Anda di halaman 1dari 28

NAMA : RICHARD ROY ARYODA

NIT : 30722045
COURSE : TBL 7 B

RANGKUMAN 12 BAB PANCASILA

BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

 Pengertian
Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah pengembangan kepribadian yang menjelaskan
tentang landasan dan tujuan, sejarah paham kebangsaan indonesia, pancasila sebagai sistem
filsafat, pancasila sebagai ideologi nasional bangsa dan negara indonesia, pancasila dalam
konteks kenegaraan RI, pancasila sebagai etika politik dan pancasila sebagai paradigma
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 Permasalahan yang menunjukkan pentingnya pendidikan Pancasila:


1. Masalah Kesadaran Perpajakan = Laporan masyarakat terkadang belum sesuai dengan
harta dan penghasilan yang sebenarnya.
2. Masalah Korupsi = Kasus korupsi di Indonesia saat ini terus terjadi dan faktor
utamanya adalah faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan yang tak cukup untuk
memenuhi kehidupan sehari hari. Dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi di
Indonesia adalah kemiskinan, banyak yang menganggap korupsi adalah hal yang
remeh tetapi sebenarnya korupsi merupakan perilaku yang sangat menyimpang dari
segi norma maupun moral sehingga masih banyak kemiskinan yang ada di Indonesia.
3. Masalah Lingkungan = Masalah yang sering terjadi yaitu pembakaran hutan,
permasalahan sampah, pembangunan yang tidak andal, dan polusi udara
4. Masalah Disintegritas Bangsa = Mengakibatkan terkikisnya rasa kesatuan dan
persatuan Bangsa. Contohnya permasalahan mengenai SARA
5. Masalah Dekadensi Moral = Dekadensi moral merupakan suatu kemerosotan moral
yang terjadi pada individu yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Fenomena
Dekadensi moral sering terekspresikan lewat berbagai media massa.
6. Masalah Narkoba = menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 “Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan”.
7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan = Pancasila sebagai dasar Negara maka
berkedudukan sebagai sumber hukum yang berlaku di Indonesia.
8. Masalah Terorisme = Gerakan terorisme juga bertentangan dengan Sila Persatuan
Indonesia, karena adanya pemaksaan kehendak melalui berbagai cara kekerasan, dan
keinginan untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan dasar lainnya, akan
merusak persatuan dan kesatuan

 Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter manusia yang
profesional dan bermoral.

 Pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh dan membangun


pemahaman masyarakat, antara lain:

1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,


2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,
3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional,
4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,
5. Kesadaran pentingnya kesehatan mental bangsa,
6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,
7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila

 Tujuan Pendidikan Pancasila

Pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila sebagai warga
negara Republik Indonesia, diharapkan untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Juga agar mampu menganalisis dan mencari solusi
terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui
sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945.

 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila:

A. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Sumber historis ini mencakup dokumen-dokumen penting dan tokoh-tokoh nasional yang
berperan dalam perumusan dan pengamalan Pancasila. Sumber historis ini memberikan
kita pemahaman tentang bagaimana Pancasila lahir dari semangat kemerdekaan,
persatuan, dan kebhinekaan bangsa Indonesia.
B. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sumber sosiologis ini mencakup aspek-aspek seperti budaya, adat istiadat, agama, bahasa,
etnis, dan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. Sumber
sosiologis ini juga memberikan kita motivasi untuk mengembangkan sikap toleransi,
gotong royong, dan solidaritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Sumber yang berkaitan dengan kehidupan politik bangsa Indonesia yang menghadapi
berbagai tantangan dan peluang. Sumber politik ini juga memberikan kita dorongan untuk
berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik bangsa Indonesia sesuai dengan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.

D. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara hukum tersebut.Penegakan hukum ini hanya akan efektif,
apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama dari kalangan
intelektualnya.

 Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pijakan utama bagi penyusunan


konstitusi dan sistem pemerintahan Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup
memiliki lima sila atau prinsip dasar yang menyatakan nilai-nilai fundamental yang
harus dipegang teguh oleh seluruh warga negara Indonesia.

 Pancasila sebagai ideologi negara, Pancasila sebagai dasar sistem penyelenggaraan


negara bagi seluruh warga negara Indonesia yang berdasar kepada cita-cita luhur
bangsa. pemikiran yang berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu
sistem yang teratur.

 Pancasila sebagai sistem filsafat, mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Pancasila sendiri
dikembangkan oleh para founding fathers atau pendiri bangsa Indonesia sebagai suatu
sistem filsafat yang mengandung nilai-nilai filosofis.

 Pancasila sebagai sistem etika, mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai Pancasila, yakni nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
 Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada beberapa
jenis pemahaman.

1. Pertama, setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2. Kedua, setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai
pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
3. Ketiga, nilai-nilai pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan
cara bertindak bangsa Indonesia.
4. Keempat, setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia sendiri.

 Kesimpulan

Peranan Ideologi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagaimana


diuraikan, ideologi mengandung nilai-nilai dasar, norma-norma dan cita-cita yang ingin
diwujudkan oleh masyarakat penganutnya. Karena itu, ideologi memiliki peranan sebagai
dasar, arah, dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Pancasila perlu disosialisasikan agar dipahami oleh dunia sebagai landasan
filosofis bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan dirinya
menjadi bangsa yang sejahtera dan modern. Sebagai ideologi nasional, ia harus
diperjuangkan untuk diterima kebenarannya melewati batas-batas Negara bangsa kita sendiri.

BAB II
BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA?

Pancasila memiliki peran penting sebagai pedoman dan landasan dalam membentuk
identitas nasional serta mengarahkan kebijakan pemerintah. Berikut adalah beberapa poin
penting tentang peran Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia:

 Perjuangan Kemerdekaan:
Pancasila pertama kali diumumkan oleh Soekarno pada tahun 1945, pada saat Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itu, Pancasila menjadi panduan dalam perjuangan
kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
 Dasar Negara:
Pancasila kemudian menjadi dasar negara setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Hal ini tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, yang memuat Pancasila sebagai sumber
hukum tertinggi.

 Pembentukan Ideologi Nasional:


Pancasila juga berperan dalam membentuk ideologi nasional yang mengintegrasikan
berbagai suku, agama, dan budaya yang beragam di Indonesia. Ini membantu menjaga
persatuan dan kesatuan dalam keragaman.

 Penyelenggaraan Pemerintahan:
Pancasila memandu penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila, seperti keadilan sosial, menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam mengatasi
masalah sosial dan ekonomi.

 Kehidupan Beragama:
Pancasila juga menekankan prinsip kebebasan beragama, yang memungkinkan
masyarakat Indonesia untuk menjalankan agama mereka dengan damai.

 Kebebasan Berpendapat:
Meskipun terdapat pembatasan, Pancasila juga mengakui hak masyarakat untuk
berpendapat, asalkan dalam kerangka kepatutan dan ketertiban.

 Penegakan Hukum:
Pancasila mendorong penegakan hukum dan keadilan sebagai dasar dari sistem hukum di
Indonesia.

 Hubungan Internasional:
Pancasila berperan dalam politik luar negeri Indonesia dengan prinsip-prinsip seperti
perdamaian, kerjasama internasional, dan ketidakcampuran dalam urusan negara lain.
BAB III
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA?

 Konsep Negara, Tujuan Negara, dan urgensi Dasar Negara

A. Konsep Negara
Negara ditujukaan agar tercipta kehidupan yang harmonis dan tertib dalam
memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan kesejahteraannya. Menurut
Diiponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat
yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu
daerah tertentu. Unsur konstitutif negara :
a) Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
b) Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c) Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.
d) Negara dalam keadaan diam
e) Negara dalam keadaan bergerak

B. Konsep Tujuan Negara


Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan dapat disederhanakan dalam 2
aliran, yaitu:
a) Aliran liberal individualis
b) Aliran kolektivis atau sosialis
Tujuan negara Republik Indonesia dapat dibagi 2 (dua), yaitu mewujudkan
kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh wilayah
negara. Dalam mewujudkan tujuan negara tersebut, dapat dilakukan dengan 2
pendekatan yaitu:
a) Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
b) Pendekatan keamanan (security approach)

C. Konsep dan Urgensi Dasar Negara


Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan
bernegara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita
hukum (rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara.
dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan
hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d) Peraturan Pemerintah;
e) Peraturan Presiden;
f) Peraturan Daerah Provinsi; dan
g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
 Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-nilainya
bersifat nasional yang mendasari kebudayaan bangsa, maka nilai-nilai tersebut merupakan
perwujudan dari aspirasi (cita-cita hidup bangsa).

 Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara


Peneguhan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat pada pembukaan,
juga dimuat dalam Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998, tentang Pencabutan
Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan ketetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar negara. Selain itu, juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Perundang-undangan bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara.

 Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag
dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal tersebut, Pancasila digunakan sebagai
dasar mengatur pemerintah negara. Atau dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai
dasa runtuk mengatur penyelenggaraan negara.

 Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara


1. Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas
(yang bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika
kehidupan bernegara.
2. Kedua, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum
alam, dan sifat-sifat sosial (bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental
etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia.
3. Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
4. Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu
dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan.
5. Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan sosial.

 Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila menjadi landasan etik dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Selain itu,
bagi warga negara yang berkiprah dalam suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu
lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintahan, baik di pusat maupun di
daerah, Pancasila merupakan norma hukum dalam memformulasikan dan
mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:
1) agar para pejabat publik dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangancarah, dan
2) agar partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai
bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Dengan demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam keadilan dan
masyarakat yang adil dalam kemakmuran.

BAB IV
MENGAPA PANCASILA MENJADI IDEOLOGI NEGARA?

 Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara


Ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan tujuan untuk kelangsungan hidup atau dapat diartikan sebagai
cara berpikir seseorang atau suatu golongan.ejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh
sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de Tracy pada penghujung abad
kedelapanbelas.tokoh-tokohnya ada Destutt de Tracy, Napoleon, Jorge Larrain, Niccolo
Machiavelli, Marx.

 Sejarah konsep ideologi


Tracy menyebut ideologi sebagai science of ideasdiharapkan dapat membawa
perubahan institusional bagi masyarakat Perancis. Tapi, Napoleon mengecam istilah ideologi
yang dianggapnya suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai arti praktis. Jorge Larrain
menegaskan bahwa konsep ideologi erat hubungannya dengan perjuangan pembebasan
borjuis dari belenggu feodal dan mencerminkan sikap pemikiran modern baru yang kritis.
Niccolo Machiavelli (1460--1520) merupakan pelopor yang membicarakan persoalan yang
secara langsung berkaitan dengan fenomena ideologi.

 Tokoh indonesia pemikir ideologi


1. Sastrapratedja (2001: 43): ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/ pemikiran yang
berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.
2. Soerjanto (1991: 47): “Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya
menjaga jarak dengan dunia kehidupannya”.
3. Mubyarto (1991: 239): ”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan
simbolsimbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan
pedoman kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu”.

 Martin Seliger: Ideologi sebagai sistem kepercayaan


Ideologi adalah sekumpulan kepercayaan dan penolakan yang diungkapkan dalam
bentuk pernyataan yang bernilai yang dirancang untuk melayani dasar-dasar permanen yang
bersifat relatif bagi sekelompok orang .Lebih lanjut menjelaskankan bahwa ideologi sebagai
sistem kepercayaan didasarkan pada dua hal, yaitu ideologi fundamental dan ideologi
operatif.

 Alvin Gouldner: Ideologi sebagai Proyek Nasional


Ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara baru dalam wacana politis.

 Paul Hirst: Ideologi sebagai Relasi Sosial


Hirst meletakkan ideologi di dalam kalkulasi dan konteks politik. Hirst menegaskan
bahwa ideologi merupakan suatu sistem gagasan politis yang dapat digunakan dalam
perhitungan politis. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan
kehidupan sosial politik yang diincorporasikan dalam dokumen resmi negara.

 Urgensi pancasila sebagai ideologi negara


Setelah semua yang sudah dijelaskan maka terlihat bahwa Pancasila sebagai ideologi
negara menghadapi berbagai bentuk tantangan. Salah satu tantangan yang paling dominan
adalah globalisasi. Sastrapratedja menengarai beberapa karakteristik kebudayaan global
sebagai berikut:
1. Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh timbal balik.
2. Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam berbagai kelompok
dengan pluralisme etnis dan religious.

 Fase-Fase perkembangan global


Adapun fase-fase perkembangan globalisasi itu adalah sebagai berikut:
1. fase embrio (abad ke15 18),
2. fase pertumbuhan (abad ke18),
3. fase take off (1870-1920),
4. fase perjuangan hegemoni (1920-1960),
5. fase ketidakpastian (1960-1990),
6. fase kebudayaan global, oleh perubahan radikal di Eropa Timur dan Uni Soviet.
 Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antarumat
beragama.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap
pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
3. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan
negara daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan
berdasarkan musyawarah daripada voting.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak
menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri atau kelompok
karena penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.

 Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno;
sebagaimana diketahui bahwa Soekarno termasuk salah seorang perumus Pancasila,
bahkan penggali dan memberi nama untuk dasar negara. Pancasila sebagai ideologi dalam
masa pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat
melalui TAP MPR No. II/1978 tentang pemasayarakatan P-4.Pada masa era reformasi,
Pancasila sebagai ideologi negara mengalami pasang surut dengan ditandai beberapa hal,
seperti: enggannya para penyelenggara negara mewacanakan tentang Pancasila, bahkan
berujung pada hilangnya Pancasila dari kurikulum nasional, meskipun pada akhirnya
timbul kesadaran penyelenggara negara tentang pentingnya pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi.

 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara


A. Faktor eksternal
1. Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet
sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super power.
2. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi
asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi.
3. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan
teknologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara masif.
Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.
B. Faktor internal
1. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada
kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering terabaikan.
2. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap ideologi
menurun drastis.
 Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila sebagai Ideologi
Negara

Pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara bagi taruna/taruna adalah untuk


memperlihatkan peran ideologi sebagai penuntun moral dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sehingga ancaman berupa penyalahgunaan narkoba, terorisme, dan
korupsi dapat dicegah. Di samping itu, Pancasila sebagai ideologi negara pada hakikatnya
mengandung dimensi realitas, idealitas, dan fleksibilitas yang memuat nilai-nilai dasar, cita-
cita, dan keterbukaan sehingga taruna/taruna mampu menerima kedudukan Pancasila secara
akademis.

BAB V
MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?

 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Secara etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia:
philo/philos/philienyang artinya cinta/ pecinta/ mencintai dan sophiayang berarti
kebijakan/ kearifan/ hikmah/ hakikat kebenaran.

 Pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan


Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal)
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap
yang sangat dijunjung tinggi. (arti formal)
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti komprehensif).
4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
(arti analisis linguistik).
5. Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia
dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti aktual-fundamental).

 Pengertian filsafat dalam arti informal


Itulah yang paling sering dikatakan masyarakat awam, sebagaimana pernyataan
pedagang dalam butir: pernyataan prajurit butir dan pernyataan wakil rakyat butir. Ketiga
butir pernyataan tersebut termasuk dalam kategori pengertian filsafat dalam arti informal,
yakni kepercayaan atau keyakinan yang diterima secara tidak kritis.
 Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsasat
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat
Pancasila,artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila ebagai dasar negara. Sastrapratedja
menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut. Pengolahan filsofis Pancasila sebagai
dasar negara ditujukan pada beberapa aspek:
1. Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-
sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik.
2. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
bidangbidang yang menyangkuthidup bernegara.
3. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan HP 93 berbagai perspektif baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Keempat,agardapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan hidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan
perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

 Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus Pancasila
sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang
dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat.
2. Ontologis Filsafat Pancasila Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan
landasan pijak filosofis yang kuat yang mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis,
landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila adalah cabang filsafat pengetahuan yang
membahas tentang sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum
pengetahuan.
4. Landasan Aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.
Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.
Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan
mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem


Filsafat
1. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pada 12 Agustus 1928, Soekarno
pernah menulis di Suluh Indonesia yang menyebutkan bahwa nasionalisme adalah
nasionalisme yang membuat manusia menjadi perkakasnya Tuhan dan membuat
manusia hidup dalam roh.
2. Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2
kelompok. Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai
sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan
hidup, Way of life yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai
suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang
memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat
akademis.
3. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat merupakan konsensus politik yang
kemudian berkembang menjadi sistem filsafat. Sumber politis Pancasila sebagai
sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama,
meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang
BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958 dan 1959,
tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis.

BAB VI
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA

 Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi
moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap
spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakan, berbangsa, dan bernegara. Keputusan ilmiah
yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu
sendiri sehingga menajdikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value-free). istilah “etika” berasal
dari Bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika
berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Etika dalam arti yang luas ualah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk.
Etika pada umumnya dimengerti sebgaai pemekiran filosofis mengenai segala sesuatu yang
dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Frondizi menerangkan bahwa nilai
merupakan kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, nilai
membutuhkan pengemban untuk berada. misalnya, nilai kejujuran melekat pada sikap dan
kepribadian seseorang. Lacey menjelaskan bahwa paling tidak ada enam pengertian nilai
dalam penggunaan secara umum sebagai berikut :
1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya
2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau pemenuhan karakter
untuk kehidupan seseorang.
3. Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas seseorang sebagai
pengevaluasian diri, penginterpretasian diri dan pembentukan diri.
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik di antara
berbagai kemugkinan tindakan.
5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika bertingkah laku
bagi dirinya dan orang lain.
6. Suatu “objek lain” seperti karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan,
budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.

 Aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat

 Etika Pancasila : cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
1. Sila Ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan
diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya.
2. Sila Kemanusiaan mengandung dimensi humanus, menjadikan manusia lebih manusiawi,
upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama.
3. Sila Persatuan mengandung dimensi niali solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta
tanah air.
4. Sila Kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap mengahargai orang lain, mau
mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
5. Sila Keadilan mengandung dimensi nailai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain.
 Etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam 4 tabiat
saleh:
1. Kebijaksanaan : melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju
pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal - rasa - kehendak yang berupa kepercayaan
yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup
kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius.
2. Kesederhanaan : membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
kenikmatan.
3. keteguhan : membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
penderitaan.
4. Keadilan : memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya.

 Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Etika terkait dengan problem yang dihadapi
bangsa Indonesia sebagai berikut :
1. Banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat melemahkan
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama.
3. Masih terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam kehidupan bernegara.
4. Kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dna miskin masih menandai kehidupan
masyarakat Indonesia.
5. Ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia
6. Banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan benar.

 Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika


Pancasila diperlukan sebagai sistem etika karena:
1. Dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga
membahayakan kelangsungan hidup bernegara.
2. Korupsi akan merajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu
normatif dalam menjalankan tugasnya.
3. Kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak
4. Pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia ditandai
dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.
5. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang,global
warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.
 Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Etika
A. Sumber Historis
a) Masa Orde Lama : Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai
kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari
(berdiri di atas kaki sendiri)
b) Masa Orde Baru : Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui penataran P-
4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir Pancasila yang
dijabarkan dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-7.
Untuk memudahkan pemahaman tentang butir-butir sila Pancasila dapat dilihat pada
tabel berikut (Soeprapto,1993: 53--55).
c) Era Reformasi : Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk-pikuk
perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika politik.

B. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan
masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal
bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih
banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga
memerlukan penelitian yang mendalam.

C. Sumber Politis
Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya
abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat
konkrit.

 Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik
1. Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan
hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
2. Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan prinsip-
prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari
institusi-institusi sosial.
3. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai pihak yang
menentukan rasionalitas politik.
 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai penjamin prinsip-prinsip moral.
2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus dan actus homini.
3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga
bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau
kelompok.
4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat
5. Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari
sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban dan tujuan semata, tapi lebih
menonjolkan keutamaan dalam nilai keadilan itu sendiri.

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi
rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
di Indonesia.

BAB VII
PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

 Konsep Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu :


1. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di
Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
2. Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-
nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
3. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan
iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara
berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
4. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi
bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu
(mempribumian ilmu).
 Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu :
1. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini
seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia
tentang kehidupan.
2. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup
berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang
akan datang.
3. Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik global
ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti spiritualitas,
gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan.

 Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


1. Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius.
2. Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang berpengaruh
pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis.
3. Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah
mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti: budaya gotong royong digantikan
dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya menjadi free rider di
negara ini, sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup bermewah-mewah,
konsumerisme; solidaritas sosial digantikan dengan semangat individualistis;
musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya.

BAB VIII
KORUPSI DAN INTEGRITAS

Korupsi artinya penyelelengan atau penyalahgunaan uang negara Perusahaan dan sebagainya
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

 Tindak pidana korupsi secara garis besar


1. Perbuatan melawan hukum;
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
5. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi;
6. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar;
7. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka;
8. Saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu;
9. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi
keterangan palsu;
10. Saksi yang membuka identitas pelapor
11. Perencanaan kegiatan yang menggunakan anggaran sektor public kebijakan
pemerintah tentang anggaran belanja proses tahapannya tidak Profesional terutama
dalam pengadaan barang/jasa dan lain sebagainya.

 Hukuman bagi para koruptor di Indonesia


1. Hukuman bagi pelaku korupsi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan disinergikan dengan KUHP.
2. Hukuman bagi para koruptor di Indonesia Penjara seumur hidup Pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun Pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun
Denda minimal Rp200 juta dan denda maksimal Rp1 miliar.

 Integritas dalam konteks korupsi


Konsep integritas mengarah pada menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu
berpedoman pada kode etik dan prinsip-prinsip moral seperti bertindak jujur, menepati janji
dan konsisten. Dalam konteks korupsi, berintegritas berarti juga menghindari dari melakukan
korupsi yang secara bahasa maknanya adalah busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik
dan menyogok. Ringkasnya, kita membutuhkan integritas antikorupsi.

 9 nilai integritas anti korupsi


1. Jujur : Lurus hati, tidak berbohong, tidak curang
2. Peduli : Mengindahkan, memperhatikan atau menghiraukan orang lain
3. Mandiri : Tidak bergantung pada orang lain
4. Disiplin : Taat terhadap peraturan, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis
5. Tanggung jawab : Siap menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan, tidak
buang badan
6. Kerja keras : Gigih dan fokus dalam melakukan sesuatu, tidak asal-asalan
7. Sederhana : Bersahaja, tidak berlebih-lebihan
8. Berani : Mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi
bahaya, kesulitan, dan sebagainya
9. Adil : Berlaku sepatutnya, tidak sewenang-wenang

 Hubungan korupsi dan Integritas


Korupsi dan integritas merupakan dua hal yang sangat bertolak belakang. Korupsi
merupakan sikap curang yang didasari kesempatan dan tekanan dari pihak lain, sedangkan
integritas didasari dengan persamaan antara pikiran dan perbuatan sehingga tidak ada
tumpang tindih antara keinginan pribadi dan keebutuhan instansi maupun publik. Dua hal
tersebut memiliki korelasi di bidang kesadaran dalam melaksanakan sikap tersebut. Korupsi
didasari ketidak pedulian akan kepentingan negara, sedangkan integritas memiliki ciri sikap
kepedulian dan kesadaran penuh akan tanggung jawab yang diembannya sehingga tidak
terjadi penyelewengan jabatan.

 Hubungan integritas dengan kasus korupsi


1. Integritas memiliki peran yang sangat penting dalam kasus korupsi. Ketika seseorang
memiliki integritas yang kuat, ia cenderung untuk tidak terlibat dalam tindakan
korupsi, karena ia memiliki prinsip moral yang kuat dan komitmen untuk bertindak
dengan cara yang benar.
2. Namun, jika seseorang kurang memiliki integritas yang kuat, ia bisa lebih rentan
untuk terlibat dalam tindakan korupsi. Kekurangan integritas bisa membuat seseorang
lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan publik, dan bisa
membuatnya memanipulasi situasi untuk keuntungannya sendiri.

Dalam konteks ini integritas terutama integritas antikorupsi menjadi kontrol atas seluruh
proses pelaksanaan pelayanan publik. Sebagai warga negara (masyarakat), kita juga perlu
memiliki komitmen dan keberanian dari dalam diri untuk jujur dan konsisten bertindak
dengan bersih. Karena penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas rentan terhadap
tindakan korupsi, yang akan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada negara.
Dikalangan birokrasi sendiri sudah mendarah daging berbagai macam perilaku yang
menjadi benih dari tindak pidana korupsi yang besar, sehingga jika sedari dini kita mulai
mengawal pelaksanaan pelayanan publik ataupun melepaskan diri dari keinginan untuk
menyelewengkan posisi serta kekuasaan apapun yang dimiliki demi memperoleh
keuntungan sendiri maupun orang lain, maka setidaknya kita dapat memotong akar dari
korupsi.
BAB IX
FAKTOR DAN PENYEBAB KORUPSI

 Faktor Internal
Faktor internal dalam penyebab korupsi ada karena korupsi pada dasarnya melibatkan
individu yang membuat keputusan untuk melakukan tindakan yang melanggar norma etika
dan hukum. Faktor-faktor internal ini mencakup aspek-aspek pribadi dan psikologis yang
memengaruhi perilaku seseorang. Beberapa alasan mengapa faktor internal ada dalam
korupsi meliputi: Ketamakan, Moral dan Gaya Hidup Konsumtif.

1. Sifat tamak atau rakus adalah hasrat yang timbul dari dalam diri individu untuk
memperkaya diri tanpa pernah merasa puas. Ini mencerminkan ketamakan terhadap
harta benda, terlepas dari batasan moral atau etika. Intinya, tamak adalah keinginan
berlebihan untuk kumpulkan harta tanpa memedulikan apa yang benar atau salah.

2. Gaya hidup konsumtif di kota-kota besar bisa mengakibatkan ketidakseimbangan


antara pengeluaran dan pendapatan, bahkan memicu perilaku korupsi. Dalam bukunya
"The End of the Nation State," penulis membahas penurunan peran negara dalam era
globalisasi, dengan investasi, industri, teknologi informasi, dan konsumen individu
sebagai pendorong utama peradaban baru yang lebih terhubung dan meningkatkan
kesadaran global.

3. Moral yang lemah membuat seseorang rentan tergoda melakukan korupsi, baik karena
pengaruh atasan, teman sebaya, lingkungan, atau faktor lain yang memberi peluang.
Faktor moral melibatkan keimanan, kejujuran, rasa malu, pola hidup konsumtif, dan
pengaruh sosial seperti keluarga.

 Faktor Eksternal

A. Aspek Sosial
Bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang
untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya di lingkungan dalam hal ini justru memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Adapun pemicu dalam terjadinya korupsi dari eksternal yaitu kesalahan individu
sering ditutupi demi menjaga nama baik organisasi, yang berdampak pula pada
korupsi dalam sebuah organisasi sering kali ditutup tutupi akibat sikap tertutup dan
juga kurangnya pemahaman masyarakat terhadap korupsi ini.

B. Aspek Politik
Aspek politik dapat menyebabkan terjadinya korupsi. Tindakan ini dilakukan karena
memiliki jabatan atau kekuasaan yang tinggi di pemerintahan. Demi mempertahankan
jabatan dan memenangkan urusan politik, maka banyak orang melakukan tindakan
korupsi. Realitas korupsi terjadi di setiap ruang serta penyalahgunaan kekuasaan terus
terjadi ada kenyataan yang demikian maka ruang politik merupakan salah satu sarana
melakukan korupsi ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik atau ketika
politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan kekuasaannya

C. Aspek Hukum
Hukum bisa menjadi aktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari
aspek perundang undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum yang
menjadikan hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum.
lima unsur yang mempengaruhi proses penegakan hukum, yakni faktor hukum itu
sendiri, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
penegakan hukum tersebut, faktor masyarakat, dan aktor budaya.

D. Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi itu dapat
dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, maka seseorang berpotensi melakukan tindakan korupsi demi
terpenuhinya semua kebutuhan. ekonomi merupakan struktur yang memberi bentuk
pada semua yang ada pada struktur atas karena itu, sistem politik, budaya, bahkan
struktur masyarakat, sebenarnya tidak lain adalah cerminan belaka dari sistem
ekonomi yang ada di baliknya .

E. Aspek Organisasi
Aspek Organisasi Penyebab terjadinya korupsi yang terakhir, yaitu karena adanya
aspek organisasi. Biasanya hal ini akan didukung karena organisasi tersebut tidak
memiliki aturan yang kuat. Organisasi juga tidak memiliki pemimpin yang dapat
diteladani. Parahnya, organisasi tidak memiliki lembaga pengawasan dan sistem
pengendalian manajemen yang lemah.
BAB X
DAMPAK MASIF KORUPSI

Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi
menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara. Meluasnya
praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa,misalnya harga
barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan
kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan
citra pemerintahan yang buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan sendi-sendi
kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun
menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan. Dampak korupsi di berbagai aspek:

1. Dampak Ekonomi
Hubungan antara korupsi dan ekonomi menurutnya korupsi memiliki korelasi
negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran
pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan hal ini merupakan bagian dari inti
ekonomi maka kenyataan bahwa korupsi memiliki hubungan langsung dengan hal hal
ini mendorong pemerintah berupaya menanggulangi korupsi, baik secara preventif
maupun kuratif. Apabila korupsi sudah merajalela berikut dampak ekonomi yang
terjadi:
a) Pengalihan Dana Publik
b) Merusak investasi
c) Menurunkan kualitas infrastruktur
d) Memburuknya kesejahteraan Masyarakat
e) Merusak citra negara

2. Dampak Hukum
Korupsi dapat memiliki dampak yang merugikan di bidang hukum, baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Beberapa dampak korupsi di bidang hukum adalah:
a) Melemahnya system peradilan
b) Menganggu penegakan hukum
c) Merusak hukum dan tatanan social
d) Merugikan ekonomi
e) Membuat pemerintah tidak efektif

3. Dampak Pemerintahan
Korupsi memiliki dampak yang sangat merugikan dalam bidang pemerintahan.
Beberapa dampak negatif korupsi di bidang pemerintahan antara lain:
a) Membuat birokrasi tidak efektif
b) Menurunkan kredibilitas pemerintah
c) Mengurangi kualitas pelayanan public
d) Menghambat Pembangunan nasional
4. Meningkatkan Angka Kemiskinan
Korupsi yang berdampak pada perekonomian menyumbang banyak untuk
meningkatnya kemiskinan masyarakat di sebuah negara. Dampak korupsi melalui
pertumbuhan ekonomi adalah kemiskinan absolut. Sementara dampak korupsi
terhadap ketimpangan pendapatan memunculkan kemiskinan relatif. Alur korupsi
yang terus menerus akan semakin memunculkan kemiskinan masyarakat. Korupsi
akan membuat masyarakat miskin semakin menderita, dengan mahalnya harga
pelayanan publik dan kesehatan. Pendidikan yang buruk akibat korupsi juga tidak
akan mampu membawa masyarakat miskin lepas dari jerat korupsi.

5. Dampak Terhadap Budaya


Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat.
Ketika korupsi telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya
sebagai hal lumrah dan bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi
mengakar di tengah masyarakat sehingga menjadi norma dan budaya. Hasil penelitian
Fisman dan Miguel (2008) menunjukkan bahwa diplomat di New York dari negara
dengan tingkat korupsi tinggi cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran parkir
dibanding diplomat dari negara dengan tingkat korupsi rendah. Perilaku ini dianggap
sebagai indikasi budaya. Hasil penelitian Barr dan Serra (2010) menunjukkan bahwa
data di Inggris memberikan hasil serupa yaitu adanya hubungan positif antara tingkat
korupsi di negara asal dengan kecenderungan para imigran melakukan penyogokan.
Ketika masyarakat permisif terhadap korupsi, maka semakin banyak individu yang
melanggar norma antikorupsi atau melakukan korupsi dan semakin rendah rasa
bersalah.

BAB XI
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

 Konsep Pemberantasan Korupsi


Upaya pemberantasan korupsi menurut ijnaut dan ruberts. Upaya pemberantasan
korupsi seyogyanya tidak dapat dihalang-halangi oleh alasan-alasan, seperti bahwa korupsi
itu sudah membudaya, korupsi terjadi dimana-mana ataupun butuh waktu yang sangat lama
untuk memberantas korupsi.
 Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi) Dengan Hukum Pidana
a) Jalur penal dengan menggunakan hukum pidana dan jalur non penal diselesaikan di luar
hukum pidana dengan sarana sarana non penal secara kasar menurut arda, jalur penal
lebih menitikberatkan pada sifat represi penumpasan penindasan pemberantasan sesudah
kejahatan terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif
pencegahan dikatakan secara kasar, oleh arda karena tindakan represi juga dapat dilihat
sebagai tindakan preventi dalam arti luas arda

b) Upaya yang kedua adalah upaya penal dengan memanggil atau menggunakan hukum
pidana atau dengan menghukum atau memberi pidana atau memberikan penderitaan atau
nestapa bagi pelaku korupsi

 Berbagai Strategi Dan/Atau Upaya Pemberantasan Korupsi


a) Tipe pertama adalah dengan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kekuasaan
negara terutama dari pejabat publik dalam berbagai bidang kehidupan misalnya dengan
melaksanakan deregulasi ekonomi, mengurangi monopoli negara untuk memberikan
pelayanan, melaksanakan reformasi pajak dan lain lain
b) Tipe kedua adalah dengan men iptakan pemerintahan yang transparan dan akuntabel
dengan mengurangi berbagai bentuk diskresi yang sering dilakukan leh pejabat public.
c) Tipe ketiga adalah dengan men iptakan situasi dimana masyarakat bisa memilih kemana
meminta berbagai jenis pelayanan publik ntuk itu diperlukan suatu situasi yang
memberikan kesempatan bagi birokrasi untuk dapat bersaing dalam memberikan
pelayanan engan memberikan kesempatan masyarakat untuk memilih, maka berbagai m
dus suap menyuap dapat dikurangi kondisi untuk hal ini adalah pemberian gaji atau upah
yang tinggi pada pejabat atau pelayan publik agar tidak menerima suap.
d) Tipe keempat adalah dengan melakukan reformasi hukum dan peradilan ini dilaksanakan
dengan meran ang peraturan perundang undangan yang dapat memberikan kepastian
bahwa mereka yang melakukan korupsi akan dihukum, meningkatkan profesionalisme
aparat penegak hukum, memastikan bahwa peradilan harus bebas dari ampur tangan
pihak eksekuti dan pembentukan lembaga independen untuk memberantas korupsi.
1. Pembentukan Lembaga Antikorupsi
2. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
4. Kerjasama Internasional
5. Monitoring dan Evaluasi
BAB XII
PERAN TARUNA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

 Pencegahan Korupsi
Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak
pidana korupsi, pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan anti korupsi yang sifatnya
preventif. penindakan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk menanggulangi atau
memberantas terjadinya tindak pidana korupsi penindakan sering juga disebut sebagai
kegiatan kontra korupsi yang sifatnya represi peran serta masyarakat adalah peran aktif
perorangan, organisasi kemasyarakatan, atau lembaga swadaya masyarakat dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

1. Memperbaiki perilaku manusia


Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan menanamkan nilai nilai
yang mendukung terciptanya perilaku anti korupsi nilai nilai yang dimaksud antara lain
adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. menanam nilai nilai ini kepada masyarakat
dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan. menanam nilai nilai ini
juga penting dilakukan kepada taruna, pendidikan antikorupsi bagi taruna dapat diberikan
dalam berbagai bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk
bentuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Pendidikan antikorupsi juga dapat diberikan dalam
bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.

2. Memperbaiki sistem
Upaya perbaikan sistem antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki peraturan
perundangan yang berlaku, memperbaiki tata kelola pemerintahan, reformasi birokrasi,
menciptakan lingkungan kerja yang antikorupsi, menerapkan prinsip prinsip clean and good
governance, pemanfaatan teknologi untuk transparansi, dan lain lain. Tentu saja upaya
perbaikan sistem ini tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga
harus didukung oleh seluruh pemangku kepentingan termasuk taruna. Pengetahuan tentang
upaya perbaikan sistem ini juga penting diberikan kepada taruna agar dapat lebih memahami
upaya memerangi korupsi.
 Pencegahan di lingkup ketarunaan
Agar seorang taruna dapat berperan dengan baik dalam gerakan antikorupsi maka
pertama pertama taruna tersebut harus berperilaku antikorupti dan tidak korupsi dalam
berbagai tingkatan dengan demikian taruna tersebut harus mempunyai nilai nilai antikorupsi
dan memahami korupsi dan prinsip prinsip antikorupsi kedua hal ini dapat diperoleh dari
mengikuti kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar dan kuliah pendidikan antikorupsi nilai
nilai dan pengetahuan dengan kata lain seorang taruna harus mampu mendemonstrasikan
bahwa dirinya bersih dan jauh dari perbuatan korupsi. Berbagai bentuk kegiatan dapat
dilakukan untuk menanamkan nilai nilai antikorupsi kepada komunitas taruna dan organisasi
ketarunaan untuk menumbuhkan budaya antikorupsi di taruna kegiatan kampanye,
sosialisasi, seminar, pelatihan, kaderisasi, dan lain lain dapat dilakukan untuk
menumbuhkan budaya anti korupsi diera digital ini kita bisa menggunakan banyak media
pada saat ini untuk tujuan itu, dengan memanfaatkan beragam media sosial yang sekarang
tengah populer, seperti; Facebook, Instagram, Whatsapp, Youtube, dan sebagainya, mudah,
dan beresiko besar bahkan bisa viral.

 Gerakan anti korupsi


Gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan
seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Dalam konteks inilah peran taruna sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat
diharapkan seperti yang sudah kita ketahui bersama, pada dasarnya korupsi itu terjadi jika ada
pertemuan antara tiga aktor utama, yaitu niat, kesempatan dan kewenangan. niat adalah unsur
setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu manusia, misalnya perilaku dan nilai
nilai yang dianut oleh seseorang. sedangkan kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada
sementara itu, kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara langsung memperkuat
kesempatan yang tersedia meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi bila tidak
diikuti oleh kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi dengan demikian, korupsi tidak
akan terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan,dan kemenangan tidak ada dan
tidak bertemu dengan demikian upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk
menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor tersebut.

 Pentingnya Pendidikan anti korupsi


Adanya pendidikan anti korupsi diharapkan generasi penerus mampu mengenali
masalah korupsi lebih dulu, daripada melakukan tindakan yang melanggar. Dalam
mempelajari Pendidikan anti korupsi, taruna Tidak hanya mendapatkan pengetahuan namun
juga mampu mengubah paradigma, pola pikir, serta perilaku seorang taruna untuk
menerapkan prinsip kehidupan yang jauh lebih baik. Pengaruh penerapan nilai anti korupsi
ini tidak akan terasa dalam waktu yang singkat. Proses nya pun tidak dalam semalam.
Namun saat anak yang menerima pendidikan semacam ini tumbuh besar maka mereka
mampu mengambil peran sosial dan berada di institusi sosial tertentu guna Bersama-sama
menghilangkan sistem budaya korupsi.Dengan melalui lembaga pendidikan maupun peran
sosial lainnya, Diharapkan dengan menanamkan karakter anti korupsi dan menjunjung
tinggi integritas sejak dini, para anak di Indonesia dan termasuk taruna dapat menciptakan
generasi baru yang lebih baik. Oleh karena itu kita sebagai taruna harus menjadi agen
perubahan dengan menjadi teladan anti korupsi, melakukan Gerakan moral serta penyebar
virus anti korupsi. Mari kita lestarikan jiwa anti korupsi. Karena salah satu tugas pemuda
adalah menentang korupsi.

 Kesimpulan
Pendidikan merupakan wadah yang efektif dalam pencegahan korupsi untuk para
generasi penerus bangsa. Untuk memberantas korupsi, hukuman, ceramah ataupun seminar
anti korupsi saja tidak cukup. Untuk mencegah pertumbuhan korupsi yang semakin tinggi
di Indonesia, kita perlu memberikan pendidikan anti korupsi yang memadai, untuk
melindungi kita dari korupsi yang merajalela.

Anda mungkin juga menyukai