Anda di halaman 1dari 7

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR


PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN BITUNG KECAMATAN
AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Chindy Gabriella Wauran


Rina Kundre
Wico Silolonga

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : chindywauran@gmail.com

Abstract : 1-3 years old (toddler) early childhood is growing, this period is golden period.
That the age children in the formation prosess necessary to create a strong foundation for
growth. This period the growth rate begain to decline, and despite progress in motor
development, including gross motor. Nutritional status is one of the factor that influence the
development of gross motor. Purpose of this research to know the relationship nutrional
status with gross motor development of children aged 1-3 years In Bitung village Amurang
subdistric South Minahasa Regency. Quantitative method with cross sectional. The sample
used total sampling method, with total 38 resppondents, nutrion status used anthropometric
measurements based of age, whereas grader of gross motor development using sheet of
observation Denver II, the data of research prosessed with computer program, it using Chi
Square test at a significance leavel of 95% (α=0,05). The results show are relationship with
nutrion status and gross motor development of children aged 1-3 years. Statistic test chi-
square with result p=0,006. Conclusion of the research is nutrion status affects the gross
motor development of children, so as to obtain the appropriate motor development requires
optimal nutritional adequacy. Suggestion through this research, monitoring of nutritional
status and motor development of children can be done on a regular basis.
Keywords : Children aged 1-3 years, Nutritional Status, Gross Motor Development

Abstrak : Usia 1-3 Tahun (toddler) merupakan masa awal anak berkembang, inilah masa
yang disebut golden periode. Pada usia tersebut anak dalam proses pembentukan diri untuk
menciptakan fondasi yang kuat untuk tumbuh kembangnya. Pada masa ini kecepatan
pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik termasuk
motorik kasar. Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik kasar. Tujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan
motorik kasar pada anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Bitung Kecamatan Amurang Kabupaten
Minahasa Selatan. Metode dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Pemilihan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 38
responden. Penilaian status gizi menggunakan pengukuran antropometri berat badan
berdasarkan umur, sedangkan penilaian perkembangan motorik kasar menggunakan lembar
observasi Denver II. Data hasil penelitian diolah dengan bantuan program komputer
menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Hasil menunjukan
terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar
pada anak usia 1-3 tahun. Uji statistik chi-square didapatkan hasil p=0,006. Kesimpulan
status gizi mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak, sehingga untuk mendapatkan
perkembangan motorik yang sesuai memerlukan kecukupan gizi yang optimal. Saran melalui
penelitian ini pemantauan status gizi dan perkembangan motorik anak dapat dilakukan secara
berkala.
Kata kunci : Anak usia 1-3 Tahun, status gizi, perkembangan motorik kasar

1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

PENDAHULUAN karena anak adalah generasi penerus


Proses kehidupan dari lahir sampai bangsa yang harus sehat, cerdas dan kuat
meninggal mempunyai tahapnya masing- (Hidayat, 2012)
masing. Sejak konsepsi hingga berakhirnya Faktor gizi sangat berperan penting
masa remaja, anak mempunyai ciri khas dalam perkembangan motorik anak yang
tersendiri, yaitu selalu tumbuh dan perlu diperhatikan oleh orang tua, hal ini
berkembang. Proses tumbuh kembang didukung oleh penelitian yang dilakukan
tersebut dimulai sejak anak berusia 3 bulan oleh Titi Sari Siswoyo Putri pada tahun
dalam kandungan. Fase itu terus (2015), yang menggunakan desain studi
berlangsung hingga anak berumur 3 tahun. korelasi dengan teknik cross sectional,
Inilah masa yang disebut golden periode dengan hasil akhir yang didapat adalah
atau periode emas. Pada usia tersebut anak terdapat hubungan antara status gizi dan
dalam proses membentuk dirinya. perkembangan motorik kasar. Begitu juga
Pengembangan kognitif dan emosi pada penelitian yang dilakukan Yuyun Dwi
usia dini menciptakan fondasi paling Astyorini (2014) dengan menggunakan
hakiki bagi anak (Fida dan Maya, 2012) analisis statistik korelasi dengn hasil,
Usia 1-3 tahun (toddler) merupakan terdapat hubungan yang signifikan dengan
masa awal anak berkembang, dimana kategori sedang antara status gizi terhadap
mereka menjadi manusia yang utuh, kemampuan motorik kasar anak. Hal ini
belajar berjalan, berbicara, memecahkan sejalan dengan penelitian Kasenda (2015),
masalah, berhubungan dengan orang hasil menunjukan terdapat hubungan yang
dewasa dan anak seusianya. Usia 1-3 tahun bermakna antara status gizi dengan
anak sudah bisa melakukan apa yang perkembangan motorik halus anak usia
mereka inginkan, sehingga perlu adanya prasekolah.
perhatian khusus untuk menanganinya. Data dan Informasi Tahun 2014
Pada masa ini kecepatan pertumbuhan (Profil Kesehatan Indonesia) dilaporkan
mulai menurun dan terdapat kemajuan bahwa status gizi anak balita menurut
dalam perkembangan motorik (gerak kasar ketiga indeks berat badan menurut umur
dan halus) serta fungsi ekskresi (BB/U), tinggi badan menurut umur
(Departemen Kesehatan Republik (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
Indonesia, 2006) badan (BB/TB) terlihat prevalensi gizi
Motorik kasar merupakan gerakan buruk dan gizi kurang meningkat dari
fisik yang membutuhkan keseimbangan tahun 2007 ke tahun 2013 (Kementrian
dan koordinasi antar anggota tubuh, serta Kesehatan, 2014)
menggunakan otot-otot besar, sebagian Jumlah balita di Provinsi Sulawesi
atau seluruh anggota tubuh. Misalnya, Utara tahun 2013 sebanyak 1.708.884 jiwa,
kemampuan duduk, menendang, berlari, yang mendapatkan cakupan pelayanan
naik turun tangga dan sebagainya (Hidayat, kesehatan sebanyak 109.249 (63,93%).
2012) Prevalensi gizi kurang 12,8 %, gizi lebih
Perkembangan anak dipengaruhi 4,5%, dan gizi buruk 3,9 % (Riset
beberapa faktor yaitu herediter dan faktor Kesehatan Dasar, 2013)
lingkungan seperti budaya lingkungan, Hasil studi pendahuluan dari
stimulasi, pengaruh hormon, serta wawancara dengan petugas Puskesmas
nutrisi/gizi. Untuk tumbuh kembang sangat Amurang mengatakan dari bulan Agustus
diperlukan zat makanan yang adekuat. sampai Oktober 2015, terdapat 38 anak
Anak termasuk kelompok rawan gizi. usia 1-3 tahun yang berkunjung
Mereka mudah menderita kelainan gizi keposyandu Kelurahan Bitung.
karena kekurangan nutrisi yang Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
dibutuhkan. Anak juga perlu mendapatkan Kelurahan Bitung, dari 7 anak terdapat 4
perhatian baik gizi maupun kesehatannya, anak yang status gizinya tergolong baik

2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

dan 3 anak tergolong status gizi kurang. gambaran setiap variabel yang akan diukur
Dari 4 anak yang memiliki status gizi baik, dan disajikan. Analisa bivariat yaitu
1 anak diantaranya memiliki analisa yang dilakukan terhadap dua
perkembangan motorik kasar meragukan, variabel yang diduga atau berkorelasi.
sementara 2 anak dengan status gizi kurang Dilakukan uji Pearson chi-square dengan
mereka memiliki perkembangan motorik derajat kemaknaan 95% (α 0,05).
kasar meragukan.
Berdasarkan latar belakang HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut, maka peneliti ingin mengetahui Data Demografi
hubungan antara status gizi dengan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
perkembangan motorik kasar pada anak Berdasarkan Jenis Kelamin
usia 1-3 tahun di Kelurahan Bitung Jenis
Frekuensi %
Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Kelamin
Selatan. Laki-laki 18 47,4
Perempuan 20 52,6
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain Total 38 100
penelitian survei analitik dengan Sumber : Data Primer, 2016
pendekatan cross sectional dimana tiap Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat
subjek penelitian hanya diobservasi sekali dilihat bahwa mayoritas anak usia 1-3
saja dan pengukuran dilakukan terhadap tahun di Kelurahan Bitung Kecamatan
status karakter atau variabel subjek pada Amurang Kabupaten Minahasa Selatan
saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). berjenis kelamin perempuan yaitu
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 anak (52,6%).
seluruh anak usia 1-3 tahun yang
berkunjung ke posyandu kelurahan Bitung Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Berdasarkan Umur
Selatan dari bulan Agustus – Oktober 2015 Umur Frekuensi %
yaitu berjumlah 38 anak.
Penelitian ini menggunakan instrument 1 tahun 11 29,0
yaitu berupa timbangan berat badan untuk 2 tahun 17 44,7
mengukur berat badan dalam menentukan 3 tahun 10 26,3
status gizi anak dengan kriteria Berat Total 38 100
Badan berdasarkan Umur (BB/U) dengan
berpedoman pada Kurva Pertumbuhan Sumber : Data Primer, 2016
WHO 2006 dan lembar observasi Denver Berdasarkan tabel 2 diatas
II untuk mengukur perkembangan motorik menunjukan bahwa mayoritas anak 1-3
kasar anak (Nugroho, 2009) tahun di Kelurahan Bitung Kecamatan
Pengolahan data yang diperoleh dari Amurang Kabupaten Minahasa Selatan
hasil penelitian ini diolah secara manual berusia 2 tahun, yaitu sebanyak 17 anak
dengan menentukan status gizi kemudian (44,7 %).
perkembangan motorik kasar anak
selanjutnya dilakukan analisis
menggunakan program pengolah statistik.
Setelah itu diolah menggunakan sistem
komputer, tahapan-tahapan tersebut yaitu
editing, coding dan entering.
Analisa data dalam penelitian ini yaitu
analisa univariat yang bertujuan untuk
mendeskripsikan atau mendapatkan

3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

Analisa Univariat perkembangan motorik peringatan yaitu


Tabel 3. Distribusi Frekuensi sebanyak 7 anak (18,4%).
Berdasarkan Status Gizi Berdasarkan
Indeks Berat Badan menurut Umur Analisa Bivariat
(BB/U) Tabel 5. Analisis Hubungan Status Gizi
Status Gizi Frekuensi % dengan Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan Motorik
Kasar
Gizi Buruk 0 0 Normal Peringatan Total P

Gizi Kurang 6 15,8


n n n
Gizi Baik 32 84,2 % % %
Gizi Lebih 0 0 Status Baik 29 3 32 0,006
Gizi 90,6 9,4 100
Kurang 2 4 6
Total 38 100 33,3 66,7 100
Sumber : Data Primer, 2016 Total 31 7 38
Berdasarkan pada tabel 3 dapat 81,6 18,4 100

dilihat bahwa dari 38 anak yang diteliti Sumber : Data Primer, 2016
berdasarkan indeks berat badan menurut Hasil data pada tabel 5 diatas yaitu
umur (BB/U) menunjukan bahwa kategori hasil penggabungan dari tabel 3 dan tabel 4
gizi baik yaitu sebanyak 32 anak (84,2%) yang dalam bentuk tabel 4x5 diubah
dan anak dengan kategori gizi kurang menjadi tabel bentuk 2x2 karena dalam
sebanyak 6 orang anak (15,8%). Dari hasil hasil data yang ada hanya terdapat status
ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar gizi baik dan kurang, sedangkan status gizi
anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Bitung buruk dan lebih tidak ada, dan dalam
Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa perkembangan motorik kasar hanya
Selatan memiliki asupan gizi yang baik terdapat normal dan peringatan.
dilihat dari status gizi berdasarkan indeks Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat dilihat
BB/U. bahwa anak yang mempunyai status gizi
baik dengan perkembangan motorik kasar
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden normal berjumlah 29 orang (90,6%) dan
Berdasarkan Perkembangan Motorik yang mempunyai perkembangan motorik
Kasar kasar peringatan berjumlah 3 orang (9,4%).
Perkembangan Sedangkan, anak dengan status gizi kurang
Frekuensi % tetapi mempunyai perkembangan motorik
Motorik Kasar
Lebih 0 0 kasar normal berjumlah 2 orang (33,3%)
Normal 31 81,6 dan yang mempunyai perkembangan
Peringatan 7 18,4 motorik kasar peringatan 4 orang (66,7%).
Terlambat 0 0 Pada penelitian ini menggunakan uji
Menolak 0 0 statistik Chi-Square tetapi karena ada 2
Total 38 100 cell dengan nilai harapan < 5 maka
hasilnya dibaca dalam hasil Ficher’s
Sumber : Data Primer, 2016
Exact. Nilai yang diperoleh yaitu p=0,006.
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat
dilihat bahwa perkembangan motorik kasar Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari 
pada anak usia 1-3 tahun di Kelurahan (0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa
Bitung Kecamatan Amurang Kabupaten terdapat hubungan yang bermakna antara
Minahasa Selatan menunjukan dari 38 status gizi dengan perkembangan motorik
anak, sebagian besar anak mempunyai kasar pada anak usia 1-3 tahun di
perkembangan motorik kasar yang normal Kelurahan Bitung Kecamatan Amurang
yaitu sebanyak 31 anak (81,6%), Kabupaten Minahasa Selatan. Dan didapati
sedangkan anak yang mempunyai nilai Odds Ratio yang didapatkan dari
analisis kedua variabel yang diteliti ialah

4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

19,333 yang menjelaskan bahwa anak usia pendidikan dan lingkungan sekitar.
1-3 tahun dengan status gizi baik Sebagian orang tua hanya mengikuti
mempunyai peluang atau kesempatan keinginan anaknya dalam mengkonsumsi
19,333 kali mengalami perkembangan makanan tanpa memperhatikan gizinya.
motorik kasar yang normal dibandingkan Misalnya anak lebih memilih
anak dengan status gizi kurang. mengkonsumsi jajanan yang tidak
Penelitian ini didapatkan anak yang memiliki lebel gizi dibandingkan
termasuk dalam kategori status gizi baik mengkonsumsi sayur yang sebenarnya
dengan perkembangan motorik kasar sangat penting bagi masa pertumbuhan
normal sebanyak 29 anak, dan anak yang anak. Para orang tua yang memiliki
termasuk dalam kategori status gizi baik pengetahuan sedikit menuruti keinginan
tetapi perkembangan motorik kasar anak hanya karna tidak ingin anaknya
peringatan berjumlah 3 anak, sedangkan menangis. Solusi dari permasalahan ini
anak dengan status gizi kurang tetapi adalah sedini mungkin memberikan
mempunyai perkembangan motorik kasar pendidikan kepada orang tua tentang gizi
normal berjumlah 2 anak, dan anak dengan yang baik bagi anak sehingga sedari bayi
status gizi kurang yang memiliki anak terbiasa mengkonsumsi makanan
perkembangan motorik kasar peringatan bergizi yang sesuai. Disini ketegasan dari
berjumlah 4 anak. orang tua juga diperlukan agar kebutuhan
Status gizi kurang akan gizi dapat terpenuhi sehingga mendukung
mengakibatkan anak mengalami perkembangan motorik kasar anak agar
pertumbuhan dan perkembangan yang dapat maksimal sesuai tingkatannya.
lambat, dimana menandakan Penelitian ini sesuai dengan
ketidakseimbangan antara jumlah asupan penelitian yang dilakukan oleh Ati (2013)
gizi yang didapat dengan kebutuhan dengan hasil penelitian menunjukkan
penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh bahwa terdapat hubungan yang signifikan
terutama oleh otak, akibatnya akan antara status gizi dengan perkembangan
mengganggu pertumbuhan dan motorik kasar balita. Selanjutnya,
perkembangan anak. Kemampuan motorik penelitian yang dilakukan oleh Isnawati
kasar memerlukan kinerja otak dan otot (2014) berdasarkan analisis data status gizi
yang baik, karena itu tubuh sangat dengan perkembangan motorik kasar
memerlukan asupan nutrisi yang baik. Hal diperoleh kesimpulan hasil uji yaitu
ini sesuai dengan teori Hasdianah (2014), terdapat hubungan antara status gizi
anak yang mendapatkan asupan gizi yang dengan perekembangan motorik kasar anak
baik biasanya terlihat lebih aktif. di Desa Sambirejo, Kecamatan Bringin,
Sedangkan anak yang mendapatkan Kabupaten Semarang.
asupan zat gizi yang kurang atau tidak Penelitian ini juga menemukan anak
sesuai akan menyebabkan gangguan yang status gizi baik tetapi mempunyai
perkembangan karena mempengaruhi perkembangan motorik kasar peringatan
tingkat kecerdasan dan perkembangan dan anak yang status gizi kurang tetapi
otak. mempunyai perkembangan motorik kasar
Adapun faktor yang mempengaruhi normal. Hal tersebut terjadi mengingat
status gizi diantaranya yaitu faktor adanya faktor lain yang mempengaruhi
ekonomi, sosial budaya, agama, perkembangan motorik kasar anak selain
pendidikan dan lingkungan dari status gizi misalnya stimulasi.
(Sulistyoningsih, 2012). Pada penelitian ini Stimulasi adalah perangsangan yang
peneliti melalui observasi melihat sebagian datang dari lingkungan diluar individu
orang tua responden mempunyai anak. Anak yang mendapat banyak
pengetahuan yang kurang tentang tumbuh stimulasi akan lebih cepat berkembang
kembang anak. Ini berkaitan dengan daripada anak yang kurang atau bahkan

5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga benar mengenai pertumbuhan dan


bermanfaat sebagai penguat. Pemberian perkembangan anak. Mengingat
stimulasi akan lebih efektif apabila latarbelakang pendidikan orang tua dan
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak status ekonomi orang tua yang berfariasi.
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan Hal ini sesuai dengan penelitian yang
(Soetjiningsih, 2012). dilakukan Kholifa (2014), semakian baik
Seperti halnya yang peneliti temukan pemberian tindakan stimulasai yang
dalam hal status gizi baik tetapi dilakukan pada anak maka anak akan
mempunyai perkembangan motorik kasar memperoleh hasil perkembangan motorik
peringatan, berdasarkan observasi dan kasar yang normal dan sesuai.
wawancara yang dilakukan peneliti saat Dengan demikian dapat dikatakan
penelitian para orang tua tidak memberikan bahwa masih ada variabel lain yang
stimulasi yang tepat bahkan para orang tua mempengaruhi perkembangan motorik
tidak tahu bagaimana memberikan kasar pada anak selain variabel yang
stimulasi yang tepat berdasarkan umur dan diteliti.
tingkat perkembangan motorik kasar anak.
Sedangkan anak yang termasuk dalam SIMPULAN
kategori status gizi kurang tetapi Dari hasil penelitian yang dilakukan
mempunyai perkembangan motorik kasar di Kelurahan Bitung Kecamatan Amurang
normal dipengaruhi oleh stimulasi yang Kabupaten Minahasa Selatan, dapat ditarik
diberikan kepada anak tersebut. Sesuai kesimpulan sebagai berikut :
hasil yang diperoleh, para orang tua yang Anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Bitung
merasa anaknya mengalami suatu Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa
gangguan dalam hal ini kekurangan gizi Selatan pada umumnya dalam kategori
merasa khawatir dan mendorong status gizi baik.
menstimulasi anaknya sehingga Anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Bitung
perkembangan motorik kasar anak sesuai Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa
tingkatannya. Selatan sebagian besar memiliki
Dari penelitian ini didapatkan anak perkembangan motorik kasar yang sesuai.
usia 18 bulan dan anak usia 35 bulan yang Terdapat hubungan yang bermakna antara
mengalami status gizi kurang tapi status gizi dengan perkembangan motorik
perkembangan motorik kasar normal, kasar anak usia1-3 tahun di Kelurahan
stimulasi yang diberikan untuk anak usia Bitung Kecamatan Amurang Kabupaten
15-18 bulan : berjalan naik dan turun Minahasa Selatan.
tangga, dorong anak agar mau berlari dan
tunjukan kepada anak cara menendang DAFTAR PUSTAKA
bola, dan untuk anak usia 24-36 bulan : Astyorini, Y. D. (2014). Hubungan status
melatih keseimbangan dengan cara berdiri gizi terhadap kemampuan motorik kasar
dengan 1 kaki, menangkap dan melempar anak sekolah dasar kelas 1 di SDN
bola dengan cara bermain bola dan Krembangan Utara I/56 Surabaya.
mengajarkan anak cara melompat dengan Jurnal Kesehatan Olahraga, 2, 33-39
kedua kakinya dengan bermain lompat
Ati, C. A., Alfiyanti, D., & Solekhan, A.
jauh (DepKes RI, 2006).
(2013). Hubungan Antara Status Gizi
Hal ini disebabkan karena kurangnya
dengan Perkembangan Motorik Kasar
pengetahuan dari orang tua tentang betapa
anak Balita di RSUD Tugurejo
pentingnya stimulasi bagi anak terutama
Semarang tahun 2013. Jurnal Ilmu
pada masa 1-3 tahun yang disebut masa
Keperawatan dan Kebidanan, 1 (4).
emas. Disinilah peran tenaga kesehatan
sangat dibutuhkan karena tidak semua Departemen Kesehatan Republik
orang tua mampu mencari informasi yang Indonesia. 2006. Pedoman Pelaksanaan

6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang


Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Anak. Jakarta : EGC
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Supariasa, dkk. 2013. Penilaian Status
Depkes RI Gizi. Jakarta : ECG
Fida & Maya. 2012. Pengantar Ilmu Sulistyoningsih, 2012. Metodologi
Kesehatan Anak. Jogjakarta : D-Medika Penelitian Kebidanan Kualitatif
Hasdianah, H. R., Siyoto, S., & Kuantitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Peristyowati, Y. 2014. Gizi,
Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Hidayat, A. A. A. 2012. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Kasenda, M. G., Sarimin, S., & Onibala, F.
(2015). Hubungan status gizi dengan
perkembangan motorik halus pada anak
usia prasekolah di TK GMIM Solafide
Kelurahan Uner Kecamatan
Kawangkoan Induk Kabupaten
Minahasa. Jurnal Keperawatan, 3(1).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2014. Data dan Informasi Tahun 2014
(Profil Kesehatan Indonesia)
Kholifah, S. N., Fadillah, N., As' ari, H., &
Hidayat, T. (2014). Perkembangan
motorik kasar bayi melalui stimulasi ibu
di kelurahan kemayoran Surabaya.
Jurnal Sumber Daya Manusia
Kesehatan, 1(1).
Notoadmojo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nugroho, H. S. W. 2009. Petunjuk Praktis
Denver Developmental Screening Test.
Jakarta : EGC

Riset Kesehatan Dasar, 2013.


http://www.litbang.depkes.go.id/
Diakses 20 September 2015 Jam 14.15
WITA
Siswoyo, 2015. Hubungan Status Gizi
Dengan Perkembangan Motorik Kasar
Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di
Kelurahan Bandarjo Kabupaten
Semarang Tahun 2015.
perpusnwu.web.id/karyailmiah Diakses
pada 17 Oktober 2015 jam 10.30 WITA
7

Anda mungkin juga menyukai