yang dimaksud adalah bentuk negara kerajaan atau Republik. Pengertian ini
diajarkan oleh Machiavelli yang menyebutkan bahwa negara itu kalau bukan Republik
(Republica), tetapi Kerajaan.
Pengertian Bentuk Negara pada Zaman Sekarang
Tiga aliran yang didasarkan pada bentuk negara yang sebenarnya, yaitu sebagai berikut.
1. Paham yang menggabungkan persoalan bentuk negara dengan bentuk pemerintahan.
2. Paham yang membahas bentuk negara itu, atas dua golongan, yaitu demokrasi atau
diktaktor.
3. Paham yang mencoba memecahkan bentuk negara dengan ukuran-ukuran/ketentuan
yang sudah ada.
Pendapat yang menggabungkan bentuk negara (staatvorm) dengan bentuk Pemerintahan
(regeringvorm) terdiri dari berikut ini.
1. Bentuk pemerintahan di mana terdapat hubungan yang erat antara badan eksekutif dan
badan legislatif.
2. Bentuk pemerintahan di mana terdapat pemisahan yang tegas antara badan eksekutif,
legislatif dan yudikatif.
3. Bentuk pemerintahan di mana terdapat pengaruh/pengawasan yang langsung dari
rakyat terhadap badan legislatif.

Indahnya dunia ketika kita dapat saling berbagi.







kalau sistem politik mencakup seluruh aspek kehidupan dari suatu negara
yaitu;keamana,ekonomi,dan pendidikan,sehingga semua aspek tersebut dapat berjalan dengan
baik dan benar.kalau sistem pemerintahan lebih menitik beratkan pada aturan-aturan yang
berlaku,contohnya bagaimana suatu undang-undang di bentuk dan setelah di bentuk apakah
bisa di jalankan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan dari di buatnya undang-undang
itu.Dengan kata lain hanya mengontrol dan memonitoring berjalan atau tidaknya undang-
undang itu dari tingkat atas sampai ke tingkat bawah.Untuk lebih jelas baca di buku sejarah
politik dan ekonomi,buku tata negara





















Ini tugas aku di semester berapa ya? Hehe.. Sampe lupa judulnya apa. Yang jelas ini tugas
dari mata kuliah Sistem Politik Indonesia, ya biasa biasa aja sih ngga seKeren tulisan penulis
artikel sungguhan yang udah jadi pengamat politik.
1. Jelaskan secara singkat tentang perbedaan sistem politik dengan sistem pemerintahan!
Jawab:
Sistem pemerintahan merupakan rangkaian yang mempelajari lembaga-lembaga politik
formal yang diatur di dalam konstitusi dengan kata lain sistem pemerintahan mempelajari
tentang suprastruktur politik, sedangkan sistem politik merupakan seperangkat kebijakan
yang mempelajari lembaga-lembaga politik yang tidak diatur di dalam konstitusi tetapi
berpengaruh di dalam praktek penyelenggaraan poltik suatu negara. Dengan kata lain
mempelajari infrastruktur politik.
Sumber:
Catatan kuliah Sistem Politik Indonesia
2. Mengapa sampai saat ini Ilmu Politik belum bisa disatukan dalam satu definisi:
Hal ini lebih disebabkan oleh adanya cara pandang para ahli politik yang berbeda-beda.
Perbedaan ini menurut Miriam Budiardjo, dapat dibedakan kedalam beberapa konsep yang
meliputi:
a). Negara (State)
negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya. Menurut Roger F. Soltau, dalam Introduction to
Politics:
Ilmu Politik adalah mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang
akan melaksanakan tujuan itu; hubungan antara negara dengan warga negaranya serta denga
negara-negara lain.
J. Barents, Ilmu Politik adalah lmu yang mempelajari kehidupan negara yang merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat; Ilmu politik itu mempelajari negara-negara itu
melakukan tugas-tugasnnya
b). Kekuasaan (Power)
Kekuasaan adalahkemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah
laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pemegang kekuasaan. Harold D.
Laswell dan A. Kaplan dalam power and society mengemukakan Ilmu politik adalah
mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan
Deliar Noer, mengatakan Ilmu Politik adalah memusatkan perhatian pada masalah
kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.
c). Pengambilan keputusan (Decision Making)
Keputusan (Decision) adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif. Aspek keputusan
banyak menyangkut soal pembagian yang oleh Harold D. Lasswell, dirumuskan sebagai:
Who gets What, When, How. Sedang menurut Joyce Mitchel dalam bukunya Political
Analysis and Public Policy, bahwa Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya. Lain lagi dengan Karl W.
Deutsch yang mengatakan bahwa politi adalah pengambilan keputusan melalui sarana
umum
d). Kebijaksanaan (Policy)
Menurut Hoogerwerf, kebijakan umum, dalah membangun masyarakat secara terarah melalui
pemakaian kekuasaan, sedangkan menurut David Eston, Ilmu politik adalah studi mengenai
trbentuknya kebijakan umum
e). Pembagian (Distribution)
Adalah pembagian dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Harold D. Laswell, dalam
bukunya Who Gets What, When and How; Politik adalah masalah siapa mendapat apa,
kapan, dan bagaimana.
Sumber:
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/94018-1-849228109408.doc
3. Sebut dan jelaskan ciri atau karakter dari sistem politik yang anda ketahui!
Jawab:
Menurut Grabiel A. Almond, sistem politik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a). Semua sistem politik pasti mempunyai struktur politik. Dengan suatu pengertian bahwa
di dalam masyarakat yang paling sederhana pun, sistem politik dari masyarakat tersebut
mempunyai tipe struktur politik yang terdapat di dalam masyarakat yang paling komplek.
Tiap-tiap struktur politik dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya menurut tingkat
dan bentuk strukturnya.
b). semuasistem politik baik yang sudah modern maupun yang masih primitif, menjalankan
fungsi yang sama walaupun frekuensinya berbeda-beda yang disebabkan oleh karena
perbedaan struktur. Demikian pula dapat diperbandingkan bagaimanakah fungsi-fungsi dari
sistem-sistem politik itu dijalankan dan bagaimana pula cara/gaya melaksanakannya
c). semua struktur politik, baik yang terdaapat di dalam masyarakat yang sudah modern
maupun yang terdapat di dalam masyaarakat yang masih primitif, betapapun
terspesialisasikan tetap mempunyai sifat multi fungsional (menjalankan beberapa/banyak
fungsi). Sistem politik dapat dibandingkan menurut tingkat kekhususan fungsi di dalam
struktur itu.
d). Semua sistem politik adalah merupakan sistem campuran apabila dipandang dari
pengertian kebudayaan. Dalam pengertian yang rasional tidak ada struktur dan kebudayaan
yang semuanya modern dan dalam pengertian yang tradisional tidak semuanya primitif.
Perbedaan yang ada hanya bersifat relatif saja, dan keduanya (hal yang ersifat modrn dan
tradisional) bercampur satu dengan yang lainnya.

Ini tugas aku di semester berapa ya? Hehe.. Sampe lupa judulnya apa. Yang jelas ini tugas
dari mata kuliah Sistem Politik Indonesia, ya biasa biasa aja sih ngga seKeren tulisan penulis
artikel sungguhan yang udah jadi pengamat politik.
1. Jelaskan secara singkat tentang perbedaan sistem politik dengan sistem pemerintahan!
Jawab:
Sistem pemerintahan merupakan rangkaian yang mempelajari lembaga-lembaga politik
formal yang diatur di dalam konstitusi dengan kata lain sistem pemerintahan mempelajari
tentang suprastruktur politik, sedangkan sistem politik merupakan seperangkat kebijakan
yang mempelajari lembaga-lembaga politik yang tidak diatur di dalam konstitusi tetapi
berpengaruh di dalam praktek penyelenggaraan poltik suatu negara. Dengan kata lain
mempelajari infrastruktur politik.
Sumber:
Catatan kuliah Sistem Politik Indonesia
2. Mengapa sampai saat ini Ilmu Politik belum bisa disatukan dalam satu definisi:
Hal ini lebih disebabkan oleh adanya cara pandang para ahli politik yang berbeda-beda.
Perbedaan ini menurut Miriam Budiardjo, dapat dibedakan kedalam beberapa konsep yang
meliputi:
a). Negara (State)
negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya. Menurut Roger F. Soltau, dalam Introduction to
Politics:
Ilmu Politik adalah mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang
akan melaksanakan tujuan itu; hubungan antara negara dengan warga negaranya serta denga
negara-negara lain.
J. Barents, Ilmu Politik adalah lmu yang mempelajari kehidupan negara yang merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat; Ilmu politik itu mempelajari negara-negara itu
melakukan tugas-tugasnnya
b). Kekuasaan (Power)
Kekuasaan adalahkemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah
laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pemegang kekuasaan. Harold D.
Laswell dan A. Kaplan dalam power and society mengemukakan Ilmu politik adalah
mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan
Deliar Noer, mengatakan Ilmu Politik adalah memusatkan perhatian pada masalah
kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.
c). Pengambilan keputusan (Decision Making)
Keputusan (Decision) adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif. Aspek keputusan
banyak menyangkut soal pembagian yang oleh Harold D. Lasswell, dirumuskan sebagai:
Who gets What, When, How. Sedang menurut Joyce Mitchel dalam bukunya Political
Analysis and Public Policy, bahwa Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya. Lain lagi dengan Karl W.
Deutsch yang mengatakan bahwa politi adalah pengambilan keputusan melalui sarana
umum
d). Kebijaksanaan (Policy)
Menurut Hoogerwerf, kebijakan umum, dalah membangun masyarakat secara terarah melalui
pemakaian kekuasaan, sedangkan menurut David Eston, Ilmu politik adalah studi mengenai
trbentuknya kebijakan umum
e). Pembagian (Distribution)
Adalah pembagian dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Harold D. Laswell, dalam
bukunya Who Gets What, When and How; Politik adalah masalah siapa mendapat apa,
kapan, dan bagaimana.
Sumber:
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/94018-1-849228109408.doc
3. Sebut dan jelaskan ciri atau karakter dari sistem politik yang anda ketahui!
Jawab:
Menurut Grabiel A. Almond, sistem politik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a). Semua sistem politik pasti mempunyai struktur politik. Dengan suatu pengertian bahwa
di dalam masyarakat yang paling sederhana pun, sistem politik dari masyarakat tersebut
mempunyai tipe struktur politik yang terdapat di dalam masyarakat yang paling komplek.
Tiap-tiap struktur politik dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya menurut tingkat
dan bentuk strukturnya.
b). semuasistem politik baik yang sudah modern maupun yang masih primitif, menjalankan
fungsi yang sama walaupun frekuensinya berbeda-beda yang disebabkan oleh karena
perbedaan struktur. Demikian pula dapat diperbandingkan bagaimanakah fungsi-fungsi dari
sistem-sistem politik itu dijalankan dan bagaimana pula cara/gaya melaksanakannya
c). semua struktur politik, baik yang terdaapat di dalam masyarakat yang sudah modern
maupun yang terdapat di dalam masyaarakat yang masih primitif, betapapun
terspesialisasikan tetap mempunyai sifat multi fungsional (menjalankan beberapa/banyak
fungsi). Sistem politik dapat dibandingkan menurut tingkat kekhususan fungsi di dalam
struktur itu.
d). Semua sistem politik adalah merupakan sistem campuran apabila dipandang dari
pengertian kebudayaan. Dalam pengertian yang rasional tidak ada struktur dan kebudayaan
yang semuanya modern dan dalam pengertian yang tradisional tidak semuanya primitif.
Perbedaan yang ada hanya bersifat relatif saja, dan keduanya (hal yang ersifat modrn dan
tradisional) bercampur satu dengan yang lainnya.
11 Macam-Macam Nilai Menurut Prof. Notonegoro
Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital,
dan nilai kerohanian.
a. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian meliputi
1) nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;
2) nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
4) nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Meskipun demikian, dalam tugas dan kewajiban luhur melaksanakan serta mengamankan
Pancasila sebagai dasar negara itu, kita perlu mewaspadai kemungkinan berjangkitnya
pengertian yang sesat mengenai Pancasila yang direkayasa demi kepentingan pribadi dan atau
golongan tertentu yang justru dapat mengaburkan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar
negara. Karena itu tepatlah yang dianjurkan Darji Darmodihardjo berdasarkan pengalaman
sejarah bangsa dan negara kita, yaitu bahwa dalam mencari kebenaran Pancasila sebagai
philosophical way of thinking atau philosophical system tidaklah perlu sampai menimbulkan
pertentangan dan persengketaan apalagi perpecahan..








Filsafat Pancasila (1): Pancasila sebagai Sistem Filsafat Negara (2)
Filsafat Pancasila (1): Pancasila sebagai Sistem Filsafat Negara
Oleh : Masitoh N. Rohma (071112023)

Filsafat memiliki dua pengertian utama, yaitu sebagai produk dan sebagai proses. Sebagai
produk, filsafat merupakan ilmu pengetahuan, konsep, ataupun pemikiran-pemikiran filsuf
zaman dahulu. Filsafat jenis ini lazimnya berupa sistem tertentu atau aliran-aliran. Namun,
secara tidak langsung filsafat sebagai sebuah proses telah melahirkan berbagai macam
problema yang menuntun manusia untuk selalu berpikir atau berfilsafat.
Pancasila memiliki tiga macam rumusan sistem yang disebabkan oleh hubungan antar sila-
sila Pancasila yang memiliki banyak sifat. Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila antara lain
bersifat organis, hierarkis dan berbentuk piramidal dan memiliki hubungan yang saling
mengisi dan mengaktualisasi.
Rumusan sistem yang pertama adalah rumusan sila-sila Pancasila yang bersifat organis.
Rumusan siatem organis memiliki makna bahwa antarsila di dalam Pancasila memiliki
fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan keterkaitan seperti hakikat tubuh manusia
monopluralis. Manusia menjadi pokok pendukung Pancasila mengandung analogi bahwa
setiap bagian tubuh menopang bagian tubuh yang lain, sama seperti sila-sila di dalam
Pancasila.
Rumusan yang kedua adalah Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal.
Maksud dari pernyataan ini adalah kelima sila dalam Pancasila memiliki urutan yang
hierarkhis piramidal dan memiliki kesatuan yang bulat. Pancasila tidak bisa dipandang
sebagai kesatuan yang tidak mutlak, karena apabila tidak demikian maka Pancasila akan
terpecah belah dan tidak mungkin menjadi dasar negara. Berikut ini merupakan rumusan
Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal: sila pertama; Ketuhanan yang
Maha Esa meliputi dan menjiwai keempat sila yang lain. Sila kedua; Kemanusiaan yang adil
dan beradab, sila ini dijiwai oleh sila pertama dan menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima.
Begitu seterusnya dengan sila pertama menempati bagian teratas. Bentuk piramid ini
menggambarkan sila pertama sebagai basis dan sila kelima sebagai tujuannya.
Rumusan yang terakhir adalah hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan cerminan dari satu sila
yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata lain bahwa sebuah sila pasti
mengandung intisari dari sila-sila yang lain.
Selain menghasilkan suatu rumusan hubungan, kesatuan Pancasila juga menghasilkan sistem
filsafat. Sistem filsafat ini ada tiga jenis; dasar antropologis, dasar epistemologis, dan dasar
aksiologis. Dasar antropologis memiliki arti bahwa manusia merupakan pendukung pokok-
pokok sila Pancasila. Kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan mendasari sifat hierarkhis sila pertama dan menjiwai keempat sila
lainnya. Kemudian dasar epistemologis Pancasila; sumber pengetahuan manusia, teori
kebenaran pengetahuan manusia, dan watak pengetahuan manusia. Sumber pengetahuan
manusia terhadap Pancasila berasal dari dari bangsa kita sendiri, bukan dari bangsa lain.
Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya asli sehingga Pancasila benar-benar
menggambarkan bangsa Indonesia yang beragam. Pancasila juga bersifat universal, inti sari
dan esensinya dapat digunakan sebagai dasar dalam tata hukum Indonesia di masa
mendatang. Yang terakhir adalah dasar aksiologis, yaitu isi Pancasila yang kongkrit dan
khusus merupakan realisasi dari berbagai bidang kehidupan. Pancasila mengakui kerangka
pikir manusia yang memiliki kebenaran empiris yang ada kaitannya dengan pikiran positif
dari manusia itu sendiri. Dasar aksiologis Pancasila adalah Pancasila yang dilihat dari teori-
teori nilai. Noto Nagoro membagi teori nilai sebagai berikut: 1) Nilai material, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan. 2) Nilai vital, yaitu
segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan. 3) Nilai
kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani.
Telah dijabarkan pada keempat paragraf pembukaan UUD 1945 tentang kelima sila
Pancasila. Paragraf pertama merupakan buah dari penjabaran sila ketiga; Persatuan
Indonesia. Paragraf kedua merupakan penjabaran dari sila keempat; Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Paragraf ketiga
merupakan penjabaran sila kelima; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan
paragraf keempat adalah penjabaran sila pertama dan kedua; Ketuhanan yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pembukaan UUD 1945 adalah dasar fundamental
mengingat nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila memiliki nilai-nilai yang sangat
mendasar. Namun, kelima sila Pancasila tidak serta merta dijadikan sebagai dasar
fundamental Indonesia karena melalui pumbukaan UUD 1945 barulah direalisasikan ke
dalam pasal-pasal UUD 1945. Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar dari
penyelanggaraan dan pelaksanaan negara. Dasar fundamental filsafat berfungsi membentuk
bangsa Indonesia yang sejahtera.
Sebagai dasar filsafat negara, setiap sila dalam Pancasila memiliki inti yang memiliki nilai-
nilai yang sangat berarti. Nilai - nilai tersebut antara lain: 1) Sila pertama: sebagai manusia,
kita harus mempertanggung jawabkan semua tindakan kita kepada Tuhan YME, termasuk
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan, dan lain sebagainya. 2) Sila kedua: negara harus menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan. Hak asasi haruslah terjamin. Kehidupan kenegaraan harus berdasar pada moral
kemanusiaan yang adil dan beradab agar tercapainya negara bermoral dan beragama. 3) Sila
ketiga: Negara harus menjadi penyatu dari segala macam bentuk masyarakat Indonesia.
Nasionalisme juga harus ditanamkan pada setiap individu agar cita-cita tentang persatuan
tercapai. 4) Sila keempat: Demokrasi merupakan perwujudan dari perwakilan masyarakat.
Rakyat adalah sumber dari kekuasaan negara, maka dari itu pemerintahan haruslah dari
rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. 5) Sila kelima: Keadilan hendaknya terwujud dari
kehidupan sosial agar tujuan negara tercapai. Karena dengan adanya keadilan dari negara,
maka seluruh elemen masyarakat akan berusaha bahu membahu untuk mencapai cita - cita
bangsa.

Anda mungkin juga menyukai