Anda di halaman 1dari 23

NAMA: Syahrul Putra Pratama

KELAS: 2A
NIM: 21142029044
MATKUL: PANCASILA

SOAL!!!!

1. Ketahanan Kesehatan Nasional kita diuji PANDEMI COVID 19. Menggerus hampir seluruh

sendi kehidupan, laksana berkejaran antara mengatasi pandemi dengan menggerakkan

ekonomi.

Negara yang cepat mengatasi Covid maka akan segera menghidupkan roda

perekonomiannya. Vietnam salah satu Negara di Asia yang mampu cepat keluar dari

Covid, yang efeknya roda ekonomi Negerinya bergerak.

Buatlah analisa dalam perspektif ketahanan kesehatan Nasional!, Mengapa suatu

negara bisa cepat keluar dari covid?, bandingkan pula dengan penanganan di Negeri kita!

(panjang tulisan 1500 karakter).

2. “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Tidak berlebihan jika sila ke lima masih

jauh dari harapan publik. “Keadilan” rasanya belum adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Buatlah tulisan dengan tema “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia!, sertakan

kejadian faktual yang merobek-robek rasa keadilan sosial di masyarakat!. (panjang tulisan

1500 karakter).

3. Ternyata globalisasi tidak semua Negara menerimanya, masih ada Negara yang menutup

globalisasi, contoh Korea Utara. Dalam konteks hubungan antar Nasional, sah kah pilihan

Korea Utara menolak globalisasi?, kemukakan alasan anda!, sertakan dampak positif

negatif menerima dan menolak globalisasi!. (panjang tulisan 1500 karakter).


1. A. Berbagai negara melakukan kebijakan lockdown (Kantina wilayah) untuk membatasi
penyebaran virus ini secara total. Namun, mengubah perilaku sosial masyarakat bukanlah
pekerjaan mudah. Berbagai negara dengan segala keterbatasan mengalami kendala yang
tidak sederhana, bahkan di negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat sangat
kewalahan. Kebijakan umum yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan social and
physical distancing (menjaga jarak aman antar individu dan menghindari kerumunan)
ternyata bukan sesuatu yang mudah bagi umat manusia di bumi yang sudah terbiasa dengan
perilaku sosialnya. Kebijakan lockdown kemudian dimodifikasi sedemikian rupa oleh
berbagai negara. Ada yang menerapkan secara penuh, sebagian, atau lokal dan seminimal
mungkin. Indonesia sendiri memodifikasinya dengan nama Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) yang diberlakukan per wilayah, baik provinsi atau kabupaten/kota berdasarkan
tingkat keparahan wabah yang penilaiannya ditentukan oleh pemerintah pusat melalui
Kementerian Kesehatan. Aturan pelaksanaan PSBB tersebut diatur melalui Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar. Selain itu
aturan mengenai PSBB juga diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun
2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. PP dan Keppres tersebut
ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 31 Maret 2020.
Dalam PP dan Keppres itu diatur mengenai strategi pemerintah dalam menangani
penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Pada prinsipnya pembatasan tersebut hanya
berlaku untuk aktivitas tertentu saja di suatu wilayah yang terduga terinfeksi COVID-19.
Tujuannya untuk mencegah kemungkinan penyebaran Covid-19. Masyarakat masih dapat
laksanakan kegiatan sehari-hari dengan pembatasan-pembatasan tertentu. Secara teknis
jenis kegiatan masyarakat yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No.9
Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB sebagai Percepatan Penanganan COVID-19 antara lain
meliputi meliburkan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan,
pembatasan kegiatan di tempat umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, pembatasan
moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan
keamanan. Pemerintah juga menegaskan perbedaan PSBB dengan karantina wilayah dimana
masyarakat tidak diperkenankan untuk beraktivitas di luar rumah. PSBB diterapkan pertama
kali di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta pada tanggal 10 April 2020 dimana
Jakarta merupakan episentrum wabah Covid-19 di Indonesia. Jakarta sendiri bersama
beberapa kabupaten dan kota di Indonesia sudah melakukan kebijakan darurat wabah
Covid-19 secara lokal dengan memberlakukan libur sekolah untuk sekolah negeri dan
himbauan untuk sekolah swasta, pembatasan transportasi umum milik pemda, menutup
tempat wisata milik pemda, menghimbau agar kantor-kantor baik pemerintah pusat
maupun swasta agar melakukan pekerjaan di rumah (work from home) dan beberapa
kebijakan lain yang masih merupakan lingkup kewenangan pemerintah daerah. PSBB
diberlakukan tidak seragam di Indonesia, salah satu yang berbeda dengan karantina wilayah.
Modifikasi kebijakan Ini diharapkan dapat tetap menghidupkan perekonomian tetapi dapat
optimal dalam memutus rantai penyebaran virus corona. Kebijakan PSBB secara umum
diterapkan melalui perluasan pemberlakuan libur sekolah baik negeri maupun swasta,
menutup tempat-tempat wisata/hiburan dan perbelanjaan secara keseluruhan, menerapkan
kebijakan bekerja di rumah untuk kantor- kantor yang bukan termasuk sektor penting, serta
pembatasan lainnya yang diperlukan dalam memutus penularan wabah corona ini.
Indonesia telah melaksanakan masa tanggap darurat penanganan covid sejak awal Maret
2020, kemudian disusul modifikasi kebijakan karantina wilayah menjadi PSBB dimulai pada
10 April 2020 di Jakarta, kemudian disusul beberapa kota satelit Jakarta, lalu diikuti wilayah
lain dalam lingkup provinsi, kabupaten, atau kota yang menunjukkan kecenderungan
peningkatan kasus secara signifikan. Walaupun kebijakan PSBB tidak dilaksanakan serentak
ke seluruh wilayah, dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat tetap terasa se-
Indonesia. Praktis setelah 3 bulan melewati masa tanggap darurat dan PSBB, pemerintah
Indonesia mulai menjajaki penerapan kehidupan normal yang baru (new normal) dan
melonggarkan PSBB. Pada 28 Mei 2020 Pemerintah Pusat melalui Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada 28 Mei 2020 dalam jumpa pers bersama
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19
menyampaikan Protokol Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 menuju Normal Baru
(new normal), hidup berdampingan dengan Covid-19. Pemerintah menyebutnya
‘Penyesuaian PSBB’, dimana sedang disusun kriteria dan langkah-langkahnya, serta
menentukan bagaimana Penyesuaian PSBB diberlakukan. Monoarfa menjelaskan bahwa
berdasarkan berbagai studi tentang pengalaman berbagai negara yang berhasil
menangani pandemi Covid-19, ada beberapa prasyarat agar masyarakat dapat produktif
tetapi keamanan dari bahaya Covid-19 tetap terjamin, yaitu: 1) penggunaan data dan ilmu
pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk Penyesuaian PSBB; 2)
Penyesuaian PSBB dilakukan secara bertahap dan memperhatikan zona; Penerapan protokol
kesehatan yang ketat; dan Review pelaksanaan Penyesuaian PSBB yang dimungkinkan
adanya pemberlakuan kembali PSBB dengan efek jera yang diberlakukan secara ketat
apabila masyarakat tidak disiplin dalam beraktivitas. Dalam rilis pers tersebut diuraikan juga
tentang kesulitan pemerintah memberlakukan pembatasan sepenuhnya, sementara roda
perekonomian harus tetap berjalan. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 sudah
menunjukkan kinerja menurun di 2,97 persen. Pemerintah perlu mengedukasi masyarakat
tentang normal baru sedini dan semasif mungkin, setidaknya sampai vaksin dan obat Covid-
19 tersedia atau kasus Covid-19 dapat ditekan menjadi sangat kecil. Protokol kesehatan juga
harus diterapkan dengan disiplin yang ketat dalam setiap kegiatan sehari-hari. Monoarfa
menyampaikan bahwa Indonesia berpatokan pada tiga kriteria yang direkomendasikan WHO
dalam membuat keputusan Penyesuaian PSBB. Kriteria pertama adalah epidemiologi, yaitu
Angka Reproduksi Efektif (Rt) menunjukkan rata-rata jumlah orang yang terinfeksi oleh satu
orang yang terinfeksi. Ketika Rt = 2,5 berarti satu orang yang terinfeksi dapat menularkan
virus ke 2-3 orang lainnya. Diharapkan Rt < 1 selama dua minggu berturut-turut, artinya,
walaupun virus masih ada tetapi penyebaran virus sudah dapat dikendalikan. Metode ini
diadopsi berbagai negara, antara lain Amerika Serikat dan 54 negara bagiannya serta Inggris
dan Jerman. Rt juga sangat dipengaruhi physical distancing.
Studi di Inggris yang berjudul “Quantifying the Impact of Physical Distance Measures on the
Transmission of Covid-19 in the UK” menemukan pengurangan 74 persen kontak harian rata-
rata dapat mengurangi Rt dari angka 2,6 ke 0,62. Kriteria kedua adalah sistem kesehatan,
yaitu rasio jumlah tempat tidur rumah sakit untuk perawatan dibandingkan jumlah kasus
yang memerlukan perawatan > 1,2. Sistem kesehatan mencakup tenaga kesehatan,
peralatan, dan tempat tidur, mampu menangani peningkatan kasus Covid-19 ≥ 20 persen
dari kapasitas saat ini. Misalnya rata-rata jumlah kasus baru harian adalah 100, maka paling
sedikit 120 tempat tidur rumah sakit yang dibutuhkan untuk pasien Covid-19. Selain itu,
direkomendasikan juga menyediakan IGD dan ruang isolasi, APD, serta petugas medis yang
cukup. Kriteria ketiga adalah surveilans, artinya jumlah tes per 1 juta penduduk ≥ 3.500.
WHO merekomendasikan untuk melakukan tes mingguan 1 orang dari setiap 1.000 orang
per minggu dimana Indonesia perlu menerapkan 270 ribu tes Covid-19 per minggu. Namun
pemerintah dapat merasionalisasikan jumlah tes yang diperlukan dengan kondisi dan
kebutuhan lapangan. Di tingkat daerah, DKI Jakarta telah melakukan 132 ribu tes, dimana
angka tersebut melebihi 50 persen dari batas yang diperlukan. Namun secara nasional
Indonesia masih harus melakukan lebih banyak tes dengan meningkatkan kapasitas
laboratorium dan kesadaran masyarakat untuk tes mandiri. Catatan berikutnya dari
pemerintah adalah tantangan untuk mendorong contactless society dan cashless society
sebagai salah satu upaya pengendalian virus di Indonesia. Merujuk pada Korea Selatan
dimana teknologi digital dan robot banyak digunakan untuk mengurangi kontak dengan
orang. Sementara pemerintah Jepang juga telah merilis 10 langkah untuk mengurangi
kontak sosial, seperti mendorong belanja online, memakai masker, serta bekerja dari rumah
kecuali untuk layanan dasar. Pemerintah belum menetapkan waktu yang pasti kapan
pelaksanaan kebijakan Penyesuaian PSBB akan diberlakukan. Berbagai spekulasi waktu
bermunculan dari beberapa lembaga pemerintah yang mestinya dapat dikoordinasikan
dengan baik agar tidak menjadi spekulasi di dalam masyarakat. Namun ketidakpastian
timeline juga membuat masyarakat abai terhadap kedisiplinan yang sebenarnya tetap harus
terjaga. Namun Panji Hadisoemarto (2020), epidemiolog Universitas Padjadjaran dalam
artikelnya yang dipublikasikan Majalah Tempo (30/05/2020) mengingatkan tentang risiko
ledakan kasus Covid-19 yang akan selalu ada. Sebabnya ada dua hal, yaitu: kasus yang
menjadi sumber penularan; dan orang rentan yang menjadi sasaran penularan. Menurut
Hadisumarto, kerentanan populasi akan bahaya Covid-19 belum akan berkurang secara
signifikan kecuali jika ada perkembangan drastis tentang ditemukannya vaksin dan
setidaknya digunakan oleh 60 persen populasi rentan. Contoh kasus Swedia yang
diklasifikasikan menerapkan strategi herd immunity baru mencakup sekitar 7 persen dari
populasi Kota Stockholm yang memiliki respon antibody terhadap Covid-19. Membaca dua
hal tersebut maka kebijakan Normal Baru atau Penyesuaian PSBB akan sangat mungkin
untuk dikembalikan kepada PSBB, atau bahkan kebijakan yang lebih kuat dari PSBB. Sejalan
dengan pemerintah dan WHO, Hadisoemarto menambahkan tentang kebutuhan akan
sistem surveilans dan pemeriksaan laboratorium yang kuat. Sementara dengan kapasitas
Indonesia yang sangat terbatas dalam menghadapi virus yang serba baru ini, dimana negara-
negara maju dengan sistem kesehatan yang kuat juga kewalahan, perlu disadari bahwa
hidup normal baru bukanlah hidup berdampingan, apalagi berdamai dengan Covid-19. Hidup
normal baru adalah kehidupan dimana manusia selalu dihadapkan adanya ancaman Covid-
19.
Disain perencanaan jangka menengah tersebut kini harus mengalami berbagai pergeseran
ketika tahun 2020, tahun awal periode RPJMN, difokuskan pada penanganan covid-19. APBN
2020 difokuskan untuk mitigasi Covid-19 agar dampak ekonomi dan sosial akibat virus ini
dapat diminimalkan sampai keadaan bisa segera pulih. Penanganan pandemi Covid-19
mengubah rencana dan strategi pembangunan berbagai sektor yang telah dipersiapkan
Pemerintah Indonesia, salah satunya target pembangunan yang berubah seiring dengan
perubahan proses kerja. Perencanaan pembangunan pasca covid-19 merupakan tantangan
berat bagi seluruh negara di dunia. Kehidupan normal baru masyarakat dimana sampai saat
ini belum ada obat paten untuk menyembuhkan covid-19 dan juga vaksin untuk
mencegahnya menjadikan bahwa hal yang pasti kalau masyarakat dunia akan hidup bersama
covid, atau dalam istilah lugas Panji Hadisoemarto adalah hidup dalam ancaman covid-19
setiap saat. Indonesia harus dapat menyusun skenario sendiri dengan asumsi bahwa obat
paten dan vaksin baru akan lama ditemukan, dan yang pasti tidak akan terjadi dalam jangka
pendek. Bagaimana menggerakkan ekonomi ketika kehidupan normal baru memerlukan
perubahan budaya yang sangat drastis akan perilaku masyarakat. Pemerintah memberikan
panduan bagaimana kehidupan normal baru yang harus dilakukan masyarakat dalam 7
norma, yaitu: Cuci tangan; Hindari menyentuh wajah Menghindari menyentuh area wajah;
Menerapkan etika batuk dan bersin saat batuk atau bersin karena tubuh akan mengeluarkan
virus dari dalam tubuh; Gunakan masker saat keluar rumah atau berinteraksi dengan orang
lain; Jaga jarak sosial Agar terhindar dari paparan virus; Isolasi mandiri. Ini dilakukan bagi
yang merasa tidak sehat, seperti memiliki beberapa gejala sakit, yakni demam, batuk, pilek,
nyeri tenggorokan atau sesak napas; dan Menjaga kesehatan dengan memastikan kesehatan
fisik, berjemur sinar matahari pagi, mengonsumsi makanan bergizi, dan melakukan olahraga
ringan. Untuk skenario perencanaan pembangunan jangka menengah pada masa kehidupan
normal baru ini Pemerintah mempunyai 3 alternatif pilihan strategi. Pertama, tetap dengan
rencana semula yang sudah tertuang dalam RPJMN 2020-2024, dengan sedikit penyesuaian
program untuk mengakomodir kehidupan normal baru dalam ancaman Covid-19. Kedua,
melakukan penyesuaian program dan target secara moderat dengan mendasarkan asumsi
yang sudah diperbaharui sesuai situasi dan kondisi pandemi Covid-19, kemudian
mempertahankan program dimana asumsi-asumsi yang menjadi dasar masih relevan dan
masih bisa disesuaikan dengan keadaan pasca Covid-19. Ketiga, merombak seluruh program
dan target-target yang ditetapkan berdasarkan berbagai asumsi dan perkembangan baru
pasca Covid-19 dan krisis ekonomi yang mengiringinya. Dalam hal ini semua program yang
telah ditetapkan di RPJMN 2020-2024 dikaji ulang, dirumuskan kembali strateginya, dan
dijadwal ulang periode pelaksanaannya.

B. Seperti yang kita ketahui bahwa sampai saat ini Pandemi Virus COVID-19 masih terus
menyebar ke setiap negara di seluruh dunia. Awalnya, penyebaran virus ini berasal dari salah
satu pasar yang berada di Hubei, Wuhan, China. Namun, adanya tingkat mobilitas dari setiap
masyarakat yang kemudian mengakibatkan penyebaran virus ini semakin cepat dan meluas
ke seluruh negara. Hal ini yang membuat seluruh elemen baik dari kalangan atas maupun
kalangan bawah mengalami kewalahan dan berbagai kegiatan mereka juga secara terpaksa
harus dibatasi demi mengurangi laju penyebaran virus COVID-19 ini.
Berbagai cara dalam mengurangi penyebaran virus tersebut berdasarkan pada kebijakan dari
setiap negara yang disertai dengan rekomendasi dari WHO, dari adanya kebijakan lockdown,
pengalihan kegiatan luring menjadi daring (online), pengurangan mobilisasi masyarakat,
hingga adanya kebijakan new normal. Dari beberapa kebijakan tersebut juga diterapkan oleh
beberapa negara yang di antaranya ada yang berhasil maupun ada yang belum berhasil atau
gagal dalam menangani kasus seperti ini.
Bahkan, dari keberhasilan pada penanganan kasus ini berdampak pada seluruh
masyarakatnya yang dapat kembali melaksanakan kegiatannya masing-masing secara
normal, meskipun dengan menerapkan protokol kesehatan. Hal ini yang dialami oleh Negara
Selandia Baru, negara dengan penanganan kasus COVID-19 terbaik di dunia.
Suatu negara bisa keluar dengan cepat dari pandemi covid jika negara dan masyarakatnya
bersinergi atau saling suport dalam menekan angka kenaikan pasien covid, seperti apa yang
dilakukan oleh negara Selandia Baru berikut.
Dari kekacauan yang timbul akibat penyebaran virus tersebut membuat Pemerintah Selandia
Baru mengemukakan kebijakan barunya dalam upaya untuk mengurangi penyebaran virus
corona tersebut. Sebenarnya, Pemerintah Selandia Baru sejak awal sebelum masuknya virus
di negaranya telah membuat kebijakan berupa baik Warga Negara Asing (WNA) dari China
maupun melaluinya untuk dilarang masuk ke Selandia Baru. Hal ini berdasarkan pada
keputusan dari Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern dengan menyatakan
menutup kedatangan WNA untuk masuk ke negaranya, khususnya WNA China maupun WNA
lainnya yang sempat berada di China. Tidak lupa juga, bagi setiap warga negara Selandia
Baru yang berpulang dari luar negeri atau sedang berada di sana untuk sementara
diwajibkan karantina terlebih dahulu sebanyak 14 hari.
Kemudian, ketika terdapat beberapa kasus positif virus ini yang kemudian bertambah, pada
akhirnya Pemerintah Selandia Baru menyatakan untuk menutup segala akses dari luar dan
mulai menerapkan lockdown pada akhir Maret 2020. Namun, penerapan tersebut belum
dikatakan mudah sebab ada beberapa tahap yang harus diterapkan terlebih dahulu sebelum
menerapkan lockdown secara total.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan hasil kesepakatan Pemerintah Selandia Baru dengan
masyarakat yang kemudian dibagi dalam bentuk tingkatan menjadi empat tingkat. Tingkatan
tersebut dimulai dari persiapan, pengurangan, pembatasan, hingga lockdown. Terkadang,
Pemerintah Selandia Baru bisa saja menerapkan kebijakan yang sebelumnya berada pada
tingkatan pertama menjadi tingkatan keempat ketika penyebaran virus corona yang semakin
masif.
Penerapan kebijakan ini dinilai efektif dalam menekan laju penyebaran virus dengan adanya
hubungan internal pemerintah yang baik dan disertai dengan sosialisasi kebijakan kepada
masyarakatnya. Bahkan, pemerintah juga dengan berani siap menanggung segala risiko
dalam urusan perekonomian karena sebagaimana apa yang telah diputuskan oleh
pemerintah setempat untuk memprioritaskan kesehatan terlebih dahulu. Tidak lupa juga,
masyarakat di Selandia Baru yang hampir seluruhnya taat dan disiplin dalam menerapkan
protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas atau kegiatan di luar ruangan terlebih dahulu.
Selain itu, penerapan lockdown juga yang sangat ketat di Selandia Baru baik dari luar negeri
maupun di dalam negeri yang melarang segala kegiatan apa pun di luar ruangan secara
menyeluruh.
Dari tahapan-tahapan yang dilakukan kemudian membuahkan hasil, di mana laju
penyebaran virus corona di Selandia Baru mulai berkurang secara drastis, bahkan pada
seterusnya secara tidak langsung, Selandia Baru tidak memiliki kasus baru positif COVID-19
atau zero cases. Hal ini yang dapat dikatakan bahwa Selandia Baru telah berhasil dalam
menghadapi serangan virus COVID-19 ini, meskipun terkadang masih terdapat satu atau
lebih kasus yang timbul dan pemerintah masih menetapkan kebijakan pembatasan yang
sebelumnya telah diterapkan.
Sedangkan dinegara kita yaitu Indonesia, pemerintah kurang siap dalam menangani kasus
covid ini, karena pemerintah Indonesia sempat meremehkan pandemi covid yang tidak bakal
masuk ke Indonesia. Setelah virus covid masuk ke indonesia pemerintah kelabakan dalam
menanganinya karena dari awal kemunculan virus ini di China ,pemerintah Indonesia belum
melakukan antisipasi terhadap virus covid yang penyebarannya sangat cepat, Apa yang
terjadi?. Covid di Indonesia menyebar begitu cepat dan luas sehingga banyak yang terinfeksi
dan meninggal karena virus covid. Setelah sadar bahwa virus ini berbahaya pemerintah baru
membuat kebijakan yaitu melockdown sebagian daerah di Indonesia , mengarantina bagi
yang telah berpergian jauh, menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Dalam hal ini pemerintah Indonesia terlambat dalam melakukan penanganan dan
mengambil keputusan, karena masyarakat indonesia telah banyak yang terinfeksi covid
sehingga menumpuknya pasien di rumah sakit tidak bisa dihindari. Dan juga kebijakan
tersebut kurang efektif karena sebagian masyarakat Indonesia masih melanggar kebijakan
yang dibuat, sehingga pemerintah meminta bantuan terhadap pihak keamanan baik dari
polisi dan TNI untuk menertibkan masyarakat yang melanggar.
Seiring berjalannya waktu , beberapa negara mencoba berlomba lomba dalam menemukan
vaksin atau obat untuk covid termasuk Indonesia. Namun hanya ada beberapa negara saja
yang berhasil menemukan vaksin covid yang sifatnya hanya mengurangi resiko jika terkena
covid. Kemudian vaksin tersebut dicoba di negara China, dilihat dari perkembangannya
vaksin tersebut efektif dalam menekan angka orang yang terinfeksi covid. Sehingga
Indonesia juga mengimpor vaksin tersebut lalu meratakan ke berbagai daerah di Indonesia
agar cepat bisa disuntikkan kemasyarakat, setelah kedatangan vaksin tersebut kasus covid di
Indonesia perlahan mulai menurun sehingga masyarakat bisa melakukan aktivitas seperti
biasa tetapi tetap dengan mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

2. A. Keadilan sosial ialah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur,
berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada
penghisapan” Soekarno.
Buku Panduan Menanggulangi Kemiskinan, begitu bunyi judul buku yang ditemukannya.
Judul buku itu dicetak tebal. Di bawah terik matahari pukul 2 siang, dia masih berdiri di
samping bak sampah tepat di depan sebuah rumah besar. Di dalam bak sampah itu dia
menemukan buku bersampul hijau lumut itu. Dia mencoba mengeja judul kecil yang tertulis
di bawah judul utama.
Meski tak benar-benar pintar membaca, setidaknya dia bisa mengeja secara perlahan-lahan.
Kiat-kiat Mengeluarkan Diri dari Jerat Kemiskinan. Matanya membulat, bibirnya tersenyum
sumringah. Dimasukkannya buku itu ke dalam kantong plastik di tangan kirinya. Sedang di
bahu kanannya tergantung karung besar berisi botol-botol plastik hasil memulung hari ini”.
Di atas adalah kutipan pembuka cerita pendek (cerpen) Artie Ahmad yang terbit di Koran
Tempo 28-29 November 2020 lalu. Cerpen yang menceritakan seorang pemulung bernama
Sukandar yang menemukan buku “Panduan Menanggulangi Kemiskinan”.
Diceritakan, sepulang ke bedengnya, Sukandar meminta anak perempuan semata
wayangnya, Noor Laela, siswi kelas dua SMP, yang bercita-cita ingin menjadi dokter,
membacakan dengan keras-keras buku yang dia temukan. Dia berpikir jika dia menerapkan
“resep-resep” jitu dari buku yang dia temukan tersebut, mungkin dia bisa merubah nasib
dan menyekolahkan anaknya hingga menjadi dokter. Sukandar mendengarkan buku yang
dibaca anaknya: salah satu kiat keluar dari kemiskinan dari buku itu adalah dengan
menabung. Dan setelah tabungan banyak maka tabungan itu diinvestasikan.
Soal nabungnya, dalam cerpen itu, diikuti Sukandar. Noor Laela menunjukkan celengan dari
tanah berbentuk Babi yang diberikan tetangganya Mak Ipah. Walau Sukandar agak menolak
nabung di celengan itu, karena menganggap Babi itu haram. Penolakan yang sering kali
terjadi dalam realitas masyarakat yang didasarkan atas pemahaman agama yang tekstual.
Cerpen itu juga menunjukkan ketidakmungkinan golongan seperti Sukandar mampu
merubah hidupnya dengan cara berinvestasi. Dan bisa jadi Artie ingin mengkritik bahwa
buku sebagai simbol atau wujud dari kebijakan yang hanya menguntungkan sekelompok
yang mampu mengakses dunia perbankan. Juga paradoks mimpi menjadi dokter bagi Noor
Laela, anak pemulung, yang tak mungkin mendapat akses beasiswa.
Cerpen yang dengan kreatif mendiskursuskan dan cenderung mengkontraskan perbedaan
sosial-ekonomi: pemulung dan orang kaya yang dilambangkan pemilik rumah besar,
keterbatasan akses pendidikan bagi orang-orang yang mungkin “tak dihitung” masyarakat,
pemahaman agama yang dangkal-celengan berbentuk babi yang dianggap haram, keinginan
Sukandar merubah hidup, agar bisa menyekolahkan anaknya dan dampak sosial di kalangan
pemulung.
Membaca cerpen itu seolah, mengingatkan kembali kepada pidato Soekarno di depan sidang
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 1 Juni 1945 lalu.
Salah satu pidatonya Soekarno menyebutkan soal keadilan sosial:
“Keadilan sosial ialah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur,
berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada
penghisapan…. Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu
orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, -
tetapi “semua buat semua”.
Rasanya cerpen Artie Ahmad adalah gambaran realitas. Golongan masyarakat yang “tak
dihitung” karena kondisi sosial, diwakili tokoh Sukandar dan Noor Laela, tetap berhak
memiliki mimpi. Kebijakan negara harus juga menjangkau dan dapat diakses oleh golongan
yang diwakili tokoh Sukandar dan Noor Laela. Sebab Soekarno menegaskan mewujudkan
keadilan sosial adalah tujuan dan tugas dari negara.
Golongan seperti Sukandar dan Noor Laela, Mak Ipah -tokoh pemberi celengan ke Noor
Laela, berhak mendapat perlakuan adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Itulah makna Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dan itu termaktub
dalam Pasal 34 ayat 2 Amandemen keempat dari UUD 1945 menyatakan bahwa: “Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Orang-orang seperti Sukandar membutuhkan realisasi dari pasal 34 ayat 2 tersebut agar
terentaskan dari kemiskinan dan mimpi Noor Laela jadi dokter terwujud. Pasal 34 ayat 2
UUD 1945 hasil amandemen adalah alat mewujudkan keadilan sosial.
“Kedaulatan adalah kemandirian yang tak terpengaruh oleh siapapun atau apapun dan tak
tunduk pada apapun. Tak bergantung pada orang lain untuk mengatur kehidupan sendiri.
Tak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Tunduk pada nilai kemanusiaan dan keadilan.
Itulah berdaulat!”
Wajah mega bintang Lionel Messi terlihat begitu kecewa. Pertandingan tim nasional (timnas)
Argentina vs Brasil pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Amerika Selatan, yang
berlangsung di Neo Quimica Arena, São Paulo Brazil, Senin (6/9), dihentikan otoritas
kesehatan Brasil-ANVISA. Karena adanya dugaan pelanggaran protokol kesehatan Covid-19.
Anvisa menduga empat pemain Argentina melanggar aturan keharusan karantina 14 hari
bagi pendatang dari Inggris. Keempat pemain tersebut Buendia dan Martinez bermain untuk
Aston Villa, sedangkan Lo Celso dan Romero bermain Bersama Tottenham Hotspur.
Hampir semua orang di kolong langit ini pasti tahu siapa Lionel Messi. La Pulga – “Si Kutu”
julukan untuk Messi, dibuat tak berdaya. Padahal Messi adalah pemilik empat penghargaan
Ballon d'Or, diantaranya diraih secara berturut-turut, yakni pada 2009-2012, dan seabrek
rekor fantastis tersebut, Biasanya orang yang memiliki nama besar, memiliki privilege (hak
istimewa) dan orang segan untuk “mengganggu” nya. Namun tidak dengan Anvisa. Tak
peduli nama besar Messi atau Neymar da Silva Santos Junior, yang juga bisa disejajarkan
dengan Messi. Bagi masyarakat Brazil, olahraga -dimana 22 orang berlari kesana kemari,
memperebutkan “si kulit bundar” untuk dimasukan ke gawang lawan, adalah “jalan hidup”.
Tapi Anvisa memiliki otoritas dan kedaulatan untuk menghentikan pertandingan yang paling
digemari umat manusia di muka bumi ini.
Tunda dulu Anvisa, kita set back ke belakang. 20 tahun yang lalu, Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie, di depan Consultative
Group in Indonesia (CGI,-negara-negara pemberi utang kepada Indonesia), menyatakan
ketidakberdayaannya dan sekaligus keberaniannya mengkritik CGI. Berikut kutipan awal
pidatonya Kwik Kian Gie:
“Ketika saya menerima tugas untuk mempersiapkan pidato dengan judul “Penggunaan
Bantuan Asing secara Efektif/effective use of foreign aid” segera saja saya dihadapkan pada
dilema. Di satu pihak adalah kewajiban saya sebagai pejabat pemerintah untuk memaparkan
kepada Anda kebijakan dan kemajuannya dalam menggunakan bantuan asing secara efektif.
Di lain pihak saya sangat malu dihadapkan pada suatu tugas untuk membenarkan
pengemisan untuk memperoleh utang untuk bangsa kami. Perasaan ini lebih diperparah
dengan kenyataan bahwa jumlah utang luar negeri kita sudah melampaui semua batas-batas
kesinambungan dan kepatutan. Faktor lain adalah bahwa saya tidak dapat menjamin bahwa
hutang yang Anda berikan tidak akan dikorup lagi seperti yang selalu telah terjadi di masa
lampau. Namun saya memutuskan hadir di hadapan Anda sekalian, karena saya tahu bahwa
tanpa (pinjaman) baru dari negara-negara sahabat dan kreditor Indonesia, rakyat kita akan
lebih menderita lagi”.
Pidato Kwik yang disampaikan pada 7-8 November 2001 tersebut, juga mengkritik definisi
“loan” dan “aid”. Indonesia membayar hutang (loan) dengan mengajukan “loan” baru untuk
membayar cicilan hutang. Indonesia pada waktu itu hampir bankrupt. Pidato yang tanpa
tedeng aling-aling “menusuk” ulu hati CGI dan pejabat-pejabat Indonesia saat itu. Mungkin
“menusuk” kepekaan pejabat saat ini juga.
Jelas pada waktu Kwik berpidato, Bangsa Indonesia tak berdaulat. Karena Indonesia harus
“mengemis” utang untuk menjaga tetap berlangsungnya kehidupan rakyat. Indonesia pada
saat itu dijerumuskan pada mekanisme pasar. Dimana pengutang menentukan bagaimana
“kehidupan” (baca-persyaratan pengelolaan sistem ekonomi dan lembaga) harus dijalankan.
Otoritas negara “disandera”. Padahal seharusnya rumusan kebijakan ekonomi tidak
melepaskan kewajiban dan peran negara untuk mewujudkan kesejahteraan yang
berkeadilan.
"Saya diberi arahan olehnya (Gus Dur) tentang kebijakan dasar yang harus saya tempuh.
Bahwa pemerintah harus adil, sebagai garda terdepan dan membela keadilan sosial yang
sebelumnya didominasi oleh pelaku bisnis tertentu. Gus Dur sudah mengetahui bahwa
keadilan tidak bisa dicapai melalui kadar mekanisme pasar yang sebesar mungkin.
Liberalisme yang dominan memang akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat namun
juga disertai dengan ketidakadilan dan kesenjangan yang sangat besar” kata Kwik.
Anvisa dan Kwik Kian Gie tak ada hubungannya. Tak sama soal berdaulat dan tidak
berdaulat. Anvisa punya kuasa, kedaulatan dan otoritas. Sementara posisi Kwek yang
mewakili bangsanya yang tak berdaulat. Walau Kwiek tetap berani untuk menohok CGI
dengan kritiknya.
“Kedaulatan adalah kemandirian yang tak terpengaruh oleh siapapun atau apapun dan tak
tunduk pada apapun. Tak bergantung pada orang lain untuk mengatur kehidupan sendiri.
Tak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Tunduk pada nilai kemanusiaan dan keadilan.
Itulah berdaulat!”
Tak ada keadilan sosial tanpa keberdaulatan! Daulat Rakyat! Bukan Daulat Pasar! Bukan
daulat Tuanku! Kedaulatan melahirkan kesejahteraan. Tapi kapan dan siapa yang berdaulat?
Keadilah hukum harus ditegakkan oleh penegak hukum di Indonesia demi memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat. Sebab, saat ini sering dijumpai penegakan hukum yang lebih
mengutamakan kepastian hukum.
“Negara harus mengubah politik hukum. Tegakkan keadilan, kepastian, baru kemanfaatan.
Tapi sekarang kebalik, kepastian dulu baru keadilan. Jadinya masyarakat tidak mendapat
keadilan sebenarnya,” ungkap advokat Solo, Muhammad Taufiq kepada wartawan.
Ia pun mengungkapkan, selama ini penegak hukum di Indonesia banyak yang masih
menganut paham postivistik, yang lebih mengutamakan kepastian hukum dibandingkan
keadilan. Hal itu berdampak pada banyak bermunculan kasus yang menggambarkan
keadilan substansial telah terpisah dari hukum, seperti: kasus pencurian satu buah
semangka, kasus pencurian kapuk randu, kasus penebangan dua batang bambu di Magelang,
kasus Lanjar Sriyanto, kasus pencurian sandal jepit, dan sebagainya. Kasus-kasus tersebut
merupakan kasus ringan yang tidak berpihak pada keadilan masyarakat.
“Dari kasus-kasus itu kemudian timbul solidaritas masyarakat untuk mengumpulkan sandal
jepit yang kasus sandal jepit, semangka untuk kasus semangka, bambu untuk kasus
pencurian batang bambu. Karena keadilan tidak ditegakkan, kasus seperti itu dihukum
dengan (kurungan) berapa bulan, tahun. Bagaimana dengan yang kasus anak Hatta Rajasa,
anaknya Ahmad Dhani. Mau menetapkan anak Ahmad Dhani menjadi tersangka saja susah
sekali. Nah apakah ini keadilan benar-benar ditegakkan? Akhirnya timbul ketidakpuasan
masyarakat terhadap penegakan hukum karena untuk kasus seperti itu dijatuhi hukuman
yang tidak sebagaimana mestinya,” tuturnya.
Taufiq berharap, penegakan keadilan akan lebih sesuai dengan kemauan masyarakat, bukan
yang tertulis di undang-undang. Ia pun menggarisbawahi masalah proses perekrutan dan
kurikulum pendidikan penegak hukum. Sebab, hal tersebut mendukung profesionalisme dari
para penegak hukum. Ia melihat bahwa proses perekrutan penegak hukum, seperti hakim,
polisi, dan jaksa masih seperti job seeker. Akibatnya, orang memilih profesi penegak hukum
dengan alasan mencari kerja, bukan karena kesadaran moral untuk menegakkan keadilan
masyarakat. “Rekruitmen profesi hukum masih seperti lowongan kerja. Jadi harus didorong
agar hakim, polisi, jaksa merubah mindset agar tercipta keadilan substansial,” ujarnya.
Perlunya penegakan keadilan hukum tersebut dibahas dalam disertasinya Model
Penyelesaian Perkara Pidana yang Berkeadilan Substansial. Disertasi tersebut disusun dalam
rangka Promosi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS). Ia
berharap penelitiannya bermanfaat dalam penegakan hukum pidana yang berkeadilan
substansial.
B. Keadilan sosial merupakan sila ke 5 sila dari Pancasila. Berbicara mengenai keadilan sosial,
pertanyaan yang sering muncul adalah, apa sebenarnya arti keadilan sosial itu sendiri, dan
apakah keadilan sosial sudah terwujud di Indonesia?
Menurut KBBI kata adil sendiri mengandung artian sama berat; tidak berat sebelah; tidak
memihak: keputusan hakim itu –; 2 berpihak kepada yang benar; berpegang pada
kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenang-wenang. Dan keadilan yang berarti sifat
(perbuatan, perlakuan, dan sebagainya) yang adil.
Setelah kita melihat definisi keadilan itu sendiri bisa saya simpulkan bahwa maksud dari sila
ke lima dari Pancasila adalah bahwa diharapkan seluruh warga negara/rakyat Indonesia
dapat berlaku adil terhadap satu sama lain, tidak membeda-bedakan, dan seterusnya.
Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai beragam
perbedaan baik suku, budaya, agama, etnis, ras, dan yang lainnya. Sehingga adanya sikap
saling menghormati antar sesama menjadi tujuan utama dari adanya sila kelima ini.
Tapi, benahkah keadilan social sudah terwujud di negara ini? Menurut penulis keadilan
belum sepenuhnya terjadi di Indonesia. Pasalnya belakangan ini kita sering melihat kasus
hukum yang tidak adil. Anggapan “hukum tajam kebawah dan tumpul keatas” seakan bukan
hanya slogam belaka. Dalam banyak kasus, ketidakdilan terhadap rakyat kecil sangat terasa.
Sementara mereka yang memiliki kekuasaan seakan tak tersentuh oleh hukum.
Kita pernah mendengar, seorang nenek yang mencuri tiga batang kayu harus mendekam di
tahanan selama beberapa bulan, sementara koruptor yang mencuri uang rakyat milyaran
rupiah mendapat hukuman yang hampir sama. Hukum masih berpihak pada mereka yang
memiliki kuasa dan uang.
Keadilan sosial ini tertulis dalam sila kelima Pancasila. Inti isi keadilan sosial pada prinsip
kelima Pancasila, merupakan perwujudan yang terkandung dalam Proklamasi Kemerdekaan
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan kenyataan yang adil,
artinya memenuhi segala sesuatu yang menjadi haknya dalam kaitannya hidup
berdampingan dengan sesama, keadilan sosial harus ada dalam hidup dan keadilan sosial
syarat mutlak dan penting dalam kehidupan yang harus ditanam di hati manusia, yaitu
manusia sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.
Keadilan sosial, terkandung didalamnya makna perlindungan hak, persamaan derajat dan
kedudukan di hadapan hukum, kesejahteraan umum, serta asas proporsionalitas antara
kepentingan individu, kepentingan sosial dan negara. Misalnya saja setiap warga negara
indonesia mendapatkan kesamaan derajat dan kedudukan di hadapan hukum yang berarti
hukum tidak dapat membeda-bedakan semua warga negara indonesia yang melanggar
aturan wajib berhadapan dengan hukum. Hukum tidak membeda-bedakan golongan warga
negara baik itu golongan atas, golongan menengah, ataupun golongan terbawah. Hal ini
dikarenakan hukum pada dasarnya sama dan tanpa terkecuali. Keadilan sosial yaitu adil yang
berarti menyeluruh dan tanpa terkecuali yang berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia. Tidak
ada diskriminasi atau merugikan satu diantara banyak pihak yang terlibat. Serta tidak
melibatkan status sosial, agama, ras, adat, warna kulit ataupun keanekaragaman yang
terdapat di Indonesia yang artinya yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah.
“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” seperti bunyinya, makna sila kelima
menjelaskan mengenai keadilan yang harus didapatkan oleh seluruh masyarakatnya.
Keadilan ini berlaku untuk seluruh aspek kehidupan, termasuk juga hak dan kewajiban yang
dimiliki masing-masing individu. Keadilan Sosial juga memiliki berarti kita tidak boleh
mementingkan diri sendiri. Kita harus mengutamakan kepentingan umum dalam hidup
bermasyarakat. Sangat penting untuk mengetahui seberapa pentingnya keadilan social
dalam kehidupan bermasyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang sejahtera dan adil terbentuk.
Keadilan sosial yang berlaku di hukum Indonesia juga menurut saya belum sepenuhnya
merata dan terlaksana. Karena masih di dapati banyak kasus-kasus hukum yang
mempermudah orang kaya/yang punya jabatan, dsb tetapi mempersulit mereka yang
berada di kalangan bawah padahal mungkin kasus yang dilakukan oleh para pejabat/orang
kaya itu jauh lebih berat.
Jadi, untuk menciptakan negara yang lebih adil lagi kedepannya kita sebagai generasi
milenial harus menanamkan dan melakukan hal-hal seperti menghormati dan menghargai
sesama sedini mungkin sehingga pada nanti saatnya kita yang memimpin atau berpengaruh
di negara kita, kita merupakan generasi yang saling menghargai dan menghormati antar
sesama. Sehingga kedepannya ke lima sila dari Pancasila, terutama sila “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” ini dapat terlaksana dan berjalan dengan sebaik-baiknya.
Contoh pengamalan sila ke-5 Pancasila dapat diterakan di mana saja, mulai dari di
masyarakat, tempat bermain, hingga lingkungan sekolah. Selain sebagai dasar negara,
Pancasila juga menjadi pilar ideologis bagi bangsa Indonesia. Pancasila dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam lingkungan masyarakat, termasuk Sila ke-5
yang berbunyi: “Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Istilah Pancasila berasal dari
bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yakni panca dan sila. Panca artinya "lima",
sedangkan sila, bermakna "asas", "dasar", atau "prinsip". Artinya, Pancasila bisa dimaknai
sebagai rumusan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sukarno
memperkenalkan 5 sila pada hari terakhir sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato oleh tokoh yang
kemudian menjadi Presiden RI pertama inilah secara spontan itulah tercetus nama Pancasila.
“Sekarang, banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila,” ucap Sukarno,
dikutip dari Risalah BPUPKI (1995). Adapun isi 5 sila dalam Pancasila yaitu (1) Ketuhanan
yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4)
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan;
dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Menurut P.J. Soewarno dalam
Pancasila Budaya Bangsa Indonesia (1993), meskipun ke-5 sila itu merupakan satuan yang
tidak terpisahkan, tetapi dalam pelaksanaannya tetap dapat ditelusuri perbedaan intensitas
masing-masing sila. Walaupun satu tetap lima, masing-masing sila tidak sama asasinya.
Maka, dijabarkanlah butir-butir pengamalan Pancasila yang terkandung di setiap sila
tersebut. Butir-Butir Pengamalan Pancasila pertama kali diatur melalui Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978. Setelah era reformasi, Butir-Butir Pengamalan Pancasila disesuaikan
kembali berdasarkan Ketetapan MPR No. I/MPR/2003. Pancasila memuat berbagai nilai dan
sikap yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sudharmono
dalam buku Beberapa Pemikiran Tentang Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 (1997)
memaparkan, sikap-sikap yang penting dari Pancasila itu kemudian diperinci menjadi butir-
butir pengamalan.
Yudi Latif dalam Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2011)
berpendapat bahwa sila “Keadilan Sosial” (Sila ke-5) merupakan perwujudan yang paling
konkret dari prinsip-prinisp Pancasila. Sila ke-5 adalah satu-satunya sila dalam Pancasila yang
dilukiskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dengan menggunakan kata
kerja “mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Prinsip keadilan
adalah inti dari moral ketuhanan, landasan pokok perikemanusiaan, simpul persatuan, dan
matra kedaulatan rakyat. Dengan kata lain, keadilan sosial merupakan perwujudan sekaligus
cerminan imperatif etis keempat sila dalam Pancasila lainnya. Rumusan itu telah diuraikan
Notonegoro melalui buku Pancasila Dasar Filsafat Negara (1974), bahwa Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia diliputi dan dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Isi Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-5 Sila ke-5 Pancasila yakni Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia memiliki butir-butir pengamalan yang diatur dalam Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 dan sudah diperbaharui setelah Reformasi dengan Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong-royong. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghormati hak orang lain. Suka
memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. Tidak menggunakan hak
milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain. Tidak menggunakan
hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. Tidak
menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Suka bekerja keras. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
Contoh Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Masyarakat Istilah Pancasila berasal dari bahasa
Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yakni panca dan sila. Panca artinya "lima", sedangkan
sila, seperti kata Sukarno, bermakna "asas", "dasar", atau "prinsip". Berikut ini contoh
pengamalan Pancasila Sila ke-5 yakni “Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang bisa
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat: Bersikap adil terhadap sesama anggota
masyarakat Menghormati hak-hak orang lain di lingkungan masyarakat. Memberikan
pertolongan kepada orang lain tanpa membeda-bedakan. Menjaga keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Menghindari sikap yang bisa menyakiti orang lain.

3. A. Globalisasi memberi dampak positif dan negatif bagi Korea Utara. Dampak ini dapat
muncul di bidang pendidikan, sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.
Kehadiran globalisasi menghilangkan batasan-batasan yang ada, sehingga masyarakat
seluruh dunia dapat saling terhubung satu sama lain. Menurut Setyaningsih dalam jurnal
Dampak Globalisasi terhadap Moral Generasi Muda (2017), istilah globalisasi berasal dari
kata global yang berarti universal. Globalisasi adalah proses antarindividu, antarkelompok,
serta antarnegara yang saling terhubung, berinteraksi, tergantung, berkaitan, dan saling
memengaruhi satu sama lain. Globalisasi juga sering dipandang sebagai perubahan sosial
yang mengakibatkan perkembangan teknologi. Baca juga: Pengaruh Globalisasi bagi Budaya
Daerah Dampak positif globalisasi bagi Korea Utara Mengutip dari jurnal Dampak Pengaruh
Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Korea Utara (2015) karya Nurhaidah dan M. Insya Musa,
globalisasi memberi dampak positif bagi Korea Utara. Salah satunya peningkatan taraf hidup
masyarakat. Berikut beberapa dampak positif globalisasi bagi Korea Utara: Adanya
perubahan tata nilai dan sikap Globalisasi menimbulkan pergeseran atau perubahan nilai
dan sikap di masyarakat ke arah yang lebih positif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Globalisasi menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang jauh lebih modern
dan semakin mudah digunakan masyarakat. Baca juga: Mengapa Kerja Sama Antarnegara
Diperlukan pada Era Globalisasi? Meningkatnya taraf kehidupan masyarakat Dampak positif
lain globalisasi bagi Korea Utara adalah meningkatnya taraf kehidupan masyarakat. Tidak
hanya dari segi kemudahan penggunaan teknologi, tetapi juga dari sisi lapangan pekerjaan
yang semakin terbuka luas dengan adanya globalisasi. Mengubah etos kerja dan pemikiran
masyarakat Dengan globalisasi, etos kerja dan pemikiran masyarakat mulai berubah.
Contohnya sikap disiplin, menghargai waktu, berpikir positif, rajin bekerja, bersikap rasional
serta sportif, dan lainnya. Apakah globalisasi berdampak positif bagi Korea Utara? Ya,
globalisasi memberi dampak positif bagi Korea Utara. Dampak positif ini memberi manfaat
dan kemudahan bagi masyarakat Korea Utara dalam melakukan berbagai aktivitas.
Contohnya kemajuan teknologi yang memudahkan warga Korea Utara untuk bekerja dan
bersekolah. Sehingga apa yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Dampak negatif globalisasi
bagi Korea Utara Selain memberi dampak positif, globalisasi juga membawa dampak negatif
bagi Korea Utara. Dampak ini sifatnya merugikan atau menyebabkan perubahan yang tidak
sesuai dengan kebudayaan dan nilai-nilai bangsa Korea Utara. Baca juga: Apa Manfaat
Globalisasi bagi Seorang Pelajar? Berikut beberapa dampak negatif globalisasi bagi Korea
Utara: Adanya pergeseran nilai Ambiro Puji Asmaroini dalam jurnal Menjaga Eksistensi
Pancasila dan Penerapannya bagi Masyarakat di Era Globalisasi (2017), menuliskan bahwa
globalisasi menyebabkan pergeseran atau perubahan nilai. Pergeseran nilai ini disebabkan
oleh kuatnya pengaruh budaya asing di Korea Utara, sehingga mengubah kehidupan
masyarakat yang menerimanya. Perubahan gaya hidup Globalisasi memberi dampak negatif
berupa perubahan gaya hidup. Contohnya gaya hidup konsumtif dan sikap individualis atau
mementingkan diri sendiri. Selain itu, perubahan gaya hidup juga mencakup cara berpakaian
dan pola pikir. Timbulnya kesenjangan sosial Globalisasi memperkuat jurang pemisah antara
kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain. Akibatnya muncul kesenjangan sosial di
banyak bidang, seperti ekonomi, pendidikan, dan sosial. Memudarnya sikap apresiasi
terhadap budaya lokal Informasi dan budaya asing mudah masuk ke Korea Utara dengan
hadirnya globalisasi. Apabila ini terus dibiarkan, tingkat apresiasi masyarakat terhadap
budaya lokal bisa menurun. Akibatnya kebudayaan asli Korea Utara akan hilang.
Kata globalisasi berasal dari bahas asing globalization yang artinya proses penyebaran unsur-
unsur baru baik informasi, pemikiran, gaya hidup hingga teknologi secara mendunia. Makna
globalisasi sebagai proses di mana pengalaman kehidupan sehari-hari, ide, dan informasi
menjadi standar seluruh dunia. Hal tersebut diakibatkan karena teknologi yang semakin
canggih, mulai dari komunikasi hingga transportasi. Dikutip dari jurnal Dampak Globalisasi
terhadap Moral Generasi Muda (2017) oleh Setyaningsih globalisasi adalah proses
antarindividu, antarkelompok, serta antarnegara yang saling terhubung, berinteraksi,
tergantung, berkaitan, dan saling memengaruhi satu sama lain. Globalisasi memberikan
implikasi yang luas terhadap penghidupan dan kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai
dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hingga pertahanan keamanan. Baca juga:
Upaya untuk Melestarikan Batik Nusantara agar Bersaing di Era Globalisasi Dampak positif
dan negatif globalisasi Berikut dampak positif dan negatif globalisasi yang dirangkum oleh J
Naisbitt, yaitu: Dampak positif Beberapa dampak positif globalisasi adalah: Mudah
melakukan komunikasi Mobilitas tinggi Mudah memperoleh informasi dan ilmu
pengetahuan Memacu untuk meningkatkan kualitas diri Mudah memenuhi kebutuhan
Menumbuhkan sikap cosmopolitan dan toleran Dampak negatif Dampak negatif dari
globalisasi, yaitu: Pemborosan, meniru perilaku yang buruk Mudah terpengaruh oleh hal
yang tidak sesuai kebiasaan atau kebudayaan suatu negara Membuat sikap menutup diri,
berpikir sempit Perilaku konsumtif Informasi tidak terkontrol Baca juga: Peran Energi Listrik
di Era Globalisasi Saat Ini Dampak globalisasi bagi Korea Utara Dikutip dari jurnal Dampak
Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Korea Utara (2015) oleh Nurhaidah dan Insya
Musa, beberapa dampak positif dan negatif globalisasi bagi Korea Utara, yakni: Dampak
positif globalisais bagi Korea Utara Dampak positif globalisasi bagi Korea Utara adalah:
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern dan mudah dijangkau
oleh masyarakat. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Korea Utara, karena dengan
kemudahan penggunaan teknologi maka lapang pekerjaan yang terbuka juga semakin luas.
Perubahan tata nilai dan sikap masyarakat Korea Utara ke arah yang positif. Etos kerja dan
pemikiran masyarakay Korea Utara banyak yang berubah karena globalisasi. Seperti disiplin
waktu, berpikir positif, dan giat bekerja. Dampak negatif globalisai bagi Korea Utara
Beberapa dampak negatif globalisasi untuk Korea Utara yakni: Perubahan gaya hidup
masyarakat Korea Utara, contohnya menjadi konsumtif dan sikap individualis. Adanya
kesenjangan sosial di bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial di tengah-tengah masyarakat
Korea Utara. Apresiasi budaya lokal yang semakin pudar, sehingga kebudayaan asli Korea
Utara lama-lama bisa hilang. Pergeseran nilai yang disebabkan oleh pengaruh bidaya asing
yang kuat ke Korea Utara dan mengubah kehidupan masyarakat yang menerimanya.
Penyebab terjadinya globalisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong yang tidak
hanya melalui aspek ekonomi. Globalisasi juga memiliki dampak positif maupun negatif.
Pada umumnya globalisasi merupakan proses kesatuan dari beberapa aspek seperti
pemerintah, budaya, dan pasar keuangan melalui dari perdagangan internasional ke dalam
satu pasar dunia. Namun tak hanya itu saja, ada beberapa faktor lainnya mengenai
globalisasi. Globalisasi meliputi bidang ekonomi, teknologi, filantropi, kewirausahaan, dan
budaya. Terkadang setiap upaya tersebut mempunyai peran dan manfaat tersendiri bagi
mereka yang peduli serta mengkhawatirkan keadaan budaya pada negaranya. Seperti ditulis
Donny Ermawan dalam "Pengaruh Globalisasi terhadap Eksistensi Kebudayaan Daerah di
Indonesia" (Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 32), masuknya budaya asing ke Indonesia
sebagai akibat globalisasi sedikit banyak mengancam eksistensi kebudayaan daerah.
Pengaruh positif maupun negatif tersebut berlangsung cepat dan meluas pada sistem
budaya masyarakat. Selain itu, globalisasi juga mengarah pada perkembangan rantai
komoditas global. Maksudnya, hubungan ekonomi terintegrasi secara internasional ke
pekerja dan perusahaan. Pada hubungan tersebut yang nantinya bertujuan untuk
manufaktur dan pemasaran. Dampak globalisasi akan membawa pembagian kerja
internasional yang akan kompetitif. Para pekerja kaya dari masing-masing negara akan
bersaing dengan kelompok pekerja berupah rendah. Sehingga dalam persaingan tersebut
memungkinkan timbulnya rasa ketakutan dan bahkan munculnya kebencian terhadap
barang dan orang asing. Faktor Globalisasi Faktor-faktor globalisasi paling nyata tak hanya
melalui ekonomi, namun ada beberapa faktor lainnya. Berikut 3 faktor penyebab globalisasi
yang dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Sosiologi karya Widiningsih: 1. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor yang penting dan sekaligus
menyebabkan percepatan laju globalisasi. Pada tahun 1980-an, kemajuan dalam bidang
teknologi dan komunikasi mengalami peningkatan dalam beberapa hal yakni kekuatan,
kemudahan penggunaan, dan ketersediaan. Secara bersamaan perkembangan teknologi
tersebut mengalami keberlangsungannya transmisi atau aliran data dan informasi yang
dulunya tidak terjamah menjadi mudah didapat. 2. Banyaknya kapitalisme dalam kerja sama
ekonomi internasional yang di mana perdagangan, industri, serta alat-alat produksi
dikendalikan oleh pemilik swasta. Tujuan dari hal tersebut untuk memperoleh keuntungan
dalam persoalan ekonomi pasar. Perusahaan-perusahaan bermodal besar secara tidak
langsung mendapatkan keuntungan karena memiliki jangkauan pasar yang lebih luas. Selain
itu, mendapatkan peluang-peluang baru dalam perdagangan yang tidak berwujud dan biaya
tenaga kerja yang lebih murah. 3. Kemenangan politik-ekonomi neoliberalisme yang
merupakan paham atau ideologi ekonomi yang mengutamakan sistem ekonomi kapital,
perdagangan bebas, perluasan pasar, privatisasi Badan Usaha Milik Negara, dan
meminimalisir campur tangan pemerintah dan peran negara dalam mengusahakan
pelayanan sosial. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi Selain faktor-faktor pendorong,
globalisasi juga mempunyai dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari globalisasi
yakni dapat memanfaatkan kemajuan pembangunan yang mampu dipercepat secara
eksponensial dan dapat berpotensi untuk meningkatkan kekayaan. Tak hanya itu, munculnya
teknologi yang semakin berkembang dan canggih memungkinkan arus informasi jadi mudah
dan cepat didapatkan oleh masyarakat. Kemudian munculnya perdagangan bebas dan
sistem yang semakin luas. Contohnya misalnya penggunaan media sosial di tengah
masyarakat. Sedangkan dampak negatif dari globalisasi juga dapat merusak tatanan sosial
lokal, lingkungan alam, bahasa dan budaya lokal serta nilai-nilai leluhur. Lalu, adanya
dominasi ekonomi bagi para pemilik modal yang akhirnya menimbulkan ketimpangan sosial.
Sementara pembangunan yang cenderung mementingkan sisi ekonomi semata,
kemungkinan akan mengabaikan kepentingan bidang lain.

B. Perkembangan zaman serta teknologi mirip ini menghasilkan kata globalisasi sebagai
semakin familiar. fenomena tersebut tampaknya telah mendarah daging, setiap kegiatan,
makanan, pakaian serta gaya hayati kita sudah terpengaruh sang peradaban dunia.
Globalisasi artinya suatu kenyataan spesifik dalam peradaban insan yg berkiprah terus dalam
warga dunia.

Lain halnya pemaknaan globalisasi dari sudut pandang ekonomi. berdasarkan Badan PBB
Committee for Development Policy, globalisasi merupakan meningkatnya saling
ketergantungan ekonomi global menjadi akibat asal skala pertumbuhan lintas perdagangan,
perbatasan komoditas serta jasa, peredaran kapital internasional dan penyebaran teknologi
yang luas serta cepat.

Terlepas berasal pengertiannya, ada dampak globalisasi yang wajib diperhatikan. akibat
positif dan negatif globalisasi bisa menghipnotis tatanan kehidupan yang ada pada lebih
kurang. Globalisasi merupakan imbas yang terjadi secara menyeluruh, tidak terkecuali
Indonesia yg sudah banyak terjadi perubahan secara global.
dampak positif globalisasi antara lain, berkembangnya pengetahuan dan teknologi,
mempertinggi pandangan hidup kerja, sampai arus ekonomi yg semakin tinggi. Sedangkan
dampak negatif globalisasi merupakan terjadinya kesenjangan sosial, hingga pola hayati
konsumtif, tentu menjadi faktor yang merugikan.

akibat Positif serta Negatif Globalisasi, Bahaya dan fungsinya

Mulanya, proses globalisasi ditandai menggunakan kemajuan bidang teknologi gosip dan
komunikasi. Bidang ini sebagai penggerak globalisasi. yang menghipnotis sektor-sektor lain
dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan sektor lainnya.

dampak positif serta negatif globalisasi jua menyampaikan manfaat serta akibat buruk , buat
itu perlu menempatkan diri pada menyikapi proses globalisasi.

akibat positif dan negatif globalisasi dapat dirasakan pada kehidupan secara awam dan bagi
bangsa Indonesia sendiri. akibat tadi diantaranya merupakan menjadi berikut:

Dampak Positif globalisasi

1. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan tata nilai sosial budaya seperti cara hidup,
pola pikir, maupun ilmu pengetahuan, dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
Misalnya meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa
kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.

2. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Berkembangnya ilmu pengetahuan dapat ditandai dengan kehidupan sosial ekonomi yang
lebih produktif, efektif, dan efisien. Selain itu juga ada kemajuan di bidang teknologi
komunikasi, informasi, dan transportasi, memudahkan kehidupan manusia, misalnya
mobilitas tinggi, karena jarak tempuh dalam bepergian dari satu tempat ke tempat lain
menjadi lebih cepat, mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Kehidupan Menjadi Lebih Baik

Kehidupan dapat menjadi lebih baik dengan globalisasi. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya turisme dan pariwisata menjadi berkembang.

Selain itu, globalisasi juga membantu memperluas pasar produk dalam negeri. Hal ini
merupakan pertanda positif karena produksi dalam negeri dapat bersaing di pasar
internasional. Pada akhirnya kehidupan menjadi lebih baik dan pembangunan negara
menjadi meningkat.

Dampak negatif globalisasi

1. Lunturnya Nilai Budaya Asli

Lunturnya budaya asli dapat ditandai dengan hal-hal berikut:

- Menggerus nilai-nilai budaya asli seperti lunturnya gotong royong, solidaritas, kepedulian,
dan kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat, misalnya
sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang.

- Cara berpakaian bangsa barat masuk ke dalam budaya bangsa.

- Meniru perilaku yang buruk dan kebarat-baratan.

- Memberi salam tergantikan cium pipi kanan dan kiri yang dikenalkan budaya barat.

- Meniru cara berpakaian idola dari luar yang bertentangan dengan gaya berpakaian di
Indonesia.

2. Perubahan Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup mencakup:

- Individualistis, yaitu mementingkan diri sendiri.

- Pragmatis, yaitu melakukan kegiatan yang menguntungkan saja.

- Materialistis, yaitu mengukur suatu sikap dengan materi.

- Hedonism, yaitu sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam
masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.

- Konsumtif, yaitu pola konsumsi yang melebihi batas.

- Sekuler, yaitu mementingkan duniawi dan mengabaikan nilai-nilai agama.

3. Terjadi eksploitasi sumber daya alam yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan
polusi limbah industri.

Dengan adanya globalisasi, pastinya banyak industri yang dibangun. Pembangunan industri
dapat menyebabkan lingkungan menjadi rusak, dari mulai alih fungsi lahan, eksploitasi
sumber daya alam, hingga pencemaran air dan udara.

Anda mungkin juga menyukai