NIT : 30722045
COURSE : TBL 7 B
BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
Pengertian
Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah pengembangan kepribadian yang menjelaskan
tentang landasan dan tujuan, sejarah paham kebangsaan indonesia, pancasila sebagai sistem
filsafat, pancasila sebagai ideologi nasional bangsa dan negara indonesia, pancasila dalam
konteks kenegaraan RI, pancasila sebagai etika politik dan pancasila sebagai paradigma
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila sebagai warga
negara Republik Indonesia, diharapkan untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Juga agar mampu menganalisis dan mencari solusi
terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui
sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945.
Sumber historis ini mencakup dokumen-dokumen penting dan tokoh-tokoh nasional yang
berperan dalam perumusan dan pengamalan Pancasila. Sumber historis ini memberikan
kita pemahaman tentang bagaimana Pancasila lahir dari semangat kemerdekaan,
persatuan, dan kebhinekaan bangsa Indonesia.
B. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Sumber sosiologis ini mencakup aspek-aspek seperti budaya, adat istiadat, agama, bahasa,
etnis, dan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. Sumber
sosiologis ini juga memberikan kita motivasi untuk mengembangkan sikap toleransi,
gotong royong, dan solidaritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Sumber yang berkaitan dengan kehidupan politik bangsa Indonesia yang menghadapi
berbagai tantangan dan peluang. Sumber politik ini juga memberikan kita dorongan untuk
berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik bangsa Indonesia sesuai dengan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara hukum tersebut.Penegakan hukum ini hanya akan efektif,
apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama dari kalangan
intelektualnya.
Pancasila sebagai sistem filsafat, mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Pancasila sendiri
dikembangkan oleh para founding fathers atau pendiri bangsa Indonesia sebagai suatu
sistem filsafat yang mengandung nilai-nilai filosofis.
Pancasila sebagai sistem etika, mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai Pancasila, yakni nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada beberapa
jenis pemahaman.
1. Pertama, setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2. Kedua, setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai
pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
3. Ketiga, nilai-nilai pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan
cara bertindak bangsa Indonesia.
4. Keempat, setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia sendiri.
Kesimpulan
BAB II
BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA?
Pancasila memiliki peran penting sebagai pedoman dan landasan dalam membentuk
identitas nasional serta mengarahkan kebijakan pemerintah. Berikut adalah beberapa poin
penting tentang peran Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia:
Perjuangan Kemerdekaan:
Pancasila pertama kali diumumkan oleh Soekarno pada tahun 1945, pada saat Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itu, Pancasila menjadi panduan dalam perjuangan
kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Dasar Negara:
Pancasila kemudian menjadi dasar negara setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Hal ini tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, yang memuat Pancasila sebagai sumber
hukum tertinggi.
Penyelenggaraan Pemerintahan:
Pancasila memandu penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila, seperti keadilan sosial, menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam mengatasi
masalah sosial dan ekonomi.
Kehidupan Beragama:
Pancasila juga menekankan prinsip kebebasan beragama, yang memungkinkan
masyarakat Indonesia untuk menjalankan agama mereka dengan damai.
Kebebasan Berpendapat:
Meskipun terdapat pembatasan, Pancasila juga mengakui hak masyarakat untuk
berpendapat, asalkan dalam kerangka kepatutan dan ketertiban.
Penegakan Hukum:
Pancasila mendorong penegakan hukum dan keadilan sebagai dasar dari sistem hukum di
Indonesia.
Hubungan Internasional:
Pancasila berperan dalam politik luar negeri Indonesia dengan prinsip-prinsip seperti
perdamaian, kerjasama internasional, dan ketidakcampuran dalam urusan negara lain.
BAB III
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA?
A. Konsep Negara
Negara ditujukaan agar tercipta kehidupan yang harmonis dan tertib dalam
memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan kesejahteraannya. Menurut
Diiponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat
yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu
daerah tertentu. Unsur konstitutif negara :
a) Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
b) Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c) Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.
d) Negara dalam keadaan diam
e) Negara dalam keadaan bergerak
BAB IV
MENGAPA PANCASILA MENJADI IDEOLOGI NEGARA?
BAB V
MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?
BAB VI
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA
Etika Pancasila : cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
1. Sila Ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan
diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya.
2. Sila Kemanusiaan mengandung dimensi humanus, menjadikan manusia lebih manusiawi,
upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama.
3. Sila Persatuan mengandung dimensi niali solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta
tanah air.
4. Sila Kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap mengahargai orang lain, mau
mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
5. Sila Keadilan mengandung dimensi nailai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain.
Etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam 4 tabiat
saleh:
1. Kebijaksanaan : melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju
pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal - rasa - kehendak yang berupa kepercayaan
yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup
kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius.
2. Kesederhanaan : membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
kenikmatan.
3. keteguhan : membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
penderitaan.
4. Keadilan : memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya.
Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Etika terkait dengan problem yang dihadapi
bangsa Indonesia sebagai berikut :
1. Banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat melemahkan
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama.
3. Masih terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam kehidupan bernegara.
4. Kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dna miskin masih menandai kehidupan
masyarakat Indonesia.
5. Ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia
6. Banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan benar.
B. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan
masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal
bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih
banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga
memerlukan penelitian yang mendalam.
C. Sumber Politis
Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya
abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat
konkrit.
Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik
1. Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan
hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
2. Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan prinsip-
prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari
institusi-institusi sosial.
3. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai pihak yang
menentukan rasionalitas politik.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai penjamin prinsip-prinsip moral.
2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus dan actus homini.
3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga
bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau
kelompok.
4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat
5. Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari
sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban dan tujuan semata, tapi lebih
menonjolkan keutamaan dalam nilai keadilan itu sendiri.
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi
rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
di Indonesia.
BAB VII
PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
BAB VIII
KORUPSI DAN INTEGRITAS
Korupsi artinya penyelelengan atau penyalahgunaan uang negara Perusahaan dan sebagainya
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Dalam konteks ini integritas terutama integritas antikorupsi menjadi kontrol atas seluruh
proses pelaksanaan pelayanan publik. Sebagai warga negara (masyarakat), kita juga perlu
memiliki komitmen dan keberanian dari dalam diri untuk jujur dan konsisten bertindak
dengan bersih. Karena penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas rentan terhadap
tindakan korupsi, yang akan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada negara.
Dikalangan birokrasi sendiri sudah mendarah daging berbagai macam perilaku yang
menjadi benih dari tindak pidana korupsi yang besar, sehingga jika sedari dini kita mulai
mengawal pelaksanaan pelayanan publik ataupun melepaskan diri dari keinginan untuk
menyelewengkan posisi serta kekuasaan apapun yang dimiliki demi memperoleh
keuntungan sendiri maupun orang lain, maka setidaknya kita dapat memotong akar dari
korupsi.
BAB IX
FAKTOR DAN PENYEBAB KORUPSI
Faktor Internal
Faktor internal dalam penyebab korupsi ada karena korupsi pada dasarnya melibatkan
individu yang membuat keputusan untuk melakukan tindakan yang melanggar norma etika
dan hukum. Faktor-faktor internal ini mencakup aspek-aspek pribadi dan psikologis yang
memengaruhi perilaku seseorang. Beberapa alasan mengapa faktor internal ada dalam
korupsi meliputi: Ketamakan, Moral dan Gaya Hidup Konsumtif.
1. Sifat tamak atau rakus adalah hasrat yang timbul dari dalam diri individu untuk
memperkaya diri tanpa pernah merasa puas. Ini mencerminkan ketamakan terhadap
harta benda, terlepas dari batasan moral atau etika. Intinya, tamak adalah keinginan
berlebihan untuk kumpulkan harta tanpa memedulikan apa yang benar atau salah.
3. Moral yang lemah membuat seseorang rentan tergoda melakukan korupsi, baik karena
pengaruh atasan, teman sebaya, lingkungan, atau faktor lain yang memberi peluang.
Faktor moral melibatkan keimanan, kejujuran, rasa malu, pola hidup konsumtif, dan
pengaruh sosial seperti keluarga.
Faktor Eksternal
A. Aspek Sosial
Bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang
untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya di lingkungan dalam hal ini justru memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Adapun pemicu dalam terjadinya korupsi dari eksternal yaitu kesalahan individu
sering ditutupi demi menjaga nama baik organisasi, yang berdampak pula pada
korupsi dalam sebuah organisasi sering kali ditutup tutupi akibat sikap tertutup dan
juga kurangnya pemahaman masyarakat terhadap korupsi ini.
B. Aspek Politik
Aspek politik dapat menyebabkan terjadinya korupsi. Tindakan ini dilakukan karena
memiliki jabatan atau kekuasaan yang tinggi di pemerintahan. Demi mempertahankan
jabatan dan memenangkan urusan politik, maka banyak orang melakukan tindakan
korupsi. Realitas korupsi terjadi di setiap ruang serta penyalahgunaan kekuasaan terus
terjadi ada kenyataan yang demikian maka ruang politik merupakan salah satu sarana
melakukan korupsi ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik atau ketika
politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan kekuasaannya
C. Aspek Hukum
Hukum bisa menjadi aktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari
aspek perundang undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum yang
menjadikan hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum.
lima unsur yang mempengaruhi proses penegakan hukum, yakni faktor hukum itu
sendiri, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
penegakan hukum tersebut, faktor masyarakat, dan aktor budaya.
D. Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi itu dapat
dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, maka seseorang berpotensi melakukan tindakan korupsi demi
terpenuhinya semua kebutuhan. ekonomi merupakan struktur yang memberi bentuk
pada semua yang ada pada struktur atas karena itu, sistem politik, budaya, bahkan
struktur masyarakat, sebenarnya tidak lain adalah cerminan belaka dari sistem
ekonomi yang ada di baliknya .
E. Aspek Organisasi
Aspek Organisasi Penyebab terjadinya korupsi yang terakhir, yaitu karena adanya
aspek organisasi. Biasanya hal ini akan didukung karena organisasi tersebut tidak
memiliki aturan yang kuat. Organisasi juga tidak memiliki pemimpin yang dapat
diteladani. Parahnya, organisasi tidak memiliki lembaga pengawasan dan sistem
pengendalian manajemen yang lemah.
BAB X
DAMPAK MASIF KORUPSI
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi
menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara. Meluasnya
praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa,misalnya harga
barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan
kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan
citra pemerintahan yang buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan sendi-sendi
kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun
menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan. Dampak korupsi di berbagai aspek:
1. Dampak Ekonomi
Hubungan antara korupsi dan ekonomi menurutnya korupsi memiliki korelasi
negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran
pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan hal ini merupakan bagian dari inti
ekonomi maka kenyataan bahwa korupsi memiliki hubungan langsung dengan hal hal
ini mendorong pemerintah berupaya menanggulangi korupsi, baik secara preventif
maupun kuratif. Apabila korupsi sudah merajalela berikut dampak ekonomi yang
terjadi:
a) Pengalihan Dana Publik
b) Merusak investasi
c) Menurunkan kualitas infrastruktur
d) Memburuknya kesejahteraan Masyarakat
e) Merusak citra negara
2. Dampak Hukum
Korupsi dapat memiliki dampak yang merugikan di bidang hukum, baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Beberapa dampak korupsi di bidang hukum adalah:
a) Melemahnya system peradilan
b) Menganggu penegakan hukum
c) Merusak hukum dan tatanan social
d) Merugikan ekonomi
e) Membuat pemerintah tidak efektif
3. Dampak Pemerintahan
Korupsi memiliki dampak yang sangat merugikan dalam bidang pemerintahan.
Beberapa dampak negatif korupsi di bidang pemerintahan antara lain:
a) Membuat birokrasi tidak efektif
b) Menurunkan kredibilitas pemerintah
c) Mengurangi kualitas pelayanan public
d) Menghambat Pembangunan nasional
4. Meningkatkan Angka Kemiskinan
Korupsi yang berdampak pada perekonomian menyumbang banyak untuk
meningkatnya kemiskinan masyarakat di sebuah negara. Dampak korupsi melalui
pertumbuhan ekonomi adalah kemiskinan absolut. Sementara dampak korupsi
terhadap ketimpangan pendapatan memunculkan kemiskinan relatif. Alur korupsi
yang terus menerus akan semakin memunculkan kemiskinan masyarakat. Korupsi
akan membuat masyarakat miskin semakin menderita, dengan mahalnya harga
pelayanan publik dan kesehatan. Pendidikan yang buruk akibat korupsi juga tidak
akan mampu membawa masyarakat miskin lepas dari jerat korupsi.
BAB XI
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
b) Upaya yang kedua adalah upaya penal dengan memanggil atau menggunakan hukum
pidana atau dengan menghukum atau memberi pidana atau memberikan penderitaan atau
nestapa bagi pelaku korupsi
Pencegahan Korupsi
Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak
pidana korupsi, pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan anti korupsi yang sifatnya
preventif. penindakan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk menanggulangi atau
memberantas terjadinya tindak pidana korupsi penindakan sering juga disebut sebagai
kegiatan kontra korupsi yang sifatnya represi peran serta masyarakat adalah peran aktif
perorangan, organisasi kemasyarakatan, atau lembaga swadaya masyarakat dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Memperbaiki sistem
Upaya perbaikan sistem antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki peraturan
perundangan yang berlaku, memperbaiki tata kelola pemerintahan, reformasi birokrasi,
menciptakan lingkungan kerja yang antikorupsi, menerapkan prinsip prinsip clean and good
governance, pemanfaatan teknologi untuk transparansi, dan lain lain. Tentu saja upaya
perbaikan sistem ini tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga
harus didukung oleh seluruh pemangku kepentingan termasuk taruna. Pengetahuan tentang
upaya perbaikan sistem ini juga penting diberikan kepada taruna agar dapat lebih memahami
upaya memerangi korupsi.
Pencegahan di lingkup ketarunaan
Agar seorang taruna dapat berperan dengan baik dalam gerakan antikorupsi maka
pertama pertama taruna tersebut harus berperilaku antikorupti dan tidak korupsi dalam
berbagai tingkatan dengan demikian taruna tersebut harus mempunyai nilai nilai antikorupsi
dan memahami korupsi dan prinsip prinsip antikorupsi kedua hal ini dapat diperoleh dari
mengikuti kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar dan kuliah pendidikan antikorupsi nilai
nilai dan pengetahuan dengan kata lain seorang taruna harus mampu mendemonstrasikan
bahwa dirinya bersih dan jauh dari perbuatan korupsi. Berbagai bentuk kegiatan dapat
dilakukan untuk menanamkan nilai nilai antikorupsi kepada komunitas taruna dan organisasi
ketarunaan untuk menumbuhkan budaya antikorupsi di taruna kegiatan kampanye,
sosialisasi, seminar, pelatihan, kaderisasi, dan lain lain dapat dilakukan untuk
menumbuhkan budaya anti korupsi diera digital ini kita bisa menggunakan banyak media
pada saat ini untuk tujuan itu, dengan memanfaatkan beragam media sosial yang sekarang
tengah populer, seperti; Facebook, Instagram, Whatsapp, Youtube, dan sebagainya, mudah,
dan beresiko besar bahkan bisa viral.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan wadah yang efektif dalam pencegahan korupsi untuk para
generasi penerus bangsa. Untuk memberantas korupsi, hukuman, ceramah ataupun seminar
anti korupsi saja tidak cukup. Untuk mencegah pertumbuhan korupsi yang semakin tinggi
di Indonesia, kita perlu memberikan pendidikan anti korupsi yang memadai, untuk
melindungi kita dari korupsi yang merajalela.