Anda di halaman 1dari 24

lOMoARcPSD|20858411

PAPER

Kebijakan Dividen

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Analisis Investasi & Mnj.
Portofolio Pada Program Studi Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) La Tansa Mashiro

Oleh :

Ahmad Jaelani
21131007

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
LA TANSA MASHIRO

RANGKASBITUNG
2023 M/1443 H

Downloaded by reza kusumaidi (rezakusumaidi28@gmail.com)


lOMoARcPSD|20858411

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORITIS.............................................................................. 6

A. Definisi Dividen............................................................................................. 6
B. Teori Mengenai Kebijakan Dividen............................................................... 6
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen............................... 9
D. Jenis-Jenis Dividen ....................................................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 13

A. Tinggi Rendahnya Payout.............................................................................. 13


B. Hipotesa Signaling......................................................................................... 13
C. Distribusi melalui Pembelian Kembali.......................................................... 14
D. Perbandingan antara Dividen dan Pembelian Kembali................................. 16
E. Pemecahan Saham dan Dividen Saham......................................................... 17
F. Dampak Pajak terhadap Kebijakan Dividen................................................... 22
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 23

A. Kesimpulan ................................................................................................... 23
B. Saran .............................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA

1
lOMoARcPSD|20858411

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalisasikan kesejahteraan pemilik
perusahaan atau para pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan yang sudah go public di pasar modal tercermin dalam harga saham
perusahaan.
Kebijakan dividen dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan. Kebijakan
dividen yang optimal (optimal dividend policy) merupakan kebijakan dividen yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan
pendanaan perusahaan. Keputusan untuk meningkatkan dividen hanya akan dilakukan
apabila manajemen yakin akan dapat mempertahankan peningkatan tersebut pada masa
yang akan datang. Investor juga memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa
besar tingkat pengembalian tingkat investasi yang mereka lakukan. Namun, tingkat
pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah diprediksi. Hal ini
disebabkan kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit dan dilematis bagi pihak
manajemen perusahaan. Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai deviden
merupakan sebuah keputusan fiansial yang sulit bagi pihak manajemen.
Kebijakan deviden juga bersifat fleksibel mencakup bentuk dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham mulai dari dividen tunai, dividen saham, pemecahan
saham (stock split), dan pembelian saham kembali (stock repurchase). Maka dari itulah,
untuk memahami lebih dalam lagi mengenai kebijakan saham, maka dibuatlah makalah
berjudul “Kebijakan Dividen” ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen ?
3. Bagaimana hubungan tinggi rendahnya payout dengan investor ?
4. Apa yang dimaksud dengan Hipotesa Signaling ?
5. Bagaimanakah pengaruh dari distribusi melalui pembelian kembali saham ?
6. Bagaimana perbandingan antara dividen dan pembelian kembali saham ?
7. Apa yang dimaksud dengan pemecahan saham dan dividen saham ?
8. Bagaimana dampak pajak terhadap kebijakan dividen ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen.
2. Mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
3. Mengetahui hubungan tinggi rendahnya payout dengan investor.
4. Mengetahui Hipotesa Signaling.

2
lOMoARcPSD|20858411

5. Mengetahui pengaruh dari ditribusi melalui pembelian kembali saham.


6. Mengetahui perbandingan antara dividen dan pembelian kembali saham.
7. Mengetahui apa yang dimaksud pemecahan saham dan dividen saham.
8. Mengetahui dampak pajak terhadap kebijakan dividen.

3
lOMoARcPSD|20858411

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Definisi Dividen
Beberapa definisi dividen menurut para ahli, Weygandt et al. (2005), A dividend
is a distribution by a corporation to its stockholders on a pro rata (proportional) basis.
Dividen dapat dibagikan dalam 4 jenis, yaitu cash, property, scrip (a promissory note to
pay cash) atau stock. Sedangkan menurut Downes dan Goodman (2001), dividen adalah
pendistribusian laba kepada pemegang saham, secara prorata menurut kelas surat
berharga dan dibayarkan dalam bentuk uang, saham, scrip atau produk atau atau properti
perusahaan, walaupun ini jarang terjadi.
Menurut Hin (2001), pengertian dividen adalah pembagian bagian keuntungan
kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan perusahaan ditentukan
oleh para pemegang saham pada saat berlangsungnya RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham). Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 23 paragraf 03 menyatakan bahwa
dividen adalah distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas dengan proporsi mereka
dari jenis modal tertentu. Menurut Baridwan (2000), dividen adalah pembagian laba
kepada pemegang saham perseroan terbatas yang sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah
pembagian laba perusahaan yang besarnya telah ditetapkan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) kepada para pemegang saham secara proporsional sesuai
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham tersebut.
Umumnya dividen dibagikan secara teratur dalam interval waktu yang tetap, misalnya
tiap-tiap tahun, enam bulan, dan sebagainya, tetapi kadang-kadang dilakukan pembagian
dividen ekstra selama pada waktu-waktu tersebut.

B. Teori Mengenai Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan
memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang
ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal
financing (Sartono, 2001 dalam Setiawati, 2012).
Kebijakan deviden sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai
baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan deviden dapat membawa
pengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Berikut beberapa teori mengenai kebijakan deviden:

1. Teori Irelevansi Dividen (Dividend Irrelevance Theory)


Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini dikemukakan

4
lOMoARcPSD|20858411

oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai
suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besarnya Dividend Payout Ratio namun nilai
perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya dalam menghasilkan laba
dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain MM berpendapat bahwa nilai dari sebuah
perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya,
bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi deviden dan saldo laba
ditahan.
Untuk memahami argumentasi MM bahwa kebijakan deviden adalah hal yang
irelevan, sadari bahwa secara teori, setiap pemegang saham dapat membuat kebijakan
devidennya sendiri. Sebagi contoh, jika sebuah perusahaan tidak membayarkan
devidennya, seorang pemegang saham, yang ingin mendapatkan deviden 5% dapat
“menciptakannya” dengan menjual 5% sahamnya. Sebaliknya, jika sebuah
perusahaan membayarkan deviden yang lebih tinggi daripada yang diinginkan oleh
investor, investor tersebut dapat menggunakan deviden yang tidak diinginkan untuk
membeli tambahan saham perusahaan. Jika para investor dapat menjual dan membeli
saham dan akibatnya dapat menciptakan kebijakan deviden sendiri tanpa
mengeluarkan biaya, maka kebijakan deviden perusahaan menjadi benar-benar
irelevan.
2. Teori Burung Di Tangan (Bird In The Hand Theory)
Myron Gordon dan John Linther dalam Hadiwidjaya (2007) berpendapat bahwa
sesungguhnya investor lebih menghargai pendapatan yang berupa dividen daripada
pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (capital gain) yang akan
dihasilkan dari laba ditahan. Pendapat Gordon dan Linther diberi nama oleh MM bird
in the hand fallacy. Gordon dan Linther beranggapan bahwa satu burung ditangan
lebih berharga daripada seribu burung di udara.Kesimpulan utama dari teori
irelevansi deviden MM adalah kebijakan deviden tidak memengaruhi tingkat
pengembalian atas ekuitas diminta atau Ks. Kesimpulan ini telah mendapat
perdebatan sengit di lingkungan akademisi. Khususnya, Myron Gordon dan John
Lintner yang berpendapat bahwa Ks turun seiring dengan peningkatan pembayaran
deviden karena para investor kurang yakin akan penerimaan dari keuntungan modal
yang seharusnya berasal dari saldo laba ditahan dibandingkan dengan penerimaan
dari pembayaran deviden. Gordon dan Lintner mengatakan, secara tidak langsung
investor menilai dolar dari deviden yang diharapkan lebih tinggi daripada dolar dari
keuntungan modal yang diharapkan karena komponen imbal hasil deviden , D1 / P0
l3bih tidak beresiko jika dibandingkan dengan komponen g dalam persamaan total
pengembalian yang diharapkan Ks = D1/P0+g.
3. Teori Preferensi Pajak (Tax Preference Theory)
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada pembagian
dividen yang tinggi, yaitu : 1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak
yang lebih rendah dibandingkan, 2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai
saham itu terjual, sehingga ada efek nilai waktu, 3) Terhindar dari pajak keuntungan

5
lOMoARcPSD|20858411

modal apabila saham yang dimiliki seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak
ada keuntungan modal yang terutang.

Menurut Brigham (1999) dalam Chasanah (2008 : 15) terdapat dua teori lain yang
dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah :

4. Teori Hipotesis Sinyal Dividen (Dividend Signaling Hypothesis)


Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen
yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor
bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang
akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal
diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit di
masa mendatang. Teori ini menunjukkan bahwa investor lebih menyukai dividen
daripada mendapatkan capital gain.Maka pada teori ini, pembayaran dividen akan
meningkatkan nilai perusahaan. Menaikkan harga saham perusahaan.Semakin tinggi
pembayaran dividen, semakin tinggi nilai saham, respon pasar akan semakin
bagus.Begitu juga sebaliknya, apabila perusahaan menurunkan dividen yang
dibagikan dibawah kenaikan yang normal seperti biasanya, maka respon pasar akan
negatif.Investor seolah membaca sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa-masa
yang sulit dimasa yang akan datang.

5. Teori Efek Pelanggan (Clientele Effect Theory)


Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang
berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang
membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio
(DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan
uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan.Teori efek pelanggan atau clientele effect theory menjelaskan bahwa
terdapat clientele atau kelompok pemegang saham yang memiliki preferensi
pandangan, kepentingan, dan tujuan yang berbeda dalam menyikapi kebijakan
dividen perusahaan. Sebuah perusahaan dimiliki oleh bermacam-macam tipe investor.
Ada investor yang menginginkan dividen. Ada pula yang tidak menginginkan
dividen. Dua tipe yang bertolak belakang yang berada dalam satu perusahaan.Ada
kelompok pemilik saham yang sedang membutuhkan dana pada saat itu. Umumnya
mereka akan mengharapkan ada pembagian dividen dengan rasio yang tinggi.Ada
juga kelompok sebaliknya yang pada saat tersebut tidak begitu memerlukan dana.
Umumnya kelompok pemegang saham ini lebih menyukai perusahaan untuk tidak
membagikan dividen. Pemegang saham ingin perusahaan menahan laba bersih
perusahaan untuk perluasan usaha.Ada kelompok pemegang saham yang
menginginkan capital gain karena pertimbangan perpajakan. Ada pula kelompok yang
mengabaikan aspek pajak dan menginginkan pembagian dividen.Dengan adanya
kelompok-kelompok ini, kebijakan dividen yang diambil akan menguntungkan

6
lOMoARcPSD|20858411

pemegang saham kelompok tertentu, dan tidak menggembirakan bagi pemegang


saham lainnya.
Adanya kondisi seperti ini bisa jadi mendorong perusahaan untuk menarik investor-
investor yang sejalan dengan kebijakan dividen perusahaan.Perusahaan yang
memiliki kebijakan membagikan dividen yang tinggi cenderung berusaha menarik
investor yang juga suka dengan pembagian dividen.Begitu juga sebaliknya,
Perusahaan yang tidak membagikan dividen cenderung menarik investor yang tidak
mengharapkan pembagian dividen.Melihat kondisi pasar yang memungkinkan
pemegang saham bisa dengan mudah berpindah perusahaan.Perusahaan bisa
mengganti kebijakan dividen sesuai yang diinginkan dan membiarkan para pemegang
saham yang tidak menyukai keputusan tersebut menjual kepemilikan sahamnya ke
investor yang lain yang menyukai kebijakan dividennya.Namun tentu saja pemegang
saham tidak aka melepas sahamnya begitu saja.Ada beberapa hal yang akan mereka
perhitungkan seperti adanya biaya-biaya yang harus dibayarkan.Seperti biaya pialang
dan beban pajak misalnya.Dan bahkan ada kemungkinan kesulitan dalam mencari
investor yang menyukai kebijakan dividen perusahaan yang baru.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Sejauh ini, kita hanya membahas aspek teoritis dari kebijakan dividen. Pada
waktu perusahaan menentukan kebijakan dividen, maka perusahaan akan melihat
sejumlah masalah lainnya. Berbagai pertimbangan tambahan ini harus dihubungkan
dengan konsep-konsep teoritis mengenai pembayaran dividen dan penilaian perusahaan.
Berikut ini, akan dibahas faktor-faktor yang biasanya harus (dan seharusnya) dianalisis
perusahaan ketika membuat keputusan kebijakan dividen (Van Horne:278-284).
1. Aturan-aturan hukum
Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apa pun kepada para
pemegang saham biasa perusahaan. Berbagai aturan hukum yang dibahas di bawah
ini penting dalam membuat batasan hukum yang memungkinkan kebijakan dividen
akhir perusahaan dapat berjalan. Aturan-aturan hukum ini berkaitan dengan
penurunan nilai modal, insolvensi (kebangkrutan), dan penurunan laba yang tidak
dibenarkan.
- Aturan penurunan nilai modal
Walaupun hukum negara bagian di AS berbeda-beda, banyak negara bagian
yang melarang pembayaran dividen jika dividen ini akan menurunkan nilai
modal. Beberapa negara bagian mendefinisikan modal sebagai total nilai
nominal saham biasa.
- Aturan insolvensi
Beberapa negara bagian melarang pembayaran dividen tunai jika perusahaan
mengalami insolvensi. Insolvensi didefinisikan secara hukum sebagai
kewajiban total perusahaan yang melebihi aktivanya “dalam penilaian wajar”,
ataupun dari sudut pandang yang “hampir sama” (secara teknis) adalah
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar para kreditornya ketika
kewajibannya jatuh tempo. Oleh karena kemampuan perusahaan membayar

7
lOMoARcPSD|20858411

kewajibannnya tergantung pada likuiditas bukan pada modalnya, batasan


insolvensi yang dapat disamakan (secara teknis) memberikan kreditor
perlindungan yang memadai. Ketika kas terbatas, perusahaan dilarang untuk
mendahulukan kepentingan pemegang saham jika hal tersebut menghancurkan
para kreditor.
- Aturan penahanan laba yang berlebihan
Walaupun penahanan laba yang berlebihan (undue retention) tidak memiliki
definisi yang jelas, biasanya dianggap berarti penahanan dalam jumlah yang
jauh melebihi kebutuhan investasi perusahaan untuk saat ini dan masa depan.
Tujuan dari hukum ini adalah mencegah perusahaan menahan laba demi
menghindari pajak.
2. Kebutuhan pendanaan perusahaan
Begitu batasan hukum untuk kebijakan dividen perusahaan telah
ditentukan,langkah berikutnya melibatkan penilaian kebutuhan pendanaan
perusahaan. Dalam hal ini, anggaran kas, laporan sumber, dan penggunaan dana
yang diproyeksikan, serta perkiraan laporan arus kas akan digunakan. Selain
melihat perkiraan hasil, harus dipertimbangkan juga risiko bisnis, agar bisa
mendapatkan kisaran hasil arus kas yang mungkin terjadi.
3. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan
dividen. Karena dividen menunjukan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan
keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen.
4. Kemampuan untuk meminjam
Posisi yang likuid tidak hanya merupakan cara untuk memberikan fleksibilitas
keuangan dan melindungi dari ketidakpastian. Jika perusahaan memiliki
kemampuan untuk meminjam dalam jangka waktu yang relatif singkat, maka dapat
dikatakan perusahaan tersebut fleksibel secara keuangan. Semakin besar
kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka akan semakin besar
fleksibilitasnya untuk meminjam, dan semakin besar pula kemampuannya untuk
membayar dividen tunai. Dengan adanya akses yang mudah ke dana utang, pihak
manajemen tidak perlu terlalu khawatir dengan pengaruh dividen tunai terhadap
likuiditasnya.
5. Batasan-batasan dalam kontrak utang
Syarat perjanjian utang (covenant) sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi
atau perjanjian pinjaman seringkali meliputi batasan untuk pembayaran dividen.
Batasan tersebut diberikan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga
kemampuan perusahaan membayar utang. Biasanya syarat perjanjian utang
dinyatakan sebagai persentase maksimum laba ditahan kumulatif (yang
diinvestasikan kembali) dalam perusahaan.
6. Pengendalian

8
lOMoARcPSD|20858411

Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar, maka
perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan saham
agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan.
7. Beberapa observasi akhir
Dalam menentukan pembayaran dividen, perusahaan umumnya akan menganalisis
sejumlah faktor yang baru saja dibahas. Sebagian besar faktor-faktor ini
menyatakan batasan hukum dan batasan lainnya yang memungkinkan pembayaran
dividen. Apabila perusahaan membayar dividen melebihi dana residualnya, maka
ini berarti bahwa pihak manajemen dan dewan komisaris yakin bahwa pembayaran
tersebut memiliki pengaruh positif terhadap kesejateraan pemegang saham.

D. Jenis-Jenis Dividen
Menurut Baridwan (1997) Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada
pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinnya,
Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap dan bisa mengalami perubahan dari
dividen yang dibagikan sebelumnya. Baridwan juga menyebutkan ada beberapa jenis
dividen antara lain:
1. Dividen Kas
Dividen kas adalah deviden yang dibagikan dalam bentuk kas. Sebelum membuat
pengumuman, yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan adalah tersedianya
jumlah kas yang mencukupi untuk pembagian deviden itu.
2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)
Dividen properti adalah apabila suatu perusahaan tidak memiliki kas yang cukup, atau
mempunyai kas namun akan digunakan untuk hal lain, maka pembagian dividen
menggunakan aktiva selain kas atau dividen properti.Masalah yang timbul biasanya
adalah menentukan nilai properti, para akuntan biasanya menggunakan nilai pasar
aktiva non kas yang diserahkan sebagai dasar untuk mencatat.Apabila aktiva yang
diserahkan tidak mempunyai nilai pasar, maka akan menggunakan nilai buku aktiva
tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan.
3. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan. Dividen ini
menunjukkan pengembalian modal (investasi) atas pemilik atau bukan dari
pembagian laba perusahaan. Dividen likuidasi pada dasarnya bisa timbul dari donasi
pihak pemegang saham, tetapi pada umumnya dividen likuidasi diperlakukan sebagai
pengurang agio saham atau bukan laba ditahan seperti pembagian jenis lainnya.
4. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian dividen yang dibayarkan dengan disertai saham
tambahan. Penting diketahui bahwa, dividen saham tidak merubah apapun, baik
proporsi kepemilikan saham maupun aktiva perusahaan. Apabila dewan direksi
mengumumkan dividen saham, maka akan dikapitalisasi secara permanen sebagai
tambahan modal disetor.

9
lOMoARcPSD|20858411

5. Dividen Hutang / Dividen Scrip


Dividen hutang atau dividen scrip adalah pembagian dividen dalam bentuk janji
tertulis untuk membayarkan sejumlah kas di masa yang akan datang. Janji tersebut
adalah salah satu bentuk utang wesel yang dicatat sebagai hutang. Dividen Scrip
dapat berbentuk bunga atau tidak berbunga dan bisa diperjual belikan antar pemegang
scrip atau antar pemegang saham. Pada saat pembagian scrip diumumkan, perusahaan
akan mendebet rekening laba ditahan dan mengkredit rekening utang dividen scrip
atau utang wesel kepada pemegang saham. Pada saat pembayaran diadakan
pendebitan terhadap utang dan pengkreditan terhadap kas. Apabila scrip berbunga,
maka kas yang dipergunakan untuk membayar bunga harus diperlakukan sebagai
biaya bunga dan tidak boleh sebagai bagian dari pembagian dividen.

10
lOMoARcPSD|20858411

BAB III
PEMBAHASAN

A. Tinggi Rendahnya Payout


Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan
dengan laba bersih yang didapatkan perusahaan. Semakin tinggi rasio pembayaran
dividen (dividend payout ratio) akan menguntungkan untuk pihak investor, tetapi tidak
berlaku untuk perusahaan karena akan memperlemah keuangan perusahaan, tetapi
sebaliknya semakin rendah dividend payout ratio akan memperkuat keuangan perusahaan
dan akan merugikan para investor, karena dividen yang diharapkan investor tidak sesuai
yang diharapkan.
Menurut Murhadi (2013:65), Dividend payout ratio merupakan rasio yang
menggambarkan besarnya proporsi dividen yang dibagikan terhadap pendapatan bersih
perusahaan. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2009:86) mengemukakan bahwa,
dividend payout ratio merupakan rasio pembayaran dividen yang melihat bagian
earnings (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain
yang tidak dibagikan akan diiinvestasikan kembali ke perusahaan. Menurut Hartono
(2008:371), "dividend payout ratio diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi
dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dividend payout
ratio merupakan laba yang diterima oleh para pemegang saham dari laba bersih yang
diperoleh perusahaan. Dividend Payout Ratio merupakan bagian kecil dari keputusan
pendanaan perusahaan. DPR digunakan dalam model penilaian saham untuk
mengestimasi dividen yang dibayarkan pada masa yang akan datang.

B. Hipotesa Signaling
Signalling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh (Ross, 1977), menyatakan
bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai
perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon
investor agar harga saham perusahaannya meningkat.Hal positif dalam signalling
theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan
mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan
menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja
masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak
bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam Dwiyanti, 2010).
Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik
mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers.
Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan
tersebut. Jika manajer dapat memberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan
terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas. Jadi dapat disimpulkan karena
adanya asymetric information, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui
keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Atmaja, 2008:14).

11
lOMoARcPSD|20858411

(Perangin-angin dan Fauzie, 2013) melihat adanya beberapa perusahaan sektor


pertambangan yang melakukan penambahan jumlah saham yang baru dalam jumlah yang
besar sehingga mempengaruhi nilai pasar saham. Penambahan saham baru tidak selalu
direspon positif, karena hal tersebut juga dapat direspon negatif oleh investor
yangmenganggap bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga
investortidak mau menahan sahamnya dalam waktu yang relatif lama.
Chasanah, (2008 : 19) menyatakan dividen juga dapat dikaitkan dengan
Signalling Theory dimana adanya pengumuman pembagian dividen dapat menjadi sinyal
yang baik terhadap investor untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan, namun
dapat pula menjadi sinyal yang kurang baik ketika dividen yang diumumkan menurun
dari periode sebelumnya.

C. Distribusi Melalui Pembelian Kembali


Jika perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak cukup banyak peluang investasi
yang menguntungkan untuk mendukung penggunaan dana ini, mungkin pemegang saham
memang ingin agar dana ini didistribusikan. Distribusi ini dapat diwujudkan baik dengan
pembelian kembali saham atau dengan membayarkan dana dalam bentuk kenaikan
dividen. Dengan pembelian kembali, akan lebih sedikit saham yang beredar, dan laba
perlembar saham serta pada akhirnya, dividen per saham akan naik. Akibatnya, harga
pasar per lembar saham akan naik juga. Secara teoritis, keuntungan modal dari pembelian
kembali haruslah sama dengan dividen yang seharusnya dibayar.
Tujuan dari pembelian kembali saham (repurchase of stock) yaitu untuk membeli
saham yang sudah beredar.Alasan dari pembelian kembali saham yaitu sebagai alternatif
untuk mendistribusikan cash dividend dan untuk membuat perubahan yang besar
terhadap struktur modal.
Ada dua metode pembelian kembali saham yang sering digunakan yaitu
penawaran tender sendiri (self tender offer) dan belian saham di pasar terbuka (open
market purchases).
1) Self tender offer
Self tender offer adalah tawaran perusahaan untuk membeli kembali sahamnya pada
harga tertentu (di atas harga pasar). Para pemegang saham dapat memilih, menjual
sahamnya atau tetap memiliki saham tersebut. Biasanya periode penawarannya antara
2 sampai 3 minggu. Apabila para pemegang saham yang mau menjual sahamnya
ternyata jumlahnya lebih besar dari jumlah yang dikehendaki perusahaan, maka
perusahaan dapat memilih membeli semua atau sejumlah yang diinginkan. Biaya
transaksi cara ini biasanya lebih tinggi dari biaya transaksi biasa di pasar terbuka.
2) Open market purchases
Perusahaan dapat melakukan pembelian saham kembali di pasar terbuka. Artinya
perusahaan seperti investor lainnya membeli kembali saham di pasar terbuka melalui
pialang. Biaya pialang dapat dinegosiasikan. Komisi bursa dan sekuritas
mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu bagi perusahaan yang ingin membeli
kembali sahamnya. Untuk itu, perusahaan membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk dapat membeli sahamnya dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, penawaran

12
lOMoARcPSD|20858411

tender sendiri (self tender offer) lebih cocok dilakukan jika perusahaan ingin
memperoleh saham dalam jumlah besar.

Dampak Pembelian Kembali Saham


Dampak dari pembelian kembali dapat dengan menggunakan data dari American
Development Corporation ( ADC ). Perusahaan berharap akan meraih keuntungan
sebesar $4,4 juta pada tahun 2003, dan 50% dari jumlah ini, atau $2,2 juta, telah
dialokasikan untuk didistribusikan kepada para pemegang saham biasa. Terdapat 1,1 juta
lembar saham yang beredar, dan harga pasarnya adalah $20 per lembar saham. ADC
percaya akan dapat mempergunakan jumlah $2,2 juta tersebut untuk membeli kembali
100.000 lembar sahamnya melalui penawaran sebesar $22 per lembar saham atau
membayarkan dividen tunai sebesar $2 per lembar.
Dampak pembelian kembali pada EPS dan harga pasar per lembar saham dari
saham yang masih tersisa dapat dianalisis dengan cara berikut :

1. EPS saat ini = Total Laba =$4,4 juta= $4 per lembar saham
Jumlah lembar saham1,1 juta lembar

2. Rasio P/E = $20 = 5X


$4

EPS setelah pembalian kembali 100.000 lembar saham = 54,4 juta


3. 1 juta lembar
= $4,40 Per lembar saham

Ekspektasi harga pasar setelah pembelian kembali = (P/E)(EPS) = (5)($4,40)


4. = $22 per lembar saham

Dari contoh diatas para investor akan menerima keuntungan sebelum pajak
sebesar $2 per lembar saham dari kedua kemungkinan, baik itu dalam bentuk dividen
tunai sebesar $2 atau peningkatan harga saham sebesar $2. Hal ini akan terjadi karena
kita berasumsi, pertama, saha, dapat dibeli kembali tepat pada harga $22 per lembar
saham, dan kedua rasio P/E akan tetap konstan. Jika saham dapat dibeli kurang dari harga
$22, operasi akan menjadi lebih menguntungkan bagi para pemegang saham yang masih
tersisa, namun hal yang sebaliknya akan terjadi jika ADC harus membayar lebih dari $22
per lembar saham. Lebih jauh lagi, rasio P/E dapat berubah sebagai akibat dari operasi
pembelian kembali, naik jika para investor melihatnya sebagaimana suatu hal yang
menguntungkan dan turun jika mereka melihatnya sebagai hal yang tidak
menguntungkan.

13
lOMoARcPSD|20858411

Keuntungan Pembelian Kembali Saham


Pembelian kembali saham memiliki beberapa keuntungan yaitu :
1. Pengumuman pembelian kembali dipandang sebagai hal yang positif oleh para
investor karena pembelian kembali tersebut sering kali dimotivasi oleh adanya
keyakinan manajemen bahwa saham perusahaan dinilai terlalu rendah.
2. Para pemegang saham akan dapat memilih ketika perusahaan mendistribusikan
kasnya melalui pembelian kembalian saham – mereka dapat menjual atau tidak
menjual.
3. Pembelian kembali dapat menghilangkan satu blok besar saham yang “ menggantungi
“ pasar dan menahan harga per lembar saham.
4. Kelebihan arus kas yang dianggap sebagai suatu hal yang sementara, manajemen
mungkin lebih suka untuk mendistribusikan dalam bentuk pembelian kembali saham
daripada mengumumkan adanya kenaikan dividen tunai yang tidak dapat
dipertahankan.
5. Perusahaan dapat mempergunakan midel residu untuk menetapkan suatu
tingkat distribusi kas sasaran, kemudian membagi distribusi tersebut menjadi
komponen dividend dan komponen pembelian kembali.
6. Digunakan untuk menciptakan perubahan struktur modal dalam skala besar.

Kerugian Pembelian Kembali Saham


Adapun kerugian yang dapat diperoleh dari pembelian kembali saham yaitu:
1. Para pemegang saham mungkin dapat bersikap indiferen terhadap deviden dan
kemungkinan, modal, dan harga saham mungkin akan lebih diuntungkan dari dividen
tunai daripda dari pembelian kembali.
2. Para pemegang saham yang melakukan penjualan mungkin tidak sepenuhnya
menyadari seluruh implikasi dari pembelian kembali, atau mungkin mereka tidak
memiliki semua informasi yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan saat ini dan
masa mendatang.
3. Perusahaan mungkin membayar harga yang terlalu tinggi untuk membeli kembali
sahamnya, dan memberikan kerugian bagi para pemegang saham yang masih tersisa.

D. Perbandingan Antara Dividen dan Pembelian Kembali


Stock repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan adalah suatu
kegiatan dimana perusahaan melakukan pembelian kembali atas saham mereka yang
telah beredar di pasar bursa, yang telah dimiliki oleh para pemegang saham. Stock
repurchase ini merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk
mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan kepada para pemegang sahamnya
selain dalam bentuk dividen. Pada saat membeli kembali sahamnya, biasanya perusahaan
akan membelinya pada harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar inilah yang
menjadi keuntungan bagi para pemegang saham yang biasa dikenal dengan istilah capital
gain.

14
lOMoARcPSD|20858411

Woods dan Brigham (1966) menyebutkan beberapa kelebihan stock repurchase


dibandingkan dengan dividen baik dari sudut pandang para pemegang saham ataupun
dari sudut pandang perusahaan yang melakukannya. Berikut adalah penjelasannya:

Dari sudut pandang Pemegang Saham


1. Pajak pendapatan (Income tax)
Pajak yang dikenakan kepada investor terhadap dividen yang diterimaadalah sebesar
personal income tax rate, sedangkan pajak yang dikenakan atas keuntungan dari stock
repurchase adalah pajak capital gain. Hal ini menguntungkan bagi para investor
karena pajak personal income tax biasanya memiliki tingkat yang lebih besar bila
dibandingkan dengan pajak capital gain.
2. Dengan stock repurchase para pemegang saham dapat memilih untuk menjual
sahamnya atau tidak. Dibandingkan dengan dividen, pemegang saham harus
menerima dividen tersebut dan membayar pajaknya.

Dari Sudut Pandang Perusahaan


1. Beberapa studi menunjukkan bahwa dividen bersifat kaku dalam jangka pendek.
Perusahaan enggan untuk mengubah kebijakan pembayaran dividennya jika mereka
ragu untuk bisa mempertahankan kebijakannya tersebut di masa yang akan datang.
Perusahaan lebih memandang serius pada kebijakan untuk meningkatkan pembayaran
dividen, namun tidak yakin untuk dapat mempertahankan kebijakan tersebut ke
depannya, dibandingkan dengan kebijakan untuk mengurangi jumlah dividen yang
dibayarkan. Sehingga, jika perusahaan merasa bahwa kelebihan kas yang dimilikinya
hanya bersifat sementara, perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan kas
tersebut untuk stock repurchase daripada menaikkan jumlah dividennya yang belum
tentu bisa dipertahankan ke depannya.
2. Saham yang telah dibeli kembali dapat digunakan sebagai saham untuk program
stock option. Para manajer keuangan berpendapat bahwa akan lebih tepat dan murah
jika menggunakan saham yang dibeli kembali dibandingkan bila menerbitkan saham
baru untuk program stockoption tersebut.
3. Jika kepemilikan saham perusahaan lebih banyak dimiliki oleh para manajer dalam
perusahaan, maka mereka akan memilih stock repurchase dibandingkan dividen
karena keuntungan pajak yang diperoleh.

E. Pemecahan Saham dan Dividen Saham


Pemecahan Saham (Stock Split)
Pemecahan saham merupakan tindakan perusahaan untuk menambah jumlah
saham yang beredar dengan cara memecah satu saham menjadi dua saham atau lebih
yang di ikuti dengan penurunan nilai nominal secara proporsional. Tindakan pemecahan
saham biasanya dilakukan perusahaan apabila harga pasar saham perusahaan sudah
terlalu tinggi. Harga pasar saham perusahaan yang terlalu tinggi mengakibatkan
berkurangnya likuiditas saham, karena hanya sedikit jumlah investor yang mampu
membeli saham perusahaan. Disamping itu, harga pasar saham yang terlalu tinggi juga

15
lOMoARcPSD|20858411

dapat menimbulkan terjadinya perpindahan pengendalian perusahaan kepada investor


yang bermodal kuat. Pemecahan saham tidak mempengaruhi jumlah modal maupun
struktur modal, tetapi hanya mengubah jumlah saham yang beredar dan nilai nominal
saham.

Contoh :

Sebelum dilakukan pemecahan saham, perusahaan ANANDA memiliki struktur modal


sebagai berikut :
- Saham biasa (40.000 lembar @ Rp 1.000) Rp 40.000.000
- Agio Rp 10.000.000
- Laba ditahan Rp 50.000.000
Modal sendiri Rp 100.000.000

Perusahaan kemudian melakukan pemecahan saham, yaitu satu saham dipecah menjadi
dua saham, sehingga setelah pemecahan saham struktur modal perusahan menjadi :
- Saham biasa (80.000 lembar @ Rp 500) Rp 40.000.000
- Agio Rp 10.000.000
- Laba ditahan Rp 50.000.000
Modal sendiri Rp 100.000.000

Alternatif pemecahan saham maupun pembagian dividen saham biasanya


dimaksudkan untuk mengurangi harga pasar per lembar saham tersebut. Tujuan yang
prinsip adalah menempatkan saham tersebut di dalam perdagangan yang lebih menarik
dan banyak pembeli. Perusahaan jarang sekali dapat memelihara dividen kas per lembar
saham yang sama, antara sebelum dan sesudah pemecahan saham. Kemungkinan,
pemecahan saham dapat meningkatkan dividen efektif kepada para pemegang saham.
Sebagai contoh, apabila pada contoh di atas perusahaan memberi dividen kas Rp. 100,-
per lembar saham sebelum pemecahan saham dan setelah pemecahan saham, perusahaan
memberi dividen kas Rp. 60,- per lembar saham. Seorang pemegang saham yang
memiliki 100 lembar saham sebelum pemecahan akan menerima dividen Rp. 10.000,-.
Sedangkan setelah pemecahan saham, dia akan menerima dividen sebesar Rp. 60 x 200
lbr = Rp. 12.000,-.

Ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu:

1. Menambah jumlah saham yang beredar agar ada lebih banyak investor yang dapat
memiliki saham tersebut.
2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham dengan banyaknya lembar saham yang
beredar.
3. Menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk
membeli/memiliki saham tersebut.

16
lOMoARcPSD|20858411

4. Agar investor kecil dapat membelinya setelah harganya dipecah menjadi lebih kecil.
Jika harga saham terlalu mahal maka dana dari investor kecil tidak akan mampu
menjangkaunya.
5. Mengubah jumlah saham odd lot menjadi round lot. Odd lot adalah kondisi di mana
investor mempunyai saham dibawah 100 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah
investor yang membeli saham sejumlah kelipatan 100 lembar.
6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki
saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah
tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.

Reverse Stock Split


Reverse stock split merupakan kebalikan dari pemecahan saham, yaitu tindakan
perusahaan untuk menggabungkan dua atau lebih lembar saham menjadi satu. Tindakan
ini dilakukan untuk meningkatkan harga pasar saham, apabila menurut pertimbangan
perusahaan harga pasar saham sudah terlampau rendah. Harga pasar saham yang terlalu
rendah mengesankan kondisi perusahaan yang kurang baik.
Contoh perusahaan ANANDA melakukan penggabungan saham 4 lembar
menjadi 1 lembar, artinya setiap 4 saham lama yang dimiliki pemegang saham akan
ditukar dengan 1 lembar saham baru. Nilai nominal per lembar saham akan menjadi Rp.
4.000,- yaitu (Rp. 1.000,- x 4) dan saham yang beredar sekarang menjadi 10.000 lembar
yaitu (40.000 lembar : 4). Keuntungan Reverse stock split adalah jumlah saham yang
beredar menjadi lebih sedikit, sehingga diharapkan harga akan semakin naik. Sedangkan
kegrugiannya, jika kinerja emiten tidak meningkat dengan baik atau tidak sesuai dengan
harapan, maka harga saham akan kembali jatuh ke harga terendah sebelum reverse stock
split. Contoh : Harga saham terendah yang ditentukan bursa saat ini adalah Rp 50.- per
saham. Jika saat ini harga suatu saham sudah berada di titik nadir ini, yaitu Rp 50,- per
saham, lalu dilakukan reverse stock split 5:1 dan ternyata kinerja emiten tidak sesuai
harapan, maka besar kemungkinan harga saham setelah reverse stock split akan kembali
ke Rp 50,- per saham, padahal nominal saham sudah menjadi 5 (lima) kali lipat, atau,
investor mengalami kerugian sebesar 80%.

Tujuan Reverse Stock Split:

1. Reverse Stock Split yaitu aktivitas mengurangi jumlah saham beredar dan menaikkan
nominal harga sahamnya. Hal ini biasanya dilakukan untuk menaikkan harga
sahamnya, sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan.
2. Reverse Stock Split merupakan langkah penyelamatan yang dilakukan perusahaan
agar sahamnya memenuhi persyaratan marginability untuk menjaga status listing di
pasar modal.
3. Bila stock split dilakukan ketika harga saham sudah naik terlalu tinggi agar menjadi
rendah dan terjangkau oleh investor, maka sebaliknya, reverse stock splitdilakukan
ketika harga saham turun terus dan terancam delisting (penghapusan) dari bursa.
Bursa Efek Indonesia sendiri menerapkan aturan batas bawah minimum adalah Rp50
per lembar saham.

17
lOMoARcPSD|20858411

Dividen Saham (Stock Dividend)


Dividen saham adalah pembayaran dividen berupa saham kepada pemegang
saham biasa berupa tambahan jumlah lembar saham. Ditinjau dari sudut pandang
perusahaan, dividen saham tidak lebih dari rekapitalisasi perusahaan. Artinya pembagian
dividen saham tidak akan mengubah jumlah modal perusahaan, tetapi hanya terjadi
perubahan pada struktur modal saja.
Contoh: Sebelum menerbitkan dividen saham, perusahaan ANANDA memiliki
struktur modal sebagai berikut:

Saham biasa (40.000 lembar @ Rp 1.000) Rp 40.000.000


Agio Rp 10.000.000
Laba ditahan Rp 50.000.000
Modal sendiri Rp 100.000.000

Perusahaan ANANDA membayar dividen saham sebesar 5% atau sejumlah 2.000


lembar saham. Dengan demikian, dari 20 lembar saham, pemegang saham akan
menerima 1 lembar dividen saham. Harga pasar saham pada saat itu Rp. 2.500 per saham.
Setelah pembagian dividen saham, struktur permodalan perusahaan akan berubah
menjadi sebagai berikut:

Saham biasa (42.000 lembar @ Rp. 1.000) Rp. 42.000.000


Agio Rp. 13.000.000
Laba ditahan Rp. 45.000.000
Modal sendiri Rp. 100.000.000

Nilai dividen saham yang dibagikan sebesar Rp. 5.000.000 (2.000 x Rp. 2.500),
yang dialokasikan sebesar Rp. 2.000.000 pada perkiraan saham biasa (2.000 x Rp. 1.000)
dan Rp. 3.000.000 pada perkiraan agio {(Rp.2.500 - Rp. 1.000) x 2.000}.
Dari sudut pandang pemegang saham, secara teori pembagian dividen saham
tidak memberikan manfaat kecuali tambahan jumlah saham. Proporsi kepemilikan saham
tidak berubah, karena jumlah dividen saham yang diterima pemegang saham proporsional
dengan jumlah saham yang telah dimiliki pemegang saham, bahkan harga pasar saham
akan turun jika faktor-faktor yang lain tetap.
Sebagai contoh, seorang pemegang saham memiliki 100 lembar saham dengan
harga Rp. 2.500, atau nilai total saham Rp. 250.000. setelah pembagian dividen saham,
jumlah saham yang dimiliki menjadi 105 lembar saham dan harga saham akan turun
menjadi Rp. 250.000 / 105 = Rp. 2.380,95. Dengan demikian, pembagian dividen saham
tidak menambah nilai bagi pemegang saham, karena nilai sahamnya tetap Rp. 250.000
(105 x Rp. 2.380,95).

18
lOMoARcPSD|20858411

Alasan perusahaan membagikan dividen saham adalah salah satu dari hal berikut :
1. Perusahaan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu membayar dividen
tunai. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham mengandung informasi yang
kurang baik tentang kondisi keuangan jangka pendek perusahaan.
2. Perusahaan melakukan investasi baru, dan kas yang ada digunakan untuk
membelanjai investasi tersebut. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham
mengandung informasiyang baik karena dengan melakukan investasi baru, nilai
perusahaan diharapkan akan meningkat dan harga saham juga diharapkan naik
sehingga pemegang saham dapat memperoleh capital gain dikemudian hari.

Nilai Dividen Saham dan Pemecahan Saham


Dividen saham dan pemecahan sama memiliki nilai yang berbeda dipandang
dari pihak investor dan perusahaan serta bagi perdagangan saham itu sendiri.
1. Bagi para investor
Secara teoritis dividen saham atau pemecahan saham bukan sesuatu yang
menyangkut nilai bagi para investor. Mereka menerima tambahan jumlah saham
tetapi proporsi kepemilikan perusahaan tidak berubah. Harga pasar saham tersebut
akan menurun secara proporsional sehingga total nilai saham yang dipegang tetap
sama. Sebagai contoh, seorang investor mempunyai 100 lembar saham biasa dengan
nilai Rp. 3.200,- per lembar atau nilai seluruhnya Rp. 320.000,-. Setelah perusahaan
membagi dividen saham sebesar 5% maka harga saham per lembarnya akan turun
menjadi Rp. 3.200 : 1,05 = Rp. 3.04762,-. Nilai total saham yang dipegang investor
tetap yaitu Rp. 3.047,62 x 105 lbr = Rp. 320.000,-. Dengan demikian, dividen saham
tidak mempunyai nilai bagi investor tersebut. Namun demikian, apabila investor akan
menjual sebagian sahamnya dalam rangka mendapatkan kas, maka dividen saham
atau pemecahan saham sangat membantu pelaksanaan tersebut. Meskipun tanpa
adanya dividen saham dan pemecahan saham investor juga dapat menjual sahamnya,
tetapi dividen saham atau pemecahan saham mempunyai pengaruh psikologi yang
menguntungkan bagi para pemegang saham tersebut.
2. Pengaruh nilai dividen saham dan pemecahan saham terhadap dividen kas
Dividen saham atau pemecahan saham mungkin dibarengi dengan meningkatnya
dividen kas. Sebagai contoh, suatu perusahaan membayar dividen kas tahunan
sebesar Rp. 80,- per lembar. Perusahaan memberi dividen saham 10% dan dividen
kas tetap dibayarkan. Jadi, seorang investor yang semula mempunyai 100 lembar
saham dengan dividen Rp. 8.000,- maka sekarang ia mempunyai 110 lembar dengan
dividen kas Rp. 8.800,-. Apakah peningkatan dividen kas mempunyai pengaruh
positif pada kekayaan para pemegang saham? Hal itu tergantung pada imbangan
(trade-off) antara dividen sekarang dengan laba yang ditahan.

19
lOMoARcPSD|20858411

F. Dampak Pajak terhadap Kebijakan Dividen


Tax preference theory menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Hal ini berarti semakin besar
jumlah dividen yang dibagikan suatu perusahaan semakin rendah harga pasar saham
perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak
personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih
tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang
diperoleh perusahaan tetap ditahan di perusahaan, untuk mendanai investasi yang
dilakukan perusahaan. Dengan demikian di masa yang akan datang diharapkan terjadi
pening-katan capital gain yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor yang
memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memilih saham-saham dengan
dividen kecil dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Pajak merupakan beban kewajiban perusahaan yang diperhitungkan dari
pendapatan suatu perusahaan pada periode tertentu. Pajak menjadi beban bagi perusahaan
karena jumlah pajak yang dibayar perusahaan akan langsung mengurangi laba
perusahaan. Dampak dari laba perusahaan berkurang maka proporsi untuk dividen dan
laba ditahan akan semakin sedikit. Prihandini (2012) menunjukkan pajak perusahaan
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen artinya semakin besar pajak yang
dibayarkan oleh perusahaan maka dividend cash yang akan diberikan menjadi berkurang.

20
lOMoARcPSD|20858411

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk
laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen antara lain aturan-aturan
hukum, kebutuhan pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk meminjam,
batasan-batasan dalam kontrak utang, pengendalian ataupun beberapa observasi akhir.
3. Semakin tinggi rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) akan
menguntungkan untuk pihak investor dan sebaliknya semakin rendah dividend payout
ratio akan memperkuat keuangan perusahaan dan akan merugikan para investor,
karena dividen yang diharapkan investor tidak sesuai yang diharapkan.
4. Hipotesa Signaling menekankan bahwa sebuah perusahaan perlu memberikan sinyal
kepada para pengguna laporan keuangan (calon investor dan investor) agar harga
saham dapat meningkat.
5. Distribusi melalui pembelian kembali saham akan membuat saham yang beredar
lebih sedikit, dividen per saham akan naik, dan harga pasar per lembar saham juga
naik.
6. Dengan pembelian kembali saham para pemegang saham dapat memilih untuk
menjual sahamnya atau tidak, yang dibandingkan dengan dividen, pemegang saham
harus menerima dividen tersebut dan membayar pajaknya.
7. Pemecahan saham merupakan tindakan perusahaan untuk menambah jumlah saham
yang beredar dengan cara memecah satu saham menjadi dua saham atau lebih yang
di ikuti dengan penurunan nilai nominal secara proporsional.
8. Dividen saham adalah pembayaran dividen berupa saham kepada pemegang saham
biasa berupa tambahan jumlah lembar saham yang tidak akan mengubah jumlah
modal perusahaan, tetapi hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja.
9. Pajak perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen artinya semakin
besar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan maka dividend cash yang akan
diberikan menjadi berkurang.

B. Saran
Manajemen perusahaan sebaiknya memilih kebijakan dividen yang tepat dengan
memperhatikan dampak yang akan berimbas pada tingkat kepercayaan investor, karena
jika kepercayaan investor semakin berkurang maka perusahaan akan sulit berkembang di
masa-masa selanjutnya. Kebijakan perusahaan yang diambil secara tepat akan
menghasilkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan akan berdampak pada
peningkatan laba yang dihasilkan. Jika laba semakin tinggi maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham yang pada
akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan.
Bagi investor maupun calon investor yang ingin menginvestasikan sahamnya
pada suatu perusahaan sebaiknya memperhatikan kondisi perusahaan yang akan dipilih.

21
lOMoARcPSD|20858411

Dalam hal ini investor harus menanamkan sahamnya pada perusahaan yang tepat. Para
investor pun diharapkan sebelum memilih saham yang akan dibelinya terlebih dahulu
mengetahui dan menganalisis kondisi keuangan perusahaan tersebut, seperti seberapa
besar dividen yang akan dibagikan, investasi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut,
dan tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan tersebut.

22
lOMoARcPSD|20858411

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E. F. dan Houston J. F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jakarta: Erlangga.

Chasanah, A. N. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) Pada
Perusahaan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia (Perbandingan Pada Perusahaan
Yang Sebagian Sahamnya Di Miliki Oleh Manajemen Dan Yang Tidak Di Miliki Oleh
Manajemen). Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap
Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm. 57 – 66

Mardiyati, Umi, Gatot Nazir Ahmad dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan
Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2005 – 2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI) Vol. 3, No. 1.
Pranata, Gede, I Gusti Ayu Purnamawati dan I Made Pranada Adiputra.2015. Pengaruh Tarif
Pajak dan
Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
Periode 2001-2014). E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015).
Van Horne, James C dan John M. Wachowicz, JR. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen
KeuanganBuku 2
Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Weston, Fred J dan Eugene F Brigham. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2 9th ed.
Jakarta:
Erlangga.

23

Anda mungkin juga menyukai