PAPER
Kebijakan Dividen
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Analisis Investasi & Mnj.
Portofolio Pada Program Studi Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) La Tansa Mashiro
Oleh :
Ahmad Jaelani
21131007
RANGKASBITUNG
2023 M/1443 H
DAFTAR ISI
A. Definisi Dividen............................................................................................. 6
B. Teori Mengenai Kebijakan Dividen............................................................... 6
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen............................... 9
D. Jenis-Jenis Dividen ....................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................... 23
B. Saran .............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
1
lOMoARcPSD|20858411
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalisasikan kesejahteraan pemilik
perusahaan atau para pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan yang sudah go public di pasar modal tercermin dalam harga saham
perusahaan.
Kebijakan dividen dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan. Kebijakan
dividen yang optimal (optimal dividend policy) merupakan kebijakan dividen yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan
pendanaan perusahaan. Keputusan untuk meningkatkan dividen hanya akan dilakukan
apabila manajemen yakin akan dapat mempertahankan peningkatan tersebut pada masa
yang akan datang. Investor juga memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa
besar tingkat pengembalian tingkat investasi yang mereka lakukan. Namun, tingkat
pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah diprediksi. Hal ini
disebabkan kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit dan dilematis bagi pihak
manajemen perusahaan. Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai deviden
merupakan sebuah keputusan fiansial yang sulit bagi pihak manajemen.
Kebijakan deviden juga bersifat fleksibel mencakup bentuk dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham mulai dari dividen tunai, dividen saham, pemecahan
saham (stock split), dan pembelian saham kembali (stock repurchase). Maka dari itulah,
untuk memahami lebih dalam lagi mengenai kebijakan saham, maka dibuatlah makalah
berjudul “Kebijakan Dividen” ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen ?
3. Bagaimana hubungan tinggi rendahnya payout dengan investor ?
4. Apa yang dimaksud dengan Hipotesa Signaling ?
5. Bagaimanakah pengaruh dari distribusi melalui pembelian kembali saham ?
6. Bagaimana perbandingan antara dividen dan pembelian kembali saham ?
7. Apa yang dimaksud dengan pemecahan saham dan dividen saham ?
8. Bagaimana dampak pajak terhadap kebijakan dividen ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen.
2. Mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
3. Mengetahui hubungan tinggi rendahnya payout dengan investor.
4. Mengetahui Hipotesa Signaling.
2
lOMoARcPSD|20858411
3
lOMoARcPSD|20858411
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi Dividen
Beberapa definisi dividen menurut para ahli, Weygandt et al. (2005), A dividend
is a distribution by a corporation to its stockholders on a pro rata (proportional) basis.
Dividen dapat dibagikan dalam 4 jenis, yaitu cash, property, scrip (a promissory note to
pay cash) atau stock. Sedangkan menurut Downes dan Goodman (2001), dividen adalah
pendistribusian laba kepada pemegang saham, secara prorata menurut kelas surat
berharga dan dibayarkan dalam bentuk uang, saham, scrip atau produk atau atau properti
perusahaan, walaupun ini jarang terjadi.
Menurut Hin (2001), pengertian dividen adalah pembagian bagian keuntungan
kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan perusahaan ditentukan
oleh para pemegang saham pada saat berlangsungnya RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham). Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 23 paragraf 03 menyatakan bahwa
dividen adalah distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas dengan proporsi mereka
dari jenis modal tertentu. Menurut Baridwan (2000), dividen adalah pembagian laba
kepada pemegang saham perseroan terbatas yang sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah
pembagian laba perusahaan yang besarnya telah ditetapkan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) kepada para pemegang saham secara proporsional sesuai
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham tersebut.
Umumnya dividen dibagikan secara teratur dalam interval waktu yang tetap, misalnya
tiap-tiap tahun, enam bulan, dan sebagainya, tetapi kadang-kadang dilakukan pembagian
dividen ekstra selama pada waktu-waktu tersebut.
4
lOMoARcPSD|20858411
oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai
suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besarnya Dividend Payout Ratio namun nilai
perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya dalam menghasilkan laba
dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain MM berpendapat bahwa nilai dari sebuah
perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya,
bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi deviden dan saldo laba
ditahan.
Untuk memahami argumentasi MM bahwa kebijakan deviden adalah hal yang
irelevan, sadari bahwa secara teori, setiap pemegang saham dapat membuat kebijakan
devidennya sendiri. Sebagi contoh, jika sebuah perusahaan tidak membayarkan
devidennya, seorang pemegang saham, yang ingin mendapatkan deviden 5% dapat
“menciptakannya” dengan menjual 5% sahamnya. Sebaliknya, jika sebuah
perusahaan membayarkan deviden yang lebih tinggi daripada yang diinginkan oleh
investor, investor tersebut dapat menggunakan deviden yang tidak diinginkan untuk
membeli tambahan saham perusahaan. Jika para investor dapat menjual dan membeli
saham dan akibatnya dapat menciptakan kebijakan deviden sendiri tanpa
mengeluarkan biaya, maka kebijakan deviden perusahaan menjadi benar-benar
irelevan.
2. Teori Burung Di Tangan (Bird In The Hand Theory)
Myron Gordon dan John Linther dalam Hadiwidjaya (2007) berpendapat bahwa
sesungguhnya investor lebih menghargai pendapatan yang berupa dividen daripada
pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (capital gain) yang akan
dihasilkan dari laba ditahan. Pendapat Gordon dan Linther diberi nama oleh MM bird
in the hand fallacy. Gordon dan Linther beranggapan bahwa satu burung ditangan
lebih berharga daripada seribu burung di udara.Kesimpulan utama dari teori
irelevansi deviden MM adalah kebijakan deviden tidak memengaruhi tingkat
pengembalian atas ekuitas diminta atau Ks. Kesimpulan ini telah mendapat
perdebatan sengit di lingkungan akademisi. Khususnya, Myron Gordon dan John
Lintner yang berpendapat bahwa Ks turun seiring dengan peningkatan pembayaran
deviden karena para investor kurang yakin akan penerimaan dari keuntungan modal
yang seharusnya berasal dari saldo laba ditahan dibandingkan dengan penerimaan
dari pembayaran deviden. Gordon dan Lintner mengatakan, secara tidak langsung
investor menilai dolar dari deviden yang diharapkan lebih tinggi daripada dolar dari
keuntungan modal yang diharapkan karena komponen imbal hasil deviden , D1 / P0
l3bih tidak beresiko jika dibandingkan dengan komponen g dalam persamaan total
pengembalian yang diharapkan Ks = D1/P0+g.
3. Teori Preferensi Pajak (Tax Preference Theory)
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada pembagian
dividen yang tinggi, yaitu : 1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak
yang lebih rendah dibandingkan, 2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai
saham itu terjual, sehingga ada efek nilai waktu, 3) Terhindar dari pajak keuntungan
5
lOMoARcPSD|20858411
modal apabila saham yang dimiliki seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak
ada keuntungan modal yang terutang.
Menurut Brigham (1999) dalam Chasanah (2008 : 15) terdapat dua teori lain yang
dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah :
6
lOMoARcPSD|20858411
7
lOMoARcPSD|20858411
8
lOMoARcPSD|20858411
Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar, maka
perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan saham
agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan.
7. Beberapa observasi akhir
Dalam menentukan pembayaran dividen, perusahaan umumnya akan menganalisis
sejumlah faktor yang baru saja dibahas. Sebagian besar faktor-faktor ini
menyatakan batasan hukum dan batasan lainnya yang memungkinkan pembayaran
dividen. Apabila perusahaan membayar dividen melebihi dana residualnya, maka
ini berarti bahwa pihak manajemen dan dewan komisaris yakin bahwa pembayaran
tersebut memiliki pengaruh positif terhadap kesejateraan pemegang saham.
D. Jenis-Jenis Dividen
Menurut Baridwan (1997) Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada
pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinnya,
Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap dan bisa mengalami perubahan dari
dividen yang dibagikan sebelumnya. Baridwan juga menyebutkan ada beberapa jenis
dividen antara lain:
1. Dividen Kas
Dividen kas adalah deviden yang dibagikan dalam bentuk kas. Sebelum membuat
pengumuman, yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan adalah tersedianya
jumlah kas yang mencukupi untuk pembagian deviden itu.
2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)
Dividen properti adalah apabila suatu perusahaan tidak memiliki kas yang cukup, atau
mempunyai kas namun akan digunakan untuk hal lain, maka pembagian dividen
menggunakan aktiva selain kas atau dividen properti.Masalah yang timbul biasanya
adalah menentukan nilai properti, para akuntan biasanya menggunakan nilai pasar
aktiva non kas yang diserahkan sebagai dasar untuk mencatat.Apabila aktiva yang
diserahkan tidak mempunyai nilai pasar, maka akan menggunakan nilai buku aktiva
tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan.
3. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan. Dividen ini
menunjukkan pengembalian modal (investasi) atas pemilik atau bukan dari
pembagian laba perusahaan. Dividen likuidasi pada dasarnya bisa timbul dari donasi
pihak pemegang saham, tetapi pada umumnya dividen likuidasi diperlakukan sebagai
pengurang agio saham atau bukan laba ditahan seperti pembagian jenis lainnya.
4. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian dividen yang dibayarkan dengan disertai saham
tambahan. Penting diketahui bahwa, dividen saham tidak merubah apapun, baik
proporsi kepemilikan saham maupun aktiva perusahaan. Apabila dewan direksi
mengumumkan dividen saham, maka akan dikapitalisasi secara permanen sebagai
tambahan modal disetor.
9
lOMoARcPSD|20858411
10
lOMoARcPSD|20858411
BAB III
PEMBAHASAN
B. Hipotesa Signaling
Signalling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh (Ross, 1977), menyatakan
bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai
perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon
investor agar harga saham perusahaannya meningkat.Hal positif dalam signalling
theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan
mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan
menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja
masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak
bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam Dwiyanti, 2010).
Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik
mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers.
Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan
tersebut. Jika manajer dapat memberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan
terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas. Jadi dapat disimpulkan karena
adanya asymetric information, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui
keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Atmaja, 2008:14).
11
lOMoARcPSD|20858411
12
lOMoARcPSD|20858411
tender sendiri (self tender offer) lebih cocok dilakukan jika perusahaan ingin
memperoleh saham dalam jumlah besar.
1. EPS saat ini = Total Laba =$4,4 juta= $4 per lembar saham
Jumlah lembar saham1,1 juta lembar
Dari contoh diatas para investor akan menerima keuntungan sebelum pajak
sebesar $2 per lembar saham dari kedua kemungkinan, baik itu dalam bentuk dividen
tunai sebesar $2 atau peningkatan harga saham sebesar $2. Hal ini akan terjadi karena
kita berasumsi, pertama, saha, dapat dibeli kembali tepat pada harga $22 per lembar
saham, dan kedua rasio P/E akan tetap konstan. Jika saham dapat dibeli kurang dari harga
$22, operasi akan menjadi lebih menguntungkan bagi para pemegang saham yang masih
tersisa, namun hal yang sebaliknya akan terjadi jika ADC harus membayar lebih dari $22
per lembar saham. Lebih jauh lagi, rasio P/E dapat berubah sebagai akibat dari operasi
pembelian kembali, naik jika para investor melihatnya sebagaimana suatu hal yang
menguntungkan dan turun jika mereka melihatnya sebagai hal yang tidak
menguntungkan.
13
lOMoARcPSD|20858411
14
lOMoARcPSD|20858411
15
lOMoARcPSD|20858411
Contoh :
Perusahaan kemudian melakukan pemecahan saham, yaitu satu saham dipecah menjadi
dua saham, sehingga setelah pemecahan saham struktur modal perusahan menjadi :
- Saham biasa (80.000 lembar @ Rp 500) Rp 40.000.000
- Agio Rp 10.000.000
- Laba ditahan Rp 50.000.000
Modal sendiri Rp 100.000.000
1. Menambah jumlah saham yang beredar agar ada lebih banyak investor yang dapat
memiliki saham tersebut.
2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham dengan banyaknya lembar saham yang
beredar.
3. Menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk
membeli/memiliki saham tersebut.
16
lOMoARcPSD|20858411
4. Agar investor kecil dapat membelinya setelah harganya dipecah menjadi lebih kecil.
Jika harga saham terlalu mahal maka dana dari investor kecil tidak akan mampu
menjangkaunya.
5. Mengubah jumlah saham odd lot menjadi round lot. Odd lot adalah kondisi di mana
investor mempunyai saham dibawah 100 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah
investor yang membeli saham sejumlah kelipatan 100 lembar.
6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki
saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah
tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.
1. Reverse Stock Split yaitu aktivitas mengurangi jumlah saham beredar dan menaikkan
nominal harga sahamnya. Hal ini biasanya dilakukan untuk menaikkan harga
sahamnya, sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan.
2. Reverse Stock Split merupakan langkah penyelamatan yang dilakukan perusahaan
agar sahamnya memenuhi persyaratan marginability untuk menjaga status listing di
pasar modal.
3. Bila stock split dilakukan ketika harga saham sudah naik terlalu tinggi agar menjadi
rendah dan terjangkau oleh investor, maka sebaliknya, reverse stock splitdilakukan
ketika harga saham turun terus dan terancam delisting (penghapusan) dari bursa.
Bursa Efek Indonesia sendiri menerapkan aturan batas bawah minimum adalah Rp50
per lembar saham.
17
lOMoARcPSD|20858411
Nilai dividen saham yang dibagikan sebesar Rp. 5.000.000 (2.000 x Rp. 2.500),
yang dialokasikan sebesar Rp. 2.000.000 pada perkiraan saham biasa (2.000 x Rp. 1.000)
dan Rp. 3.000.000 pada perkiraan agio {(Rp.2.500 - Rp. 1.000) x 2.000}.
Dari sudut pandang pemegang saham, secara teori pembagian dividen saham
tidak memberikan manfaat kecuali tambahan jumlah saham. Proporsi kepemilikan saham
tidak berubah, karena jumlah dividen saham yang diterima pemegang saham proporsional
dengan jumlah saham yang telah dimiliki pemegang saham, bahkan harga pasar saham
akan turun jika faktor-faktor yang lain tetap.
Sebagai contoh, seorang pemegang saham memiliki 100 lembar saham dengan
harga Rp. 2.500, atau nilai total saham Rp. 250.000. setelah pembagian dividen saham,
jumlah saham yang dimiliki menjadi 105 lembar saham dan harga saham akan turun
menjadi Rp. 250.000 / 105 = Rp. 2.380,95. Dengan demikian, pembagian dividen saham
tidak menambah nilai bagi pemegang saham, karena nilai sahamnya tetap Rp. 250.000
(105 x Rp. 2.380,95).
18
lOMoARcPSD|20858411
Alasan perusahaan membagikan dividen saham adalah salah satu dari hal berikut :
1. Perusahaan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu membayar dividen
tunai. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham mengandung informasi yang
kurang baik tentang kondisi keuangan jangka pendek perusahaan.
2. Perusahaan melakukan investasi baru, dan kas yang ada digunakan untuk
membelanjai investasi tersebut. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham
mengandung informasiyang baik karena dengan melakukan investasi baru, nilai
perusahaan diharapkan akan meningkat dan harga saham juga diharapkan naik
sehingga pemegang saham dapat memperoleh capital gain dikemudian hari.
19
lOMoARcPSD|20858411
20
lOMoARcPSD|20858411
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk
laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen antara lain aturan-aturan
hukum, kebutuhan pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk meminjam,
batasan-batasan dalam kontrak utang, pengendalian ataupun beberapa observasi akhir.
3. Semakin tinggi rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) akan
menguntungkan untuk pihak investor dan sebaliknya semakin rendah dividend payout
ratio akan memperkuat keuangan perusahaan dan akan merugikan para investor,
karena dividen yang diharapkan investor tidak sesuai yang diharapkan.
4. Hipotesa Signaling menekankan bahwa sebuah perusahaan perlu memberikan sinyal
kepada para pengguna laporan keuangan (calon investor dan investor) agar harga
saham dapat meningkat.
5. Distribusi melalui pembelian kembali saham akan membuat saham yang beredar
lebih sedikit, dividen per saham akan naik, dan harga pasar per lembar saham juga
naik.
6. Dengan pembelian kembali saham para pemegang saham dapat memilih untuk
menjual sahamnya atau tidak, yang dibandingkan dengan dividen, pemegang saham
harus menerima dividen tersebut dan membayar pajaknya.
7. Pemecahan saham merupakan tindakan perusahaan untuk menambah jumlah saham
yang beredar dengan cara memecah satu saham menjadi dua saham atau lebih yang
di ikuti dengan penurunan nilai nominal secara proporsional.
8. Dividen saham adalah pembayaran dividen berupa saham kepada pemegang saham
biasa berupa tambahan jumlah lembar saham yang tidak akan mengubah jumlah
modal perusahaan, tetapi hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja.
9. Pajak perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen artinya semakin
besar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan maka dividend cash yang akan
diberikan menjadi berkurang.
B. Saran
Manajemen perusahaan sebaiknya memilih kebijakan dividen yang tepat dengan
memperhatikan dampak yang akan berimbas pada tingkat kepercayaan investor, karena
jika kepercayaan investor semakin berkurang maka perusahaan akan sulit berkembang di
masa-masa selanjutnya. Kebijakan perusahaan yang diambil secara tepat akan
menghasilkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan akan berdampak pada
peningkatan laba yang dihasilkan. Jika laba semakin tinggi maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham yang pada
akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan.
Bagi investor maupun calon investor yang ingin menginvestasikan sahamnya
pada suatu perusahaan sebaiknya memperhatikan kondisi perusahaan yang akan dipilih.
21
lOMoARcPSD|20858411
Dalam hal ini investor harus menanamkan sahamnya pada perusahaan yang tepat. Para
investor pun diharapkan sebelum memilih saham yang akan dibelinya terlebih dahulu
mengetahui dan menganalisis kondisi keuangan perusahaan tersebut, seperti seberapa
besar dividen yang akan dibagikan, investasi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut,
dan tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan tersebut.
22
lOMoARcPSD|20858411
DAFTAR PUSTAKA
Chasanah, A. N. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) Pada
Perusahaan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia (Perbandingan Pada Perusahaan
Yang Sebagian Sahamnya Di Miliki Oleh Manajemen Dan Yang Tidak Di Miliki Oleh
Manajemen). Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.
Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap
Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm. 57 – 66
Mardiyati, Umi, Gatot Nazir Ahmad dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan
Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2005 – 2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI) Vol. 3, No. 1.
Pranata, Gede, I Gusti Ayu Purnamawati dan I Made Pranada Adiputra.2015. Pengaruh Tarif
Pajak dan
Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
Periode 2001-2014). E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 (Volume 3 No.1 Tahun 2015).
Van Horne, James C dan John M. Wachowicz, JR. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen
KeuanganBuku 2
Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Weston, Fred J dan Eugene F Brigham. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2 9th ed.
Jakarta:
Erlangga.
23