Anda di halaman 1dari 3

Nama : Agung Darmasila

NIM : 041961331

Prodi : Administrasi Negara

Tugas 1

1. Reformasi birokrasi telah berlangsung lama di Indonesia dan dilakukannya reformasi birokrasi salah
satunya adalah sebagai upaya pengentasan patologi birokrasi. Namun, apakah menurut Anda patologi
birokrasi ini benar-benar telah terselesaikan? berikan penjelasan anda secara detail dengan analisis
terhadap kasus yang anda ketahui!

2. Tahun 2019 kita mengenal adanya pandemi Covid-19 yang menyerang Wuhan, dan Indonesia sendiri
terkonfirmasi terkontaminasi dengan pandemi tersebut pada awal tahun 2020 kurang lebih bulan
Maret. Sejak Maret, semakin hari semakin banyak korban covid-19 berjatuhan, sehingga Indonesia
mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-
19. Pada dasarnya sebuah kebijakan seharunya memberikan solusi atas permasalahan masyarakat,
namun tidak hanya memberikan solusi, kebijakan juga dapat memberikan dampak buruk. Silahkan Anda
jelaskan dan berikan analisis anda terhadap dampak yang terjadi pada kebijakan publik berkaitan
dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut!

Jawaban

Nomor 1

Upaya penanggulangan patologi birokrasi pada hakikatnya adalah pemberian pelayanan dasar kepada
masyarakat, yaitu pemenuhan tugas aparatur negara. Namun kondisi yang ada di masyarakat
menunjukkan bahwa pelayanan publik belum berjalan secara maksimal dan berbagai kendala masih ada,
sehingga belum terlaksananya birokrasi yang efektif bagi masyarakat. Aparatur negara harus memiliki
pemahaman tentang patologi birokrasi, sehingga proses mewujudkan tujuan pembangunan dapat
berlangsung. Ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya patologi birokrasi baik secara internal
maupun eksternal. Pada faktor internal yang memegang peranan sangat penting yaitu moralitas yang
khas pada setiap aparatur negara, sifat moral pada masing-masing aparatur sangat mempengaruhi
fungsinya. Faktor eksternal munculnya patologi birokrasi adalah unsur budaya organisasi, sistem atau
prosedur, penegakan sanksi atau undang-undang, dan manajemen. Fred W. Riggs (1996) berpendapat
bahwa patologi birokrasi di negara berkembang disebabkan oleh campur tangan pejabat pemerintah
yang tidak seharusnya dilaksanakan, campur tangan yang berlebihan oleh pejabat pemerintah membuat
birokrasi tidak melayani kepentingan publik sebagaimana mestinya.

Birokrasi Indonesia erat kaitannya dengan budaya negara dan sangat dipengaruhi oleh subyek budaya
yang ada. Budaya dan kebiasaan yang sulit diubah karena berkaitan erat dengan moralitas, inilah awal
dari gejala patologi birokrasi. Realitas industri menunjukkan bahwa fenomena tersebut rawan terhadap
patronase, dimana lahir model saling menguntungkan dan menguntungkan, atau yang disebut dengan
simbiosis resiprositas. Jadi pemerasan, suap, pelayanan lambat, prosedur berbelit-belit, korupsi,
konspirasi dan nepotisme sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit birokrasi, antara lain:

1. Perlunya reformasi tata kelola global

2. Menciptakan langkah-langkah hukum dan regulasi yang jelas

3. Membangun sistem akuntabilitas dan transparansi.

4. Menerapkan prinsip-prinsip good governance untuk memerangi patologi birokrasi.

Sebagai pertanggungjawaban terhadap kewenangan yang telah diberikan rakyat kepada penyelenggara
negara, akuntabilitas menjadi tolak ukur bagi kredibilitas penyelenggara negara dalam menjalankan
tugasnya, sebagaimana dijelaskan pada UU No. 28 Tahun 1999.

Revitalisasi manajemen pemerintahan guna mencegah adanya patologi birokrasi diantaranya:

1. Pengelolaan kebijakan

2. Pelayanan informasi pelayanan publik

Nomor 2

Pada 31 Maret 2020, Presiden RI menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No 1 Tahun 2020
(PERPPU 01/2020) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan dalam Rangka Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional atau Stabilitas Sistem Keuangan di Negara Indonesia.
Kementerian Keuangan juga menyampaikan bahwa COVID-19 memberikan ancaman kehilangan
pendapatan masyarakat. Selain itu banyak perusahaan, pabrik, toko dan UMKM yang terpaksa tutup
atau bahkan melakukan pengurangan pegawai atau PHK. Investor cenderung untuk tidak berinvestasi
dikarenakan berubahnya asumsi pasar. Dari dampak diatas pemerintah melakukan berbagai kebijakan
sebagai upaya penanganan dan pemulihan akibat Pandemi Covid -19 ini diantaranya:

1. 10 April - 23 April 2020 Pelaksanaan PSBB yaitu di Provinsi Jawa Barat dan Banten juga diusulkan ke
Menteri Kesehatan PSBB. Juni 2020, seiring penyebaran COVID-19 yang belum mereda.

2. 2 April sd Juni 2020 PSBB yang semula hanya 1 hari diperpanjang menjadi . Hal itu ditandai dengan
mendorong kegiatan ekonomi di tempat dan bangunan komersial, tempat ibadah dan perkantoran,
asalkan diikuti dengan praktik kesehatan. PSBB ketat setelah mempertimbangkan tiga masalah yaitu
kematian, jumlah pasien di ruang isolasi dan ICU dan perawatan intensif rumah sakit.

3. 12 Oktober sd. 12 November 2021 Pada periode ini, masa transisi PSBB dipulihkan karena
perlambatan pertumbuhan jumlah kasus infeksi COVID-19. Dengan diberlakukannya kembali PSBB pada
masa transisi ini, beberapa pembatasan kembali dilonggarkan, antara lain diperbolehkan makan di
restoran dengan standar kesehatan yang ketat, kemudian diikuti pembelajaran tatap muka. PPKM
aturan yang berlaku adalah sistem kerja WFH Perorangan yang tidak memakai masker di tempat umum
akan dikenakan sanksi berupa pembersihan tempat umum atau denda sebesar Rp 250.000. kafe
maksimal 20 menit b. Pasar kebutuhan pokok masyarakat dapat beroperasi 100%, sedangkan pasar non-
esensial maksimal 50, dengan jam buka hingga pukul 15.00 WIB. Program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 yang besarnya telah disetujui oleh
pada tanggal 9 Mei 2020. Kebijakan tersebut dibahas dalam Komite Penanganan COVID-19 dan tentang
Revitalisasi Perekonomian Nasional.

Panitia terdiri dari Panitia Politik, Pokja Penanganan Covid-19, dan Pokja Revitalisasi dan Transformasi
Perekonomian Negara. Secara umum perkembangan positif pelaksanaan program PEN didukung oleh
berbagai langkah percepatan, antara lain percepatan pengeluaran untuk memerangi COVID-19
diantaranya insentif usaha, DAK Fisik, Dana Insentif Daerah (DID) Pemulihan, dan Pra Kerja, serta dengan
mengoptimalkan program-program baru yang dapat langsung direalisasikan yaitu program Bantuan
Produktif UMKM (BPUM) dan Subsidi Gaji/Upah.

Sumber referensi:

Buku Materi Pokok ADPU 4230 Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Universitas Terbuka

Rosidah. 2005."Patologi birokrasi dalam organisasi public dan upaya pencegahannya, Informasi".
Vol 31, No 1.

Dedeng Yoesoef Maolani, Amalia Purnama Sari, Arindhini Amalia, Cyntia Octavelia Sholeha (2022)
"Patologi Birokrasi dan Upaya Pencegahannya untuk menciptakan Birokrasi yang efisien" Jurnal
Dialektika: Jurnal Ilmu Sosial 19(1). 47-56

Novita Maulida Ikmal, Machdian Noor (2021). Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Penanganan
Covid-19. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 19(2), 155-166. DOI:
https://doi.org/10.36762/jurnaljateng.v19i2.910

Anda mungkin juga menyukai