Oleh:
Email: ayuazka305@gmail.com
Abstrak
Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai kasus korupsi
dana bantuan sosial. Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang merugikan negara bahkan
masyarakat. Korupsi merupakan masalah yang sering terjadi dari tahun ke tahun. Hal ini sangat
memprihatinkan karena pejabat publik menyalahgunakan kekuasaannya hanya untuk
kepentingan diri sendiri. Seperti kasus korupsi baru-baru ini yang dilakukan oleh eks menteri
sosial Juliari Batubara yang menyebabkan kerugian sangat besar. Artikel ilmiah ini memuat
kronologi serta penyelesaian kasus korupsi dana bansos yang menjerat Juliari Batubara.
Abstract
This article was created with the aim of increasing the reader's knowledge about cases of
corruption in social assistance funds. Corruption is an act that is detrimental to the state and
even society. Corruption is a problem that often occurs from year to year. This is very
concerning because public officials abuse their power only for their own interests. Like the
recent corruption case by former social minister Juliari Batubara which caused huge losses.
This scientific article contains the chronology and resolution of the social assistance fund
corruption case that ensnared Juliari Batubara.
PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2019 dunia sedang digemparkan oleh wabah virus corona yang
menyebabkan banyakya kasus kematian akibat virus tersebut. Indonesia mengalami peningkatan
persentase angka kematian akibat Covid-19 yakni data per 14 Mei 2021, menunjukkan angka
kematian Covid-19 sebesar 2,7 persen. Di samping banyaknya kasus kematian, ini juga
berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat di Indonesia. Sektor-sektor ekonomi sebagian
besar lumpuh akibat pandemi ini sehingga banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan dalam
situasi krisis ekonomi. Pemerintah pun melakukan bantuan dengan beberapa progam seperti
Program Kartu Harapan (PKH), Program Prakerja, dan lain sebagainya. Dalam menangani kasus
ini, pemerintah membuat salah satu program bantuan sosial yang bekerja sama dengan
kementrian sosial. Bantuan ini diharapkan dapat tepat sasaran dan mampu membantu
masyarakat. Namun, adanya dugaan korupsi terhadap dana bantuan sosial menjadi masalah yang
serius di masa pandemi ini mengingat besarnya kerugian negara yang ditimbulkan akibat dugaan
korupsi tersebut.
Korupsi di Indonesia marak terjadi dari tahun ke tahun. Hal ini sangat memprihatinkan
karena pejabat publik menyalahgunakan kekuasaannya hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Korupsi sendiri menimbulkan kerugian negara secara materi sehingga berdampak pada
lambatnya petumbuhan ekonomi negara serta lesunya investasi.Dugaan kasus korupsi yang
dilakukan eks Menteri Sosial Juliari Batubara harus diusut agar mempunyai sifat jera dan
memberantas korupsi yang ada di Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia harus
ditegakkan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.
Ujung Kasus Korupsi Dana Bantuan Sosial Covid-19 (Ayu Azka Khoirunisa)
korupsi. Keberhasilan pemberantasan korupsi membawa dampak positif yang meluas bagi
rakyat, bangsa dan negara. Mengapa demikian? Karena korupsi menunjukkan pada perbuatan
yang rusak, busuk, bejat, tidak jujur yang disangkutpautkan dengan keuangan.
Mengenai hal tersebut, ada beberapa rumusan-rumusan masalah yang menjadi perhatian
untuk dikaji lebih dalam seperti apa latar belakang, dampak apa yang ditimbulkan, dan
bagaimana cara penyelesaian dari kasus tersebut. Disamping itu juga sumber data dalam
menelaah kasus tersebut yakni dengan cara memasukkan kata kunci yang tepat ke dalam kolom
pencarian yang relevan.
PEMBAHASAN
Korupsi merupakan suatu bentuk tindakan pidana yang dapat merugikan banyak orang.
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 korupsi adalah setiap orang yang dengan
sengaja dengan melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan kerugian keuangan negara atau
Ujung Kasus Korupsi Dana Bantuan Sosial Covid-19 (Ayu Azka Khoirunisa)
perekonomian negara. Korupsi dapat diakategorikan sebagai tindak pidana yang luar biasa
dikarenakan dampak yang ditimbulkan lumayan besar dalam aspek ekonomi dan merugikan
khalayak umum.
Adanya dugaan korupsi ini diawali dengan adanya pengadaan bansos penanganan Covid-
19 berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI tahun 2020. Pengadaan tersebut bernilai
sekitar Rp5,9 Triliun dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan dua periode. Pada saat itu eks
mensos Juliari menunjuk dua orang yaitu Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukan
langsung para rekanan. Dari upaya tersebut diduga dan disepakati adanya imbalan dari tiap-tiap
paket pekerjaan yang harus disetorkan para rekanan kepada Kementrian Sosial melalui Matheus.
Imbalan yang didapat pada tiap paket bansos disetujui oleh Matheus dan Adi sebesar
Rp10 ribu per paket sembako dari nilai Rp300 ribu per paket Bansos. Kemudian, Matheus dan
Adi membuat kontrak pekerjaan pada bulan Mei hingga November 2020 dengan beberapa
supplier sebagai rekanan yang di antaranya Ardian I M dan Harry Sidabuke dan juga PT RPI
yang diduga milik Matheus. Juliari mengetahui penunjukan PT RPI milik Matheus dan juga
disetujui oleh Adi.
Pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama diduga diterima imbalan
sebesar Rp12 miliar dan pembagiannya diberikan secara tunai oleh Matheus kepada Juliari
melalui Adi dengan nilai sekitar Rp8,2 miliar. Selanjutnya uang tersebut dikelola oleh dua orang
kepercayaan Juliari yaitu Eko dan Shelvy untuk digunakan membayar berbagai keperluan Juliari
secara pribadi.
Ujung Kasus Korupsi Dana Bantuan Sosial Covid-19 (Ayu Azka Khoirunisa)
Pada pelaksanaan periode kedua paket bansos, terkumpul uang imbalan dari bulan
Oktober sampai Desember 2020 sejumlah sekitar Rp8,8 miliar yang juga diduga akan
dipergunakan untuk keperluan Juliari.
Dampak yang ditimbulkan terkait adanya dugaan korupsi ini masih terus dilakukan
penyelidikan menyeluruh oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Disamping itu, dampak
yang dirasakan oleh masyarakat yaitu tidak meratanya pembagian paket sembako, isi dan
kualitas paket sembako yang buruk, serta merasa telah terkhianati oleh adanya korupsi ini
mengingat masyarakat sedang mengalami krisis ekonomi dalam masa pandemi.
Oleh perbuatannya itu, Juliari dan dua anak buahnya dijerat dengan pasal suap sesuai
dengan hasil operasi tangkap tangan (OTT) yang telah dilakukan. Dalam kasus ini jaksa menilai
Juliari telah melanggar Pasal 12 huruf (b) jo Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah
dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64
Ayat (1) KUHP. Sedangkan Matheus dan Adi melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b
atau Pasal 11 dan Pasal 12 huruf i UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1
ke 1 KUHP.
Juliari divonis 12 tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider kurungan 6 bulan oleh
majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta. Selain itu, Juliari telah
dituntut untuk membayar uang pengganti senilai Rp14,5 miliar dan hak politik untuk dipilih
dicabut selama 4 tahun.
Ujung Kasus Korupsi Dana Bantuan Sosial Covid-19 (Ayu Azka Khoirunisa)
PUSTAKA ACUAN
Ujung Kasus Korupsi Dana Bantuan Sosial Covid-19 (Ayu Azka Khoirunisa)