Anda di halaman 1dari 33

TUGAS 1

MATEMATIKA EKONOMI

OLEH :
NAMA : DIAN HASANAH
NIM : F1A118040
JURUSAN : MATEMATIKA

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Konsep Baris dan Deret
1. Pengertian Baris
Baris adalah bilangan yang tersusun secara teratur dengan suatu pola perubahan
tertentu dari satu suku ke suku berikutnya. Penggolongan baris dapat didasarkan pada:
Jumlah suku yang membentuknya, yaitu baris berhingga dan baris tak berhingga serta
Pola perubahannya, yaitu baris hitung, baris ukur, dan baris harmoni.
a. Baris hitung
Baris hitung, yaitu baris bilangan dimana pola perubahan dari satu suku ke suku
berikutnya besarnya tetap dan pola perubahan tersebut dapat diperoleh dari selisih
antara satu suku ke suku berikutnya. Contoh:
2, 4, 6, 8, 10, 12, … … … …. 𝑆𝑛
𝑆1 (suku pertama) = 2 𝑆1 = a = 2
𝑆2 (suku kedua) = 4 𝑆2 = a + b = 2 + 2 = 4
𝑆3 (suku ketiga) = 6 𝑆3 = a + 2b = 2 + (2)2 = 6
𝑆4 (suku keempat) = 8 𝑆4 = a + 3b = 2 + (3)2 = 8
𝑆𝑛 (suku ke n)
Maka untuk suku ke n diperoleh rumus: 𝑆𝑛 = a + (𝑛 − 1) b.
Dimana: a = suku pertama
b = suku pembeda
n = suku ke n
b. Baris ukur
Baris ukur, yaitu baris bilangan dimana pola perubahan dari satu suku ke suku
berikut besarnya tetap dan pola perubahan tersebut dapat diperoleh dari perbandingan
antara satu suku dengan suku sebelumya. Contoh:
2, 6, 18, 54, 162, … …. 𝑆𝑛
𝑆1 (suku pertama) = 2
𝑆2 (suku kedua) =6
𝑆3 (suku ketiga) = 18
𝑆4 (suku keempat) = 54
𝑆5 (suku kelima) = 162
𝑆𝑛 (suku ke n) = dst.
Pola perubahan dari satu suku ke suku berikutnya dilambangkan dengan t
(rasio) dan perbesarannya adalah perbandingan antara dua suku yang berurutan dengan
6 18 54 162
suku berikutnya, sehingga 𝑟 = 2 = 16 = 18 = , maka 𝑟 = 3.
54

2. Pengertian Deret
Deret adalah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi
kaidah-kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk
sebuah deret dinamakan suku. Keteraturan rangkaian bilangan yang membentuk
sebuah deret terlihat pada “pola perubahan” bilangan-bilangan tersebut satu suku ke
suku berikutnya.
a. Deret hitung
Deret hitung, yaitu deretan bilangan yang tersusun dengan aturan dimana suku
pertamanya sama dengan suku pertama baris hitungnya, suku keduanya merupakan
penjumlahan dua suku pertama baris hitungnya, suku ketiganya merupakan
penjumlahan tiga suku pertama baris hitungnya, dan seterusnya. Contoh (dari contoh
baris hitung diatas) :
Baris hitung : 2, 4, 6, 8, 10, 12, … …. Maka
Deret hitung : 2, 6, 12, 20, 30, 42, … …
𝐷1 = 2,
𝐷2 = 2 + 4 = 6
𝐷3 = 2 + 4 + 6 = 12
𝐷4 = 2 + 4 + 6 + 8 = 20, dst
𝑛 𝑛
Dimana: 𝐷𝑛 = (𝑎 + 𝑆𝑛 ) atau 𝐷𝑛 = {2𝑎 + (𝑛 − 1) 𝑏}
2 2
b. Deret ukur
Deret ukur, yaitu deretan bilangan yang tersusun dengan aturan dimana suku
pertamanya sama dengan suku pertaman baris ukurnya, suku keduanya merupakan
penjumlahan dua suku pertama baris ukurnya, suku ketiganya merupakan penjumlahan
tiga suku pertama baris ukurnya, dan seterusnya. Contoh (dari contoh baris ukur diatas)
Baris ukur : 2, 6, 18, 54, 162, … … Maka
Deret ukur : 2, 8, 26, 80, 242, … …
𝐷1 = 2
𝐷2 = 2 + 6
𝐷3 = 2 + 6 + 18 = 26, dst.
𝐷𝑛 dapat dirumuskan:
𝑎 (−𝑟 𝑛 ) 𝑎 ( 𝐹𝑛 −1)
𝐷𝑛 = , 𝑟 < 1 atau 𝐷𝑛 = ,𝑟 > 1
1−𝑟 1−𝑟
Penerapan Ekonomi tentang Barisan dan Deret
Dibidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan
dalam kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan. Apabila
perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan nilai-
nilai suku sebuah deret, baik deret hitung ataupun deret ukur, maka teori deret yang
bersangkutan penat (relevant) diterapkan untuk menganalisisnya.
1. Model Perkembangan Usaha
Jika perkembangan variabel-variabel tertentu dalam kegiatan usaha misalnya
produksi, biaya, pendapatan, penggunaan tenaga kerja, atau penanaman modal berpola
seperti deret hitung, maka prinsip-prinsip deret hitung dapat digunakan untuk
menganalisis perkembangan variabel tersebut.

2. Model Bunga Majemuk


Merupakan penerapan deret ukur dalam kasus simpan-pinjam dan kasus
insvestasi. Dengan model ini dapat dihitung, misalnya besarnya pengembalian kredit
dimasa datang berdasarkan tingkat bunganya. Atau sebaliknya, untuk mengukur nilai
sekarang dari suatu jumlah hasil investasi yang akan diterima dimana datang.

3. Model Pertumbuhan Penduduk


Penerapan deret ukur yang paling kontroversial dibidang ekonomi adalah dalam
hal penaksiran jumlah penduduk. Sebagaimana pernah dinyatakan oleh Malthus,
penduduk dunia tumbuh mengikuti polo deret ukur.

Berikut rumus barisan dan deret dalam penerapan ekonomi:


a. Barisan
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
Dimana: 𝑈𝑛 = suku ke n
a = suku pertama
b = beda atau selisih
n = banyaknya suku
b. Deret
𝑆𝑛 = 𝑎 𝑝𝑛−1
Dimana: 𝑆𝑛 = suku ke n
a = suku pertama
p = penggandaan
n = indeks suku
c. Deret dalam mengukur pertumbuhan penduduk
𝑃𝑡 = 𝑃𝑖 (1 + 𝑟)𝑡−1
Dimana: 𝑃𝑡 = jumlah penduduk pada periode t
𝑃𝑖 = jumlah penduduk pada awal periode
r = pertumbuhan penduduk (%)
t = selisih waktu pada awal periode hingga periode t
Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan antara peristiwa-peristiwa ekonomi,
dimana peristiwa yang satu dapat mempengaruhi peristiwa yang lain dan sebaliknya.
Contoh hubungan fungsional “Ketika permintaan naik (penawaran tetap), maka harga
barang naik. Jika harga barang terus naik (penawaran tetap), maka permintaan akan
turun”. Unsur-unsur pembentukan fungsi yaitu variabel, koevisien dan konstanta. Yang
dimaksud dengan variabel ialah unsur yang sifatnya berubah-ubah dari satu keadaan
ke keadaan lainnya.
Variabel adalah unsur pembentuk fungsi yang mencerminkan atau mewakili
faktor (data) tertentu, dilambangkan dengan huruf-huruf latin. Berdasarkan kedudukan
atau sifatnya, didalam setiap fungsi terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas
adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain, sedangkan variabel
terkait adalah variabel yangnilainya tergantung pada variabel lain.
Penerapan Ekonomi Fungsi Linier : Permintaan dan Penawaran
Fungsi linier adalah fungsi polinom yang variabel bebasnya memiliki pangkat
paling tinggi adalah satu. Dikatakan fungsi linier apabila variabel 𝑥 dan 𝑦 dalam
persamaan tersebut mempunyai pangkat satu (sehingga 𝑥1 = 𝑥 dan 𝑦 1 = 𝑦). Oleh
karena itu fungsi linier sering disebut dengan persamaan garis lurus (Pgl) dengan
bentuk umumnya adalah sebagai berikut: Bentuk umum fungsi linier 2 variabel (𝑥 & 𝑦)
𝑦 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥
Dimana: 𝑎0 ∶ konstanta, nilainya positif, negatif, atau nol
𝑎1 ∶ konstanta, nilainya positif, negatif, atau nol
Penerapan suatu fungsi dalam ekonomi sangatlah banyak entah itu fungsi linier
maupun non-linier. Fungsi linier sering dijumpai dalam suatu analisa yang
membutuhkan suatu kurva. Oleh karena itu materi fungsi khususnya fungsi linier wajib
untuk dikuasi. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan fungsi linier di bidang
ekonomi:
1. Fungsi Permintaan (Demand Function)
Fungsi permintaan menunjukkan hubunganantara harga dengan jumlah barang
yang diminta oleh konsumen dengan anggapan bahwa factor-faktor lain tetap (ceteris
paribus), yaitu selera tetap, pendapatan tetap, dan harga barang-barang lain tetap, maka
ini menandakan bahwa apabila harga turun jumlah barang yang diminta oleh konsumen
naik, demikian pula sebaliknya.

a. Pada saat harga turun P1 ke P2, maka permintaan naik dari Q1 ke Q2


b. Pada saat harga naik P1 ke P3, maka permintaan turun dari Q1 ke Q3
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. P = harga perunit; Q = quantitas barang
b. Kurva permintaan bergerak dari kiri atas ke kanan bawah
c. P dan Q positif
d. Pada suatu tingkatan harga (P) hanya terkandung nilai kuantitas (Q) dan
sebaliknya
e. Skala P dan Q tidaj perlu sama, karena harga tidak sama dengan kuantitas.

2. Fungsi Penawaran (Supply Function)


Fungsi penawaran menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah barang
yang ditawarkan kepada konsumen, dengan anggapan faktor-faktor lain tetap (ceteris
paribus). Maka apabila harga meningkat, jumlah barang yang ditawarkan bertambah,
demikian juga sebaliknya.

a. Pa → Pc : jumlah barang yang ditawarkan naik Qa → Qc


b. Pa → Pb : jumlah barang yang ditawarkan turun Qa → Qb

3. Fungsi Kesimbangan Pasar (Market Equilibrium)


Pasar suatu jenis barang dikatakan berada dalam keseimbangan apabila jumlah
barang yang diminta dipasar tersebut sama dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Secara matematik dan grafik hal ini ditunjukkan oleh persamaan:
FS = FD
(Fungsi Penawaran = Fungsi Permintaan)
Yaitu pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran. Pada
posisi ini keseimbangan pasar ini tercipta harga keseimbangan (equilibrium price) dan
jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Pengaruh Pajak dan Subsidi Terhadap keseimbangan Pasar
a. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar
Pajak yang dikenakan atas penjualan selalu menambah harga barang yang
ditawarkan. Sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran. Sedangkan pada fungsi
permintaan tidak mengalami perubahan sama sekali.
Fungsi penawaran sebelum dikenakan pajak adalah 𝑝 = 𝐹(𝑄). Dan fungsi
penawaran setelah dikenakan pajak 1 perunit adalah 𝑝 = 𝐹(𝑄) + 𝑡. Maka keseibangan
pasarnya adalah dengan memecahkanfungsi persamaan penawaran sebelum dan
setelah dikenakan pajak. Total pajak yang diterima pemerintah adalah T pemerintah =
Pajak × 𝑄 pada keseimbangan setelah pajak. Pajak yang ditanggung oleh konsumen
adalah (𝑝𝑡 − 𝑝𝑒 ) × 𝑄𝑡 . Sedangkan pajak yang ditanggung oleh produsen adalah total
pajak yang diterima oleh pemerintah – pajak yang ditanggung oleh konsumen.
Contoh Soal:
Jika fungsi permintaan akan beras dan fungsi penawaran akan beras yang diberikan
sebagai berikut: 𝑝𝑑 = 12 − 𝑄 dan 𝑝𝑠 = 2 + 𝑄 sedangkan pemerintah mengenakan
pajak sebesar 4 setiap unit beras yang diproduksi. Tentukan:
1) Nilai keseimbangan pasar sebelum pajak
2) Nilai keseimbangan pasar setelah pajak
3) Total pajak yang dibayar oleh pemerintah
4) Besarnya pajak yang ditanggung oleh produsen
5) Besarnya pajak yang ditanggung oleh konsumen
Jawab:
1) Dari soal yang telah dijelaskan dan diketahui
𝑝𝑑 = 12 − 𝑄
𝑝𝑠 = 2 + 𝑄
𝑡=4
Maka nilai keseimbangan sebelum pajak adalah
𝑝𝑑 = 𝑝𝑠
12 − 𝑄 = 2 + 𝑄
−2𝑄 = −10
𝑄=5
Maka 𝑝𝑑 = 12 − 𝑄 𝑝𝑠 = 2 + 𝑄
= 12 − 5 = 7 = 2+5 =7
Jadi nilai keseimbangan pasar sebelum pajak adalah 𝑝 adalah 7 dan 𝑄 adalah 5
2) Nilai keseimbangan pasar setelah pajak adalah
𝑝𝑑 = 12 − 𝑄
𝑝𝑠 = 2 + 𝑄
𝑝𝑠𝑡 = 2 + 𝑄 + 𝑡 maka 𝑝𝑠𝑡 = 2 + 𝑄 + 4 maka 𝑝𝑠𝑡 + 6 + 𝑄
Rumus keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak adalah
𝑝𝑑 = 𝑝𝑠𝑡
12 − 𝑄 = 6 + 𝑄𝑡
12𝑄 = 6 − 12
𝑄=3
Maka 𝑝𝑑 = 12 − 𝑄 𝑝𝑠𝑡 = 6 + 𝑄𝑡
= 12 − 3 = 9 =6+3=9
Jadi nilai keseimbangan pasar setelah pajak adalah 𝑝, 𝑄 adalah 9 dan 3
3) Total pajakyang dibayar oleh pemerintah
𝑇 = pajak × 𝑄 pada keseimbangan pasar setelah pajak
= 4 × 3 = 12
4) Besarnya pajak yang diterima oleh konsumen
𝑇 produsen = 𝑇 pemerintah – 𝑇 konsumen
= 12 − 6 = 6
5) Besarnya pajak yang diterima oleh konsumen
𝑇 = (𝑝𝑒𝑡 − 𝑝𝑒 ) × 𝑄𝑡
= (9 − 7) × 3 = 6
b. Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar
Subsidi (s) adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen
terhadap produk yang dihasilkan atau yang dipasarkan, sehingga harga yang berlaku di
pasar lebih rendah sesuai dengan keinginan pemerintah dan daya beli masyarakat
meningkat. Fungsi penawaran setelah subsidi adalah 𝐹 (𝑄) = 𝑃 + 𝑆 atau 𝑃 = 𝐹(𝑄) −
𝑆. Keseimbangan pasar sebelum subsidi adalah 𝑄𝑑 = 𝑄𝑠 atau 𝑝𝑑 = 𝑝𝑠 . Keseimbangan
pasar setelah pajak adalah 𝑝𝑑 = 𝑝𝑠𝑠 . Subsidi untuk konsumen adalah 𝑠𝑘 = (𝑝𝑑 −
𝑝𝑠 ) × 𝑄𝑠 . Subsidi yang diberikan oleh pemerintah adalah 𝑆𝐺 = 𝑠 × 𝑄𝑠 . Dan subsidi
untuk produsen adalah 𝑆𝑃 = 𝑠 − (𝑝𝑑 − 𝑝𝑠 ) × 𝑄𝑠 .
Contoh:
Jika fungsi permintaan akan suatu komoditas adalah 𝑄𝑑 = 12 − 2𝑝 sedangkan
besarnya fungsi penawaran 𝑄𝑠 = −4 + 2𝑝. Dan subsidi yang diberikan pemerintah
adalah sebesar 𝑅𝑝 2 setiap unit barang yang di produksi. Tentukan:
a. Berapakah jumlah dan harga barang keseimbangan pasar sebelum subsidi
b. Berapakah jumlah dan harga keseimbangan pasar setelah subsidi
c. Berapakah bagian dari subsidi untuk konsumen
d. Berapakah bagian subsidi untuk produsen
e. Berapakah subsidi yang diberikan oleh pemerintah
Jawab:
a. 𝑄𝑑 =𝑄𝑠
12 – 2p = -4 + 2p
-2p – 2p = -4 – 12
p=4
maka 𝑄𝑑 = 12 – 2p 𝑄𝑠 = -4 + 2p
= 12 – 8 = -4 + 8
=4 =4
Jadi nilai keseimbangan pasar sebelum subsidi adalah P.Q adalah 4 dan 4
1
b. 𝑄𝑑 = 12 − 2𝑝 maka 𝑝𝑑 = 2 𝑄𝑑 + 6
1
Qs = -4 + 2p maka Ps = 2 𝑄𝑠 + 2

Maka 𝑝𝑑 = 𝑝𝑠
1
½ 𝑄𝑑 + 6 = 2 𝑄𝑠

Qs = 6
1
Maka 𝑝𝑠𝑠 = 2 𝑄𝑠 + 2 − 2 = 3

Jadi nilai keseimbangan pasar setelah subsidi adalah P.Q adalah 3 dan 6
c. 𝑆𝐾 = (𝑝𝑑 − 𝑝𝑠 ) × 𝑄𝑠
Sk = (4 – 3) × 6
SK =𝑄𝑠 × 𝑠
= 6×2 = 12
d. SP = s – (pd –ps) × Qs
SP = 2-(4 – 3) × 6 = 6
e. SG = s × Qs
= 2 × 6 = 12
Fungsi Biaya, Fungsi Penerimaan, dan Analisis Peluang Pokok

a. Fungsi Biaya
Biaya total (total cost) yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam operasi
bisnisnya terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel.
Rumus biaya total: C = g (Q) = FC + VC = k + vQ
1. Biaya Tetap (Fixed Cost), sifat biaya tetap adalah tidak tergantung pada jumlah
barang yang dihasilkan. Berapa unit pun barang yang dihasilkan, jumlah biaya tetap
dalam jangka pendek senantiasa tidak berubah.
Rumus : FC = k
2. Biaya variabel(Variable Cost) tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan.
Semakin banyak jumlah barang yang dihasilkan semakin besar pula biaya variabelnya.
Rumus: VC = f (Q) = vQ
Keterangan :
FC : biaya tetap
VC : biaya variabel
C : biaya total
k : konstanta
v : lereng kurva VC dan kurva C.

Contoh Soal:
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan sebesar Rp. 20.000,- sedangkan
biaya variabelnya ditunjukkan oleh persamaan VC = 100Q.
a. Tunjukkan persamaan dan kurva biaya totalnya!
b. Berapa biaya total yang dikeluarkan jika perusahaan tersebut memproduksi 500 unit
barang ?
Jawab :
Diketahui: FC=20.000 VC=100Q Q=500
Ditanyakan: a. Persamaan dan kurva biaya total?
b. biaya total yang dikeluarkan?
Dijawab: C= FC+VC
C= 20.000+100Q
C=20.000+100(500)
Jadi perusahaan harus mengeluarkan biaya total sebesar Rp. 70.000,
untuk memproduksi 500 unit barang.

b. Fungsi Penerimaan
Penerimaan sebuah perusahaan dari hasil penjualan barang merupakan fungsi
dari jumlah barang yang terjual atau dihasilkan. Semakin banyak barang yang
diproduksi dan terjual semakin besar pula penerimaannya. Penerimaan total (total
revenue) adalah hasil kali jumlah barang yang terjual dengan harga jual per unit barang
tersebut. Secara matematik, penerimaan merupakan fungsi jumlah barang kurvanya
berupa garis lurus berlereng positif dan bermula dari titik pangkal.
R = Q x P = f (Q)
dalam menganalisis penerimaan selalu dianggap bahwa perusahaan senantiasa
berhasil menjual setiap barang yang dihasilkannya, dengan demikian Q dalam R = f
(Q) bukan saja melambangkan jumlah barang dihasilkan tetapi juga melambangkan
jumlah barang yang terjual.
Contoh Soal :
Harga jual produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan Rp. 200,- per unit.
a. Tunjukkan persamaan dan kurva penerimaan total perusahaan tersebut !
b. Berapa besar penerimaannya bila terjual barang sebanyak 350 unit ?

Jawab:
R=QxP
= Q x 200
R = 200 Q
Bila Q = 350, maka R = 200 x 350 = 70.000.

c. Analisis Pulang Pokok (Break Even Point)


Penerimaan dan biaya merupakan variabel-variabel penting untuk mengetahui
kondisi bisnis suatu perusahaan. Bila diketahui penerimaan total (R) yang diperoleh
dari biaya total (C) yang dikeluarkan, maka dapat dianalisis apakah perusahaan
mendapat keuntungan atau mengalami kerugian.
· Keuntungan (profit positif, ….> 0) akan didapat bila R > C, secara grafik hal
ini terlihat pada area dimana kurva R terletak di atas kurva C.
· Sebaliknya kerugian (profit positif, ….< 0) akan didapat bila R < C, secara grafik
hal ini terlihat pada area dimana kurva R terletak di bawah kurva C.
Konsep yang lebih penting berkenaan dengan R dan C adalah konsep “pulang
pokok (break even point)” yaitu konsep yang digunakan untuk menganalisis jumlah
minimum produk yang harus dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Keadaan pulang pokok (profit nol, …..=0) terjadi apabila R = C, artinya
perusahaan tidak memperoleh keuntungan tetapi tidak pula merugi. Secara grafik hal
ini ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva R dan C.
Q* mencerminkan posisi tingkat produksi/penjualan pulang pokok. Area disebelah
kanan Q* merupakan area keuntungan (….>0) sedangkan di sebelah kiri Q*
merupakan area kerugian (…. < 0).
Contoh Soal :
Bila biaya total yang dikeluarkan perusahaan ditunjukkan oleh persamaan
C=20.000+100Q dan penerimaan totalnya R = 200Q. Pada tingkat produksi berapa
unit perusahaan ini berada dalam posisi pulang pokok ? Apa yang terjadi jika
perusahaan tersebut berproduksi sebanyak 300 unit ?
Jawab :
Kondisi pulang pokok akan terjadi apabila ….=0, dimana nilai …= R – C. Artinya R –
C = 0 atau R = C.
R =C
200Q = 20.000 + 100Q
100Q = 20.000
Q = 200

Jika Q = 300 unit maka,


R = 200 (300) = 60.000;
C = 20.000 + 100(300) = 50.000
R – C = 60.000 – 50.000 = 10.000
Jadi apabila perusahaan memproduksi sebanyak 300 unit maka perusahaan akan
memperoleh keuntungan sebesar 10.000. Posisi pulang pokok terjadi pada tingkat
produksi 200 unit, R dan C sama-sama sebesar 40.000.
Fungsi non Linier: Fungsi Kuadrat, dan Fungsi Kubik

Fungsi non linier merupakan model yang tidak kalah pentingnya


dibandingkan dengan fungsi linier dalam penerapan ekonomi, karena
sebagian dari model ekonomi linier yang ada, sesungguhnya merupakan
linierisasi dari model non linier.
a. Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadart adalah fungsi yang mempunyai pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat dua. gambar fungsi kuadrat bisa berupa :
lingkaran,elips,Parabola, hiperbola(tetapi dalam penerapan ekonomi yang
paling sering digunakan adalah fungsi kuadrat yang berbentuk parabola
Penggunaan Fungsi Kuadrat dalam Ekonomi Selain berbentuk fungsi linier, fungsi
permintaan dan fungsi penawaran dapat pula berbentuk fungsi non linier. Fungsi
permintaan dan fungsi penawaran yang kuadratik cara menganalisis keseimbangan
pasarnya sama halnya dalam kasus linier yaitu FD = FS. Demikian juga
analisis pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar sama halnya pada
kondisi linier.
b. Fungsi Kubik
Fungsi kubik atau fungsi berderajat tiga ialah fungsi yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat tiga. Setiap fungsi kubik setidak - tidaknya mempunyai
sebuah titik belok (inflextion point), yaitu titik peralihan bentuk kurva dari cekung
menjadi cembung atau cembung menjadi cekung. Selain titik belok, sebuah fungsi
kubik mungkin pula mempunyai satu titik ekstrim (maksimum atau minimum) atau
titik dua ekstrim (maksimum atau minimum). Ada tidaknya titik ekstrim dalam suatu
fungsi kubik tergantung pada besarnya nilai-nilai b, c, dan d di dalam persamaannya.
Dengan demikian terdapat beberapa kemungkinan mengenai bentuk kurva suatu fungsi
kubik. Fungsi-fungsi kubik hanya mempunyai titik belok, tanpa titik ekstrim.
Fungsi Kubik Mencari :

1. Titik Ekstrims
2. Titik Belok
Y = f(X)
Titik Ekstrims pada saat Y’ = 0
Titik Maksimum : Y’’ < 0, pada Y’ =0
Titik Minimum : Y’’ > 0, pada Y’ = 0
Titik belok : Y’’ = 0 , kemudian substitusikan ke fungsi asal, yi Y = f(X)
Misal : C =1/3Q3 -3Q2 +8Q +5
C = Y dan Q = X (analogi rumus)
Penye:
C’ = 0 , maka 0 = Q2 -6Q +8
0 = (Q – 4) (Q – 2)
Q1 = 4 dan Q2 = 2
C’’ = 0 , maka 0 = 2Q – 6
Q1 = 4, maka 0 = 2 (4) – 6 = 2 ;(2>0)
Pada Q1 = 4 merupakan titik minimum
Q1 = 4 ;C=1/3(4)3 – 3(4)2 +8(4) +5 =10,33
Jadi pada Q1 =4,merupakan titik minimum pada (4 ; 10,33)
Q2 = 2 , pada C’’ = 2(2)-6 = -2 ;(-2<0)
Sehingga pada Q2 = 2 merupakan titik maksimum .
Q2 = 2, maka C = 1/3(2)3 – 3(2)2 +B(2)+5 = 11,67
Titik maksimum pada (2 ; 11,67)
Mencari titik belok
Titik belok pada saat C’’ = 0
C’’ = 2Q -6 ; 2Q -6 = 0, maka Q =3
Q = 3 , maka C =1/3(3)3 – 3(3)2 =*(3) +5 = 11
Titik belok pada (3 ; 11)
Penerapan Ekonomi Fungsi Non Linier: Fungsi Biaya, Penerimaan dan
Keuntungan Kerugian

a. Fungsi Biaya
Selain biaya tetap, biaya variabel dan biaya total, dalam konsep biaya juga
dikenal biaya rata-rata (average cost) dan biaya marjinal (marginal cost). Biaya rata-
rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 unit produk, merupakan
hasil bagi total biaya dengan jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan biaya
marjinal adalah tambahan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit
tambahan produk
Rumus Biaya tetap rata-rata: Biaya variabel rata-rata:
Biaya rata-rata: atau AC = AFC + AVC Biaya marjinal:
b. Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan total (total revenue) non linier biasanya merupakan
persamaan parabola yang terbuka ke bawah. Dalam konsep fungsi penerimaan juga
dikenal penerimaan rata-rata dan penerimaan marjinal Penerimaan rata-rata (average
revenue) adalah penerimaan yang diperoleh per unit barang, merupakan hasil bagi
penerimaan total dengan jumlah barang. Penerimaan marjinal (marginal revenue)
ialah penerimaan tambahan yang diperoleh dari setiap tambahan 1 unit barang yang
dihasilkan atau terjual
Rumus Penerimaan Total: TR = P x Q Penerimaan rata-rata:
Penerimaan marjinal
Kuantitas (Q) pada TR max dapat ditentukan dengan titik ekstrim parabolik.
Besarnya TR max
Keuntungan, Kerugian dan Pulang Pokok (BEP = Break Even Point)
Rumus: π = TR – TC Syarat BEP TR = TC
c. Keuntungan Kerugian
Fungsi penerimaan, Keuntungan dan Kerugiaan Serta titik Impas dari Fungsi
Non Linear
Fungsi penerimaan → bentuk umum→fungsi parabola menghadap ke bawah pada
produsen di pasar monopoli.
Sedang bentuk fungsi penerimaan akan linear untuk produsen di pasar persaingan
sempurna.
𝑇𝑅 = 𝑄𝑋𝑃 = (𝑄) → 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑅
= 𝐴𝑅 → 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
𝑄
∆𝑇𝑅
= 𝑀𝑅 → 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙
∆𝑄
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑇𝐼 = 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠
Besar kecilnya keuntungan diperlihatkan oleh besar kecilnya selisih ,positif antara
𝑇𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝐶
Keuntungan maksimum tidak selalu terjadi pada saat 𝑇𝑅 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚.
Penerapan Ekonomi Fungsi Non Linear : Fungsi Biaya, Penerimaan, dan Pulang
Pokok
Penerapan Ekonomi Fungsi Non Linear
Fungsi non linear adalah fungsi yang pangkat dalam variabelnya > 1
𝐸𝑥𝑠: 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑐𝑥 2
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 => 𝐹𝐶
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 => 𝐴𝐹𝐶 = 𝐹𝐶/𝑄
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 => 𝑉𝐶
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 => 𝐴𝑉𝐶 = 𝑉𝐶/𝑄
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 => 𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 => 𝐴𝑇𝐶 = 𝐴𝐹𝐶 + 𝐴𝑉𝐶
𝐴𝑇𝐶 = 𝑇𝐶/𝑄 => 𝑇𝐶 = 𝑎𝑄 3 – 𝑏𝑄 2 + 𝑐𝑄 + 𝑑
=> 𝐴𝑇𝐶 = (𝑎𝑄 3 – 𝑏𝑄 2 + 𝑐𝑄 + 𝑑)/𝑄
=> 𝐴𝑇𝐶 = 𝑎𝑄 2 – 𝑏𝑄 + 𝑐 + 𝑑/𝑄
↓ ↓
𝑉𝐶 𝐹𝐶
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑄 => −𝑏/2𝑎

𝐸𝑥𝑠: 𝑇𝐶 = 𝑄 2 − 4𝑄 + 50
𝑇𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑇𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑇𝐶
𝑇𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝐹𝐶, 𝐴𝐹𝐶, 𝑉𝐶 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑉𝐶

𝑇𝐶 = 𝑄 2 − 4𝑄 + 50
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 (𝑄) = −𝑏/2𝑎.
𝑄 = 4/2.1 = 2
𝑇𝐶 = 𝑄 2 − 4𝑄 + 50
𝑇𝐶 = 22 − 4(2) + 50
𝑇𝐶 = 46
=> 𝑉𝐶 = 𝑄2 − 4𝑄
=> 𝑉𝐶 = (2)2– 4 (2)
𝐹𝐶 = 50 => 𝑉𝐶 = −4
𝐴𝐹𝐶 = 𝐹𝐶/𝑄 => 𝐴𝑉𝐶 = −4/2 = −2
𝐴𝐹𝐶 = 50/2 = 25

Fungsi Penerimaan non Linear


𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 => 𝑇𝑅 = 𝑃. 𝑄
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 => 𝐴𝑇𝑅 = 𝑇𝑅/𝑄
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 => 𝑄 = −𝑏/2𝑎
Exs:
P = 20 –2Q
1.Bentuk TR
2.Tentukan TR, jika
1.Q = 2 dan
2.Q = 4
3.Tentukan P, jika
1. 𝑄 = 2 𝑑𝑎𝑛
2. 𝑄 = 4
4.Tentukan Penerimaan maksimal
𝑃 = 20 – 2𝑄
𝑇𝑅 = 𝑃. 𝑄 => 𝑇𝑅 = (20 – 2𝑄) . 𝑄
=> 𝑇𝑅 = 20𝑄 – 2𝑄 2
𝑇𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑇𝑅, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑄 = 2 𝑑𝑎𝑛 𝑄 = 4
𝑇𝑅 = 20𝑄 – 2𝑄 2 => 𝑇𝑅 = 20𝑄 – 2𝑄 2
𝑇𝑅 = 20(2) – 2(2)2 => 𝑇𝑅 = 20(4) – 2(4)2
𝑇𝑅 = 32 => 𝑇𝑅 = 48
Tentukan P, jika Q = 2 dan Q = 4
𝑃 = 20 – 2𝑄 => 𝑃 = 20 – 2𝑄
𝑃 = 20 – 2(2) => 𝑃 = 20 – 2(4)
𝑃 = 16 => 𝑃 = 12
Tentukan Penerimaan maksimal
TR maksimal jika biaya minimum
𝑄 = −𝑏/2𝑎 => 𝑇𝑅 = 20𝑄 – 2𝑄 2
𝑄 = −20/2. −2 = 5 => 𝑇𝑅 = 20 (5) – 2 (5)2 = 50
Keuntungan,Kerugian dan Pulang Pokok
Penerimaan total yang diperoleh sebuah perusahaan ditunjukkan oleh persamaan 𝑅 =
−0,10𝑄 2 + 20𝑄, sedangkan baiaya total yang dikeluarkan 𝐶 = 0,25𝑄 3 – 3𝑄 2 +
7𝑄 + 20. Hitung keuntungan jika dihasilkan barang dan terjual sebanyak 10 dan 20
unit.
𝐿𝑎𝑏𝑎 (∏) = 𝑅 – 𝐶
𝐿𝑎𝑏𝑎 (∏) = (−0,10𝑄 2 + 20 𝑄) – (0,25𝑄 3 – 3𝑄 2 + 7𝑄 + 20)
𝐿𝑎𝑏𝑎 (∏) = −0.25𝑄 3 + 2.90𝑄 2 + 13𝑄 − 20
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑄 = 10
𝐿𝑎𝑏𝑎 (∏) = −0.25𝑄 3 + 2.90𝑄 2 + 13𝑄 – 20
𝐿𝑎𝑏𝑎 (∏) = −0.25(10)3 2.90(10)2 + 13(10) – 20 = 150 (𝐿𝑎𝑏𝑎)
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑄 = 20
𝐿𝑎𝑏𝑎 (∏) = −0.25𝑄 3 + 2.90𝑄 2 + 13𝑄 – 20
𝐿𝑎𝑏𝑎 (∏) = −0.25(20)3 + 2.90(20)2 + 13(20) – 20 = −600 (𝑅𝑢𝑔𝑖)
Diferensial: Diferensial Fungsi Sederhana

a. Kuosien diferensi dan derivative


• Y = f(x) dan terdapat variable bebas x sebesar Δx
• Maka :
𝑦 = 𝑓(𝑥)
𝑦 + 𝛥𝑦 = 𝑓(𝑥 + 𝛥𝑥)
𝛥𝑦 = 𝑓(𝑥 + 𝛥𝑥) − 𝑦
𝛥𝑦 = 𝑓(𝑥 + 𝛥𝑥) − 𝑓(𝑥)
• Δ x adalah tambahan x, sedangkan Δ y adalah tambahan y akibat adanya
tambahan x. jadi Δy timbul karena Δx.
• Apabila pada persamaan (1) ruas kiri dan ruas kanan sama-sama dibagi Δx,
maka diperoleh
Δy 𝑓(𝑥 + Δx) − f(x)
=
Δx Δx
• Bentuk Δy/ Δx inilah yang disebut sebagai hasil bagi perbedaan atau kuosien
diferensi (difference quotient), yang mencerminkan tingkat perubahan rata-rata
variable terikat y terhadap perubahan variable bebas x
• Proses penurunan fungsi disebut juga proses diferensiasi merupakan penentuan
limit suatu kuosien diferensi (Δx sangat kecil)
• Hasil proses differensiasi dinamakan turunan atau deveritatif
Jika y = f(x)
Maka kuosien diferensinya :
Δy 𝑓(𝑥 + Δx) − f(x)
=
Δx Δx
Δy 𝑓(𝑥+Δx)−f(x)
lim = lim
Δx→0 Δx Δx→0 Δx

b. Kaidah-kaidah diferensiasi
1. Diferensiasi konstanta
Jika y = k, dimana k adalah konstanta, maka dy/dx = 0
Contoh : y = 5 → dy/dx =0
2. Diferensiasi fungsi pangkat
Jika y =𝑥 𝑛 , dimana n adalah konstanta, maka 𝑑𝑦/𝑑𝑥 = 𝑥 𝑛−1
Contoh : y = 𝑥 3 → dy/dx = 3𝑥 3−1 = 3𝑥 2
3. Diferensiasi perkalian konstanta dengan fungsi
Jika y = kv, dimana v = h(x),→dy/dx= k dv/dx
Contoh :
y = 5𝑥 3 → dy/dx = 5(3𝑥 2 ) = 15𝑥 2
4. Diferensiasi pembagian konstanta dengan fungsi
Jika y = k/v, dimana v=h(x), maka :
dy kdv/dx
=
dx 𝑣2
Contoh :
5 𝑑𝑦 5(3𝑥 2 15𝑥 2
𝑦= = = − = 6
𝑥 3 dx (𝑥 3 )2 𝑥
5. Diferensiasi penjumlahan (pengurangan) fungsi jika y = u ± v, dimana u = g(x)
dan v = h(x) maka dy/dx = du/dx ±dv/dx
Contoh : 𝑦 = 4𝑥 2 +𝑥 3 → 𝑢 = 4𝑥 2 du/dx = 8x
𝑑𝑣
→v =𝑥 3 𝑑𝑥 = 3𝑥 2

dy/dx= du/dx + dv/dx= 8x +3𝑥 2


6. Diferensiasi perkalian fungsi
Jika y =uv, dimana u =g(x) dan v h(x)
𝑑𝑦 𝑑𝑣 𝑑𝑢
Maka =𝑢 +𝑣
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
2 3
Contoh : y = (4𝑥 )(𝑥 )
𝑑𝑦 𝑑𝑣 𝑑𝑢
=𝑢 +𝑣 = (4𝑥 2 )(𝑥 3 ) + (𝑥 3 )(8𝑥) = 12 𝑥 4 + 8𝑥 4 = 20 𝑥 4
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

7. Diferensiasi pembagian fungsi


8. Diferensiasi fungsi komposit
9. Diferensiasi fungsi berpangkat
10. Diferensiasi fungsi logaritmik
11. Diferensiasi fungsi komposit-logaritmik
12. Diferensiasi fungsi komposit-logaritmik-berpangkat
13. Diferensiasi fungsi logaritmik-napier
14. Diferensiasi fungsi komposit-logaritmik-napier
15. Diferensiasi fungsi komposit-logaritmik-napier-berpangkat
16. Diferensiasi fungsi eksponensial
17. Diferensiasi fungsi komposit-eksponensial
18. Diferensiasi fungsi kompleks
19. Diferensiasi fungsi balikan
20. Diferensiasi imlisit
c. Fungsi menaik-fungsi menurun
• f’(a)>0 →fungsi menaik pada x=a
• f’(a)<0→fungsi menurun pada x=a
• f’(a)=0→titik ekstrim
d. Titik ekstrim fungsi parabolik dan kubik
Titik ekstrim fungsi parabolik
• Parabola y = f(x) mencapai titik ekstrim pada y’ =0
• Jika y” < 0, bentuk parabolanya terbuka kebawah, titik ekstrimnya
adalah titik maksimum
• Jika y” > 0, bentuk parabolanya terbuka keatas, titik ekstrimnya adalah
titik minimum

Titik ekstrim dan titik belok fungsi kubik


• fungsi kubik y = f(x) mencapai titik ekstrim pasa y’ =0
• jika y” < 0 pada y’ = 0, maka titik ekstrimnya adalah titik maksimum
• jika y” > 0 pada y’ = 0, maka titik ekstrimnya adalah titik minimum
• fungsi kubik y =f(x) berada dititik belok y”=0
Penerapan Ekonomi Diferensial : Konsep Elastisitas

a. Elastisitas Permintaan (price elasticity of demand)


 Elastisitas permintaan ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya
perubahan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga. Jika
fungsi permintaan dinyatakan dengan Qd = f(P), maka elastisitas
permintaannya :

dQ d P
ηd = .
dP Q d ηd  1
dQd
 Dimana tak lain adalah Q′d atau 𝑓 ′ (P)
dP

 Permintaan akan suatu barang dikatakan bersifat elastik apabila |𝜂𝑑 | ˃ 1 ,


elastik-uniter jika |𝜂𝑑 | = 1, dan inelastik jika |𝜂𝑑 | ˂ 1
 Barang yang permintaannya elastik mengisyaratkan bahwa jika harga barang
tersebut berubah sebesar persentase tertentu, maka permintaan terhadapnya
akan berubah (secara berlawanan arah) dengan persentase yang lebih besar
daripada persentase perubahan harganya.
CONTOH SOAL

Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Qd = 25 −


3P 2 . Tentukan elastisitas permintaan pada tingkat harga pasar P = 5

Jawab :
dQd
Qd = 25 − 3P 2 maka Q′d = = −6P
dP

dQd P
ηd = .Q
dP d

P
= −6(𝑃). 25−3P2

5
= −6(5) . 25−75

= 3 (elastik)
b. Elastisitas Penawaran (price elasticity of supply)

 Elastisitas penawaran ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya


perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga.
Jika fungsi penawaran dinyatakan dengan Qs = f(P), maka elastisitas
penawarannya :

dQ s P
ηs = .
dP Q s

dQs
 Dimana tak lain adalah Q′s atau f’(P)
dP

 Penawaran akan suatu barang dikatakan bersifat elastik apabila 𝜂𝑠 ˂ 1, elastik-


uniter jika 𝜂𝑠 ˃ 1, dan inelastik jika 𝜂𝑠 = 1. Barang yang penawarannya
inelastik mengisyaratkan bahwa jika harga barang tersebut berubah sebesar
persentase tertentu, maka penawarannya berubah (searah) dengan persentase
yang lebih kecil daripada persentase perubahan harganya.
CONTOH SOAL

Fungsi penawaran akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Qs =


−200 − 7P 2 . Tentukan elastisitas penawarannya pada tingkat harga pasar P =
10

Jawab :
dQs
Qs = −200 − 7P 2 maka Q′s = = 14P
dP

dQs P
ηs = .
dP Qs

P
= 14(𝑃).
−200 + 7P 2
10
= 14(10) . −200−700

= 2,8 (elastik)
Diferensial Fungsi Sedehana : Konsep Marginal
A. Diferensial Biasa
Proses penururuna suatu fungsi penururunan limit yang merupakan penentuan
limit suatu koefisien diferensi dalam pertambahan variabel bebasnya sangat kecil atau
mendaki nol disebut dengan diferensiasi. Turunan dari fungsi 𝑓 dengan variabel 𝑥 atau
𝑓(𝑥) adalah fungsi lain yang dinotasikan, dengan 𝑓 ′ (𝑥)jika kita menuliskan 𝑦= 𝑓(𝑥)
𝑑𝑦
adalah koefisien turunan untuk fungsi 𝑓(𝑥).
𝑑𝑥

B. Konsep Marginal dan Pengaplikasian Diferensial


1. Biaya Marginal
Biaya marginal adalah kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menambahproduksi sebanyak satu unit. Fungsi biaya marginal adalah turuna pertama
dari fungsi biaya total.
Contoh:
Diketahui TC = 400 + 50 Q2, Tentukan MC pada Q = 80 ?
Jawaban :
TC = 400 + 50 Q2
MC = TC’
= 100 Q
= 100(80)
= 8000
2. Penerimaan Marginal
Penerimaan tambahan yang diperoleh akibat pertambahannya satu unit keluaran yang
diproduksi (dijual). Fungsi penerimaan marginal adalah turunan pertama dari fungsi
penerimaan total.
Contoh :
Diketahui TR = 6Q2 + 15Q + 1000, Tentukan MR pada Q = 50
Jawaban :
MR = TR’
= 12Q + 15
= 12(50) + 14
= 614
3. Ultitas Marginal
Ultitas tambahan yang diperoleh konsumen akibat bertambahnya satu unit
barang yang di konsumsi. Hukum ultitas marginal menyatakan bahwa tambahan nilai
yang akan diperoleh seseorang dari mengkomsumsi sesuatu barang akan menjadi
semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah komsumsinya atas
barang tersebut. Fungsi ultitas marginal adalah turunan pertama dari fumgsi ultitas total
Contoh :
Fungsi ultitas dinyatakan dalam persamaan U = 15Q – 5Q2, Tentukan persamaan
ultitas marginal pada Q = 5
Jawaban :
U = 15Q – 5 Q2
MU = U
= 15 – 100
= 15 – 50
= -35
4. Produk Marginal
Produk tambahan yang dihasilkan akibat bertambahnya satu unit faktor produksi yang
digunakan. Fungsi produk marginal adalah turunan pertama dari fungsi produk total.
Contoh :
Fungsi produk dinyatakan dalam persamaan P = 9 x2 – 3 x3. Tentukanlah persamaan
produk marginal pada Q = 1
Jawaban :
P = 9 x2 – 3 x3
MP = P’
= 18x - x2
= 18(1) – 9(1)
=9
Kesimpulan:
Konsep diferensial menjadi salah satu alat analisis yang sangat penting dalam bisnis
dan ekonomi. Sebagaimana diketahui, analisis dalam bisnis dan ekonomi sangat akrab
dengan masalah perubahan, penentuan tingkat maksimum dan tingkat minimum.

Anda mungkin juga menyukai