Anda di halaman 1dari 37

PENDIDIKAN PANCASILA

Sejarah Pancasila
Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato mengenai rumusan dasar negara Indonesia.
Kemudian Soekarno memberi istilah dasar negara dengan nama “Pancasila”.
Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua suku kata dan mengandung dua
macam arti, yaitu: Panca artinya “lima” dan Syila artinya “batu sendi, alas, atau dasar”.
Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Penjabaran formal dokumen Pancasila dilakukan pada sidang pertama BPUPKI,
sidang kesembilan komisi, sidang kedua BPUPKI, dan akhirnya disetujui sebagai landasan
filosofis dan ideologis. Negara Republik Indonesia (NKRI).
Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945,
sedangkan sidang kedua dilaksanakan pada tanggal 10 - 16 Juli 1945. Pada tahun 1947 Ir.
Soekarno mempublikasikan bahwa pada tanggal 1 Juni di peringati sebagai hari lahirnya
pancasila.
Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno menyampaikan pidatonya pada sidang BPUPKI.
Isi pidato nya terdapat beberapa susunan terkait lima asas sebagai dasar negara Indonesia,
yaitu:
Nasionalisme atau kebangkitan nasional, Internasionalisme atau peri kemanusiaan, Mufakat atau
Demokrasi, Kesejahteraan social, dan Ketuhanan yang berkebudayaan.
Rumusan pancasila yang termuat di dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
1. Ketuhanan yang maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi resmi Indonesia. Kata "Pancasila"berasal dari bahasa
Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yaitu "panca" yang berarti lima dan sila" yang berarti prinsip
atau dasar. Secara harfiah, Pancasila berarti lima prinsip, yaitu :
1. Pancasila dicantumkan dalam Mukadimah Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar
negara Indonesia yang sah.
2. Pancasila mencerminkan nilai-nilai,prinsip-prinsip, dan tujuan yang menjadilandasan
ideologi negara Indonesia.
3. Pancasila sebagai dasar negaramerupakan hasil kesepakatan bersamapara Pendiri Bangsa
dan dikenal sebagaiPerjanjian Luhur bangsa Indonesia.
4. Pancasila diharapkan menjadi pedomandan petunjuk dalam menjalani kehidupansehari-
hari, baik dalam berkeluargabermasyarakat, maupun berbangsa.
5. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia

Peran Pancasila
Peranan pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia ialah:
1. Pancasila sebagai pemersatu bangsa, yaitu menyatukan berbagai perbedaan yang ada di
masyarakat
2. Pancasila sebagai dasar filsafat atau pandangan hidup dalam berbangsa Dan ber negara.
3. Pancasila sebagai ideologi negara. Sebagai pondasi dalam memperkuat siksp religi Dan
social.
4. Pancasila menjadi dasar sumber dari segala hukum yang Ada.
5. Pancasila Menjadi identitas Indonesia.
Dapat di simpulkan bahwa Pancasila sangat berperan untuk keutuhan negara, dengan kelima sila
tersebut kehidupan masyarakat akan lebih terarah

Tantangan Pancasila dalam Perubahan Zaman


Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima prinsip.
Di zaman yang terus berubah, Pancasila tetap relevan karena Pancasila memberikan pedoman
yang kokoh bagi perubahan zaman, menekankan persatuan, keadilan, dan keberagaman dalam
masyarakat Indonesia.

Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah bahwa Pancasila memiliki dua peran penting dalam
kehidupan Indonesia yaitu: Sebagai pandangan hidup dan dasar negara sebagai pandangan hidup
Pancasila membimbing individu untuk hidup dengan nilai nilai luhur. Karena banyak peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi yaitu seperti krisis krisis yang menimpa bangsa dan negara
sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak menonjol satu atau beberapa sila saja
dari kalimat tersebut telah diketahui bahwa Pancasila sangat berperan untuk keutuhan negara.
PANCASILA
Sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang mempunyai arti dan makna dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila yang dimaksudkan sebagai
paradigma adalah pancasia dijadikan sebagai sistem nilai acuan dalam kerangka landasan
kehidupan dalam bidang politik dan ekonomi, Bidang sosial budaya, Bidang hukum, Bidang
kehidupan pada antar umat beragama dan IPTEKS.
Istilah “Paradigma” pada awal nya dalam ilmu pengetahuan secara khusus berkaitan dengan
filsafat ilmu dan yang dikembangkan oleh Thomas S.Khun. Pengertian Paradigma jika diartikan
secara bahasa berarti keadaan lingkungan. Secara bahasa Yunani, “Para” artinya samping.
Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik
Yang meletakkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai sumber nilai politik yang
mengacu pada poin nilai-nilai Pancasila terutama Sila Ke-4. Dikarenakan warna negara harus
mampu menempatkan kekuasaan tertingginya sebagai warga negara Indonesia sebagai harkat
dan martabat.
Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Dan
secara berturut sitem politik Indonesia dikembang atas moral ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan sehingga menghasilkan tujuan negara yang mendasar pada
memegang budi pekertikemanusiaan.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya


Dalam nilai-nilai Pancasila dapat memenuhi kriteria sebagai puncak kebudayaan, sebagai
kerangka yaitu :
1. Sila ke-1, menunjukkan tidak satupun suku bangsa ataupun suatu komuniti setempat
Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Sila ke-2, Nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh setiap warna negara Indonesia tanpa
membeda-bedakan asal usul kebangsaan ataupun golongannya.
3. Sila ke-3, mencerminkan nilai budaya menjadi kebulatan yang majemuk untuk
mempersatukan sebagai bangsa yang berdaulat.
4. Sila ke-4, Nilai budaya yang luas untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah
yang relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan
bangsa.
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Menurut ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Yang demikian semua peraturan perundang-undangan di Indonesia yang
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara. Pembukaan UUD 1945
yang memuat Pancasila tidak boleh diubah oleh siapapun juga termasuk MPR yang didasari
pada pasal 3 dan pasal 37 karena merubah isi pembukaan berarti pembubaran negara.
Substansi hukum yang dikembangkan merupakan perwujudan dan penjabaran sila-sila yang
terkandung dalam Pancasila.
Adapun bentuk perundang-undangan Republik Indonesia menurut UUD 1945 :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan-peraturab pelaksaan lainnya seperti :
- Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri
Pancasila sebagai paradigma Pembangunan antar umat beragama
Pada hal ini artinya kita menggunakan pancasila sebagai pandang dalam membangun kehidupan
beragama untuk menciptakan kehidupan sosial yang aman dan harmonis, sekaligus saling
menghargai dan menghormati serta toleransi antar pemeluk agama.
Dalam sila yang terdapat pada Pancasila terutama pada sila yang pertama ”Ketuhanan Yang
Maha Esa”, yang meliputi sila-sila setelahnya memberikan dasar-dasar nilai yang hakiki dan
fundamental untuk terciptanya bangsa Indonesia agar dapat hidup rukun dan damai dalam hidup
kehidupan beragama.
Pancasila sebagai paradigma Pembangunan IPTEK
Pancasila adalah dasar-nilai penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) di Indonesia. Pancasila mengajarkan kita untuk berpikir tentang akibat dan makna
moral dari teknologi, menjadikan kesejahteraan manusia sebagai tujuan utama dalam
pengembangan IPTEK, dan memperkuat nasionalisme serta kontribusi positif dalam dunia.
Kebebasan individu dalam pengembangan IPTEK serta kerjasama dalam pengambilan keputusan
penting untuk memastikan teknologi sesuai dengan kepentingan masyarakat. Selain itu, keadilan
dalam penggunaan teknologi untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia juga ditekankan.
Dengan prinsip-prinsip ini, Pancasila memastikan bahwa IPTEK digunakan dengan etika dan
moral, untuk kebaikan bersama, dan tanpa merugikan manusia atau lingkungan.
Pancasila sebagai paradigma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dijadikan
sebagai sistem nilai acuan dalam kerangka landasan kehidupan dalam bidang politik dan
ekonomi, Bidang sosial budaya, Bidang hukum, Bidang kehidupan pada antar umat beragama
dan IPTEKS.
Dalam berbangsa dan bernegara, pancasila sebagai paradigma juga berperan dalam ekonomi dan
politik. Dalam kehidupan, Pancasila memiliki peran peran paradigma yang cukup penting
diantaranya dalam pembangunan sosial budaya, pembangunan hukum, pembangunan antar umat
beragama, serta pembangunan IPTEK

Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan


Pancasila sebagai pengembangan Ilmu
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka
berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Pancasila sebagai dasar nilai pengambangan ilmu dapat merujuk pada beberapa jenis
pemahaman.
Pertama, setiap ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Kedua, setiap ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilainilai
Pancasila sebagai faktor internal pengembangan ilmu itu sendiri.
Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan ilmu di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan ilmu pengetahuan agar tidak keluar dari cara berpikir
dan cara bertindak bangsa Indonesia.
Keempat, bahwa setiap pengembangan ilmu harus berangkat dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).
Peranan Nilai-nilai Pancasila sebagai pengembangan ilmu
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila merupakan
pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun peranan
nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila, sebagai
berikut:
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini melengkapi ilmu pengetahuan dengan
menyeimbangkan antara rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Juga menempatkan
manusia sebagai bagian dari dalam alam semesta
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini memberi arah dan
mengendalikan ilmu pengetahuan, sesuai fungsinya, yaitu untuk kemanusiaan, tidak
hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia. Sila ini mengkomplementasikan universalisme dalam
sila-sila yang lain, sehingga supra-sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem.
Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.
4. Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan. Sila ini bermakna mengimbangi otodinamika ilmu
pengetahuan dan teknologi. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan
harus demokratis dapatdimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan,
penelitian sampai penerapan massal.
5. Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini menekankan tiga
keadilan yang disebut oleh Aristoteles, yaitu keadilan distributif, keadilan kontributif, dan
keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan
individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh
kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya
kreativitas dan inovasi.
Tantangan Pancasila Sebagai Pengembangan Ilmu
1. Keserbamajemukan Ilmu Pengetahuan dan Persoalannya
Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa adalah
keserbamajemukan ilmu itu sendiri. Proses perkembangan ini menarik perhatian karena
bertentangan dengan inspirasi tempat pengetahuan itu sendiri, yaitu keinginan manusia
untuk mengadakan kesatuan di dalam keserbamajemukan gejala-gejala di dunia kita ini.
Karena yakin akan kemungkinannya maka timbul lah ilmu pengetahuan.
2. Persoalan dalam Spesialisasi ilmu
Spesialisasi ilmu ialah mempelajari satu cabang ilmu pengetahuan secara
mendalam namun kesatuan dasar azaz–azaz universal perlu diingat dalam rangka ilmu
spesialisasi ilmu. Spesialisasi mengandung segi–segi positif, namun juga bisa
menimbulkan segi negative. Dalam segi positifnya yaitu dapat lebih focus dan intensif
dalam melakukan kajian dan pengembangan ilmunya. Sedangkan segi negatifnya, Orang
yang mempelajari ilmu spesialisasi akan merasa terasingkan dari ilmu pengetahuan
lainnya, karena kebiasaan cara kerja focus dan intensif yang membawa dampak rasa tidak
mau bekerja sama dan menghargai ilmu yang lain.
3. Permasalahan Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pada abad ini ilmu pengetahuan menghadapi masalah – masalah yang
menyangkut hidup serta pribadi manusia. Kompleksitas permasalahan dalam
pengembangan ilmu dan teknologi menjadi pemikiran serius, terutama persoalan
keterbatasan ilmu dan teknologi dan dampaknya bagi manusia. Misalnya, ilmu tentang
kedokteran seperti pencakokan genetis, transplantasi jantung dan ploblem mati hidupnya
seseorang.
4. Dampak Teknologi pada perilaku manusia
Dampak pertamanya yaitu menyebabkan kemampuan perilaku seseorang berubah dengan
operasi dan manipulasi syaraf otak, sehingga kelakuan dapat diatur dan disusun. Kalau
begitu kebebasan bertindak manusia sebagai suatu nilai diambang kemusnahan

b. Dampak teknologi pada eksistensi manusia yaitu Pemakaian teknologi modern secara
berlebih cenderung mengasingkan manusia dari eksistensi -nya sebagai pekerja, sebab di
sana manusia tidak mengalami kepuasan dalam bekerja. Pekerjaan tangan dan otak
manusia diganti dengan tenaga-tenaga mesin, yang dapat mengakibatkan hilangnya
kepuasan dan kreativitas manusia.
c. Dampak teknologi pada perilaku manusia juga membuat munculnya fenomen
penerapan kontrol tingkah laku (behavior control). Behaviour control merupakan
kemampuan untuk mengatur orang melaksanakan tindakan seperti yang dikehendaki oleh
si pengatur (the ability to get some one to do one's bidding).

d. Dampak teknologi pada perilaku manusia menimbulkan Pemahaman "njlimet" tingkah


laku manusia untuk tujuan ekonomis, rayuan untuk menghirup kebutuhan baru sehingga
bisa mendapat untung lebih banyak, menyebabkan penggunaan media (radio, TV) untuk
mengatur kelakuan manusia.
5. Berikut pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
Ada beberapa pokok nilai agar ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan secara
konkrit:

a. Rumusan hak azasi adalah sarana hukum untuk menjamin penghormatan terhadap
manusia. Individu individu perlu dilindungi dari pengaruh penindasan ilmu pengetahuan.
b. Kesetaraan dalam bidang sosial, politik, serta ekonomi menjaadi hal yang mutlak.
c. Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia modern yang dikuasai olehmesin, robot,
serta teknik, menyebabkan harga manusia hanya dinilai dari tempatnya sebagai salah satu
instrumen sistem administrasi kantor tertentu.
d. Soal lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun berhak menguras/ mengeksploitasi
sumber-sumber alam dan manusiawi tanpa memperhatikan akibat-akibatnya pada seluruh
masyarakat.
Sumber historis pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di indonesia
sumber historis pancasila ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu
pembukaan uud 1945 alinea ke 4. kata “mencerdaskan kehidupan bangsa” pd alinea ke 4
mengacu pada perkembangan iptek melalui pendidikan. proses mencerdaskan kehidupan
bangsa terlepas dari nilai2 spiritualitas, kemanusiaan, dan keadilan merupakan
pencederaan terhadap amanat pembukaan uud 1945. pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan oleh awal kemerdekaan indonesia, karena
pada masa itu bangsa indonesia mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk
membangun bangsa dan negara

Sumber sosiologis pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di indonesia


Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
ditemukan pada sikap masyarakat tapi biasanya terjadi penolakan. Contoh, penolakan
masyarakat atas rencana pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga nuklir di
semenanjung Muria beberapa tahun yang lalu. Masyarakat sudah menyadari perannya
sebagai makhluk hidup dengan pertimbangan moral sehingga kepekaan nurani menjadi
sarana untuk bersikap resisten terhadap kemungkinan buruk yang terjadi di balik
pengembangan iptek.
Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia
Sumber politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
pada masa Orde Lama yang meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan atau
orientasi ilmu, antara lain pidato Soekarno pada Akademi Pembangunan Nasional di
Yogyakarta, 18 Maret 1962, mengatakan hal sebagai berikut:
“Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula, tetapi kataku tadi, lebih
daripada itu, dus lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu dasar. Dan yang
dimaksud dengan perkataan dasar, yaitu karakter. Karakter adalah lebih penting daripada
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap adalah suatu syarat mutlak. Tanpa karakter
yang gilang gemilang, orang tidak dapat membantu kepada pembangunan nasional, oleh
karena itu pembangunan nasional itu sebenranya adalah suatu hal yang berlangit sangat
tinggi, dan berakar amat dalam sekali. Berakar amat dalam sekali, oleh karena akarnya itu
harus sampai kepada inti-inti daripada segenap cita-cita dan perasaan-perasaan dan
gandrungan-gandrungan rakyat” (Soekarno, 1962). Pidato Soekarno di atas juga tidak
mengaitkan dengan Pancasila, tetapi lebih mengaitkan dengan karakter, yaitu
kepercayaan atau keyakinan terhadap nilai-nilai pancasila.
Bagaimana strategi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
pengetahuan?
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan adalah suatu
pendekatan yang menekankan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar yang terkandung
dalam Pancasila, yang dapat membimbing pengembangan ilmu pengetahuan di
Indonesia. Beberapa strategi yang dapat digunakan adalah Penerapan Nilai-nilai
Pancasila:

- Memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila seperti Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam setiap aspek ilmu pengetahuan.
- Penelitian Berbasis Lokal:
Mendorong penelitian yang berfokus pada permasalahan lokal dan kebutuhan masyarakat
Indonesia, sehingga ilmu pengetahuan dapat memberikan solusi konkret untuk masalah di
tanah air.
- Pendidikan Nilai Pancasila:
Mengintegrasikan pendidikan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan tinggi,
sehingga mahasiswa memahami dan menginternalisasi prinsip-prinsip ini sepanjang masa
studi mereka.
- Pembinaan Etika dan Kode Etik:
Memiliki kode etik yang ketat dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
serta memastikan integritas dan etika penelitian yang sejalan dengan prinsip-prinsip
Pancasila.
- Diseminasi Ilmu Pengetahuan yang Berkeadilan:
Memastikan ilmu pengetahuan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, tanpa
diskriminasi, sehingga dapat mendorong pembangunan yang adil dan berkeadilan.
- Pembinaan Karakter dan Kepemimpinan:
Melalui pendidikan tinggi, mengembangkan karakter dan kepemimpinan yang
berkualitas, yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Strategi ini dapat membantu memastikan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan
di Indonesia berakar pada nilai-nilai Pancasila, yang merupakan dasar bagi persatuan,
kesejahteraan, dan kemajuan bangsa.
Landasan Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan
keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional.
Paradigma atau kerangka berpikir dari upaya pembangunan nasional adalah Pancasila.
Pancasila sebagai kerangka bertindak, sumber, orientasi, tolok ukur, arah, dan tujuan bagi
‘yang menyandangnya’.
Pancasila sebagai landasan atau paradigma pembangunan nasional memiliki arti bahwa
segala aspek pembangunan nasional harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Hakikat
Hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Maka landasan Pelaksanaan
Pembangunan Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang. Hal ini berarti dalam
pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut:
Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan.

Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.

Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat
maju yang tetap berkepriadian Indonesia pula.

Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah.

TUJUAN
Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata berdasarkan Pancasila, serta yang termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea IV,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial
serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan
UUD 1945.
VISI
1. Terwujudnya Masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,
berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah negara Republik Indonesia yang
didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, dan bertakwa,
berahlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin.
2. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara yang menjunjung tinggi
hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
kehidupan yang layak, serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.

MISI
1. Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dalam kehidupan persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia,
toleran, rukun dan damai.
3. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib, dan ketentraman masyarakat.
Perwujudan sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi
hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.
Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif,
dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.
4. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi, dengan mengembangkan sistem
ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan,
bersumber daya alam, dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri,
maju, berdaya saing, dan berwawasan lingkungan.
5. Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pengembangan daerah dan
pemerataan pertumbuhan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
6. Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas
kehidupan yang layak dan bermartabat serta perhatian utama pada
tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan,
pendidikan, dan lapangan kerja.
7. Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional,
berdaya guna, produktif, transparan; yang bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
8. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan
bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin, bertanggung jawab, berketerampilan,
serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
9. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermanfaat, bebas dan proaktif
bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global

ASAS-ASAS
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, harus menerapkan beberapa Asas-
asas yang dipegang teguh dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya.
Asas-asas tersebut yaitu:
1. Asas Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Usaha pembangunan nasional harus diarahkan dan dikendalikan oleh
keimanan dan ketakwaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai
landasan spiritual moral dan etik dari pengamalan Pancasila sila pertama.
2. Asas Manfaat
Segala usaha dan kegiatan dari proses pembangunan nasional harus memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan (masyarakat).
3. Asas Demokrasi Pancasila
Upaya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut harus meliputi seluruh
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang dilakukan dengan semangat
kekeluargaan yang mempunyai ciri kebersamaan, gotong royong, persatuan dan kesatuan
melalui musyawarah untuk mencapai suatu mufakat Bersama
4. Asas Adil dan Merata
Pembangunan nasional harus diselenggarakan sebagai usaha bersama yang merata di
semua lapisan masyarakatnya.
5. Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Perikehidupan
Dalam asas ini, pembangunan nasional harus seimbang antara semua kepentingan, baik
itu kepentingan dunia dan akhirat, materiil dan spritual, jiwa dan raga, individu,
masyarakat dan negara, pusat dan daerah, dan lain-lain.
6. Asas Hukum
Dalam asas hukum, penyelenggaraan pembangunan nasional yang dilakukan oleh warga
negara dan penyelenggara negara, harus menaati hukum yang ada secara adil dan benar.
7. Asas Kemandirian
Pembangunan nasional harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri, serta kepribadian bangsa negara Indonesia.
8. Asas Kejuangan
Dalam asas kejuangan, masyarakat dan penyelenggara negara selaku subjek dalam upaya
pembangunan nasional, harus memiliki mental, tekad, jiwa, dan semangat pengabdian
9. Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan nasional harus dapat memberikan kesejahteraan rakyat secara lahir dan
batin.
PRINSIP-PRINSIP
Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukan dengan berpegang pada prinsip yang dijadikan
pedoman dalam penyelenggaraannya, antara lain sebagai berikut :
1. Kesemestaan
Bahwa pembangunan nasional bersifat komprehensif, artinya menyatukan seluruh aspek
kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia.
2. Partisipasi rakyat
Betapapun kulifiednya para aparat penyelenggara Negara dan matangnya program-program
pembangunan yang dicanangkan; tidak akan membawa hasil yang optimal tanpa didukung oleh
partisipasi rakyat.
3. Keseimbangan
Mengandung makna bahwa pembangunan nasioanl harus seimbang.
4. Kontinuitas
Cita-cita akhir bangsa Indonesia tidak akan tercapai dalam kurun waktu satu genersi.
5. Kemandirian
Pelaksanaan pembangunan nasional harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri yang bersendikan pada kepribadian bangsa.
6. Skala prioritas
Pelaksanaan pembangunan dibatasi oleh berbagai keterbatasan, sehingga tidak mungkin semua
bidang atau masalah dilaksanakan atau ditangani dalam waktu bersamaan.
7. Pemerataan disertai pertumbuhan
Hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai harus bisa dinikmati secara merata oleh seluruh
bangsa Indonesia.

MEKANISME
Mekanisme Pembangunan Nasional di Indonesia:
1. Perencanaan:Penyusunan RPJMN sebagai panduan pembangunan jangka menengah.
2. Anggaran:Penyusunan anggaran pembangunan berdasarkan prioritas.
3. Pelaksanaan Proyek:Koordinasi antarinstansi pemerintah dalam pelaksanaan.
4. Evaluasi:Monitoring dan evaluasi terhadap kemajuan proyek.

ASPEK-ASPEK
1. Perencanaan Pembangunan:
Pemerintah merancang rencana pembangunan dan mencakup berbagai sektor
2. Pelaksanaan Program Pembangunan:
Proyek-proyek pembangunan dijalankan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
3. Aspek Ekonomi:
Fokus pada pertumbuhan ekonomi, investasi, dan penciptaan lapangan kerja. Pengembangan
sektor-sektor ekonomi yang strategis
4. Aspek Sosial:
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan Menangani isu-isu yang ada di masyarakat
5. Aspek Infrastruktur:
Pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dan sarana transportasi lainnya.
6. Aspek Pendidikan:
Peningkatan akses dan mutu pendidikan. Pengembangan kurikulum dan fasilitas pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
7. Aspek Lingkungan:
Perlindungan sumber daya alam dan mitigasi perubahan iklim.
8. Peran Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat:
• Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator pembangunan.
• Swasta berperan dalam investasi dan pengelolaan sektor ekonomi.
• Partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui pengawasan, partisipasi dalam
program, dan dukungan.

MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan nasional adalah keseluruhan sumber kekuatan nasional,baik
efektif maupun potensial,yang dimiliki dan di daya gunakan bangsa Indonesia dalam
pembangunan nasional,yaitu :
1.kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia sebagai hasil perjuangan seluruh
rakyat Indonesia.
2. Jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Wilayah Nusantara yang luas dan berkedudukan di khatulistiwa pada posisi silang antara
dua benua dan dua samudra dengan kondisi alami yang memiliki berbagai keunggulan
komparatif.

FAKTOR DOMINAN
Faktor dominan adalah segala sesuatu yang harus di perhatikan dalam penyelenggaraan
pembangunan agar memperlancar pencapaian sasaran pembangunan nasional,Yaitu:
1.kependudukan dan sosial budaya,termasuk pergeseran nilai dan perkembangan aspirasi
rakyat yang dinamis
2.sumber daya alam yang beranekaragam dan tidak merata penyebarannya,termasuk flora
dan fauna.
3. Kualitas manusia Indonesia dan masyarakat Indonesia dan penguasaannya terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi
FAKTOR PENDUKUNG
Faktor Pendukung Pembangunan Nasional :

1. Kemerdekaan Bangsa Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa adalah modal utama untuk
melaksanakan pembangunan, tanpa adanya kemerdekaan, bangsa tidak dapat melakukan
pembangunan nasionalnya sendiri.
2.Geografi Suatu Negara, Posisi geografis suatu negara
3. Bisa menjadi beberapa penopang yaitu, sumber daya alam, skala prioritas pembangunan
ekonomi, akses sumber ekonomi yang dibutuhkan
4. PendudukMerupakan keunggulan yang luar biasa menguntungkan bagi Indonesia dengan
besarnya jumlah penduduk bisa dimanfaatkan dan ditingkatkan untuk membantu
Pembangunan Nasional.
5. Global Ekonomi, memberikan peluang untuk memanfaatkan budaya ekonomi bangsa lain.
Dan juga menjadi jalan masuk untuk produk dari luar negeri yang akan bersaing di pasar
internasional.

FAKTOR PENGHAMBAT
Faktor Penghambat Pembangunan Nasional
1. Kekurangan modal dan teknologi
2. Kesenjangan social
3. Tingkat Pendidikannya yang rendah
4. Gejolak sara; adanya perbedaan suku, ras, dan agama dapat dimanfaatkan oleh kelompok
tertentu untuk menimbulkan gejolak sara yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan
Indonesia.
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Rencana Pembangunan Tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
Menurut UU No 25 tahun 2004, perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan
yakni:
• Penyusunan rencana;
• Penetapan rencana
• Pengendalian pelaksanaan rencana
• Evaluasi pelaksanaan rencana
PERMASALAHAN
Permasalahan Pembangunan Nasional terletak pada tingginya kesenjangan antar wilayah.
Kesenjangan tersebut terjadi karena aktivitas ekonomi yang berketimpangan. Di kota yang
menjadi pusat bisnis, segala sarana dan prasarana tergarap dengan baik, akan tetapi di daerah
yang bukan pusat bisnis, sarana dan prasarana malah tidak tergarap.
Memang masalah pembangunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi
tanggung jawab bagi kita semua. Masyarakat Indonesia sudah seharusnya peduli serta
berbuat untuk kemajuan bangsa. Maka dari itu di harapkan dengan adanya koordinasi yang
baik antar pemerintah pusat dengan daerah dapat sedikit demi sedikit mengatasi
permasalahan pembangunan nasional

Pembangunan Nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan


masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional.
Landasan Pelaksanaan Pembangunan Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang.
Pancasila sebagai landasan atau paradigma pembangunan nasional memiliki arti bahwa
segala aspek pembangunan nasional harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata berdasarkan Pancasila, serta yang termaktub dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV.
Dalam pelaksanaannya terdapat, visi dan misi, asas-asas, prinsip, mekanisme, aspek, modal
dasar, faktor dominan, faktor pendukung dan penghambat, permasalahan, serta system
perencanaannya

HAK ASASI MANUSIA


Hak Asasi Manusia juga dikenal sebagai Human Rights (bahasa inggris) adalah sebuah
konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak yang telah
diberikan kepadanya sebagai manusia. Hak asasi manusia bersifat universal, pada dasarnya
HAM saling bergantung, berhubungan, dan tidak dapat dicabut.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
tuhan yang maha pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 undang-undang no. 39
tahun 1999, tentang HAM disebutkan bahwa “hak asasi manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa
dan merupakan anugrahnya yang wajib dihornati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

PENGERTIAN HAM MENURUT PARA AHLI


 John Locke→hak-hak yang langsung diberikan Tuhan kepada manusia sebagai hak yang
kodrati.
 Jan Materson →hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia.
 Miriam Budiarjo → hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya
universal sebab dimiliki tanpa adanya perbedaan kelamin, ras, budaya, suku, dan agama.
 Prof. Koentjoro Poerbopranoto → suatu hak yang sifatnya asasi atau mendasar (tidak
dapat dipisahkan).
 Oemar Seno Adji, hak yang melekat pada setiap martabat manusia sebagai insan dari
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun.
 Jack Donelly → hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia (bukan
diberikan oleh manusia).
 UU No 39 Tahun 1999 pasal 1 → seperangkat hak yang melekat pada diri manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dimana hak tersebut merupakan
anugerah yang wajib di dilindungi dan hargai oleh setiap manusia.
 David Beetham dan Kevin Boyle → adalah hak-hak individual yang berasal dari
kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.
SEJARAH HAM DI INDONESIA
Pada masa itu banyak sekali pelanggaran HAM seperti penculikan, kerja paksa, pembantaian,
penyiksaan, pemindasan, kesewang-wenangan yang merupakan fenomena umum yang
terjadi. Pada masa penjajahan Belanda masyarakat Indonesia dibedakan menjadi tiga strata
social
a. Kelas Pertama (Masyarakat Eropa)
b. Kelas Kedua ( Masyarakat Timur Asing, seperti china, india, arab)
c. Kelas Ketiga (Masyarakat Irlander)
Perlakuan manusia yang didasarkan pada diskriminasi inilah yang bertentangan dengan
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang sederajat
Tonggak – tonggak sejarah perjuangan HAM adalah sebagai berikut :

1) Kebangkitan Nasional (20 mei 1908).


2) Sumpah Pemuda (28 oktober 1928).
3) Proklamasi Kemerdekaan (17 agustus 1945).
4) UUD RIS dan UUDS 1950 secara implicit mencantumkan konsep HAM.
5) Sidang umum MPRS tahun 1966 menetapkan Ketetapan MPRS Nomor XIV/MPRS/1966
6) Tahun 1993 berdasarkan keputusan presiden nomor 50 tahun 1993 dibentuk komisi Hak
Asasi Manusia.
7) Perumusan HAM mencapai kemajuan dengan dimasukan masalah ini dalam GBHN
Tahun 1998.
8) Sidang Istimewa MPR 1998 telah berhasil merumuskan Piagam HAM secara ekplisit
lewat Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Pandangan dan Sikap Bangsa
Indonesia terhadap HAM.
9) Ketetapan MPR Nomor XVII ini dijabarkan dalam Undang-undang RI Nomor 39 Tahun
2000 sebagai Hukum Positif bagi pelaksanaan HAM di Indonesia.

Fase Perkembangan Hak Asasi Manusia


Menurut Prof. Dr. Notonegoro ;

Kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melalui pihak tertentu tidak dapat digantikan oleh pihak lain manapun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban adalah sesuatu
yang harus dilakukan. Kewajiban asasi manusia merupakan bentuk pembatasan atas hak asasi
manusia (HAM) yang dapat sebagai sumber munculnya sifat egoisme individu.
Adapun kewajiban asasi manusia yang harus dipenuhi, antara lain :
a) Kewajiban manusia untuk menjalankan tugas sebagai manusia
b) Kewajiban moral atas dasar norma benar dan salah sebagaimana diterima dan diakui oleh
masyarakat
c) Kewajiban sosial atas dasar norma dan tingkah laku lingkungan sosial, dan yang paling
penting adalah kewajiban kepada Tuhan sang pencipta.
d) Kewajiban asasi manusia akan membuat kehidupan menjad lebih baik dengan pemenuhan
kewajiban yang harus dilakukan sekaligus untuk memenuhi hak asasi manusia

KARAKTERISTIK HAM
Karakteristik hak yang dimiliki manusia ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tidak ada yang
paling penting antar karakteristiknya, oleh karenanya karakteristik HAM bersifat saling
mengikat antar komponen.
1. Karakteristik HAM universal, Artinya universalitas hak tidak dapat berubah atau tidak
dialami dengan cara yang sama oleh semua orang.
2. Karakteristik martabat manusia (Human Dignity), Hak asasi merupakan hak yang
melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia tanpa terkecuali,dari dalam kandungan
hingga manusia tersebut mati.
3. Karakteristik kesetaraan (equality), Konsep ini mengekspresikan gagasan menghormati
harkat dan martabat yang melekat pada setiap manusia
4. Karakteristik Non Diskriminasi, Prinsip ini memastikan bahwa tidak seorang pun dapat
meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti misalnya ras, warna
kulit, jenis kelamin, Bahasa, agama, politik, atau pandangan lainnya, kebangsaan,
kepemilikan, status kelahiran atau lainnya.
5. Tidak Dapat Dicabut, Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan
dipindahkan.
6. Tak Bisa Dibagi, HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat
inheren, yaitu menyatudalam harkat martabat manusia.Hak setiap orang untuk bisa
memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
7. Saling berkaitan dan bergantung, Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada
pemenuhan Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak
lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian.
8. Tanggung Jawab Negara, Negara bertanggung jawab untuk menaati hak asasi. Di
Indonesia sendiri hal ini ditegaskan lagi melalui kebijakan Presiden Jokowi melalui
Nawacita, bahwa negara harus hadir kepada segenap warga negaranya, melalui
serangkaian instrument HAM yang disahkan melalui peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

KARAKTERISTIK KEWAJIBAN
Salah satu karakteristik kewajiban asasi manusia adalah bersifat universal. Yang
artinya adalah hak dan kewajiban asasi merupakan sesuatu yang dimiliki dan wajib
dilakukan oleh setiap manusia . Adapun karakteristik kewajiban asasi manusia terbagi
menjadi 4 yaitu:
1) Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah
ada sejak lahir.
2)Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang
status, suku bangsa, gender atau perbedaan lainnya.
3) Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan
kepada pihak lain.
4) Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak
sipil dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.
Kewajiban asasi manusia adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh setiap
manusia sebagai makhluk hidup.Kewajiban tersebut sudah ada sejak manusia lahir.
Selain memiliki hak, manusia juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi.
Kewajiban asasi manusia adalah suatu bentuk pembatasan atas Hak Asasi Manusia
(HAM).

Kewajiban Asasi Manusia yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:


• Kewajiban kepada Tuhan Sang Pencipta.
• Kewajiban manusia untuk menjalankan tugas sebagai manusia.
• kewajiban moral atas dasar norma benar dan salah sebagaimana diterima dan diakui oleh
masyarakat.
• Kewajiban sosial atas dasar norma dan tingkah laku lingkungan sosial.
• Kewajiban dalam keluarga.
• Kewajiban atas pekerjaan dan tanggung jawab.

UPAYA PERLINDUNGAN HAM


Perlindungan HAM dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan, yaitu antara lain:
a) Kegiatan belajar bersama, berdiskusi untuk memahami pengertian HAM.
b) Mempelajari peraturan perundangan mengenai HAM.
c) Mepelajari peran lembaga-lembaga perlindungan HAM.
d) Memasyarakatkan tentang pentingnya memahami dan melaksanakan HAM agar
kehidupan bersama menjadi tertib, damai, dan sejahtera kepada lingkungan
masing-masing.
e) Menghormati hak orang lain.
f) Mematuhi peraturan yang berlaku.
g) Berbagai kegiatan untuk mendorong negara mencegah tindakan anti
pluralisme.
h) Mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak adil. Mendorong negara untuk
mencegah kegiatan yang dapat menimbulkan kesengsaraan rakyat. Kemajuan dalam
perlindungan HAM telah menjadi salah satu program pemerintah sejalan dengan
proses reformasi dan pemantapan kehidupan berdemokrasi yang sedang
berlangsung, upaya perlindungan terhadap HAM di Indonesia
i) Pada dasar nya Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap
individu tanpa diskriminasi, termasuk hak atas kehidupan, kebebasan, kesetaraan,
martabat, dan perlindungan hukum. Prinsip-prinsip hak asasi manusia menuntut
perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak-hak ini oleh pemerintah dan
masyarakat. Kesimpulan yang dapat diambil adalah pentingnya meningkatkan kesadaran,
pendidikan, dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, serta kerjasama internasional
dalam menjaga dan mempromosikan hak-hak dasar ini. Hak asasi manusia tidak boleh
dilanggar dan harus dijunjung tinggi dalam upaya mencapai keadilan, demokrasi, dan
perdamaian di dunia ini.

Hak Asasi Manusia sangat di butuhkan di dalam masyarakat umtuk menjunjung


rasa keadilan di dalam masyarakat dan mengilangkan penyelewengan dalam masyarakat
terhadap ketidak adilan. Maka dari itu di buat lah Hak Asasi Manusia agar setiap
masyarakat memiliki Hak yang sama dan tidak di beda-bedakan dari segi apapun pada
dasarnya setiap masyarakat yang mampu secara finansial maupun yang kurang mampu
sama-sama meliki Hak yang sama di dalam suatu negara.

PENYIMPANGAN DAN PENYELEWENGAN TERHADAP PANCASILA DAN


UUD 1945
pencegahan perilaku penyimpangan di era globalisasi melalui Pancasila dan
pendidikan kewarganegaraan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menawarkan landasan moral yang kokoh dalam
menghadapi perubahan dan tantangan yang terjadi dalam era globalisasi. Nilai-nilai
Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, persatuan, dan kesatuan sangat relevan
dalam upaya pencegahan perilaku penyimpangan. Dengan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat diharapkan dapat lebih sadar akan
tanggung jawab mereka dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi.
Selain itu, pendidikan kewarganegaraan juga berperan penting dalam pencegahan
perilaku penyimpangan. Dalam kurikulum pendidikan, pemahaman tentang nilai-nilai
moral, etika, kebebasan bermasyarakat, keadilan, dan tanggung jawab sebagai warga
negara yang baik dapat diberikan. Melalui pendidikan kewarganegaraan, peserta didik
akan memperoleh pemahaman dan kesadaran yang lebih baik mengenai pentingnya
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan etika dalam kehidupan bermasyarakat
Adapun faktor yang memicu terjadinya penyimpangan sosial tersebut antara lain:
 Tidak pandai bersosialisasi.
 Krisis identitas
 Lingkungan keluarga
 Kontrol diri lemah
Gangguan mental
Dan Adapun langkah yang dapat diambil dalam pencegahan perilaku penyimpangan
melalui Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan:
 Pemberian pemahaman yang lebih baik,
 Membangun karakter yang kuat melalui Pendidikan kewarganegaraan,
 Menciptakan lingkungan yang mendukung nilai-nilai Pancasila,
 Melibatkan peran aktif keluarga dan Masyarakat,

penyelewengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat


Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mewujudkan perilakunya dalam
menjalankan segala perintah ajaran agamanya masing-masing, saling toleransi antar umat
beragama, dan mengamalkan ajaran agamanya. Aksi Terorisme yang terjadi di Indonesia
ini bisa disebabkan oleh pemahaman mereka yang kurang terhadap nilai Pancasila yang
sesungguhnya
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, perilakunya bisa dalam wujud saling
menghargai derajat dan kedudukan manusia, Contoh kasus penyelewengan pada sila
kedua ini adalah Oknum pemerintah sering semena-mena terhadap masyarakat yang
berbeda level dengan dirinya.
Sila Persatuan Indonesia, diwujudkan dengan tidak adanya diskriminasi antar
kepada suatu individu ataupun golongan. Contoh kasus penyelewengan pada sila ini yaitu
Aksi OPM atau Organisasi Papua Merdeka yang telah ada sejak tahun 1965 dan masih
ada hingga saat ini.
Sila ini dapat diwujudkan dalam bentuk menuntaskan permasalahan
melalui musyawarah tanpa memaksa pendapat/keinginan orang lain. Contoh kasus
penyelewengan dalam sila ini yaitu melakukan Tindakan golput di mana dia tidak
berpastisipasi dalam pemilihan suara.
Hingga saat ini penyimpangan dalam sila kelima sangat sering ditemui di
kehidupan masyarakat. Contohnya Perbedaan terhadap pasien yang kaya dan miskin
seperti pengguna BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) penanganan medis
terhadap mereka tidak dilayani dengan layak bahkan kurang diperhatikan sedangkan
berbanding terbalik saat ada pasien yang kaya, mereka dilayani dengan layak, fasilitas
yang memadai, dan diperlakukan dengan istimewa oleh rumah sakit.
penyimpanan era demokrasi terpimpin
Demokrasi Terpimpin merupakan sistem pemerintahan yang mana kekuasaan
pengambilan keputusan dan kebijakan sepenuhnya berada di tangan presiden. Demokrasi
Terpimpin adalah masa pemerintahan di bawah kepemimpinan Ir. Soekarno yang
berlangsung di tahun 1959 sampai 1965. Dalam demokrasi terpimpin, kekuasaan politik
terpusat pada satu pemimpin atau kelompok kecil yang disebut “Dwi Tunggal” yang
terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden. Demokrasi terpimpin juga mengklaim
menggabungkan nilai-nilai demokrasi dengan nilai-nilai sosialisme, serta terpimpin,
artinya digunakan karena sistem pemerintah sebelumnya (demokrasi parlementer)
dianggap tidak berhasil menjaga kestabilan politik.
Pada masa demokrasi parlementer, setiap partai mempunyai kepentingan masing-
masing dan ambisi berkuasa. Partai-partai ini menolak segala keputusan yang ditetapkan
oleh partai penguasa. Ini bisa dilihat dari pergantian kabinet yang terlalu sering juga
muncul berbagai gerakan pemberontakan di daerah-daerah juga mendorong runtuhnya
sistem demokrasi parlementer. Sehingga, Presiden Soekarno mulai menerapkan sebuah
sistem baru yang disebut Demokrasi Terpimpin pada tahun 1959.

Berikut merupakan penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin :


 Adanya Pemisahan Tafsiran Pancasila
 Pembentukan DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong)
 Pengangkatan Ir.Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup
 Pembentukan DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara)
 Perubahan Konsep Pancasila ke Nasakom (Nasionalis, Agamis, Komunis)
 Manisfesto Politik Republik Indonesia menjadi GBHN
peristiwa penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
UUD 1954

Penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar UUD 1945 terjadi pada
beberapa periode dalam sejarah Indonesia. Beberapa bentuk penyimpangan tersebut
antara lain:
 Penerapan demokrasi parlementer pada masa Orde Lama, yang mengarah pada ideologi
liberal dan presiden hanya sebagai kepala negara.
 Perubahan sistem kabinet dari presidensial menjadi parlementer pada masa awal
kemerdekaan.
 Adanya penyimpangan ideologis, yaitu penerapan konsep Nasionalis, Agama, dan
Komunis (Nasakom) pada masa Orde Lama.
 Pemusatan kekuasaan pada presiden sehingga kewenangannya menjadi terlalu besar pada
masa Orde Baru.
 Penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi pada masa Reformasi.
 Penyimpangan-penyimpangan tersebut dianggap merusak nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara dan mengancam kestabilan negara. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
untuk memperkuat implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.Penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar UUD 1945 dapat
terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara individu maupun secara sistemik. Beberapa
contoh penyimpangan tersebut antara lain:
 Korupsi
 Diskriminasi
 Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
 Eksploitasi Alam
 Radikalisme dan Ekstremisme
 Pengabaian Prinsip Demokrasi
 Tindakan Represif Aparat
Upaya untuk mencegah dan mengatasi penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila
melibatkan peran semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga hukum, masyarakat sipil, dan
individu untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip Pancasila dijunjung tinggi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kesimpulan dari penelitian ini yang terpenting adalah mengerti akan beberapa penyelewengan
nilai-nila Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi
dasar masyarakat Indonesia bergeser. Hal itu jelas terlihat dalam berbagai aspek kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat secara umum. Mulai dari pelanggaran norma-norma sosial, hukum
bahkan norma agama pun dilanggar. Pelanggaran dilakukan oleh masyarakat yang belum tahu
penyelewengan nilai-nilai Pancasila apa saja bahkan tidak sedikit dilakukan oleh para pejabat
pemerintahan juga para anggota legislatif. Mereka melakukan itu untuk kepentingan pribadi yang
seharusnya tugas mereka adalah melindungi serta memberi contoh yang baik kepada masyarakat
pada umumnya. Hal itu tentu menjadi ironi tersendiri. Di tengah arus globalisasi di Indonesia,
yang tidak memberikan dampak yang positif justru banyak dampak negatif dari kemajuan ilmu
dan teknologi tersebut. Karena hal itu membuat nasionalisme bangsa menjadi luntur dan bahkan
tidak peduli lagi tentang kebudayaan atau permasalahan bangsa. Pancasila adalah ideologi dasar
bagi negara Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Pancasila Dalam Pandangan Islam
Sejarah Perumusan Pancasila
Pancasila adalah dasar negara yang disebut falsafah atau dasar negara. Di dalam kitab
Negarakertagama karya Empu Prapanca dijelaskan bahwa Pancasila berisi ajaran sebagai berikut
:
1) Dilarang membunuh
2) Dilarang mencuri
3) Dilarang berzina
4) Dilarang berdusta
5) Dilarang meminum minuman keras (Kebudayaan, 2014).
Rumusan dasar negara merupakan pondasi utama suatu negara yang menentukan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dasar yang akan menjadi landasan bagi seluruh aktivitas pemerintahan dan
masyarakat. Di Indonesia proses perumusan dasar negara melibatkan beberapa tokoh yang
memiliki peran penting dalam mengusulkan prinsip-prinsip dasar yang kemudian menjadi dasar
ideologi negara, Pancasila.Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama oleh Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang dilaksanakan pada 29 Mei
hingga 1 Juni 1945.
Dalam sidang tersebut, dirumuskan berbagai gagasan tentang dasar negara Indonesia.
Tiga tokoh pun menyampaikan beberapa usulan mengenai falsafah atau dasar negara
Indonesia Yaitu :
Muhammad Yamin mengusulkan gagasan dasar negara pada tanggal 29 Mei 1945. Gagasan dasar
negara yang dikemukakan sebagai berikut:
1) Ketuhanan yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan Beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Soepomo mengusulkan gagasan dasar negara pada tanggal 31 Mei 1945. Gagasan dasar negara
yang dikemukakan sebagai berikut:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat
Soekarno mengusulkan gagasan dasar negara pada tanggal 1 Juni 1945. Gagasan dasar negara
yang dikemukakan sebagai berikut:
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau Peri Kamanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang Berkebudayaan
Pada dasarnya, islam dan pancasila adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan sebab keduanya
bertujuan mewujudkan perdamaian di muka bumi. Untuk itu perlu ada rumusan dan diplomasi
baru guna menjadikan keduanya sebagai ruh bangsa indonesia. Indonesia yang dapat membentuk
masyarakatnya dapat berbangsa tanpa merasa berdosa kepada Tuhannya, demikian pula dapat
beragama tanpa merasa mengkhianati bangsanya. Menjadikan agama untuk mengisi pancasila
agar tidak bertentangan secara vertikal kepada Tuhan. Yakinlah bahwa pancasila merupakan
implementasi atau turunan dari ajaran islam melalui ajaran hablun minannas (hubungan kepada
sesama manusia). Begitu pula melalui ajaran persaudaraan sesama manuaia (ukhuwah
basyariyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah).
Jadi, mengamalkan pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuia dengan ajaran islam
dan mengamalkan islam adalah bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada bangsa indonesia.
Sebaliknya, melanggar ketentuan pancasila dapat melanggar nilai-nilai dari ajaran islam dan
tidak melaksanakan islam adalah pengkhianatan kepada bangsa indonesia.
Pancasila Dalam Pandangan Islam
Pada dasarnya, islam dan pancasila adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan sebab keduanya
bertujuan mewujudkan perdamaian di muka bumi. Untuk itu perlu ada rumusan dan diplomasi
baru guna menjadikan keduanya sebagai ruh bangsa indonesia. Indonesia yang dapat membentuk
masyarakatnya dapat berbangsa tanpa merasa berdosa kepada Tuhannya, demikian pula dapat
beragama tanpa merasa mengkhianati bangsanya. Manjadikan agama untuk mengisi pancasila
agar tidak bertentangan secara vertikal kepada Tuhan.
Yakinlah bahwa pancasila merupakan implementasi atau turunan dari ajaran islam
melalui ajaran hablun minannas (hubungan kepada sesama manusia). Begitu pula melalui ajaran
persaudaraan sesama manuaia (ukhuwah basyariyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa
(ukhuwah wathoniyah). Jadi, mengamalkan pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuia
dengan ajaran islam dan mengamalkan islam adlaah bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada
bangsa indonesia. Sebaliknya, melanggara ketentuan pancasila dapat melanggar nilai-nilai dari
ajaran islam dan tidak melaksanakan islam adalah pengkhianatan kepada bangsa indonesia.
Pengamalan Pancasila Dalam Pandangan Islam
Ketuhanan Yang Maha Esa (Hablum Min Allah)
Tuhan dalam Islam adalah satu dan tidak ada yang bisa menandingi atau menyekutui-
Nya. Ketuhanan Yang Maha Esa artinya meskipun Indonesia bukan negara agama, namun
agama merupakan nilai luhur yang dijunjung tinggi dalam pemerintahan negara. Umat beragama
memang mempunyai ajaran yang luhur, dan selama mereka menganut ajaran tersebut, maka
umat beriman akan selalu berada pada kebaikan dan kebenaran. Indonesia bukanlah negara
sekuler yang pemerintahnya tidak mengakui agama, juga bukan negara agama, yang menjadikan
agama mayoritas sebagai agama negara. Sebagai bangsa yang berdaulat dari Yang Maha Kuasa
yang mengakui agama sebagai ruh dalam pembangunan nasional. Keselarasan antara sila
pertama Pancasila dan syariat Islam terlihat dalam Al-Qur'an, seperti dalam surat al-Baqarah ayat
163 yang memerintahkan umatnya untuk selalu beribadah kepada Tuhan, yang memiliki arti :
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.” Konsep ini menunjukkan bahwa ketuhanan merupakan
landasan kehidupan nasional bangsa Indonesia. Dalam Islam, konsep ini biasa disebut dengan
Hablum Min Allah dan mewakili hakikat tauhid berupa hubungan manusia dengan Allah SWT.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab (Hablum min an-nass)
Pada sila ini menunjukkan bahwa negara Indonesia menghormati dan menjunjung hak-
hak yang melekat pada manusia tanpa terkecuali. Jika hubungan manusia dengan Tuhan
diungkapkan dengan prinsip yang pertama, maka hubungan sesama manusia diungkapkan pada
sila kedua, berupa saling menghormati antar manusia sebagai makhluk beradab yang diciptakan
Tuhan. Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan tidak
boleh ada diskriminasi. Prinsip ini terdapat dalam surat al-Ma'idah ayat 8 Al-Qur'an yang
artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran). Karena Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. al-Maa’idah [5]: 8).
3. Persatuan Indonesia
Konsep persatuan dalam bingkai ajaran Islam meliputi Ukhuwah Islamiyah (persatuan
sesama muslim) dan juga Ukhuwah
Insaniyah (persatuan sebagai sesama manusia). Kedua konsep tersebut hendaknya berjalan
beriringan agar tercipta masyarakat yang harmonis dan jauh dari perpecahan dan pertikaian
karena perbedaan agama, suku, maupun ras. Islam selalu menganjurkan pentingnya persatuan
sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an;
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran [3]: 103).
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Konsep Islam mengenai musyawarah dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dikenal
dengan nama syuura (musyawarah). Konsep ini tercermin dalam beberapa surat dalam al-Qur’an,
salah satunya dalam Surat Ali Imron, ayat 159:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu tlah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron [3]: 159).
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ajaran Islam memuat berbagai konsep mengenai keadilan, baik adil terhadap diri sendiri
maupun orang lain. Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, misi besar Islam adalah
implementasi keadilan dalam segala sendi kehidupan. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan umat
muslim untuk selalu berbuat adil dalam segala hal dan menghindari pertikaian serta permusuhan
agar tatanan sosial masyarakat dapat tercipta dengan baik. Mengenai keadilan dalam ajaran Islam
dapat dilihat pada al-Qur’an;
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S.
anNahl [16]: 90)

Implementasi Pancasila Dalam Pandanagan Islam


Ke-Tuhanan Yang Maha Esa : Ketauhidan & Hablum Min Allah
Sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan sendi tauhid di
dalam Islam. Sudah menjadi fitrah manusia secara naluriah memiliki potensi bertuhan dalam
bentuk pikir dan zikir dalam rangka mengemban misi sebagai khalifah fil-ardhi, serta keyakinan
yang terkadang tidak sanggup untuk dikatakan, yaitu kekuatan yang maha segala, Hakikat tauhid
di dalam Al-Qur’an sangat jelas termasuk dalam surat Al-Ikhlash ayat 1-4, yang artinya :
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang kepada-Nya
segala sesuatu bergantung. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.” Sangat jelas sekali bahwa dalam Islam, umat manusia
harus mengakui adanya satu Tuhan yang diyakini dan disembah. Begitu pula dengan Pancasila,
yang menyatakan adanya ketuhanan yang juga satu, meskipun berbeda agama. Allah tidak
pernah memaksa hamba- Nya untuk menyembah kepada-Nya, karena kesadaran akan bertuhan
merupakan fitrah. Selain itu, salah satu bentuk toleransi dalam Islam mengenai bertuhan yaitu ,
“Lakum dinukum waliadiin” yang tidak memaksa orang lain untuk masuk dalam Islam secara
paksa. Dalam sila ini, terdapat unsur-unsur yang melibatkan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, yang dalam Islam disebut hablu min Allah.
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab - Hablu Min An-Nâs
mencerminkan hubungan antara manusia dengan sesamanya (Hablum Min An-Nâs). Apabila
dalam hablum min Allah kedudukan manusia sebagai hamba, maka dalam hablum min an-nâs
hubungan manusia dengan sesama manusia, dan berada dalam posisi khalifah fil-ardhi. Dalam isi
sila ini berkaitan dengan syari’ah, yaitu termasuk ke dalam ibadah sosial, yang mencakup bidang
kemasyarakatan (as-siyasah), yang dalam Islam didasarkan pada sikap saling menghormati.
Dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah: 177, Allah menjelaskan dengan rinci hakikat berbuat
kebaikan, yang dimulai dari ibadah ritual hingga ibadah sosial.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab- kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Selain itu, dalam Al-Qur’an pun
Allah tidak melarang umatnya berbuat baik terhadap orang yang berbeda agama, ini menandakan
sikap saling menghormati harus kepada semua kalangan, sesuai degan prinsip
rahmatan lil ‘alamin.

Persatuan Indonesia : Ketauhidan & Hablum Min Allah


Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” mencerminkan ide ukhuwah insaniyah
(persaudaraan manusia)14 dan ukhuwah Islamiyah bagi sesama umat Islamyg artinya,
Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-Imran: 103)
Persatuan akan terwujud apabila telah terjadi sikap toleransi yang tinggi antar sesama,
sikap saling menghargai dan menghormati. Selain itu, dalam persatuan harus ditarik sifat
persamaannya, bukan perbedaan yang hanya akan menimbulkan perselisihan dan pertentangan.
Persatuan yang perlu digarisbawahi yaitu sama halnyadengan pluralitas. Dalam hal ini pluralitas
berdasarkan apa yang dituntut oleh kemaslahatan rakyat, agar tercapai kesatuan dalam tujuan dan
sasaran. Tujuan penting tersebut ialah agar umat seluruhnya berdiri dalam satu barisan di
hadapan musuh-musuhIndonesia adalah sebuah negara besar yang mewadahi warisan kejayaan
peradaban Nusantara dan kerajaan-kerajaan bahari tersebar di muka bumi. sebab itu sangatlah
penting untuk menyadari bahwa alasan utama lahirnya bangsa ini adalah adanya kesadaran
bersama dan kepentingan bersama untuk hidup rukun. Seperti yang dinyatakan oleh Yudi Latif
Menurut Yudi Latif16 bahwa sila Ketiga Pancasila memberikan arti kuat pada aktualisasi nilai-
nilai etis kemanusiaan yang harus mengakar kuat dalam lingkungan kebangsaan. demikian,
Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat mempertemukan
kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama, tetapi juga mampu
memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan
kesejarahannya masing-masing. Untuk dapat mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia tersebut dibutuhkan pemahaman dan kesadaran kita sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, untuk selanjutnya mampu menjalankan apa yang menjadi pondasi bangsa dan Negara,
dalam melakukan persatuan dan kesatuan dari berbagai perbedaan yang muncul dikehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Wadah tersebut ada dalam Pancasila yang merupakan pondasi
utama bagi keragaman suku, bahasa, agama, budaya, ras dan golongan masyarakat Indonesia

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan


Sila keempat berisi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, yang sejalan dengan prinsip Islam yaitu Mudzakarah dan Syura.
Prinsip syura merupakan dasar dari sistem kenegaraan Islam (karakteristik negara Islam).
Uniknya, prinsip syura ada di dalam Pancasila. Ini membuktikan bahwa perumusan Pancasila di
ambil dalam bentuk musyawarah bersama berbagai kalangan untuk mencapai kesepakatan.
Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 159 :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia


pada sila ini sejalan dengan prinsip keadilan dalam Islam. Keadilan yang dimaksud yaitu
dalam pemerataan rizki, berupa zakat, infak dan shadaqah. Keadilan sosial berkaitan erat dengan
maqashid al-syari’ah (sasaran-sasaran syari’at). Sedangkan maqashid al-syari’ah terdiri dari tiga
aspek, yaitu:
a. Dharuriyat, mengenai perlindungan terhadap hal-hal yang bersifat esensial bagi kehidupan
manusia, seperti agama (ad-dien), jiwa (nafs), keturunan (nasb), akal (‘aql), dan harta benda
(mal).
b. Hajiyat, yaitu pemenuhan hal-hal yang diperlukan dalam hidup manusia, tetapi bobotnya di
bawah kadar dharuriyat.
c. Tahsiniyat, yaitu perwujudan hal yang yang menjamin peningkatan kondisi individu dan
masyarakat sesuai dengan tuntutan tempat dan waktu, tuntutan selera, dan rasa kepatutan untuk
mengelola persoalan- persoalan masyarakat dengan sebaik- baiknya.
Sila kelima dalam Pancasila sangat menjunjung tinggi keadilan, semangat yang selalu
digaungkan al-Quran dalam berbagai ayat-ayatnya. Dalam al-Quran, menjunjung tinggi keadilan
merupakan bentuk amal yang dekat dengan ketakwaan. Begitupun isi yang terkandung dalam
UUD 45 yang bersemangat anti-penindasan dan penjajahan. Dengan dasar teologis terhadap
Pancasila dan UUD 45 melalui semangatnya yang sangat qur’ani, jelaslah bahwa tidak tepat jika
kedua dasar sistem kenegaraan kita ini dianggap sebagai tidak Islami. Pandangan ini cukup untuk
membantah keyakinan bahwa semua hukum buatan manusia itu produk kekufuran. Selagi hukum
tersebut bersesuaian dengan syariat, tidak menghalalkan yang haram dan tidak mengharamkan
yang halal, maka jelas Pancasila dan UUD 45 sangatlah islami.
Dalam pandangan Islam, Pancasila dapat dilihat sebagai sebuah konsep yang sejalan
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agama Islam. Prinsip-prinsip Pancasila, seperti
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, serta keselamatan yang dijamin oleh negara, sesuai dengan nilai-nilai
universal yang juga dijunjung tinggi dalam ajaran Islam. Meskipun Pancasila bukanlah konsep
yang bersifat agama, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sejalan dengan prinsip-prinsip
moral dan etika yang dianut dalam ajaran Islam

Anda mungkin juga menyukai