NIM : E1R021051
A. PENDAHULUAN
makna ideologis. Setiap bangsa dan negara ingin kuat dan tidak terombang-ambing oleh
kerasnya kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali Indonesia. Untuk sebuah negara
untuk mendapatkan pijakan yang kokoh, ia juga harus memiliki ideologi nasional yang kuat.
Tanpa itu, negara dan negara akan rapuh. Di era modern ini, arti penting Pancasila sebagai
bangsa Indonesia dan ideologi nasional telah sedikit dilupakan oleh sebagian masyarakat
Sejarah perumusan Pancasila telah melalui proses yang sangat panjang dan rumit.
Pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena dalam setiap sila tidak
dapat dipertukarkan atau dipindahkan. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah pedoman hidup
berbangsa dan bernegara Indonesia. Kajian Pancasila yang lebih mendalam menyadarkan kita
bahwa sebagai bangsa Indonesia yang beridentitas harus tercermin dalam pergaulan sehari-hari
guna menunjukkan jati diri bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya. Untuk itu diharapkan
sebagai ideologi nasional, dan mendeskripsikan ciri-ciri Pancasila sebagai ideologi nasional.
Pengetahuan ideologis memiliki arti untuk ide-ide. Ideologi secara fungsional adalah seperangkat
gagasan tentang kepentingan bersama atau tentang masyarakat dan bangsa yang dianggap baik.
Ciri ideologi Pancasila adalah ideologi yang berbeda dengan ideologi lainnya. Ciri pertama
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya bangsa Indonesia mengakui bahwa Tuhan adalah
pencipta alam semesta beserta isinya. Negara ini sangat bersatu.Keempat adalah bahwa
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa kita didasarkan pada sistem demokrasi.Tulisan ini juga
dan mengkritik pejabat negara yang menyimpang dari nasional dan nasional Indonesia ideologi.
B. PEMBAHASAN
dalam Pancasila, sebagai cita-cita normatif dalam pengelolaan bangsa. Dalam arti luas,
memahami Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia adalah untuk melaksanakan visi atau
arah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, yaitu untuk mencapai kehidupan yang
tertuang dalam Ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR
Nomor 2 Tahun 1978 tentang Pedoman Hidup dan Pengamalan Pancasila serta Ketentuan-
ketentuan Yayasan Nasional tentang pengakuan Pancasila sebagai ideologi nasional. Pasal 1 UU
MPR menetapkan bahwa Pancasila yang disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar
nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Dapat dilihat dari keputusan MPR bahwa di Indonesia, status
Pancasila tidak hanya sebagai status dasar negara, tetapi juga sebagai ideologi negara.
Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung arti bahwa sebagai cita-cita nasional dan
sarana pemersatu masyarakat, perlu diwujudkan secara konkrit dan operasional, sehingga tidak
hanya dijadikan semboyan. Dalam ketetapan MPR, Pancasila perlu diimplementasikan secara
Pada awalnya konsep Pancasila dapat dipahami sebagai common platform atau landasan
bersama dari berbagai ideologi politik yang berkembang di Indonesia saat itu. Pancasila
merupakan usul yang dapat menjembatani perbedaan ideologi di antara anggota BPUPKI.
Pancasila dimaksudkan oleh Soekarno pada waktu itu sebagai asas bersama agar semua golongan
di Indonesia dapat bersatu dan menerima asas ini menurut asas ini.
Menurut Adnan Buyung Nasution, fungsi Pancasila sebagai ideologi nasional telah
berubah. Pancasila sebenarnya bertujuan untuk menjadi platform demokrasi bagi semua
Pancasila sebagai landasan bersama ideologi politik dan aliran pemikiran seperti pernyataan
pertama yang dikemukakan oleh Soekarno menjadi ideologi komprehensif yang lengkap.
Ideologi Panchasila merupakan ideologi yang unik, berbeda dengan ideologi lainnya.
Pernyataan Soekarno menjadi lebih dewasa dan berbeda dengan pernyataan Notonagoro.
Melalui interpretasi filosofisnya, ia memberikan status ilmiah dan resmi ideologi kepada bangsa
yang benar-benar komprehensif. Di era orde baru, penjelasan ini luas, berskala besar, bahkan
tunggal.
Dari segi politik, Pancasila merupakan konsensus politik, yaitu kesepakatan politik yang
dirundingkan oleh masyarakat dari semua suku bangsa di Indonesia. Dengan diterimanya
Panchasila oleh berbagai golongan dan aliran pemikiran, mereka bersedia untuk bersatu dalam
negara-bangsa Indonesia. Dari segi politik, Pancasila adalah platform bersama bagi masyarakat
yang beragam di Indonesia. Pandangan politik ini sangat penting bagi bangsa Indonesia saat ini.
Oleh karena itu, jika dilihat dari tujuan pemersatu bangsa, pengembangan Panchasila sebagai
Banyak para pihak yang sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara merupakan
kesepakatan bersama, common platform, dan nilai integratif bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan
bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah yang harus kita pertahankan dan
Berdasarkan uraian di atas, maka makna Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara
Indonesia yaitu:
bernegara di Indonesia.
2. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan oleh
bernegara terwujud melalui Ketetapan MPR Nomor 7 Tahun 2001 mengenai Visi Indonesia
Masa Depan. Dalam Ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan
1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun 2020.
3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN).
bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan nilai-nilai Pancasila
sebagai cita-cita bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri dari masyarakat madani
Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai Pancasila diambil dimensi idealismenya. Sebagai
Nilai integratif Pancasila mengandung makna bahwa Pancasila dijadikan sebagai sarana
pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik. Masyarakat Indonesia telah
menerima Pancasila sebagai sarana pemersatu, yang artinya sebagai suatu kesepakatan bersama
bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila
Sukarno adalah salah satu pembuat Pancasila, bahkan penggali, dan dinamai dasar negara.
Sebagai ideologi pada masa pemerintahan Presiden Suharto, Pancasila mengadopsi TAP MPR
No. II/1978 tentang permasyarakat P-4. Di era Suharto ini, ideologi Panchasila menjadi satu-
satunya dasar bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi masyarakat (Ormas). Bahkan
pada masa reformasi pun terjadi pasang surut, yakni penyelenggara negara enggan membahas
Pancasila, bahkan berujung pada hilangnya Pancasila dari kurikulum nasional. Meskipun pada
tinggi.
meliputi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain: Pertarungan ideologis antara
AS dan negara adidaya Soviet dari tahun 1945 hingga 1990 berakhir dengan disintegrasi Uni
Soviet, dan AS menjadi satu-satunya negara adidaya. Karena keterbukaan informasi, berbagai
ideologi asing telah masuk ke dalam negara dan kehidupan negara, sehingga memperkuat isu
budaya global. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan
kemajuan ideologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara matif. Dampak
konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan. Adapun faktor internal
meliputi hal-hal sebagai berikut : Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik
yang berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercyaan terhadap ideologi menurun
drastis.
Penyelenggaraan pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah di perguruan tinggi
ditegaskan dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 914/E/T/2011,
tertanggal 30 Juni 2011, ditentukan bahwa perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan
Pancasila minimal 2 SKS atau dilaksanakan bersama mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
dengan nama pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dengan bobot minimal 3 SKS. Pasal 2,
Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan dalam pasal 35 ayat Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, tentang pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah
pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada
Di era revolusi saat ini, tantangan dalam proses pembelajaran pendidikan Pancasila
adalah siswa yang terpisah dari smartphone, sekarang dapat dengan mudah memperoleh
informasi dari dunia luar melalui internet, terkadang informasi ini tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Namun, hal ini juga dapat diatasi dengan memanfaatkan perkembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Pengetahuan (IPTEK) sebagai media penanaman dan penguatan Pancasila di
era revolusi. Guru dan dosen dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan metode
pembelajaran pendidikan Pancasila melalui media pembelajaran, seperti membuat game dan film
adalah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. memahami dan menghayati nilai-nilai
Pancasila baik dari segi etika, falsafah negara, maupun ideologi bangsa secara ilmiah. Dalam
bangsa yang bermartabat dalam rangka pendidikan untuk kehidupan bangsa, guna
mengembangkan potensi peserta didik. menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Pertama, menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sehingga sangat penting untuk memahami
nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa, apapun karir yang mereka pilih di masa depan,
apakah mereka bekerja sebagai wirausaha/wirausahawan, pegawai swasta, pegawai negeri, dll.
Sebuah negara sama seperti sebuah bangunan. Suatu bangunan harus memiliki
alas/pondasi dimana alas merupakan bagian utama dari bangunan yang dipegang dengan kuat.
Jika suatu bangunan tidak memiliki pondasi/pondasi yang kokoh maka akan sangat rentan
terhadap kerusakan dan keruntuhan. Namun, jika fondasi bangunan kokoh, bangunan tidak akan
mudah runtuh. Seperti negara mana pun, setiap negara harus memiliki fondasi. Pondasi/dasar
suatu negara yang mempengaruhi negara itu boleh/tidak boleh dipegang. Sebuah negara dengan
fondasi yang kokoh akan terus maju dan melawan. Sebaliknya, negara dengan basis yang lemah
sangat mungkin untuk runtuh dan runtuh. Indonesia merupakan salah satu negara yang kuat
karena Indonesia memiliki basis yang sangat kokoh. Dalam 75 tahun yang telah berlalu sejak
berdirinya Indonesia, bangsa Indonesia telah menghadapi banyak tantangan dan rintangan.
Namun, adanya tantangan dan hambatan tersebut tidak menghancurkan Indonesia melainkan
membuatnya semakin kuat dan erat satu sama lain. Ini karena Indonesia memiliki latar belakang
negara menurut Pembukaan UUD 1945, sekaligus berfungsi sebagai ideologi yang mengandung
nilai-nilai penting. Nilai-nilai tersebut harus diamalkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan
bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila semuanya memiliki tingkatannya
Nilai dasar adalah nilai yang sifatnya tidak berubah/memperbaiki dari waktu ke waktu.
Nilai ini termasuk dalam Pembukaan UUD 1945, yang kemudian dapat ditransformasikan
menjadi nilai alat dan nilai praktis. Contoh nilai dasar tersebut adalah: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kehati-hatian, keadilan, dan nilai instrumental. Nilai instrumen adalah nilai yang dapat
Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar yang berupa UUD 1945, dan
didasarkan pada Nomor 10 Tahun 2004.Nilai praktis merupakan penjelasan lebih lanjut dari nilai
dasar dan nilai alat. Nilai-nilai praksis tersebut kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari,
namun karena penjelasan nilai-nilai dasar dan nilai-nilai alat, maka esensi dari nilai praktis ini
tidak dapat diselewengkan. Misalnya, pada prinsip ketiga, kita harus menjaga persatuan dan
kesatuan di Indonesia. Banyak dari kita yang memahami makna Pancasila dan bahkan makna
nilai-nilainya. Namun hanya sekedar memahami, tidak bertindak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dan tidak mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga harus
Dengan demikian kita harus memahami arti penting Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia, kita harus memahaminya, kita melakukannya, dan kita menyukainya. Karena kita
menganggap diri kita sangat penting, maka Pancasila juga sangat penting dan berstatus sebagai
landasan hidup kita bernegara. Pancasila ini menjadi dasar kita saling menghormati dan
menghargai, karena kita tidak bisa hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain. Sebagai dasar
negara, Pancasila juga merupakan alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia dengan nilai-nilai
yang dikandungnya. Bangsa Indonesia memiliki banyak suku, ras, budaya, dll. Indonesia terdiri
dari 17 juta pulau, 1.340 suku bangsa, 6 agama, 1 kepercayaan, dan beragam budaya. Sangat
mungkin untuk memecah belah Indonesia, maka diperlukan suatu alat yang dapat
mempersatukan bangsa Indonesia yang dapat menahan kebhinekaan ini yaitu Pancasila. Kecuali
Pancasila, setiap orang membutuhkan kesadaran diri untuk memiliki rasa persatuan. Jika setiap
orang menyadari pentingnya memiliki pemikiran dan perilaku yang sama, maka hal inilah yang
C. KESIMPULAN
Pancasila adalah produk otentik dari pendiri negara Pancasila. Nilai-nilai pancasila
bersumber dari nilai agama, budaya dan adat istiadat. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa
dan falsafah bangsa. Tidak peduli seberapa lemah pemerintahan suatu rezim, Panchasila
bersikeras untuk tinggal di negara dan kehidupan negara. Betapapun lemahnya pemerintahan
suatu rezim, tetapi pancasila tetap bertahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Betapapun ada upaya untuk mengganti pancasila sebagai ideologi bangsa, tetapi terbukti
pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa indonesia. Pancasila merupakan pilihan
terbaik bagi bangsa indonesia karena bersumber dandigali dari nilai – nilai agama, adat istiadat
dan kebudayaan, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang di bumi indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13,
Nomor 2, 2016.
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari. 2011. Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta: Rajawali
Pers.
Oetojo Oesman. 1993. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa. Surabaya: Karya Anda.
Syahrial Syarbani. 2004. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia.