Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND POLICY)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan

DISUSUN OLEH:

LINDA MARDIANA 0118124040

KARISSA RIZKA L 0118124043

REGULER B2/B

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga kami dapat
menyusun makalah tentang “Kebijakan Dividen” dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan.

Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Niki Hadian, H., S.E., M.M., AK.,
C.A. selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan yang telah membimbing untuk
pembuatan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat
pada waktunya.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata semoga makalah analisis ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami
khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Bandung, 31 Juli 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah, maka penyusun membuat makalah ini dengan
tema kebijakan deviden. Makalah ini kami beri judul KEBIJAKAN DEVIDEN.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai pengertian kebijakan deviden,factor yang
mempengaruhi kebijakan deviden, pendapat tentang kebijakan deviden, macam-macam
kebijakan deviden.

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang.

Kebijakan deviden merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan deviden ditentukan
jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham (deviden) dan alokasi
laba yang dapat ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba yang
akan dibagikan pada para pemegang saham. Dalam pengalokasian laba tersebut timbul lah
berbagai masalah yang dihadapi.

Keuntungan perusahaan merupakan faktor pertama yang biasanya menjadi


pertimbangan direksi, walaupun untuk membayar deviden perusahaan rugipun dapat
melaksanakannya, karena adanya cadangan dalam bentuk laba ditahan. Namun demikian
hubungan antara keuntungan perseroan dengan keputusan deviden masih merupakan suatu
hubungan yang vital (Robert, 1997). Perusahaan selalu berusaha meningkatkan citranya
dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba yang dibagi
sebagai deviden dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham perusahaan.
1.2 Tujuan

1. Menambah ilmu pengetahuan tentang kebijakan deviden


2. Sebagai salah satu syarat menjadi calon assisten Lab. Manajemen
3. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan deviden

1.3 Manfaat

1. Mengetahui apa itu kebijakan deviden.


2. Mengetahui factor yang mempengaruhi kebijakan deviden.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan deviden ?


2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan deviden ?
3. Kebijakan deviden dibagi menjadi berapa macam ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Dividen


Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus Sartono
(2008:281) menyatakan bahwa:
“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan
akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.”
Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265)
menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam
perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan.”
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari
sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf
saham atau (equity inventors).
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka
akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana
intern atau internal financial. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan
laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin
besar.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Legal Rules, mencakup:
 Net Profit rule
 Capital Impairment rule
 Insolvency rule
2. Posisi Likuiditas
3. Kebutuhan Dana Untuk Melunasi Pinjaman
4. Restriksi Dalam Kontrak Pinjaman
5. Akses Ke Pasar Modal
6. Rencana Perluasan
7. Kesempatan Investasi
8. Stabilitas Pendapatan
9. Pengawasan

2.2 Teori-teori Kebijakan Dividen


Dividen Irrelevance Theory
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Jika
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut
tidak relevan.
Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-Miller
(MM). Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang
tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih
lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning
power dan asset perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan
oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan
dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di
bawah ini:
o Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai kesamaan informasi,
tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
o Para investor bersifat rasional.
o Semua peserta pasar bersifat price-taker.
o Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para
investor mempunyai informasi yang sama
o Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan investasinya
disesuaikan dengan informasi tersebut.
o Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage, maka semua
perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
o Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang sama.
o Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.

Teori Bird in The Hand


Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956)
yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio
pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan
dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Lintner
berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang
diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan
modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak
tergantung pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli
antara dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-
Lintner sebagai kekeliruanbird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran
bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan
seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend
payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan
bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari
arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh
tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.

Teori Preferensi Pajak


Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi,
yaitu:
 Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan
dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar
saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali
laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap
menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang
pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
 Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada
efek nilai waktu.
 Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama
sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih
suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikia para
investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian
dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya
tinggi.
Kebijakan dividen Residual
Merupakan kebijakan dimana dividen yang dibayarkan sama dengan laba actual
dikurangi dengan laba yang perlu ditahan untuk membiayai anggaran modal
perusahaan yang optimal. Residual theory of dividend, berasal dari pemikiran bahwa
investor lebih menginginkan perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali
pendapatan daripada membayarkan dalam bentuk dividen jika pendapatan dari laba
yang direinvestasikan lebih besar daripada pendapatan yang dapat diperoleh oleh
investor dari investasi lain yang setara resikonya. Teori ini menetapkan empat
langkah dalam mengambil keputusan atas retio pembagian dividennya, yaitu:
a. Menentukan anggaran barang modal yang optimal
b. Menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran
c. Sedapat mungkin menggunakan laba yang ditahan untuk memenuhi
komponen penyertaan modal (ekuitas)
d. Membayar dividen hanya jika lebih banyak laba yang tersedia daripada yang
dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal yang optimal.

2.3 Bentuk-bentuk Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-


macam. Menurut Bambang Riyanto (2008:269) menyatakan bahwa ada macam-
macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai
berikut:
 Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya
jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama
jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya
berfluktuasi.

 Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus


jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.

 Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan


Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio
yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen
payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per
lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

 Kebijakan dividen yang fleksibel


Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan


keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah
modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden yaitu Legal Rules, Posisi Likuiditas, Kebutuhan
Dana Untuk Melunasi Pinjaman, Restriksi Dalam Kontrak Pinjaman, Akses Ke
Pasar Modal, Rencana Perluasan, Kesempatan Investasi, Stabilitas Pendapatan, dan
Pengawasan
Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang
ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi
deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan
deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal
ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden
payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.

Dalam keputusan pembagian deviden perlu dipertimbangkan kelangsungan


hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian laba tidak seluruhnya
dibagikan ke dalam bentuk deviden namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan
kembali. Berkaitan dengan kebijakan deviden tersebut terlihat bahwa terdapat
beberapa pihak yang saling berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan
pemegang saham, pemegang obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri. Besar
kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan
deviden dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajen sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Referensi Buku:

Widyatama, Modul Manajemen Keuangan Lanjutan II.

Sumber Referensi dari Internet:

https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/13/makalah-kebijakan-dividen/

http://odytanpar.blogspot.com/2011/07/kebijakan-deviden.html

Anda mungkin juga menyukai