Anda di halaman 1dari 5

I.

    Pendahuluan 

Pandemi covid-19 membawa dampak besar terhadap berbagai sektor kehidupan. Hal ini selaras
dengan apa yang disampaikan oleh Saiful seorang pengamat kebijakan publik dan pelaku bisnis,
bahwa ada tiga dampak besar pandemi Covid-19 bagi perekonomian nasional:

1. Melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli.

2. Melemahnya bidang investasi dan berimplikasi terhadap berhentinya berbagai bidang usaha.

3. Pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun. Akibat dampak


tersebut, pemerintah telah melakukan tindakan cepat, program vaksinasi, program
pemulihan ekonomi nasional, BLT, dan bantuan modal usaha UKM/UMKM.

Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah juga menyelenggarakan program dana bantuan sosial
(Bansos) bagi masyarakat miskin atau mereka yang terkena dampak pandemi. Presiden Joko Widodo
membentuk badan khusus untuk menangani pandemi Covid-19, yaitu dengan membentuk komite
khusus penanganan Covid-19 dan Dewan Nasional Pemulihan Ekonomi (PEN). Pembentukan panitia
tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden

Nomor 82 Tahun 2020 tentang Penanganan Penyakit Virus Corona 2019 (Covid-19) dan Panitia
Pemulihan Ekonomi Nasional. 

Namun kebijakan pemerintah tersebut justru disalahgunakan oleh oknum tertentu salah satunya
aksi korupsi dalam dana bantuan sosial covid-19 yang dilakukan oleh menteri sosial Juliari Peter Batu
bara. Langkah pertama, adalah Menteri Juliari membentuk tim khusus yang terdiri dari direktur
Jenderal Perlindungan Jaminan Sosial Papen Nazarudin dan dua orang sebagai pejabat pembuat
komitmen, yakni Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono. Langkah kedua, adalah menetapkan tim
khusus untuk menunjuk langsung pemenang tender dan menetapkan isi paket bansos, kemudian
peserta tender diminta untuk menyerahkan fee minimal 10% untuk satu paket sembako kepada
Menteri Juliari. Fee tersebut kemudian dikumpulkan dalam koper di sejumlah tempat dan dikelola
oleh staf Juliari dan dua sekretarisnya. Uang tersebut diduga digunakan untuk keperluan pribadi
menteri Juliari dan partai yakni; sewa jet pribadi, sewa hotel, ruangan, makanan, dan digunakan
untuk pemenangan calon kepala daerah dari PDIP. 

II. Pembahasan

1. Problematika Kasus Korupsi Dana Bantuan  Sosial 

Pada dasarnya untuk mengiringi kebijakan Dana Bansos pemerintah telah membentuk Peraturan
Presiden Nomor 82 tahun 2020, bahwa didalamnya dinyatakan:

1. Dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan ekonomi
nasional, serta pemulihan dibentuk Komite transformasi Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) dan Pemulihan Nasional yang selanjutnya Ekonomi disebut Komite.

2. Komite berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. 

Komite ini terdiri dari tiga bagian yaitu, Komite Kebijakan, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-
19, dan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional. Komite ini bertujuan untuk
menyusun dan mengawal seluruh program pemulihan ekonomi serta memulihkan perekonomian
nasional yang diperkirakan akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Adapun kewenangan yang
diemban oleh komite tersebut adalah:
1. Komite Kebijakan bertugas menyusun rekomendasi kebijakan strategis kepada presiden
demi mempercepat penanganan Covid19 dan pemulihan ekonomi, serta mengintegrasikan
dan mengevaluasi seluruh terobosan kebijakan dalam percepatan penanganan Covid-19 dan
pemulihan ekonomi.

2. Satgas Penanganan Covid-19 bertugas dalam menyelesaikan permasalahan pelaksanaan


kebijakan strategis penanganan Covid19 secara cepat dan tepat, melakukan pengawasan
dan menetapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam kebijakan terkait penanganan
Covid-19.

3. Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional bertugas menyelesaikan


permasalahan pelaksanaan kebijakan strategis, melakukan pengawasan, dan menetapkan,
serta melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan dalam pemulihan ekonomi nasional.

Walaupun pemerintah telah memberikan kebijakan yang telah ditetapkan dalam pemberian bantuan
sosial Covid-19, tetapi masih banyak sekali oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan
momentum tersebut untuk mereka jadikan sebagai kesempatan dalam mengeruk hak- hak
warganya. Hal tersebut juga diakibatkan karena kurangnya pengawasan dari pemerintah dalam
proses keberlangsungan aktivitas dana bantuan sosial Covid-19 di Indonesia serta belum diaturnya
sistem pelayanan publik yang transparan dan akuntabel dalam proses distribusi dana bantuan sosial
Covid-19 ke masyarakat dari tingkat pusat hingga daerah. Sehingga hal tersebut membuka peluang
baru bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk dapat melakukan tindak pidana korupsi.

Kasus korupsi dana bantuan sosial covid-19 yang terjadi di

Indonesia saat ini merupakan salah satu kasus yang sangat merugikan masyarakat di Indonesia. Hal
ini terlihat dari buruknya regulasi penyaluran bansos Covid-19 dan koordinasi dari pemerintah, juga
kacaunya proses pendataan data masyarakat yang berhak untuk menerima dana bantuan sosial
Covid-19. Kasus tersebut dibuktikan dari adanya pengakuan dari masyarakat serta fakta yang
memperlihatkan bahwa paket sembako yang diberikan sangat tidak sesuai dan jauh dari kata layak
dari nominal yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu masyarakat terdampak kasus
korupsi dana bantuan sosial Covid-19 ini adalah masyarakat miskin.

Berdasarkan program Mata Najwa 11 Februari 2021 di dalamnya dibahas terkait kasus korupsi dana
bansos Covid -19 bahwa masyarakat miskin adalah salah satu korban dari buruknya regulasi dana
bantuan sosial Covid-19, mereka menyatakan bahwa paket sembako yang mereka terima dari
pemerintah sangatlah jauh dari nominal yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 300.000
untuk satu paket sembako dengan biaya potongan Rp 15.000 biaya goodie bag, dan potongan biaya
Rp 15.000 biaya jasa transportasi. Artinya secara keseluruhan isi paket sembako tersebut seharusnya
bernilai sekitar Rp 270.000. Akan tetapi, warga mengaku bahwa paket sembako yang mereka terima
jauh dari nominal yang telah ditetapkan pemerintah dalam satu paket sembako tersebut. Hal
tersebut dapat mereka ketahui dari jenis kualitas dan merek dari masing- masing item barang yang
terdapat dalam satu paket sembako. Warga juga mengeluhkan bahwa isi barang atau item dari paket
sembako tersebut sangatlah tidak layak pakai, hal ini terlihat dari jenis beras yang berkutu juga
sangat kusam, ayam yang busuk, dan jenis- jenis barang lainnya seperti sarden dan susu yang
memiliki kualitas yang rendah atau merek yang bahkan mereka tidak pernah melihat sebelumnya di
pasaran. Hasil dari penghitungan dan penelitian warga, mereka menyatakan bahwa isi paket
sembako yang mereka terima hanya berkisar antara Rp. 140.000 sampai dengan Rp. 150.0000 saja,
tentu nominal tersebut sangatlah jauh dari nilai nominal satu paket sembako yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Dari penelusuran BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) di Jabodetabek, BPKP
menemukan harga yang tidak wajar dalam paket bantuan sosial untuk masyarakat saat pandemi ini.
Dalam penemuan proses penelusuran BPKP dalam paket bantuan sosial untuk masyarakat saat
pandemi di Jabodetabek, BPKP menemukan sebesar Rp. 65,88 miliar kelebihan pembayaran harga
bahan pokok sembako. Kemudian, selisih harga untuk transporter di Jabodetabek senilai Rp. 2,97
Miliar, dan kelebihan pembayaran dalam goodie bagbantuan sosial (bansos) sebesar Rp. 6,09 Miliar.
Sehingga dari proses penghitungan menurut BPKP anggaran bansos diduga dikorupsi sebesar Rp.
20,8 Miliar.

Secara umum korupsi terjadi dalam penyaluran dana bansos yaitu kuota penerima dikurangi bahkan
bansos tidak diterima sama sekali. Pelaku membuat daftar penerima bantuan virtual namun tidak
ada penerima tetapi dana tetap digunakan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan dan
kebijakan tegas yang dilakukan oleh pemerintah dalam proses regulasi bantuan dana covid-19 di
Indonesia. Sehingga sangat dibutuhkan kerjasama antar lembaga dan pemerintah dalam
menciptakan skema sistem yang terintegrasi dan koordinatif guna menciptakan sistem pelayanan
publik dalam penyaluran dana bansos Covid-19 yang optimal sebagai langkah untuk mencegah
terjadinya korupsi. (Pukat UGM dalam Solihah, R., & Triono, T, 2020: 71)

2. Peran Lembaga Negara dalam Penyelesaian Kasus Korupsi Dana Bansos Covid-19 di Indonesia

Peranan          pemerintah    sangat             diperlukan     dalam proses berlangsungnya bantuan sosial
Covid-19 di Indonesia. Untuk dapat melaksanakan penyaluran bantuan sosial dengan baik, benar,
dan terhindar dari praktek korupsi maka pemerintah harus menyusun petunjuk pelaksanaan dan
menetapkan para pihak serta lembaga yang menjadi sasaran dalam penerimaan bantuan sosial dana
Covid-19 ini. Selanjutnya menentukan bentuk bantuan dapat berupa transfer uang atau barang
maupun jasa yang nantinya akan disalurkan secara langsung melalui bank, pos atau lembaga
penyalur yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghindari adanya
penyimpangan atau terjadinya praktek korupsi dalam proses penyalurannya. Peranan dari lembaga-
lembaga pemerintahan negara yang bertugas untuk mencegah dan mengawasi suatu tindakan
korupsi dan memeriksa keuangan negara juga sangat diperlukan. Lembaga- Lembaga tersebut
adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Peranan utama dari KPK sebagai lembaga negara yang bertugas untuk dapat mengawasi dan
menyelidiki kasus korupsi dana bantuan sosial Covid-19 di Indonesia adalah melakukan upaya-upaya
yang preventif melalui tiga cara yakni, pencegahan, penindakan, dan edukasi. Hal tersebut diatur
dalam pasal 6 dan 7 UU No. 19 Tahun 2019.

Dalam bidang pencegahan KPK melakukan wewenang yang bertugas melakukan fungsi koordinasi
dan monitoring di tingkat pusat dan daerah, dengan cara membentuk 15 satuan gagas khusus pada
Kedeputian Pencegahan, yaitu:

1. Bekerja bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dengan cara tim
melakukan penelitian dan memberikan rekomendasi permasalahan yang bersifat sistematik
dalam pengadaan barang dan jasa dalam penanganan Covid-19. Tim juga bertugas
melakukan kerjasama dengan kementerian dan lembaga terkait untuk melakukan
pendampingan refocusing.

2. Melakukan kegiatan dan realokasi anggaran dana, serta melakukan proses pendampingan
dalam Pengadaan Barang dan Jasa di masa darurat.
3. Melakukan koordinasi kepada 9 Satgas di tingkat yang bekerjasama dengan instansi lainnya
seperti BPKP, PKPP dan APIP yang bertugas untuk mendampingi pemerintah daerah dalam
proses refocusingdan realokasi APBD untuk penanganan Covid-19.

Pada saat melakukan tugas wewenang koordinasi dan recofusing, KPK juga menemukan beberapa
titik rawan yang dicurigai sebagai tempat yang dapat dimanfaatkan dalam kasus korupsi dana
bantuan sosial Covid-19 di Indonesia yakni, dalam proses pengadaan barang dan jasa, penyaluran
bantuan dan penyelewengan dana hibah, alokasi sumber dana dan belanja (APBN) dan (APBD),
penyelewengan dana di bantuan tingkat pusat dan daerah.

Peran KPK dalam melaksanakan wewenang dalam mengawal pengalokasian dana bantuan sosial
Covid-19 dalam bidang penindakan adalah berhasilnya peran KPK dalam mengungkapkan kasus suap
anggaran dana bantuan sosial Covid-19 yang dilakukan oleh pejabat kementerian sosial dan
sejumlah pihak anggota yang bersangkutan. Langkah tersebut adalah langkah kebijakan KPK dalam
merespons kemudahan akses anggran korupsi dalam dana bantuan sosial Covid19 di Indonesia.

Selanjutnya, peran KPK dalam bidang edukasi adalah melakukan peluncuran aplikasi JAGA Bansos,
sebagai respons perintah dalam menangani kasus permasalahan dana bantuan sosial Covid-19 salah
sasaran. JAGA Bansos merupakan aplikasi yang memberikan informasi mengenai dana bantuan
sosial Covid-19, dan juga sebagai aplikasi dimana masyarakat dapat menyampaikan keluhan atas
tindakan penyimpangan atau penyalahgunaan bansos di lapangan, yang bertujuan untuk
mengedukasi masyarakat agar dapat aktif berpartisipasi melakukan upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi dalam pengalokasian bantuan sosial Covid-19 di Indonesia.

Selain KPK yang berwenang untuk melaksanakan langkah kebijakan pengawasan dan penyelidikan
dalam kasus penyalahgunaan dana bantuan sosial Covid-19 yang di korupsi, ada lembaga lain yang
ikut turut membantu dalam melakukan tindakan pengawasan dan pencegahan dalam
penyalahgunaan dana bantuan sosial Covid-19 di Indonesia yaitu BPK. BPK berperan dalam
membantu masyarakat untuk dapat turut aktif melakukan pengaduan dan pengawasan, serta
memberikan informasi kepada BPK untuk dapat melakukan pemeriksaan, kemudian dapat
ditindaklanjuti apabila, ditemukan penyelewangan dalam penyalahgunaan anggaran dana bantuan
sosial Covid-19 di Indonesia.

Oleh karena itu, dengan adanya kebijakan- kebijakan langkah regulasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah serta langkah preventif yang telah dilakukan oleh lembaga- lembaga pemerintahan
negara seperti KPK, BPK, dan BPKP diharapkan korupsi dana bantuan sosial di masa pandemi Covid-
19 di Indonesia tidak terulang kembali. Agar masyarakat dapat menikmati dan menerima hak-
haknya sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh pemerintah. Sehingga tidak ada lagi kasus yang
membawa kerugian bagi masyarakat dan perekonomian negara.

III. Kesimpulan 

Kasus korupsi dana bantuan sosial Covid-19 yang dilakukan oleh para pihak yang tidak bertanggung
jawab banyak membawa dampak kerugian bagi masyarakat dan juga perekonomian di Indonesia.
Kasus korupsi tersebut terjadi karena kacaunya sistem pendataan penerima bansos dan proses
penyaluran dana bansos, serta kurangnya pengawasan dan kebijakan tegas yang dilakukan oleh
pemerintah dalam proses regulasi bantuan dana covid-19 di Indonesia. Dengan demikian, adanya
kebijakan- kebijakan langkah regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, serta langkah preventif
yang telah dilakukan oleh lembaga- lembaga pemerintahan negara seperti KPK, BPK, dan BPKP
diharapkan dapat mengatasi korupsi di Indonesia, khususnya bagi korupsi dana bantuan sosial di
masa pandemi Covid-19 di Indonesia ini. Agar masyarakat dapat menikmati dan menerima hak-
haknya sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh pemerintah. Sehingga, tidak ada lagi kasus yang
membawa kerugian bagi masyarakat dan perekonomian negara.

Daftar Pusataka

Peraturan Undang-Undang:

Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 (Perpres) tentang Penanganan

Penyakit Virus Corona 2019 (Covid-19) dan Panitia Pemulihan Ekonomi Nasional.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2019 Tentang KPK Jurnal:

Solihah, R., & Triono, T. (2020). PERAN KPK DALAM MENGAWAL PENGALOKASIAN DANA BANTUAN
SOSIAL DI MASA PANDEMI

COVID-19. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 16(2), 69-80.

Yamali, F. R., & Putri, R. N. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi

Indonesia. Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4(2), 384-388.

Website:

Fikri, C. (2021, February 5). Tiga Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Perekonomian Nasional.
beritasatu.com. https://www.beritasatu.com/ekonomi/728997/tiga –dampak–pandemicovid19–
bagi–perekonomian–nasional

Malau, S. (2021, March 22). ICW Sebut Ada Peningkatan Jumlah Perkara dan Terdakwa Kasus
Korupsi Sepanjang 2020.
Tribunnews.com. https://mtribunnews.com.cdn.ampproject.org/v/s/m.tribunnews.com/amp/
nasional/2 021/03/22/icw-sebut-ada-peningkatan-jumlah-perkara-dan-terdakwakasus-korupsi-
sepanjang-2020

Malau, S. (2021, March 22). ICW Sebut Ada Peningkatan Jumlah Perkara dan Terdakwa Kasus
Korupsi Sepanjang 2020.
Tribunnews.com. https://mtribunnews.com.cdn.ampproject.org/v/s/m.tribunnews.com/amp/
nasional/2 021/03/22/icw-sebut-ada-peningkatan-jumlah-perkara-dan-terdakwakasus-korupsi-
sepanjang-2020

Link Dokumen:

http://bit.ly/Downloadessay_2

Anda mungkin juga menyukai