Anda di halaman 1dari 4

Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ushuluddin, Filsafat, & Politik


Universitas Islam Negeri Alauddin

PSKI Reading Report 1 (Frekuensi 1) Pendekatan Liberalisme

Nama : Lira Virna

Kelas : HI’21

Nim : 30800121001

Pendahuluan

Dunia Internasional saat ini tengah dihadapkan pada evolusi virus yang mengancam keamanan individu
bahkan keamanan negara. Corona Virus Disease 2019 atau dikenal Covid-19 merupakan virus yang
ditemukan pertama kali di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019 dan menyebar hampir di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan WHO (World Health Organization),
jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di 231 negara sebanyak 500 juta jiwa dan di Indonesia tercatat
sebanyak 6 juta jiwa. Saat ini pemerintah di seluruh dunia baik itu negara maju maupun negara
berkembang bekerjasama dan berupaya menerapkan berbagai kebijakan untuk menekan penularan
Covid-19 ini.

Presiden Indonesia Joko Widodo memformulasikan berbagai strategi melawan pandemi ini yang di klaim
menjadi isu keamanan. Proses sekuritisasi Covid-19 di Indonesia dapat dilihat dari adanya himbauan
langsung yang terpusat dari pemerintah pusat kepada kepala daerah untuk untuk melakukan langkah-
langkah taktis di berbagai daerah untuk menekan penularan Covid-19. Semakin tingginya tingkat
penularan Covid-19 di Indonesia menjadi ancaman eksistensial yang mengancam keberlangsungan
hidup masyarakat Indonesia.

Disamping itu, beberapa masalah baru mulai bermunculan seperti krisis keamanan politik dan yang
paling terlihat adalah krisis ekonomi. Sehingga, aktor sekuritisasi di Indonesia harus dapat meyakinkan
masyarakat Indonesia terkait ancaman dari Covid-19 ini sekaligus mampu meredakan situasi yang
sedang terjadi pada masyarakat. Pemerintah Indonesia juga melakukan extraordinary measure salah
satunya memberikan sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan oleh TNI. Tidak hanya itu, presiden
Indonesia juga menggunakan speech act untuk mengontruksikan bahwa Covid-19 merupakan ancaman
eksistensial. Speech act yang dilakukan pemerintah berusaha membingkai isu Covid-19 menjadi isu yang
mengancam keamanan negara, sehingga masyarakat sadar bahwa Indonesia berada dalam emergency
situation saat ini.

Isi

Proses sekuritisasi pandemi COVID-19 di Indonesia oleh aktor sekuritisasi diawali dengan tindakan
desekuritisasi yang menghambat proses speech act karena penanganan pandemi yang dianggap tidak
serius dan menyepelekan. Sehingga kesempatan komunikasi publik, sosialisasi bahkan speech act
terlewatkan begitu saja. Aktor sekuritisasi memiliki kekuatan untuk dapat meyakinkan audiens akan
ancaman yang akan datang sekaligus meredakan situasi yang terjadi di masyarakat.

Meskipun proses securitisasi terhambat oleh proses desekuritisasi namun pemerintah daerah Indonesia
sebelum adanya himbauan langsung yang terpusat dari pemerintah pusat, pemerintah daerah tetap
menempuh langkah-langkah yang cukup unik dan menarik seperti Kepala daerah DKI Jakarta
meniadakan Car Free Day, menunda penyelenggaraan formula E kepada pemerintah provinsi yang
terkenal gejala COVID-19. Sedangkan langkah yang diambil pemerintah Jawa Timur, khususnya Surabaya
yaitu Segala kegiatan baik itu sekolah, bekerja dan kegiatan massal dilakukan dari rumah atau Online
serta membangun pusat informasi dan koordinasi COVID-19 yang bisa diakses keseluruh lapisan
masyarakat.

Banyak kesempatan speech act yang terlewatkan, pemerintah Indonesia presiden Joko Widodo tidak
ingin membeberkan terlalu banyak informasi untuk mencegah kepanikan masyarakat. Proses sekuritisasi
dimulai setelah adanya keputusan presiden nomor 7 tahun 2020 ditandai dengan terbentuknya gugus
tugas percepatan penanganan covid 19 pada 13 Maret 2020 yang diketuai oleh letnan jenderal Doni
monardo. Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 2020
yang menetapkan pandemi COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat. Pemerintah Indonesia
kemudian menggunakan Speech act setelah kasus kematian COVID-19 pertama meningkat, dengan
mengontruksikan bahwa COVID-19 merupakan ancaman eksistensial. Meskipun awal proses speech act
di Indonesia yaitu dengan melakukan desekuritisasi. “Pencegahan virus Corona dengan tidak panik dan
resah, enjoy saja dan makan secukupnya”. Kata menteri kesehatan Terawan, Agus Putranto pada 27
Januari 2020 tujuan utama desekuritisasi adalah menurunkan ketegangan di masyarakat. Sehingga,
begitu isu Covid-19 didesekuritisasi, tidak ditangani dengan logika keamanan atau tidak dinyatakan
sebagai ancaman tetapi dikembalikan ke ruang publik biasa.

Pemerintah Indonesia baik dari pusat maupun daerah melakukan sekuritisasi speech act dimulai dalam
pidato presiden Indonesia pada 31 maret 2020 yang mengatakan “kita telah memutuskan dalam ratas
kabinet bahwa Opsi yang kita pilih adalah pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, pemerintah telah
menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit dengan faktor kondisi risiko yang menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat, oleh karenanya pemerintah menetapkan status kedaruratan
kesehatan masyarakat, sesuai UU, PSBB ini ditetapkan oleh menteri kesehatan yang berkoordinasi
dengan gugus tugas COVID-19 dan kepala daerah’’. Ujar presiden dalam konferensi pers, Selasa
(31/3/2020).

Penjelasan lebih lanjut pada pasal 4 bahwa konsep emergency situation ini pemerintah diberikan
tanggung jawab dalam melindungi kesehatan masyarakat dari faktor risiko kesehatan masyarakat dan
penyakit yang sedang mewabah. Oleh karena itu status emergency situation dilakukan oleh masyarakat
Indonesia dengan mematuhi extraordinary measure yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti
PSBB, Physical distancing, protokol 3M, menutup jalur wisatawan China, memasang pemindai termal
serta menyiapkan 100 rumah sakit untuk menangani pasien yang terindikasi atau terinfeksi virus Covid-
19 , pemerintah juga menurunkan intel Polri untuk mengawal pemberlakuan PSBB untuk menekan
Pertumbuhan COVID-19 lebih luas lagi.
Kebijakan yang di ambil pemerintah dinilai bisa membuat masyarakat yakin dengan emergency situation
yang dihadapi Indonesia saat ini. Speech act berusaha memperlihatkan kepada masyarakat bahwa isu
COVID-19 merupakan isu yang mengancam keamanan negara. Meningkatkannya jumlah kasus COVID-19
setiap harinya menjadi ancaman tertinggi yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat
Indonesia sehingga actor securitisasi berusaha meminimalisir atau bahkan mengeliminasi berbagai
ancaman yang akan datang dengan melakukan speech act sebagai alat melegitimasi tindakan-tindakan
yang diambil pemerintah. Disamping isu darurat kesehatan masyarakat, isu politik keamanan dan krisis
ekonomi menjadi isu baru dan alasan ketakutan akan adanya krisis besar. Extraordinary measure yang
diberlakukan pemerintah tentu saja berdampak pada aspek sosial dan ekonomi. Pemerintah
menurunkan beberapa bantuan untuk masyarakat yang terkena dampak dari Covid-19 seperti bantuan
sembako, BLT dana desa, listrik gratis, BLT usaha mikro kecil. Extraordinary measure juga berlaku untuk
pemerintah dengan melakukan kerjasama dengan negara lain seperti Amerika serikat, Korea Selatan,
Jepang, Singapura, Vietnam, Uni Emirat Arab dan Tiongkok dalam pengadaan alat-alat kesehatan serta
obat-obatan yang diperlukan untuk menghadapi Covid-19

Proses sekuritisasi speech act yang dilakukan pemerintah sesuai pedoman bisa dibilang berjalan cukup
baik. Masyarakat Indonesia sebagai audiens antusias mengikuti segala bentuk kebijakan dari pemerintah
agar bisa secepatnya keluar dari pandemi COVID-19 ini. Dengan adanya keterlibatan TNI polri dilapangan
dalam mengantisipasi masyarakat merupakan keputusan yang tepat. Keberhasilan sekuritisasi
dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat Indonesia itu sendiri. Masyarakat harus bisa memposisikan diri
sebagai pejuang dalam menghadapi Covid-19 bukan hanya memposisikan diri sebagai korban dari
kebijakan yang diberlakukan pemerintah. Masyarakat Indonesia juga terbilang cukup disiplin dalam
mematuhi segala bentuk kebijakan dari pemerintah, bisa dilihat beberapa kebijakan pemerintah sudah
menjadi budaya baru sampai saat ini seperti mematuhi protokol kesehatan 3M.

Kesimpulan

Pandemi COVID-19 bermula pada akhir Desember 2019 di kota Wuhan, China. Ketika China Melaporkan
kepada World Health Organization (WHO) terkait temuan baru virus mematikan berjenis Pneumonia
yang belum diketahui penyebab pastinya. Virus ini menyebar dengan cepat dan merusak berbagai
tatanan seperti kesehatan, ekonomi, sosial dan politik di sejumlah negara di dunia termasuk Indonesia.
Meningkatkannya perkembangan Covid-19 di Indonesia mau tidak mau pemerintah harus bertanggung
jawab penuh atas kesehatan masyarakatnya. Pemerintah kemudian melakukan berbagai kebijakan
untuk menekan laju penularan COVID-19 dengan melakukan tindakan sekuritisasi terhadap Emergency
situation yang dihadapi Indonesia. Pemerintah Indonesia awalnya melakukan tindakan desekuritisasi
ancaman virus guna mencegah ketegangan dan kepanikan ditengah masyarakat. Namun akhirnya
pemerintah melakukan sekuritisasi melalui speech act yang dilakukan oleh presiden Joko Widodo.
Dalam tindakan speech act tersebut presiden Joko Widodo memperlihatkan kepada masyarakat bahwa
COVID-19 merupakan isu keamanan yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia
sehingga Covid-19 ditetapkan sebagai existensial threat. Beberapa langkah kemudian diambil
pemerintah dengan melakukan extraordinary measure seperti PSBB, Protokol kesehatan 3M secara
ketat dan menurunkan TNI polri untuk mengawal pemberlakuan kebijakan tersebut dilapangan dengan
masyarakat sebagai audiensnya.
References
Arifin, Rasyid. June 2020. "ASIA PACIFIC STUDIES." Journal Of International 19.

https://ir.binus.ac.id/2020/03/23/respons-pemerintah-indonesia-terhadap-pandemi-covid-19-
desekuritisasi-di-awal-sekuritisasi-yang-terhambat/

https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/03/31/16271751/pidato-lengkap-jokowi-dari-psbb-listrik-
gratis-hingga-keringanan-kredit

Anda mungkin juga menyukai