Anda di halaman 1dari 9

RESUME

KEBIJAKAN PEMERINTAH DIMASA PANDEMI COVID 19


TUGAS KULIAH MATA PELAJARAN

BAHASA INGGRIS DAN BAHASA INDONESIA

Nama : Eman Sulaeman

Nim : 212208048

Prodi/Jurusan : Ekonomi Syari’ah


RESUME

KEBIJAKAN PEMERINTAH DIMASA PANDEMI COVID 19

Pembahasan dalam artikel ini telah menjelaskan terkait tindakan-tindakan


yang bisa dilakukan oleh pemerintah baik strategi yang bersifat preventif
(pencegahan), promotif (pemberdayaan), dan kuratif (pengobatan) yang
berhubungan dengan kesehatan warga negara maupun strategi pemberian Jaring
Pengaman Sosial (JPS) di tengah situasi pandemi agar warga negara merasa
tercukupi secara ekonomi, karena dampak lain dari pandemik Covid-19 bukan
hanya terkait krisis kesehatan akan tetapi krisis ekonomi juga merupakan hal yang
pasti terjadi. Dalam hal ini, masyarakat juga harus berperan proaktif dalam
mengikuti segala imbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah, hal itu penting
sebagai bentuk sinergitas antara pemerintah dan masyarakat yang sama-sama
harus saling berkolaborasi untuk mempersingkat masa pandemi Covid-19 di
Indonesia.
Berbicara kebijakan pemerintah nasional tidak bisa lepas dari struktur
kelembagan negara, yang akan berkaitan satu dengan yang lain dalam pelaksanaan
kebijakan pemerintahan sesuai dengan kebutuhan dan pemerintahan dalam arti
luas, sedangkan pengkajian yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah
pengertian Pemerintah dalam arti sempit. Adapun lembaga negara yang akan
berpengaruh, dalam pengambilan kebijakan, sesuai dengan figurasi politik yang ada
dalam kelembagaan negara, yaitu: Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden, Badan Pemeriksa
Keuangan, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.
Virus corona atau dikenal juga dengan nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan virus baru yang menginfeksi
sistem pernapasan orang yang terjangkit, virus ini umumnya dikenal sebagai Covid-
19 (Lai et al., 2020). Virus ini bahkan membuat kita melakukan kebiasaan baru
bahkan di Lembaga peradilan dan dunia Pendidikan (Aji, 2020; Sodik, 2020). Virus
Corona bisa menyebabkan hal yang fatal terutama bagi mereka yang mengidap
gangguan pernapasan sebelumnya akan mengalami sindrom gangguan pada
pernapasan tingkat akut walaupun sudah dinyatakan sembuh dari virus ini. Hal itu
disebut sebagai efek dalam jangka panjang dari infeksi Covid-19 dan penderita akan
menurun fungsi paru-parunya sebanyak 20 sampai 30 persen setelah melewati
serangkaian pemulihan. Selain paru-paru ternyata ginjal juga bisa terdampak,
penderita Covid-19 dengan persentase 25 sampai 50 persen mengalami gangguan
pada ginjal. Penyebabnya adalah protein dan juga sel darah merah akan cenderung
lebih banyak. Dengan persentase 15 persen juga pasien Covid-19 cenderung turun
fungsi penyaringan pada ginjalnya, serta penyakit ginjal akut juga bisa saja menjadi
masalah lain yang akan diderita oleh orang yang terinfeksi Covid-19. Pada sistem
saraf juga bisa saja terserang akibat infeksi dari Covid-19, virus ini dapat
menyerang sistem pada saraf pusat. Di negara China misalnya orang yang
menderita gangguan pada sistem saraf mencapai 36 persen dari 214 orang yang
dinyatakan positif Covid-19. Gejala-gejala yang timbul seperti pusing dan gangguan
di indera pencium serta indera perasa.
Corona Virus Disease 2019 ini awal penyebarannya terjadi di kota, China pada
penghujung tahun 2019. Virus ini menyebar dengan sangat masif sehingga hampir
semua negara melaporkan penemuan kasus Covid-19, tak terkecuali di negara
Indonesia yang kasus pertamanya terjadi di awal bulan Maret 2020. Sehingga
merupakan hal yang wajar banyaknya negara yang mengambil kebijakan sesuai
dengan situasi dan kondisi di negara masing-masing dan membuat hubungan antara
beberapa negara menjadi tidak berjalan baik salah satu nya autrasilia dengan
negara-negara pasifik (Laila, 2020), akan tetapi kebijakan yang paling banyak
diambil adalah dengan memberlakukan lockdown yang dianggap sebagai strategi
tercepat memutus mata rantai penyebaran virus yang satu ini.
Akibat dari Covid-19 ini tidak hanya di bidang kesehatan, namun juga di
berbagai bidang terutama di bidang ekonomi. Akibat dari Covid-19 tersebut
diperparah dengan kebijakan kebijakan yang mau tidak mau harus diambil oleh
pemerintah. Sebab dengan pelaksanaan physical distancing, kemudian social
distancing dan terakhir di beberapa daerah ditetapkan adanya PSBB maka kegiatan
perokonomian menjadi sangat terdampak.
Terkhusus di Indonesia, setidaknya secara garis besar pemerintah telah
melakukan berbagai strategi dalam menghambat penambahan kasus positif Covid-
19 baru. Adapun strategi-strategi yang diberlakukan oleh pemerintah di Indonesia
terbagi menjadi tiga dalam hal kesehatan yaitu :
a. Promotif : seperti Pemerintah secara proaktif mengajak warga negara untuk
meningkatkan imunitas guna mempersiapkan kondisi tubuh untuk menghadapi
virus Covid-19 ini. Beberapa di antaranya adalah dengan tidak merokok dan
berhenti mengonsumsi alkohol, mengatur pola tidur, serta mengonsumsi suplemen
tubuh. Selain itu, pemerintah juga mengimbau warga negara untuk menerapkan
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mengikuti rekomendasi dari Badan
Kesehatan Dunia (WHO) dalam menghadapi wabah Covid-19. Langkah-langkah
proteksi mendasar seperti cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun
dengan air, menjaga jarak aman jika ada orang yang terlihat batuk dan bersin,
memberlakukan etika batuk dan bersin seperti menutup mulut dengan tangan, dan
pergi ke rumah sakit untuk melakukan crosscheck apabila terdapat gejala Covid-19
pada tubuh. Anjuran jarak aman untuk memenuhi kaidah physical distancing
minimal satu meter karena tujuannya agar tidak terjadi penyebaran yang
dipengaruhi oleh droplets penderita Covid-19.
b. Preventif seperti : Presiden mendirikan gugus tugas khusus percepatan penanganan
Covid-19 yang difungsikan sebagai juru teknis penanganan pandemi Covid-19 dan
dukungan penuh dari seluruh aspek pertahanan. Dikala negara lain menerapkan
karantina wilayah atau lockdown, pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Kesehatan (kemenkes) menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) melalui Permenkes 9 tahun 2020 mengenai Panduan PSBB dalam rangka
percepatan penanganan Covid-19 dan sebelumnya menerapkan social distancing
serta physical distancing bagi masyarakat. Pembatasan Sosial Berskala Besar
merupakan suatu langkah yang cukup strategis untuk diambil oleh pemerintah
dengan bertujuan menekan laju dari penularan Covid-19 di Indonesia ini
c. Kuratif : Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. dr. Faisal Yunus Sp.P (K), FCCP kepada
(Kumparan, 2020). Beliau mengatakan ada beberapa treatment yang diberikan
kepada pasien Covid-19 contohnya adalah dengan pemberian obat yang dahulu
pernah dipakai untuk wabah sebelum penyakit Sars-CoV-2 seperti obat oseltamivir
untuk wabah fluburung. Bagi pasien Covid-19 yang menderita pneumonia dilakukan
intervensi medis berupa pemberian antibiotik dan juga mereka diminta
mengonsumsi vitamin C dengan dosis tinggi di bawah pengawasan dokter. Apabila
pasien menderita gangguan pada hati akan diberikan hepatoprotector yang
merupakan senyawa obat yang dapat memproteksi hati dari kerusakan akibat virus.
d. dalam bidang ekonomi pemerintah juga memberlakukan Jaring Pengaman Sosial
untuk membantu warga negara melewati masa krisis ekonomi. Sedangkan untuk
Jaring Pengaman Sosial hanya disinggung sedikit dan hanya berupa pasal yang
menyebutkan dana desa bisa digunakan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT)
kepada penduduk miskin di tingkat desa dan program percepatan penanganan
Covid 19.
Dalam rangka penanganan pandemic Covid-19, Pemerintah juga telah
mengeluarkan kebijakan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kebijakan PSBB sendiri merujuk pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan. Untuk mendukung pemberlakuannya,
pemerintah merilis dua regulasi turunan, yaitu Peraturan Pemerintah tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PP Nomor 21 Tahun 2020) serta Keputusan
Presiden tentang Kedaruratan Kesehatan. Dengan regulasi yang ada, Presiden
meminta kepala daerah tidak membuat kebijakan sendiri dan tetap terkoordinasi
dengan pemerintah pusat lewat Ketua Gugus Tugas. PSBB dapat diusulkan oleh
gubernur/wali kota kepada Menteri Kesehatan dengan pertimbangan Ketua Gugus
Tugas, atau dapat diusulkan oleh Ketua Gugus Tugas kepada Menteri Kesehatan.
Saat bersamaan, masyarakat juga diminta tetap menjaga jarak aman untuk
memutus rantai penularan virus. Menjaga jarak aman antar orang (social
distancing) dan membatasi seluruh akses masuk maupun keluar dan dari suatu
wilayah dinilai efektif untuk mengendalikan persebaran Covid-19.

Untuk menanggulangi dampak dari Covid-19 pemerintah mengambil


beberapa kebijakan-kebijakan terutama di bidang ekonomi, yang diantaranya
adalah :
a. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/Pmk.03/2020 Tentang
Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona;
b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11 /Pojk.03/2020
Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical
Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019
c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Refocussing
Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang Dan Jasa Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19);
d. Kebijakan sebagai wujud bantuan kepada masyarakat seperti keringanan biaya
listrik, keringanan kredit, dan menggelontorkan anggaran Rp. 405,1 triliun untuk
memenuhi kebutuhan ditengah wabah Covid-19 melalui Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) 2020.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, Hak asasi atas kesehatan merupakan salah satu derivasi dari Hak
Asasi Manusia. Sebagai hak asasi manusia, maka hak atas kesehatan adalah hak
yang inheren pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah S.W.T Tuhan Yang
Maha Esa, di mana hak tersebut merupakan anugerah yang harus dihormati dan
dilindungi oleh setiap negara.
Kedua, Politik Hukum yang dipilih Pemerintah Indonesia berupa PSBB dan
physical distancing dalam penanganan COVID-19 belum maksimal sepenuhnya
dalam melindungi hak kesehatan masyarakat Indonesia sebagaimana yang
termaktub dalam konstitusi Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 34 ayat (2) serta (3) UUD
NKRI Tahun 1945. Hal ini terlihat dari jumlah kasus COVID-19 di Indonesia
sebelumnya sudah mencapai lebih dari 1 juta kasus. Indonesia menjadi satu-
satunya negara Asia Tenggara yang jumlah kasus COVID-19 telah mencapai 1 juta
kasus dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Namun dengan
seiringnya waktu berjalan ada kemajuan dari kebijakan pemerintaah tersebut akan
tetapi belum sepenuhnya pulih dari pandemic ini.
Ketiga, Produk hukum yang dikeluarkan seperti Perppu 1 Tahun 2020
Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi COVID-19 dan dalam Rangka Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional atau Stabilitas Sistem Keuangan memberikan kewenangan
kepada Presiden untuk melakukan perubahan postur dan/atau rincian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam rangka pelaksanaan kebijakan
keuangan negara yang diatur dengan atau Peraturan Presiden. Aspek positif
perubahan postur anggaran dan perubahan defisit APBN, dengan Peraturan
Presiden memberikan legitimasi kepada Pemerintah untuk bergerak cepat dan
responsif untuk menjaga sistem keuangan dan perekonomian nasional dari
ancaman COVID-19. Aspek negatif perubahan postur anggaran dan perubahan
defisit APBN melalui Peraturan Presiden telah melanggar praktek ketatanegaraan
selama ini yang mana perubahan postur maupun perubahan defisit anggaran
dilakukan dengan APBN-P yang membutuhkan persetujuan (consent) DPR selaku
representasi rakyat di Parlemen sebagaimana yang diatur dalam Pasal 27 ayat (3)
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
belum efektif dalam penangulangan COVID-19. Dipilihnya PSBB dari pada karantina
wilayah sebagai kebijakan yang diambil Pemerintah dicurigai sebagai manuver
hukum guna menghindari tanggung jawab Pemerintah terhadap rakyat, di mana
jika kebjiakan yang diambil adalah Karantina Wilayah, Pemerintah Pusat diwajibkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya dan hewan ternak yang berada di
wilayah karantina sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 Undang-undang
Kekarantinaan Kesehatan. Sedangkan dalam kebijakan PSBB Pemerintah tidak
wajib untuk menyediakan pemenuhan kebutuhan pokok sebagaimana dalam
ketentuan normatif.
Melihat secara keseluruhan dampak dari pandemic ini sangat banyak baik di
bidang pendidikan dan ekonomi, namun upaya pemerintah dalam menanggulangi
semua ini telah diupayakan sedemikian rupa sehingga ada sedikit perubahan ke
arah yang lebih baik walaupun belum sepenuhnya kembali normal seperti sedia
kala.
Selain hal yang telah dibahas di atas faktor lain yang penting dalam
menunjang terwujudnya semua program tersebut selanjutnya yang harus
dijalankan adalah adanya Sinergitas antara pemerintah dan masyarakat karena
merupakan hal utama dalam menangulangi penyebaran wabah Covid-19,
Sebagaimana diketahui pemerintah merelaksasi PSBB dan mengeluarkan dua opsi
yakni Pembatasan Sosial Berskala Lokal (PSBL) tingkat RT atau RW dan new normal
life atau tatanan kehidupan normal yang baru seperti :
a. Mencuci tangan
b. Memakai masker
c. Menjaga jarak
d. Menjauhi kerumunan
e. Mengurangi mobilitas
Kebijakan ini sangat tergantung dari peran serta masyarakat untuk taat
mengikutinya. Untuk peran pimpinan daerah seperti RT/RW merupakan hal pokok
utama yang dapat dikondisikan pemerintah dalam mengupayakan sinergitas antara
pemerintah dan masyarakat dapat terjadi. Tentunya dengan kesadaran diri sendiri
yang harus di tanamkan akan pentingnya kesehatan sehingga tercipta rasa
tanggung jawab akan dirinya akan kewajiban yang harus dijalaninya dimasa
pandemic ini dengan new normal life.
Daftar Pustaka
Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), Vol. 11 No. 3, Desember 2020, Hal. 179-

188 (P-ISSN: 2088-9372 E-ISSN: 2527-8991 )/ Pandemik Covid-19: Analisis

Perencanaan Pemerintah dan Upaya Pencegahan Masyarakat dalam Berbagai

Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar

“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia” KEBIJAKAN

PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PANDEMI VIRUS CORONA DISEASE

2019 (COVID-19) DI INDONESIA

Jurnal ham, volume 12, no 1, April 2021 POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM

PENANGANAN PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI

ATAS KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai