Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Dedi Irawan

NIM : E1R021051
PRODI : Pendidikan Matematika 1B

KORUPSI BANSOS JULIARI BATUBARA

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang sangat terdampak oleh pandemi Covid-19. Tidak
dapat dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 telah mempengaruhi semua sektor di Indonesia,
mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, pariwisata dan sektor sosial lainnya. Menteri
Keuangan Sri Mulyani bahkan menyatakan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia dapat
menyebabkan sebanyak 3,78 juta orang jatuh miskin dan 5,2 juta orang kehilangan pekerjaan.
Menurunnya pendapatan masyarakat dapat membuat semua sektor masyarakat lebih rentan
terhadap Covid-19, karena mau tidak mau harus keluar mencari uang dan terkadang
mengabaikan pelaksanaan perjanjian kesehatan. Untuk mengatasi hal tersebut, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah merumuskan kebijakan dan langkah
antisipasi dalam upaya mengatasi dampak pandemi Covid-19 terhadap masyarakat. Salah satu
program untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 adalah Program Bantuan
Sosial (bansos) bagi masyarakat bawah yang terkena dampak langsung Covid-19. Namun,
ternyata bantuan pemerintah digunakan oleh beberapa partai politik untuk kepentingan
pribadi. Menurut catatan, pada 5 Desember 2020, Menteri Sosial Juliari Peter Batubara menjadi
tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK). Hal ini tentu saja langsung menjadi sorotan
utama media-media Indonesia. Sebagai pemimpin informasi utama, media pasti akan mengulas
kasus korupsi ini. Berbagai media cetak dan media online ramai membahas kasus korupsi dan
penangkapan Julia Batuba. Isu korupsi yang melibatkan pejabat pemerintah telah berulang kali
menjadi headline berita utama di media cetak dan online Indonesia. Berita utama tentang
korupsi pejabat pemerintah di media massa menekankan bahwa korupsi adalah bagian dari
kesakitan sosial masyarakat Indonesia dan membutuhkan perjuangan yang lebih serius melalui
jalur hukum, agama, dan sosial budaya. Di sisi lain, korupsi sulit dilacak dan ditemukan secara
empiris karena tertutup oleh kepentingan yang saling terkait antara aktor dan sistem
pemerintahan.
Kasus korupsi Juliari Batubara tercatat oleh kompas.com sebagai media online pertama
yang menulis artikel berjudul "Juliari Batubara menjadi tersangka, dan total 4 menteri di era
Joko secara tidak sengaja menemukan kasus dugaan korupsi." Disusul portal berita lainnya,
seperti Detik.com, Tribunnews.com, Suara.com, juga menulis artikel serupa. Kemudian pada
05.31 WIB pada 7 Desember 2020, Kompas.com menerbitkan artikel berjudul "Penyelidikan KPK
atas Kasus Tersangka Korupsi Menteri Sosial Juliari Batubara Sejak Juli 2020", menjadi
perusahaan pertama yang melaporkan perkembangan penangkapan Juliari Batubara. Online
media. Dengan banyaknya berita yang beredar tentang penangkapan Juliari Batubara,
masyarakat sebagai konsumen media tentunya harus berpartisipasi aktif dan menyaring segala
macam informasi yang disediakan oleh website berita online secara lebih selektif. Karena media
massa memiliki kekuatan untuk menjadi opini publik. Media massa memegang peranan penting
karena biasanya terlibat dalam produksi wacana politik serta konstruksi dan dekonstruksi
berbagai peristiwa politik, termasuk salah satu kasus korupsi yang dilakukan pejabat
pemerintah. Ada begitu banyak media massa di Indonesia, tentunya masing-masing media
memiliki kepribadian dan gaya penulisan yang berbeda, termasuk media online seperti
Kompas.com. Alexa.com, perusahaan penyedia traffic jaringan dan pemeringkatan jaringan,
mengatakan bahwa Kompas.com adalah yang paling populer. Selamat datang di media
elektronik. Peringkat ketiga yang paling banyak dikunjungi adalah setelah Okezone.com dan
Tribunnews.com. Kompas.comn juga memiliki 51,4% trafik bulanan. Selain itu, menurut
pengamatan penulis, Kompas.com merupakan media elektronik terpercaya karena bekerja
sama dengan TurnBackHoax.id untuk mengecek berita dan memverifikasi masalah.
Kompas.com juga menjadi media online terpenting yang menyiarkan perkembangan berita
seputar penangkapan Juliari Batubara oleh KPK. Oleh karena itu, dalam artikel ini, penulis ingin
menganalisis bingkai pemberitaan media online Kompas.com terkait penangkapan Juliari
Batubara dalam kasus korupsi Dana Bantuan Sosial Covid-19. Melalui analisis bingkai, siapa
yang mengontrol siapa, siapa yang menentang, siapa kawan dan musuh, siapa patron dan
pelanggan, siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan, siapa yang menindas siapa yang
tertindas, dan seterusnya. Kesimpulan ini kemungkinan besar diperoleh melalui analisis bingkai,
karena analisis bingkai memiliki kebebasan untuk menjelaskan dan menggunakan teori dan
metode tertentu. Metode framework telah berkali-kali digunakan untuk mempelajari korupsi
yang terjadi. Penelitian terkait kerangka analisis yang dilakukan pejabat pemerintah terkait
kasus korupsi yang dilakukan oleh politisi perempuan di Sulawesi Selatan. Analisis bingkai
pemberitaan kasus korupsi besar-besaran pejabat pemerintah Kota Malang dari media
elektronik detik.com juga ditulis oleh penulis. Ia juga menulis hasil analisis kerangka dan
penelitian yang dilakukan Setya Novanto pada kasus korupsi e-KTP berdasarkan CNNINDONESIA
dan VIVA.CO.ID. Berdasarkan observasi penulis, belum ada penelitian yang menuliskan
mengenai kasus korupsi Dana Bantuan Sosial Pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh mantan
Menteri Sosial Juliari Batubara pada media online Kompas.com. Dengan menggunakan analisis
framing, media dapat membingkai sebuah berita dengan sudut pandang yang berbeda-beda
meskipun hanya fokus pada satu peristiwa saja.
B. ANALSIS KASUS

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” . Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah
adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian.
Korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau bahkan suatu kelompok, biasanya menyalahgunakan kekuasaan atau fasilitas
yang ada pada dirinya karena kedudukan atau kedudukannya. Korupsi masih merajalela di
negara kita, Indonesia, meskipun sudah jelas ada undang-undang yang mengatur bahwa jika
seseorang melakukan tindak pidana korupsi, tidak membuat takut para koruptor di negara kita.
Contohnya Saat ini ada masalah serius yang sedang melanda dunia termasuk Indonesia yaitu
pandemi Covid 19 yang belum terselesaikan hingga saat ini. Covid-19 adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus corona, dan saluran pernapasan menjadi sasaran serangan. Kota Wuhan
diyakini sebagai kemunculan pertama virus ini. SARS-Cov-2 bukanlah virus jenis baru, melainkan
virus yang bermutasi dan berubah bentuk membentuk susunan genetik baru.Secara ilmiah
dijelaskan bahwa virus adalah virus, tetapi pakaiannya telah berubah. Corona virus memiliki
hubungan genetik dengan virus MERS dan SARS, sehingga diberi nama SARS-Cov-2. Menurut
informasi yang ada, DNA kelelawar mirip dengan DNA virus SARS-Cov-2 ini.Pasar basah di
Wuhan, Tiongkok diyakini sebagai awal mula kemunculan virus tersebut karena banyak segala
jenis hewan liar yang dijual untuk dikonsumsi disana sehingga pasar tersebut menyebabkan
virus cepat berkembang. Adapun salah satu berita yang membahas tentang kasus korupsi baru
baru ini adalah kasus dana bantuan Sosial (Bansos) di Kementerian Sosial. Komisi Pemberantas
Korupsi (KPK) yang telah menetapkan Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara sebagai
tersangka korupsi bantuan sosial (Bansos) bagi warga yang terdampak pandemic Corona. Juliari
yang datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu dilaporkan menerima suap
sebesar Rp 17 miliar dari penunjukan rekanan pengadaan sembako Bansos sembako untuk
warga Jabodetabek.
Tindak pidana korupsi merupakan bagian dari hukum pidana khusus, kecuali untuk
norma-norma tertentu yang berbeda dengan hukum pidana umum, seperti penyimpangan dari
hukum acara dan dari segi bahan normatif. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi langsung
maupun tidak langsung bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kebocoran dan
penyimpangan dalam keuangan dan perekonomian nasional. Dengan memprediksi
penyimpangan-penyimpangan tersebut sedini mungkin dan semaksimal mungkin, diharapkan
roda perekonomian dan pembangunan dapat berjalan normal, yang secara bertahap akan
berdampak pada peningkatan pembangunan dan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
menetapkan bahwa korupsi sangat merugikan keuangan negara, perekonomian nasional dan
pembangunan nasional. Demikian pula dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tindak pidana korupsi sangat merugikan
keuangan negara dan akan menghambat pembangunan nasional.Oleh karena itu, korupsi harus
diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tentang Pancasila dan
UUD 1945. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, berpendapat bahwa maraknya tindak
pidana korupsi yang selama ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga melanggar
hak-hak sosial dan ekonomi seluruh masyarakat. Pasal 2 ayat (2) UU Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi mengatur: “Dalam keadaan tertentu, orang yang melakukan tindak pidana
korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana mati. Dapat dikenakan
pidana denda.” Penafsirannya berbunyi: “Yang dimaksud dengan Yang dimaksud dengan
“keadaan khusus” dalam pasal ini adalah untuk menimbang pelaku tindak pidana korupsi. Jika
tindak pidana tersebut terjadi di negara dalam keadaan berbahaya menurut undang-undang
yang berlaku. Apabila terjadi bencana alam nasional, itu adalah tindak pidana korupsi, atau
pada saat negara ini dalam keadaan krisis ekonomi dan mata uang." Hal tersebut diperkuat
dengan adanya Keputusan Presiden No 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus (Covid 19) Dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020
Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus (Covid 19) yang berarti bahwa
bencana covid 19 termasuk kedalam keadaan tertentu, seperti yang dijelaskan pada UU Tipikor
Pasal 2 ayat (2).
Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum dan
ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi yang
mengidentifikasikan empat faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor
ekonomi dan faktor organisasi.
1. Faktor Politik
Politik adalah salah satu akar penyebab korupsi. Hal ini terlihat ketika terjadi
ketidakstabilan politik, kepentingan politik dari mereka yang berkuasa, dan bahkan ketika
kekuasaan diperoleh dan dipertahankan. Perbuatan korupsi seperti suap, memberikan
perlindungan, mencuri barang publik untuk keuntungan pribadi, dll termasuk dalam konstelasi
politik korupsi. Sementara itu, menurut De Assis, korupsi politik meliputi kecurangan dalam
pemilihan anggota legislatif atau pejabat administrasi (politik moneter), dana haram untuk
pembiayaan kampanye, cara-cara penyelesaian konflik parlemen yang tidak sah, dan teknik lobi
yang menyimpang.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum dapat dilihat dari dua aspek, yang pertama adalah tingkat legislatif, dan
yang lainnya adalah lemahnya penegakan hukum. Esensi hukumnya buruk, dan mudah
ditemukan dalam peraturan yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas (non lex
certa) multitafsir; kontradiksi dan tumpang tindih dengan peraturan lain (setara atau lebih
tinggi). Tidak sama dengan sanksi terhadap perbuatan yang dilarang, sehingga tidak mencapai
tujuannya dan dianggap terlalu ringan atau terlalu berat; menggunakan konsep yang berbeda
untuk hal yang sama, yang kesemuanya memungkinkan peraturan tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada, sehingga memiliki tidak ada fungsi atau Tidak ada produktivitas dan akan
ada resistensi.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak
mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro,
korupsi seharusnya hanya dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling
bawah dan logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang
bertahan hidup. Namum saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi.
4. Faktor organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di mana
korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinya korupsi. Bilamana organisasi tersebut tidak membuka peluang
sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Aspek-
aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi: kurang adanya
teladan dari pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar, sistem akuntabilitas di
instansi pemerintah kurang memadai, dan manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasinya.
Dalam peraturan Undang undang Nomor 20 Tahun 2001, perubahan Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberan tasan Korupsi, bahwa tindak pidana korupsi yang
selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga
tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pem berantasannya harus
dilakukan secara luar biasa. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan akibat adanya tindak
pidana korupsi diantaranya sebagai berikut :

a) Bidang Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Korupsi di pemilihan
umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan
kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Pada saat
yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.

b) Bidang Ekonomi

Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan


pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidak efisienan yang tinggi. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi
ongkos dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa
ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan- aturan baru dan
hambatan baru. Korupsi menimbulkan distorsi di dalam sektor publik dengan mengalihkan
investasi publik ke proyekproyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih
banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan
praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan.

c) Bidang Kesejahteraan Negara

Korupsi politis ada dibanyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi
sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan
yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil.
Indonesia dan Negara-negara saat ini terkena dampak dari pandemi covid-19, yang
mana serangan Covid-19 tersebut bersifat multi-dimensional, dampaknya mempengaruhi
banyak aspek yang tidak hanya aspek kesehatan semata melainkan termasuk juga aspek
ekonomi, sosial dan politik bangsa Indonesia. Salah satu berita yang beredar tentang kasus
korupsi baru baru ini adalah kasus dana bantuan Sosial (Bansos) di Kementerian Sosial Juliari
Batubara sebagai tersangka korupsi bantuan sosial (Bansos) bagi warga yang terdampak
pandemic Corona. Dalam hal ini terdapat kasus pelanggaran terhadap Pancasila Sila ke- 5,
dimana korupsi tersebut dapat menimbulkan ketidakadlan dan tindakan yang dapat merugikan
negara.
C. SOLUSI PENYELESAIAN

1. Solusi dari saya


Aparat penegak hukum bisa menegakkan peraturan perundang-undangan terkait
korupsi, apalagi saat ini virus covid-19 sudah merebak, tidak hanya berdampak pada kesehatan,
tetapi juga pada kondisi ekonomi. Aparat penegak hukum juga harus menghukum individu yang
korup sesuai dengan tindakan mereka. Lembaga legislatif Indonesia perlu membentuk sistem
pengawasan, dan lembaga lain juga melakukan pengawasan untuk mengawasi setiap keputusan
hukum yang dibuat oleh hakim dalam mengadili tindak pidana korupsi di Indonesia.
Peran masyarakat juga sangat penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi, misalnya mencari, memperoleh, dan memberikan data atau informasi
tentang tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung
jawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Meskipun hal tersebut
tidak dapat mencegah terjadinya korupsi, tapi setidaknya mengurangi dampak yang akan
ditimbulkan oleh korupsi.
2. Solusi dari pemerintah
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi. Sebagai contoh di beberapa negara didirikan
lembaga yang dinamakan Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan oleh Parlemen
Swedia dengan nama Justitieombudsmannen pada tahun 1809. Peran lembaga ombudsman
yang kemudian berkembang pula di negara lain--antara lain menyediakan sarana bagi
masyarakat yang hendak mengkomplain apa yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah dan
pegawainya. Selain itu lembaga ini juga memberikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat
serta mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi lembaga pemerintah
maupun lembaga hukum yang membutuhkan.
Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah dengan
memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum Otonomi Daerah
diberlakukan, umumnya semua kebijakan diambil oleh Pemerintah Pusat. Dengan demikian
korupsi besar-besaran umumnya terjadi di Ibukota negara atau di Jakarta. Dengan otonomi
yang diberikan kepada Pemerintah Daerah, kantong korupsi tidak terpusat hanya di ibukota
negara saja tetapi berkembang di berbagai daerah. Untuk itu kinerja dari aparat pemerintahan
di daerah juga perlu diperbaiki dan dipantau atau diawasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anzari, P. P., & Fariza, N. P. (2021). Analisis framing pemberitaan penangkapan juliari batubara
dalam korupsi dana bansos covid-19 pada kompas.com. Jurnal Kajian Media, 5(1).
https://doi.org/10.25139/jkm.v5i1.3618
Leliana, I., Herry, H., Suratriadi, P., & Enrieco, E. (2021). Analisis Framing Model Robert Entman
tentang Pemberitaan Kasus Korupsi Bansos Juliari Batubara di Kompas.com dan
BBCIndonesia.com. Cakrawala - Jurnal Humaniora, 21(1).
https://doi.org/10.31294/jc.v21i1.10042
Simatupang, R. (2021). ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KOMPAS.COM TENTANG COVID-19
DI DKI JAKARTA. Jurnal Pustaka Komunikasi, 4(1).
https://doi.org/10.32509/pustakom.v4i1.1315
Sina, L. (2008). Dampak dan upaya pemberantasan serta pengawasan korupsi di Indonesia.
Jurnal Hukum Pro Justitia, 26(1).
Pasaribu, O. L. H., Jauhari, I., & Zahara, E. (2008). Kajian Yuridis terhadap Putusan Bebas Tindak
Pidana Korupsi (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Medan). Jurnal Mercatoria, 1(2),
130-140.
Fatah, A., Jaya, N. S. P., & Juliani, H. (2016). Kajian Yuridis Penerapan Unsur Merugikan
Keuangan Negara dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi. Diponegoro Law
Journal, 6(1), 1-15.

Anda mungkin juga menyukai