Disusun Oleh
Kelompok 7 :
A. Latar Belakang
Pancasila lahir dari sebuah tantangan yang perlu dijawab, ia dilahirkan dari kenyataan
ketika bangsa ini menghadapi masalah yang amat mendesak dan menentukan, yaitu negara
macam apa yang harus dibangun atau dibentuk supaya tetap bersatu akibat adanya kemajemukan
suku, agama, ras dll. Dengan didasarkan pada kemajemukan tersebut bangsa Indonesia rentan
terhadap perpecahan.
Kemajemukan bangsa Indonesia bukanlah berarti tidak melahirkan suatu konsep
pandangan hidup bangsa, itu terwujud dengan lahirnya Pancasila sebagai falsafah bangsa
Indonesia. Dengan kata lain pancasila digunakan sebagai petunjuk hidup, pedoman hidup serta
sebagai penujuk arah bagi semua aktifitas hidup masyarakat Indonesia dalam segala bidang.
Pancasila berfungsi sebagai cita-cita yang selalu diusahakan untuk dicapai oleh tiap-tiap manusia
Indonesia sehingga diharapkan bisa terwujud. Oleh karena itu, yang mungkin dapat
dikemukakan ialah bahwa pelaksanaan pancasila dalam hidup bermasyarakat tidak boleh
bertentangan dengan norma agama maupun norma – norma yang telah ada didalam masyarakat.
Indonesia adalah negeri yang penuh dengan kontradiksi. Indonesia adalah negara islam
terbesar di dunia, dalam arti mempunyai jumlah penduduk yang beragama islam terbanyak. Di
sisi lain Indonesia pernah mempunyai partai komunis yang terkuat setelah Cina dan Rusia,
dipihak lain di Indonesia terdapat banyak Gereja. Namun Pancasila telah menjadi payung bagi
kemajemukan bangsa Indonesia. Ia mempunyai daya tarik emosional tersendiri, Ia menjadi
ideologi, juga sebagai pandangan hidup. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah
nilai-nilai yang digali dari budaya bangsa, yang mencerminkan sikap dan tingkah laku bangsa
Indonesia.
Dari segi iman Kristen, kita dapat melihat ada hubungan yang cukup erat antara Pancasila
dan Iman Kristen. Ini tercermin dari nilai-nilai yang dikandung dari keduanya. Kita percaya
bahwa Tuhan yang mengutus agama Kristen ada di Indonesia dalam rangka pelaksanaan
panggilan orang-orang percaya di segala tempat dan disepanjang masa untuk menjadi saksiNya.
B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang diatas, penulis merumuskan rumusan masalah yakni, apa
konsep dari etika kristen sebagai dasar pembentukan idiologi bangsa?
C. Tujuan Masalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan mengetahui
konsep etika kristen sebagai dasar pembentukan idiologi bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat etika kristen sebagai dasar ideologi bangsa Indonesia adalah pancasila. Ideologi
Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya dan religius bangsa Indonesia. Pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi negara. Jadi, Ideologi pancasila adalah
kumpulan nilai-nilai atau norma yang berdasarkan sila-sila pancasila, atau bisa dikatakan,
pancasila sebagai ilmu pengetahuan yang mendalam tentang ideologi bangsa indonesia yaitu
tentang sila-sila pancasila. Adapun hakikat dan pokok-pokok yang terkandung di dalamnya
yaitu:
Hakikat sila-sila yang ada pada pancasila ini adalah hakikat yang terkandung sebagai
dasar negara Indonesia yaitu :
Dalam filsafat pancasila juga disebutkan bahwa ada tiga tingkatan nilai yaitu, nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai dasar
Nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar yaitu asas –asas yang kita terima
sebagai dalil yang bersifat sedikit banyak mutlak.
2. Nilai instrumental
Nilai sebagai pelaksana umum dari nilai dasar. Umumnya berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga- lembaga negara.
3. Nilai praktis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya
menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar –benar hidup dalam
masyarakat indonesia.
Nilai-nilai dasar dari pancasila adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan
Yang Adil Dan Beradab, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan Dan Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan dasar negara Indonesia. Istilah
“ideologis” merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memutlakkan segala bentuk gagasan –
gagasan tertentu. Istilah ini selalu mempunyai konotasi negatif dan tidak pernah digunakan
dalam “ideologi terbuka”. Selain mempunyai konotasi negatif, istilah ideologi juga sekaligus
membawa konotasi bahwa gagasan–gagasan yang dimutlakkan tersebut sebenarnya menutupi
suatu kebenaran atau kesalahan yang biasanya bertujuan untuk melindungi kepentingan –
kepentingan kekuasaan tertentu.
Ideologis disebut sebagai suatu bentuk keyakinan-keyakinan dan teori-teori yang dilakukan
dengan berpura-pura mengikuti segala kriteria realitas dan kebenaran tertentu. Namun pada
kenyataannya, tindakan tersebut dilakukan hanya untuk kepentingan–kepentingan tertentu dan
tujuan kekuasaan tertentu, yang sebenarnya kerapkali justru bertentangan dengan kriteria realitas
dan kebenaran yang ada.
Memahami suatu ideologi tertutup dapat dilihat dari ciri–ciri khasnya. Pertama, ideologi
tertutup bukan merupakan cita–cita yang berkembang dari suatu masyarakat melainkan dari
suatu kelompok yang merancang suatu program tertentu untuk mengadakan suatu perubahan dan
pembaharuan di dalam masyarakat tertentu. Bila kelompok ini dengan upaya tertentu berhasil
memperoleh kekuasaan politik, maka ideologi yang dirancangnya tersebut akan diterapkan di
dalam masyarakat secara demokrasi atau paksaan.
Dengan ini seluruh pola, norma-norma, nilai-nilai atau tingkah laku di dalam masyarakat
tersebut akan diubah sesuai dengan ideology yang baru dirancang tersebut. Ideologi tertutup ini
biasanya bersifat totaliter dan merupakan musuh tradisi. Penerapan ideologi baru ini biasa
dilakukan dengan meminimalisasi atau menghapus total pluralisme pandangan dan kebudayaan
yang terdapat di dalam masyarakat untuk melaksanakan aneka perubahan di dalam masyarakat
plural, maka “gerak” agama-agama, yang biasanya merupakan suatu system sosial yang dapat
mempertahankan diri dari intervensi ideologi-ideologi baru tersebut, dibatasi atau dihapuskan
sama sekali.
Bentuk hak-hak asasi, demokrasi dan pluralism tidak akan ditolerir di dalam masyarakat.
Ciri khas ideologi tertutup yang kedua adalah bahwa atas namanya, pengorbanan-pengorbanan
yang terbeban pada masyarakat yang ditolerir artinya, demi ideologi tersebut masyarakat harus
bersedia berkorban dan digunakan untuk mempromosikan kebenaran ideologi tersebut dan
memprakarsai bentuk kesetiaan masyarakat sebagai warga negara. Dengan prinsip kediktatoran
ini, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang bebas dan bertanggungjawab cenderung
dilecehkan. Harga nyawa manusia sangat rendah sebab ideologi, segala-galanya dapat
dikorbankan. Ciri khas yang ketiga adalah bahwa setiap individu secara mutlak harus tunduk
pada ideologi tersebut, yaitu para elit yang mengembannya. Tuntutan mutlak untuk tunduk pada
ideologi tersebut dapat dilihat dari tidak diizinkannya setiap individu atau kelompok untuk
mempersoalkan ideologi tersebut, walaupun hal itu hendak dilakukan seseorang berdasarkan hati
nurani, tanggung jawab dan hak asasinya. Ideologi tertutup tidak pernah akan mentolerir segala
bentuk tuntutan-tuntutan masyarakat yang merelativasi tuntuan ideologi tersebut.
Berdasarkan ciri-ciri ideologi tertutup seperti di atas, maka negara tidak mempunyai hak
membuat ideologi tertutup menjadi dasar kebijakan-kebijakannya. Sebab ideologi seperti ini
bertentangan dengan tanggungjawab moral, wewenang negara dan klaim para penganut ideologi
suatu negara karena ideology tersebut memaksakan ketaatan mutlak masyarakat. Tidak satupun
individu yang mempunyai hak untuk menuntut “ketaatan mutlak” dari seseorang atau kelompok
masyarakat. Sebab setiap individu hanya dapat takluk dan taat kepada hati nuraninya saja. Jadi,
yang memiliki hak untuk menuntut dengan mutlak hanyalah Allah, sebab tuntutan Allah tidak
pernah melecehkan hati nurani setiap individu. Suatu negara tidak pernah memiliki wewenang
untuk menentukan bagaimana masyarakat harus hidup dan bertindak serta berpikir.
Sebagai sikap masyarakat dalam hidup dan bertindak adalah merupakan masalah moral, dan
negara tidak memiliki wewenang dalam hal moral. Keberatan terhadap negara ideologis sama
halnya dengan keberatan terhadap negara agama. Perbedaannya bahwa negara ideologis tidak
menggunakan acuan adikodrati untuk mendukung klaimnya.
Dapat dikatakan bahwa tidak satupun individu yang memiliki hak mutlak untuk
memerintahkan sesuatau kepada seseorang artinya, tidak ada ide-ide individu yang bersifat
mutlak dan tidak satupun individu yang memiliki hak untuk mengklaim bahwa ia memiliki
pengetahuan yang spesifik tentang bagaimana orang lain harus hidup dan bertindak. Secara
moral setiap individu sama-sama memiliki kekuatan dan kelemahan. Hal ini juga berlaku bagi
kaum idiolog. Dari sisi agama memang tidak dapat ditolak bahwa wewenang religious bisa
terdapat pada seseorang untuk membuat interpretasi terhadap kehendak Allah kepada manusia
yang tertulis dalam kitab-kitab suci. Namun harus dikatakan bahwa wewenang ini hanya bersifat
rohani dan tidak mencakup moral.
Umat Kristen dalam iman yang diyakininya mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembentukan moral bangsa karena apa yang dijabarkan oleh Pancasila mengenai nilai-nilai
hidup, tercermin dalam Iman Kristen. Dengan demikian Iman Kristen harus menjadi pedoman
bagi warga gereja dalam mengamalkan Pancasila. Maka dari itu, sebagai warga negara yang
baik, hendaknya kita menghormati Pancasila sebagai ideologi bangsa serta mendukung segala
keputusan pemerintah yang baik, karena ada tertulis: "Tiap-tiap orang harus takluk kepada
pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan
pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah." (Roma 13:1).
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Nurliani,dkk. 2019. Etika Kristen (Dasar Etika Pendidikan dan Membangun
Karakter Bangsa. Medan: CV Vanivan Jaya.
https://www.kompasiana.com/bambangherut0m0b711/5bf5868712ae9472b10cf207/nilai-
nilai pancasila-tidak-bertentangan-dengan-iman-kristen?page=all (Online)
https://tyoino.wordpress.com/2009/04/25/pandangan-kristen-tentang-pancasila/ (Online)