Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur

kematangan dan pengendalian gerakakan tubuh yang erat kaitannya dengan

perkembangan pusat motorik di otak. (Hurlock, 1998) mengatakan bahwa

perkembangan matorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui

kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang berkoordinasi, jadi

perkembangan motorik merupakan kegiatan yang terkoordinir antara

susunan saraf otot dan spinal cord. Perkembangan motorik adalah proses

yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan

berkesinambungan dimana gerakan individu meningkat dari keadaan

sederhanan, tidak terorganisir, dan tidak terampil ke arah penguasaan

keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Setelah lahir

terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, perkembangan sel-sel otak masih

berlangsung dan terjadi perkembangan serabut-serabut syaraf dan cabang-

cabangnya sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang komplek

(Departemen Kesehatan RI, 2010).

Pemenuhan gizi esensial merupakan hal penting karena fase anak-

anak rentan mengalami malnutrusi yang dapat menganggu perkembangan

otak anak khususnya bagian otak kecil atau cerebellum yang merupakan

1
2

pusat koordinasi gerak motorik (Nutrisiani, 2010). Perkembangan anak

sangat di pengaruhi oleh otak yang mengatur setiap gerak yang akan

dilakukan oleh anak, semangkin matangnya system saraf otak

memungkinkan berkembangannya perkembangan anak (UKK Tumbuh

kembang. Pedriatik social IDAI, 2010).

Salah satu aspek perkembangan yang akan di periksa adalah motorik

kasar , yaitu pergerakan tubuh yang melibatkan otot – otot besar dan terlihat

lebih dahulu di bandingkan dengan kemampuan motorik halus ( Kemenkes,

2016). Perkembangan motorik kasar adalah salah satu aspek perkembangan

anak yang seringkali luput dari perhatian orang tua.

Menurut (Soetjiningsinh, 2013) faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak antara lain : gizi ibu pada waktu hamil, gizi ibu yang

buruk sebelum kehamilan, maupun pada waktu hamil lebih sering

mendapatkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), disamping itu dapat

pula menyebabkan hambatan perkembangan otak janin yang mempengaruhi

kecerdasan emosi.

Status gizi yang kurang akan mempengaruhi kekuatan dan

kemampuan motorik kasar anak, Perkembangan anak baik dipengaruhi oleh

asupan gizi yang seimbang baik kualitasnya yang meliputi 4 sehat 5

sempurna (Widyastutik dan Widyani, 2010).

Gizi menjadi bagian sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan, hal ini di ungkapkan oleh (Proverawati, 2011) bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor

biologis dimana salah satu nya adalah gizi. Pertumbuhan jaringan otak yang
3

sanagat pesat pada anak, ukuran otak anak akan mencapai 80% dari ukuran

otak orang dewasa, selanjutnya otak akan berkembang dengan cukup

lambat, otak yang tidak berkembang secara optimal maka akan

mempengaruhi perkembangan koognitf pada anak, perkembangan kognitif

meliputi kemampuan anak memahami dunianya melalui inderanya,

kecakapan motorik dan proses berfikir logis dan abstrak.

Menurut Word Health Organization (WHO) 2012 jumlah

kekurangan gizi di dunia mencapai 104 juta anak, dan keadaan kurang gizi

menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab kematian anak di seluruh

dunia. Asia selatan merupakan daerah yang memiliki privalensi kurang gizi

terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%, di susul subhara Afrika 28%, Amerika

latin 7% dan yang paling rendah terdapat di daerah eropa tenggah, timur

sebesar 0%.

Sementara berdasarkan hasil riset dasar kesehatan Indonesia

(Riskesdas) 2016, privalensi gizi buruk dan gizi kurang menurut indikator

BB/U pada balita tahun 2016 adalah adalah 11% terdiri dari 8,0%, gizi

kurang 3,1%, gizi buruk, jika dibandingkan privalensi pada tahun 2015

adalah 11,9 %, terdiri dari 8,2% gizi kurang dan 3,7% gizi buruk.

Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian

kesehatan (Kemenkes) 2018 menunjukkan 17,7% anak usia di bawah 5

tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas

balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita

menderita gizi kurang sebesar 13%, Indikator status gizi berdasarkan indeks

berat badan pertinggi badan (bb/tb) memberikan indikasi masalah gizi yang
4

sifatnya akut sebagai dari akibat peristiwa yang dalam waktu yang tidak

lama atau singkat.

Prevalensi balita kekurangan gizi menurut provinsi di Indonesia

(PGS) pemantauan status gizi, di Jawa Barat kekurangan gizi balita usia 0-

23 bulan, dari tahun 2016 sebanyak 11,87%, tahun 2017 sebanyak 12,90%,

dan tahun 2018 terjadi penurunan sebanyak 10,60%. (Pemantauan Status

Gizi, Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes).

Privalensi Status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

di Kota Bekasi tahun 2018 sampai 2019 menurun, 2018 privalesi gizi

kurang 4,85%, tahun 2019 privalensi gizi kurang 3,58%, begitu pula balita

kurus (indeks berat badan pertinggi badan) yang mengalaami penurunan

privalensi dari 3,80 tahun 2018 menjadi 3,06 tahun 2019 (dari 162.000

balita yang diukur terdapat 4.955 balita kurus), (Dinas Kesehatan Bekasi,

2019).

Berdasarkan studi data pendahulan dengan membagi kuesioner

kepada responden yang dilakukan di Posyadu Nusa Indah responden ibu

yang membawa anak untuk di timbang dan tinggi badan sebanyak 10 orang

anak, di Posyandu Nusa Indah ada 6 orang anak dengan hasil timbangan

dan pengukuran yang kurang, 4 orang anak dengan gizi yang baik.

Berdasarkan status gizi dengan menghitung kadar masa indeks tubuh dari 10

responden di Posyandu Nusa Indah di dapatkan 60 % anak yang kurang

IMTnya < 18,4 kg dan 40% yang normal IMT nya 18,5-24,9 kg, sedangkan

di Posyadu Wahanasari tidak di temukan balita yang kurang IMTnya. Dari

10 balita hanya 4 balita yang memiliki imt 18,5-24,9 kg dengan kategori


5

normal, responden (ibu) mengaku bahwa pengetahuan tentang gizi masih

kurang. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan

Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 12-18 Bulan, di

Posyandu Nusa Indah, Kampung Cakung, Jati Sari, Jatiasih, Kota Bekasi”.

1.2. Keterbaharuan Penelitian

Penelitian sebelumnya telah dilakukan terhadap variabel hubungan

status gizi dengan motorik kasar anak yaitu :

1. Berdasarkan penelitian Fidiya Sela Fitri, Tahun 2021, dengan judul

“Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada

Anak Usia 1-3 Tahun Di Posyandu Syukur Nikmat Desa Sungai Duren

Jambi”. Menunjukkan hasil ada hubungan status gizi dengan

perkembangan motorik kasar pada usia 1-3 tahun di Posyandu Syukur

Nikmat Desa Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi (p-value = 0,000

atau p value < 0,005). Hal ini disebabkan responden sudah

menunjukkan perkembangan yang normal atau sesuai usianya dan juga

dilakukan dari data demografi umur ibu berada pada kategori dewasa

awal (26-35 tahun) dengan frekuensi 88 responden (71,5%) dimana

umur ibu masih dalam keadaan produktif dan sikap baik secara fisik

dan psikososial, namun masih ada anak usia 1-3 tahun yang

perkembangannya tidak normal, hal ini dapat dilihat dari tingkat

pendidikan ibu responden yang paling besar yaitu menengah

(SMU/SMK) dengan frekuensi 98 responden (79,7%)

2. Berdasarkan penelitian Marhatus Soleha dan Rizki Sunita Putri, tahun

2020, dengan judul “Hubungan Statsus Gizi Anak Dengan Motorik


6

Kasar Pada Tumbuh Kembang Batita Di Puskesmas Sei Selincah

Palembang”, Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungannya status

gizi dengan motorik kasar pada tumbuh kembang anak balita di

Puskesmas Sei Selicah Palembang ( p value = 0,815 )

3. Berdasarkan penelitian Rita Rosita, Retno Widiowati dan Dewi

Kurniati pada tahun 2020, dengan judul “Perkembangan Motorik Kasar

Pada Anak Usia 12-24 Bulan Di Posyandu Desa Ciasem Baru

Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat “, Anak

usia 12-24 bulan di Posyandu Desa Ciasem Baru sebanyak 23 anak

mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar, hasil uji

statistic didapatkan nilai status gizi (p = 0,000), riwayat BBLR ( p =

0,000), stimulasi orang tua (p = 0,000) dan tingkat pendidikan ibu (p =

0,000) maka ddapat dikatakan bahwa variabel status gizi, riwayat

BBLR, stimulasi orang tua, dan tingkat pendidikan ibu memberi

dampak terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 12-24 bulan,

sedangkan pada variabel umur (p = 0,512) dan jenis kelamin (p = 0935)

sehingga tidak ada hubungan signifikan antara perkembangan motorik

kasar anak usia 12-24 bulan dengan variabel tersebut.

4. Berdasarkan penelitian Ratna Suhartini, Haniati, Makhrajaani Majid,

tahun 2018, dengan judul “Hubungan Status Gizi Dengan

Perkembangan Motorik Kasar Anak Umur 1-3 Tahun Di Posyandu

Bunga Cengkeh Desa Puncak Harapan Kecamatan Maiwa“, hasil

penelitian ini diperoleh ada hubungannya status gizi dengan

perkembangan motorik kasar anak umur 1-3 tahun di Posyandu Bunga


7

Cengkeh Dea Puncak Harapan (p = 0,004), di sarankan orang tua dapat

tetap memperhatikan asupan nutrisi untuk memperbaiki status gizi

batita sehingga perkembangan motoriknya akan sesuai dengan umur

meskipun beranjak ke tingkat umur berikutnya, karena salah satu faktor

yang mempengaruhi perkembangan motorik adalah status gizi batita

dan pendampingan orang tua saat dilakukan penyuluhan oleh pihak

puskesmas setempat

5. Berdasarkan penelitian Lilis Maghfuroh, tahun 2018, dengan judul

“Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia Toddler“. Menunjukkan

terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan usia toddler yaitu

hasil signifikan 0,002 (p < 0,05), upaya ibu untuk meningkatkan

perkembangan anak yaitu dengan meningkatkan status gizi yang

meliputi 4 sehat 5 sempurna sesuai dengan kebutuhan anak, dan

memberikan stimulasi perkembangan melalui pemberian permainan

edukatif dan segera membawa anak ke tenaga kesehatan jika dicurigai

ada penyimpangan perkembangan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan di Posyandu Nusa Indah dimana

masih tingginya angka 60% anak balita yang status gizinya kurang dan

40 % gizi baik, sehingga dapat di rumuskan pada penelitian ini adalah masih

tingginya angka status gizi yang kurang dapat mempengaruhi motorik kasar

anak usia 12-18 bulan di Posyandu Nusa Indah tahun 2022.


8

1.4. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan status gizi dengan motorik kasar anak usia 12-

18 bulan di Posyandu Nusa Indah, Kampung Cakung, Jatisari, Jatiasih,

Kota Bekasi Tahun 2022

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1. Tujuan Umun

Mengetahui hubungan status gizi dengan motorik anak usia 12-18

bulan di Posyandu Nusa Indah, Kampung Cakung, Jati Sari, Jatiasih,

Kota Bekasi 2022.

1.5.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Distribusi frekuensi perkembangan motorik

kasar anak usia 12-18 bulan di Posyandu Nusa Indah tahun 2022

2. Untuk mengetahui status gizi anak usia 12-18 bulan yang IMT

baik / kurang di Posyandu Nusa Indah tahun 2022

3. Untuk menegtahui ada atau tidak HUBUNGAN status gizi anak

terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 12-18 bulan di

Posyandu Nusa Indah tahun 2022

1.5.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

pengembangan dalam ilmu kebidanan terkait upaya peningkatan

pengetahuan, status gizi yang mempengaruhi motorik anak usia 12-

18 bulan.

1.5.4. Manfaat Praktisi


9

a. Bagi Bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta

analisis bidan dalam memberikan upaya dalam mencegah gizi

kurang

b. Sebagai bahan pertimbangan institusi mengenai staus gizi

mempengaruhu gerak motorik kasar anak usia 12-18 bulan

c. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan acuan

atau referensi bagi peneliti sehingga penelitian selanjutnya bisa

mengembangkan atau meneliti variabel yang belum di teliti

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian status gizi

yang mempengaruhi motorik anak.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Hubungan Status Gizi Dengan Motorik

Anak Usia 12-18 Bulan di Posyandu Nusa Indah Tahun 2022, Penelitian ini

dilakukan karena masih tingginya status gizi yang kurang di Posyandu Nusa

Indah, penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember - Desember di

Posyandu Nusa Indah, Kampung Cakung, Jatisari, Jatiasih, Kota Bekasi

Tahun 2022, sasaran atau sempel penelitian ibu dan anak balita usia 12-18

bulan yang di bawa ke posyandu sebanyak 35 responden, penelitian ini

dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan desain deskritif analitik,

yaitu melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel dependen,

penelitian ini metode cross sectional yang merupakan bentuk rancangan

penelitian dengan melakukan pengamatan atau pengukuran pada saat

bersamaan (pada satu waktu) antara variabel independen dan variabel


10

dependen (Notoatmojo, 2010), penelitian ini menggunakan lembar kuisioner

yang akan diisi responden (ibu yang membawa anak usia 12-18 bulan), serta

melakukan perhitungan antropormetri untuk anak usia 12-18 bulan, dengan

menghitung indeks masa tubuh (IMT) untuk mengetahui status gizi baik,

buruk, kurang yang akan dianalisa menggunakan aplikasi SPPS 20.

Anda mungkin juga menyukai