Dasar-dasar perhitungan meliputi aljabar dan aplikasinya dalam bidang teknik informatika
DISUSUN OLEH:
Davin Wijaya (163303030451)
Prodi Teknik Informatika
Universitas Prima Indonesia
Februari 2020, Medan - Sumatera Utara
wijayadavin@gmail.com
Daftar Isi
I. Pendahuluan
II. Sistem Bilangan Riil
III. Fungsi
IV. Limit dan Kekontinuan
V. Turunan
VI. Aplikasi Turunan
VII. Integral
VIII. Integral Tak Wajar
I. Pendahuluan
Kalkulus digunakan di setiap cabang sains fisik, sains komputer, statistik, teknik,
ekonomi, bisnis, kedokteran,kependudukan, dan di bidang-bidang lainnya. Setiap konsep di
mekanika klasik saling berhubungan melalui kalkulus. Massadari sebuah benda dengan
massa jenis yang tidak diketahui, momen inersia dari suatu objek, dan total energi dari
sebuah objek dapat ditentukan dengan menggunakan kalkulus.
Dalam subdisiplin listrik dan magnetisme, kalkulus dapat digunakan untuk mencari total
aliran (fluks) dari sebuah medan elektromagnetik . Contoh historis lainnya adalah
penggunaan kalkulus di hukum gerak Newton, dinyatakan sebagai laju perubahan yang
merujuk pada turunan: Laju perubahan momentum dari sebuah benda adalah sama dengan
resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan arah yang sama.[1]
Bahkan rumus umum dari hukum kedua Newton: Gaya = Massa × Percepatan,
menggunakan perumusan kalkulus diferensial karena percepatan bisa dinyatakan sebagai
turunan dari kecepatan. Teori elektromagnetik Maxwell dan teori relativitasEinstein juga
dirumuskan menggunakan kalkulus diferensial
Bilangan riil atau bilangan real dalam matematika menyatakan bilangan yang bisa
dituliskan dalam bentuk desimal, seperti 2,4871773339… atau 3,25678. Bilangan real meliputi
bilangan rasional, seperti 42 dan −23/129, dan bilangan irasional, seperti π dan√2.
Lambang R seperti pada gambar disamping sering digunakan untuk menyatakan
himpunan bilangan riil. Bilangan riil juga dapat dilambangkan sebagai salah satu titik
dalam garis bilangan. Bilangan riil ini berbeda dengan bilangan kompleks yang termasuk di
dalamnya adalah bilangan imajiner (i, 3i, dll.).
Dalam sistem bilangan pada ilmu matematika, bilangan real terdiri dari 2 sistem bilangan yaitu:
a) Bilangan Rasional
Seperti penjelasan di atas, bilangan rasional adalah sistem bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk pecahan a/b dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0. Misalnya: 0;
23; 1,25; dll.
b) Bilangan Irasional
Bilangan irasional adalah sistem bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
pecahan a/b namun dapat ditulis dalam bentuk desimal. Misalnya:
π (phi) = 3,14159 26535 89793 … ; e (euler) = 2,7182818…. ; dll.
Sifat bilangan riil berdasarkan operasi penambahan dan perkalian:
Asosiatif a + (b + c) = (a + b) + c a × (b × c) = (a × b) × c
Distributif a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
1 4 (1×3)+(2×4) 3+8 11
+ = = =
2 3 (2×3) 6 6
(−2) × 5 = −10.
(−3) × (−7) = 21
1 4
f) Hitunglah nilai dari :
2 3
1 4 1 3 11
: = x =
2 3 2 4 6
5. Persen
Suatu pecahan dapat ditulis dalam tiga cara , yaitu : pecahan biasa, pecahan desimal dan
persen. Persen berarti “ perseratus “ ditulis “ % “ yaitu pecahan yang berpenyebut 100. Untuk
mengubah bentuk pecahan biasa kebentuk persen dapat dilakukan dengan cara yaitu mengubah
pecahan biasa itu menjadi pecahan yang senilai dengannya dan berpenyebut 100 atau cara kedua
dengan mengalikan pecahan itu dengan 100 %. Dengan demikian setiap bilangan pecahan biasa
dapat di ubah ke bentuk yang lain atau sebaliknya, misalnya :
2
= 0,4 = 40 %
5
6. Perbandingan
Dalam membandingkan ukuran dua obyek terdapat dua cara, yaitu membandingkan
dengan cara mencari selisihnya sehingga dapat dikatakan mana yang lebih dari yang lain dan yang
kedua mengamati/mencari nilai perbandingan antara ukuran dari kedua obyek itu. Sebagai
contoh, tinggi badan Ani adalah 150 cm sedangkan Budi 160 cm. Jika cara membandingkan yang
dimaksud adalah siapa yang lebih tinggi maka jawabannya adalah Budi dengan selisih tinggi badan
= 160 cm – 150 cm = 10 cm. Namun jika yang ditanyakan adalah nilai perbandingan tinggi badan
15
Ani dengan Budi maka dapat dinyatakan dengan perbandingan : 150 cm : 160 cm = 15 : 16 =
16
Perbandingan a : b, dibaca “a berbanding b“. Ada dua macam perbandingan yang sering
dibicarakan antara lain :
A) Perbandingan senilai:
Apabila terdapat korespodensi satu-satu antara dua obyek dengan sifat bahwa nilai
perbandingan dua elemen di obyek pertama sama dengan nilai perbandingan dua elemen yang
bersesuaian di obyek kedua maka kedua obyek itu disebut berbanding senilai. Perbandingan
senilai digunakan juga dalam membuat skala pada peta atau membuat model. Grafik dari
perbandingan senilai berupa garis lurus, misalnya :
Contoh Perbandingan Senilai
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4
Jika waktu bertambah , maka jarak yang dicapai juga bertambah. Dapat dikatakan bahwa
perbandingan antara jarak dan waktu tetap yaitu 1 : 60. Dua variabel dengan perbandingan
demikian ini disebut perbandingan senilai. Yang dimaksud skala ialah perbandingan antara jarak /
panjang pada gambar dengan jarak / panjang yang sebenarnya.
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
Suatu pekerjaan , jika dikerjakan oleh 1 orang akan selesai 60 hari, jika 2 orang akan selesa 30 hari,
berarti :
Banyak orang 1 2 3 ……………. 60
waktu 60 30 20 ……………. 1
Jika banyak orang bertambah, maka banyak hari berkurang. Perbandingan banyak orang dan
banyak hari tidak tetap (tetapi hasil kali dua variabel tersebut tetap yaitu 60. Dua variabel dengan
perbandingan demikian ini disebut perbandingan berbalik nilai. Secara matematika, variabel yang
saling bergantungan tersebut adalah x dan y, sehingga x berubah dari x1 menjadi x2 dan y berubah
dari y1 menjadi y2, maka :
Disebut perbandingan senilai, jika :
𝑥1 𝑥2
=
𝑦1 𝑦2
𝑥1 𝑥2
=
𝑦2 𝑦1
III. Fungsi
1. Pengertian
Fungsi dalam istilah matematika merupakan pemetaan setiap anggota sebuah himpunan
(dinamakan sebagai domain) kepada anggota himpunan yang lain (dinamakan sebagai kodomain).
Istilah ini berbeda pengertiannya dengan kata yang sama yang dipakai sehari-hari, seperti “alatnya
berfungsi dengan baik.” Konsep fungsi adalah salah satu konsep dasar dari matematika dan setiap
ilmu kuantitatif. Istilah "fungsi", "pemetaan", "peta", "transformasi", dan "operator" biasanya
dipakai secara sinonim.
Anggota himpunan yang dipetakan dapat berupa apa saja (kata, orang, atau objek lain), namun
biasanya yang dibahas adalah besaran matematika seperti bilangan riil. Contohnya adalah sebuah
fungsi dengan domain dan kodomain himpunan bilangan riil adalah 𝑦 = 𝑓(2𝑥), yang
menghubungkan suatu bilangan riil dengan bilangan riil lain yang dua kali lebih besar. Dalam hal
ini kita dapat menulis 𝑓(5) = 10.
A B
a 1
i 2
u 3
e 4
o 5
Cara penyelesaiannya:
Jika x = 2, maka
y = f(x) = 2x2+4x-1
y = f(2) = 2.22+4.2-1
=8+8–1
= 15
Jadi nilai fungsi f(x) = 2x2+4x-1 ketika x bernilai 2 adalah 15.
Relasi merupakan suatu kaitan dari unsur–unsur 2 bilangan sembarang. Pengertian relasi adalah
merupakan himpunan pasangan terurut yang merupakan himpunan bagian dari produk kartesius
antara wilayah dan kowilayah.
3. Syarat Fungsi
Fungsi juga merupakan relasi, hanya konsep fungsi lebih sempit dibanding dengan konsep relasi.
Syarat fungsi:
a) Unsur dari A harus seluruhnya muncul dalam pasangan terurut
b) Unsur dari A tidak boleh muncul dua kali atau lebih dari satu kali dalam pasangan terurut.
a mempunyai
A 2 nilai B
a 1
2
b 3
Ini merupakan salah satu contoh dari fungsi yang benar sesuai dengan aturan-aturan sebelumnya.
A
B
a 1
b
2
C
d 3
4
4. Macam-Macam Fungsi
A) Menurut Sifatnya
1. Fungsi Ke dalam (Into)
Fungsi satu-satu/ fungsi into/ fungsi injektif f : A B disebut fungsi satu-satu jika setiap anggota
A mempunyai bayangan yang berbeda, dengan kata lain tidak ada dua anggota A yang
mempunyai bayangan yang sama didalam B. Jadi jika f(a1) = f(a2) maka a1 = a2 atau jika a1
a2 maka f(a1) f(a2).
Fungsi aljabar adalah fungsi yang aturannya meliputi operasi aljabar (tambah, kurang, kali,
bagi, akar, dan pangkat).
Fungsi Rasional
Fungsi rasional adalah fungsi yang variabel bebasnya berpangkat bilangan bulat . fungsi
rasional meliputi :
Fungsi Polinom
Fungsi polinom merupakan fungsi suku banyak bentuknya
f(x) = an xn + an-1 xn-1 +…..+ a2x2 + a1x + a0
dengan an ≠ 0
a0 = suku tetap
an , an-1 , …..a, a0 = bilangan real
contoh fungi polinom : 2x3+ 4x2 +6x-5
5x2 + 4x -8 dst
Fungsi Kubik
Fungsi kubik adalah fungsi yang berpangkat tiga.
Bentuknya f(x) = ax3 + bx2 +cx + d
dengan a≠ 0
Contohnya fungsi kubik : x3 + 2x2 + 5x +6
Fungsi Linear
Fungsi linear adalah fungsi yang variabelnya berpangkat 1 dan grafiknya merupakan
garis lurus.
Contoh soal:
Penyelesaiannya
Jawab:
1. Titik potong pada s umbu y, jika x bernilai 0 maka y bernilai:
y = 2x + 5
y=0+5
y = 5 ............. (0,5)
y = 2x + 5
0 = 2x + 5
x = 2,5….........(2.5,0)
Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat adalah fungsi yang berpangkat dua.
Sifat sifat grafik fungsi kuadrat:
a. Jika a > 0, maka grafik terbuka ke atas dan mempunyai titik balik minimum. (titik
puncaknya mempunyai nilai terkecil)
b. Jika a < 0, maka grafiknya terbuka ke bawah dan mempunyai titik balik
maksimum. (Titik puncaknya mempunyai niai terbesar)
c. Jika D merupakan deskriminan suatu fungsi kuadrat f(x) = ax² + bx + c, maka:
- Jika D > 0, maka grafik y = f (x) memotong sumbu x pada sua titik yang
berbeda
- Jika D < 0, maka grafik y = f(x) menyinggung sumbu x pada suatu titik.
- Jika D < 0, maka grafik y = f(x) tidak memotong sumbu x.
d. Bentuknya f(x) = ax2 + bx + c
Dengan a, b, c merupakan konstanta a≠ 0
Contoh : 4x2+6x +5
Grafik persamaanya y = ax2 + bx + c berbentuk parabola.
e. Langkah-langkah melukis grafik fungsi kuadrat:
- Tentukan titik potong dengan sumbu x, y = 0 diperoleh koordinat (x1,
0)
- Tentukan titik potong dengan sumbu y, x = 0 diperoleh koordinat (0,
y1)
- Menentukan titik puncak (xp,yp)
Xp = -b/2a Yp = D/-4a
Keterangan: Xp = Persamaan sumbu simetri
Yp = nilai maksimum atau minimum
D = Deskriminan (b ²-4ac)
- Kemudian hubungkan titik-titik koordinat tersebut sehingga
membentuk grafik parabola.
Contoh soal:
f. Maka grafiknya:
Jawaban:
Maka grafiknya:
Fungsi Irrasional
Fungsi irrasional adalah fungsi yang variabel bebasnya terdapat di bawah tanda akar.
Contohnya y = √2x 2 − x + 3
Fungsi Mutlak adalah suatu fungsi yang aturannya memuat nilai mutlak suatu bilangan real
x,dinyatakan dengan |x|,didefinisikan sebagai
𝑥 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0
|x| = {−𝑥 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0}
D) Fungsi-Fungsi Khusus
D.1) Fungsi Identitas
f:A A dengan f(x) = x disebut fungsi satuan jika f memetakan setiap titik anggota A ke
dirinya sendiri.
Jawab:
= f(2x2 + 6x – 7)
= 2(2x2 + 6x – 7) + 6
= 4x2 + 12x – 14 + 6
= 4x2 + 12x – 8
Bila nilai f(x) mendekati L untuk nilai x mendekati a dari arah kanan maka dikatakan bahwa limit
fungsi f(x) untuk x mendekati a dari kanan sama dengan L dan di notasikan :
lim f ( x) L (i)
xa
Bila nilai f(x) mendekati l untuk nilai x mendekati a dari arah kiri maka dikatakan bahwa limit fungsi
f(x) untuk mendekati a dari arah kiri sama dengan 1 dan di notasikan :
lim f ( x) l (ii)
x a
Bila L = 1 maka di katakana bahwa limit fungsi f(x) untuk x mendekati a sama dengan L dan di
notasikan :
lim f ( x) L (iii)
xa
Sedangkan bila L ≠ 1 maka dikatakan bahwa limit fungsi f(x) untuk mendekati a tidak ada.
Bentuk (i) dan (ii) disebut juga Limit Sepihak, sedangkan bentuk yang ke (iii) menyatakan bahwa
nilai limit fungsi pada suatu titik dikatakan ada bila nilai limit sepihaknya sama atau nilai limit kanan
(i) sama dengan nilai nilai limit kiri (ii).
lim f ( x ) x→c
x c
Jika x menuju c dari arah kanan (dari arah bilangan yang lebih besar dari c, limit disebut limit
kanan, notasi :
lim f ( x ) c←x
x c
Hubungan antara limit dengan limit sepihak(kiri/kanan) :
lim f ( x) L lim f ( x) L dan lim f ( x) L
x c x c x c
Contoh, diketahui :
x2 , x 0
f ( x) x , 0 x 1
2 x 2 , x 1
Hitung lim f ( x)
x0
Hitung lim f ( x)
x 2
Jawab:
a. Karena aturan fungsi berubah di x=0, maka perlu dicari limit kiri dan limit kanan di x=0, maka :
lim f ( x ) lim x 2 0
x 0 x0
lim f ( x) 0
x 0
lim f ( x ) xlim
0
x0
x 0
b.Karena aturan fungsi berubah di x=1, maka perlu dicari limit kiri dan limit kanan di x=1, maka :
lim f ( x) lim x 1
x 1 x 1 lim f ( x) lim lim f ( x )
x 1 x 1
lim f ( x) lim 2 x 3 2 x1
x 1 x1
c. Karena aturan fungsi tidak berubah di x=2, maka tidak perlu dicari limit kiri dan limit kanan di x=2,
maka :
lim f ( x) lim 2 x 2 6
x 2 x 2
d.
f ( x) 2 x 2
f ( x) x 2 f(x)=x
Grafik: parabola Grafik:garis lurus Grafik: parabola
3. Sifat-Sifat Limit
Misal lim f ( x) L dan lim g ( x ) G , maka :
xa xa
a) lim [ f ( x) g ( x)] L G
xa
b) lim [ f ( x) g ( x)] L G
xa
f ( x) L
d) lim , bila G 0
x a g ( x) G
e) lim n f ( x) n lim f ( x) n L untuk L 0 bila n genap
xa xa
Sebagai catatan bahwa sifat sifat di atas juga berlaku untuk limit sepihak, contoh :
x 2 1, x 1
Selesaikan limit fungsi f(x) = bila ada
2 x, x 1
a) lim f ( x)
x 1
b) lim f ( x)
x 1
Jawab :
a) lim f ( x) lim ( x 2 1) 2
x1 x1
b) lim f ( x) lim 2 x 2
x 1 x 1
Contoh :
x 2 3x 2
Selesaikan lim
x 2 x2 4
Jawab :
x 2 3x 2 ( x 2)( x 1) x 1 1 1
lim = lim = lim =
x 2 x 4
2 x 2 ( x 2)( x 2) x 2 x 2 4 4
Fungsi f(x) dikatakan kontinu pada suatu titik x = a bila nilai limit f(x) pada x mendekati a sama dengan
nilai fungsi di x = a atau f(a). secara lebih jelas, f(x) dikatakan kontinu di x = a bila berlaku :
c) lim f ( x) f (a )
x a
Bila minimal salah satu dari persyaratan di atas tidak dipenuhi maka f(x) dikatakan tidak kontinu atau
diskontinu di x = a dan titik x = a disebut titik diskontinu.
Secara geometris, grafik fungsi kontinu tidak ada loncatan atau tidak terputus.
Fungsi f(x) dikatakan continue pada interval terbuka (a,b) bila f(x) kontinu pada setiap titik di dalam
interval tersebut. Sedangkan f(x) dikatakan Kontinue pada interval tutup [a,b] bila :
Contoh :
x 2 2kx 1
, x 1
Tentukan nilai k agar fungsi f(x) = x 1 kontinu di x = -1
x 2 2, x 1
Jawab :
Sebab nilai limit kanan sama dengan 3 maka limit kiri juga sama dengan 3. Untuk itu pembilang dari
x 2 2kx 1
bentuk harus mempunyai faktor x + 1. Dengan melakukan pembagian pembilang oleh
x 1
penyebut di dapatkan
x 2 2kx 1 2k 2
= x + 2k -1 + dari sisa pembagian (-2k+2) sama dengan nol maka di dapatkan
x 1 x 1
k=1
Pengertian limit tak hingga dan limit di tak hingga secara formal tidak diberikan seperti halnya pada
pengertian limit di suatu titik pada pembahasan terdahulu. Secara instuisi diberikan melalui contoh
berikut ini.
1
Misal diberikan fungsi f ( x) . Maka nilai fungsi f(x) menuju tak hingga (∞) untuk x mendekati 1
x 1
dari kanan, sedangkan menuju minus tak hingga (−∞) untuk x mendekati 1 dari kiri. Pengertian tersebut
dapat dinotasikan dengan limit sebagai berikut :
1
Bila f ( x) maka didapat lim f ( x) dan lim f ( x)
( x 1) 2 x 1 x 1
Bentuk limit tersebut dinamakan Limit Tak hingga, yaitu nilai fungsi f(x) untuk mendekati 1 sama dengan
tak hingga (∞). Sedangkan bentuk limit di titik mendekati tak hingga di ilustrasikan berikut :
1
Misal diberikan fungsi f ( x) , maka nilai fungsi akan mendekati nol bila nilai x menuju tak hingga
x
atau minus tak hingga, dinotasikan :
1 1
lim 0 atau lim 0
x xn x xn
p ( x)
Bila f(x) merupakan fungsi rasional, misal f ( x)
q ( x)
membagi pembilang [p(x)] dan penyebut [q(x)] dengan x pangkat tertinggi yang terjadi
Contoh :
3 x
Hitung lim
x 3 3 x
Jawab
Nilai dari pembilang untuk x mendekati 3 dari arah kanan adalah mendekati 6, sedangkan nilai penyebut
akan mendekati negative bilangan yang sangat kecil. BIla 6 dibagi oleh bilangan negative kecil sekali akan
menghasilkan bilangan yang sangat kecil.
Jadi
3 x
lim = -∞
x 3 3 x
V. Turunan
1. Pengertian
Turunan atau Derivatif dalam ilmu kalkulus merupakan pengukuran terhadap bagaimana fungsi
berubah seiring perubahan nilai input. Secara umum, turunan menyatakan bagaimana suatu
besaran berubah akibat perubahan besaran lainnya; contohnya, turunan dari posisi sebuah benda
bergerak terhadap waktu adalah kecepatan sesaat objek tersebut.
Proses dalam menemukan turunan disebut diferensiasi. Kebalikan dari turunan disebut dengan
antiturunan. Teorema fundamental kalkulus mengatakan bahwa antiturunan sama dengan
integrasi. Turunan dan integral adalah 2 fungsi penting dalam kalkulus.
2. Pembahasan
Definisi turunan dari y f ( x ) terhadap x adalah:
dy f ( x h) f ( x)
y ' f ' ( x) lim
dx h0 h
Contoh:
3x 2
f ( x h ) f ( x )
f ' ( x ) lim
h 0 h
f ( x h ) f ( x )
f ' ( x ) lim
h 0 h
f ' ( x ) f ' ( x )
y f ( x ) f ' ( x ).( x x )
4. Aturan Berantai
y f (v )
dy dv
dan y ' .
dv dx
v h( x)
Perluasan
Jika y f1 (v1 ); v1 f 2 (v2 ); v2 f 3 (v3 ); ... ; vn1 f n ( x ) , maka
dy dv1 dv 2 dv
y' n 1
dv1 dv 2 dv3 dx
dy
tertentu x merupakan fungsi dari y. Selanjutnya jika 0 , maka:
dx
dx 1
dy dy
dx
6. Beberapa Rumus Turunan
Berikut beberapa fungsi turunan yang sering dipakai:
y xn y ' nx n 1
u u' v uv'
y y'
v v2
y ln x 1
y'
x
y a x , (a 0, a 1 ) y ' a x ln a
y ex y' e x
y uv v du dv
y' u v ln u
u dx dx
merupakan fungsi dari x lagi. Jika dari y ' atau f ' ( x ) ini dicari turunannya, maka didapat turunan
d2y
kedua dari fungsi y f ( x ) dan ditulis y " atau f " ( x ) atau
2
2
atau D y .
dx
d n y d d n 1 y
dx n dx dx n 1
Contoh:
Dapatkan y (n ) dari y a x !
Jawab:
y ' a x ln a
………………
y ( n ) a x (ln a) n
Rumus Leibnitz:
1 1
D n (uv ) uD n v nDuD n 1v n( n 1) D 2 uD n 2 v n( n 1)( n 2) D 3uD n 3v ...
2! 3!
8. Turunan Fungsi Parametrik
x f (t )
Pandang fungsi parametrik:
y h (t )
Dari x f (t ) dapat dikatakan bahwa t g (x ) , jadi y juga fungsi dari x, yaitu y hg (x).
Turunan Pertama
dy
dy dy dt dy 1
y' Jadi y ' dt
dx dt dx dt dx dx
dt dt
Turunan Kedua
dy ' dy '
d ( y ' ) dy ' dt
y" dt Jadi y" dt
dx dt dx dx dx
dt dt
Turunan Ketiga
dy" dy"
d ( y" ) dy" dt
y' ' ' dt Jadi y ' ' ' dt
dx dt dx dx dx
dt dt
dy ( n 1)
y (n) dt
dx
dt
Contoh:
x ln t
Dapatkan y (n ) dari
y t
m
Penyelesaian:
mt m 1
y' mt m
1
t
m 2 t m 1
y' ' m 2t m
1
t
m 3 t m 1
y' ' ' m 3t m
1
t
……………………
y (n) m n t m
sebagai berikut:
(1) Jika mungkin y dinyatakan sebagai bentuk eksplisit dari x, lalu diturunkan terhadap x.
(2) Setiap suku dalam f ( x, y ) 0 diturunkan terhadap x. Karena y fungsi dari x, maka
setiap kali menurunkan y harus dikalikan dengan y ' , kemudian hubungan yang didapat
Penyelesaian:
3x 2 3 y 2 y'3a( y xy ' ) 0
x 2 ay
y '
ax y 2
VI. Aplikasi Turunan
1. Garis Singgung pada Kurva
A. Gradien Garis Singgung
garis sekan
Y
garis sekan
garis sekan
B(x2, y2)
garis tangen /garis singgung
y2
•
•
y1 •
A(x1, y1)
• y = f(x)
X
x1 x2
Gambar 1
x2 = x 1 + x x = x2 – x1
y2 = y 1 + y y = y2 – y1 y = f(x2) – f(x1)
Garis yang menghubungkan titik A dan titik B dinamakan garis sekan AB atau garis tali busur AB.
Gradien garis sekan AB adalah:
y
mAB =
x
f ( x2 ) f ( x1 )
=
x2 x1
f ( x1 x) f ( x1 )
=
( x1 x) x1
f ( x1 x) f ( x1 )
=
x
Jika titik A bergerak sepanjang kurva y = f(x) mendekati titik B maka Δx semakin mengecil atau
dapat dikatakan Δx → 0. Bila titik A dan titik B berhimpit maka garis sekan AB akan menjadi garis
singgung kurva di titik B dengan gradien:
f ( x1 x) f ( x1 )
m = lim (jika limitnya ada)
x 0 x
Dalam pembahasan turunan sebagai limit fungsi, gradien garis singgung disebut sebagai turunan
fungsi pada titik singgungnya, sehingga dapat:
m = f’(x1)
y – y1 = m (x – x1)
Contoh:
y = x2 – 3x + 4
y’ = 2x – 3
m = 2x – 3
= 2(3) – 3
= 6–3
= 3
y–4 = 3(x – 3)
y–4 = 3x – 9
y = 3x – 5 atau 3x – y – 5 = 0 atau 3x – y = 5
Jadi persamaan garis singgung pada kurva y = x2 – 3x + 4 dan titik A (3,4) adalah y = 3x – 5
atau 3x – y – 5 = 0 atau 3x – y = 5
2. Fungsi Naik dan Fungsi Turun
Y Y
f(x1)
f(x2)
f(x2)
f(x1)
X X
0 x1 x2 0 x1 x2
Gambar 2 Gambar 3
Dari gambar di atas dapat kita definisikan fungsi naik dan turun sebagai berikut:
a. Fungsi f(x) dikatakan naik jika untuk setiap x1, x2 S, x1 < x2 makaf(x1) < f(x2)
b. Fungsi f(x) dikatakan turun jika untuk setiap x1, x2 S, x1 < x2 makaf(x1) > f(x2) :
Contoh:
Tunjukkan grafik fungsi f(x) = 2x3 , x R dan x > 0 adalah fungsi naik!
Alternatif penyelesaian:
f(x) = 2x3 , x R dan x > 0. Ambil sembarang x1, x2 R dengan 0 < x1 < x2
3
x = x1 maka f(x1) = 2 x1
3
x = x2 maka f(x2) = 2 x 2
3 3
Karena 0 < x1 < x2 maka 2 x1 < 2 x 2
3 3
Karena 2 x1 < 2 x 2 maka f(x1) < f(x2)
Y y = x4 – 2x2
Garis singgung
Garis singgung
Garis singgung
Garis singgung
Gambar 4
Pada konsep persamaan garis lurus, gradien garis adalah tangen sudut yang dibentuk oleh garis
itu sendiri dengan sumbu x positif. Pada persamaan garis singgung, gradien adalah tangen sudut
garis tersebut dengan sumbu x positif sama dengan nilai turunan pertama fungsi di titik
singgungnya.
a. Jika garis singgung menyinggung di grafik fungsi naik maka garis singgung akan membentuk
sudut terhadap sumbu X positif di kuadran I. Hal ini menyebabkan besar gradien adalah positif
atau m = f '(x) > 0.
b. Jika garis singgung menyinggung di grafik fungsi turun maka garis singgung akan membentuk
sudut terhadap sumbu X positif di kuadran IV. Hal ini menyebabkan besar gradien adalah
negatif atau m = f '(x) < 0.
Kesimpulan:
a. Fungsi naik
b. Fungsi turun
Alternatif penyelesaian:
Dicari turunan dari f(x) = x3 + 9x2 + 15x + 4, yaitu f’(x) = 3x2 + 18x + 15
x2 + 6x + 5 > 0
x = -1 atau x = -5
x2 + 6x + 5 < 0
x = -1 atau x = -5
C(x3,y3)
A(x1,y1)
D(x4,y4)
B(x2,y2)
Gambar 5
Dari gambar di atas nampak bahwa garis singgung merupakan garis horisontal sehingga
gradiennya = 0 (nol). Gradien garis singgung adalah tangen sudut yang dibentuk oleh garis itu
sendiri dengan sumbu x positif atau turunan pertama dari titik singgungnya. Garis singgung
tersebut menyinggung kurva di titik puncak/optimal, di absis x = x1, x = x2, x = x3, dan x = x4.
Sebuah fungsi akan mencapai optimal (maksimum/minimum) pada suatu daerah jika m = f '(x) =
0. Titik yang memenuhi f '(x) = 0 disebut titik stasioner..
Alternatif penyelesaian:
f(x) = x4 - 2x2 + 4x – 5
f’(x) = 4x3 - 4x + 4
f”(x) = 12x2 - 4
Jadi turunan kedua dari fungsi f(x) = x4 - 2x2 + 4x – 5 adalah f”(x) = 12x2 - 4
Telah dijelaskan bahwa sebuah fungsi akan mencapai optimal (maksimum/minimum) pada suatu
daerah jika m = f '(x) = 0. Karena f'(x1) = 0, f’(x2) = 0, f'(x3) = 0 dan f'(x4) = 0, maka kurva turunan
pertama fungsi melalui sumbu x di titik (x1, 0), (x2, 0), (x3, 0) dan (x4, 0) sebagaimana
digambarkan pada gambar 6 di bawah ini.
y’ = f’(x)
Gambar 6
Bila gradien garis singgung pada kurva f(x) adalah turunan pertama dari titik singgungnya, maka
gradien garis singgung pada kurva turunan pertama fungsi f(x) adalah turunan kedua di titik
singgungnya.
a. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x1) di titik (x1, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran IV sehingga f”(x1) < 0
b. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x2) di titik (x2, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran I sehingga f”(x2) > 0
c. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x3) di titik (x3, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran IV sehingga f”(x3) < 0
d. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x4) di titik (x4, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran I sehingga f”(x4) > 0
.
Dari keterangan di atas dapatlah ditarik sebuah kesimpulan mengenai jenis-jenis stasioner
sebagai berikut:
Misalkan f adalah fungsi bernilai real yang kontinu dan memiliki turunan pertama dan kedua
pada x1 ∈ I sehingga:
a. Jika f '(x1) = 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut stasioner/kritis
b. Jika f '(x1) = 0 dan f "(x1) > 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut titik balik minimum fungsi
c. Jika f '(x1) = 0 dan f "(x1) < 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut titik balik maksimum fungsi
d. Jika f ''(x1) = 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut titik belok fungsi
4. Sketsa Kurva Suatu Fungsi dengan Konsep Turunan
Berdasarkan konsep turunan yang diperoleh di atas, maka kita dapat menggambar kurva suatu fungsi
dengan menganalisis titik stasioner, fungsi naik atau turun, titik optimalnya (maksimum atau
minimum) dan titik belok.
Contoh:
f(x) = 0
x4 – x2 = 0
x2(x2 – 1) = 0
x = 0, x = - 1, dan x = 1
Jadi, kurva melalui sumbu x pada titik (-1,0), (0,0), dan (1,0)
f’(x) = 0
4x3 – 2x = 0
x(2x2 – 1) = 0
1 1
x = 0, x = - 2 , dan x = 2
2 2
Untuk x = 0 maka nilai f(0) = 0
4 2
1 1 1 1 1 1 1
Untuk x = - 2 maka nilai f(- 2 ) = 2 2 =
2 2 2 2 4 2 4
4 2
1 1 1 1 1 1 1
Untuk x = 2 maka nilai f( 2)= 2 2 =
2 2 2 2 4 2 4
1 1 1 1
Jadi, titik stasioner fungsi adalah (0,0), (- 2 ,- ), atau ( 2 , - ).
2 4 2 4
Langkah 3 : Menentukan interval fungsi naik/turun
f’(x) > 0
4x3 – 2x > 0
x(2x2 – 1) > 0
1 1
Pembuat nol pertidaksamaan: x = 0, x = - 2 , dan x = 2
2 2
(-) (+) (-) (+)
O O O
- 0
1 1 1
Jadi, fungsi akan naik pada - 2 < x < 0 atau x > 2 dan fungsi akan turun pada x < - 2
2 2 2
1
atau 0 < x < 2.
2
f’(x) = 4x3 – 2x
f”(x) = 12x2 – 2
12x2 – 2 = 0
6x2 – 1 = 0
1
x2 =
6
1 1
x= 6 atau x = 6
6 6
4 2
1 1 1
1
Untuk x = 6 maka nilai f( 6 ) = 6 6 =
6 6 6 6
36 7776 7740
46656 46656 46656
4 2
1 1 1 1 36 7776 7740
Untuk x = 6 maka nilai f( 6)= 6 6 =
6 6 6 6 46656 46656 46656
1 7740 1 7740
Jadi titik belok fungsi adalah ( 6 , ) atau ( 6 , )
6 46656 6 46656
Langkah 6 : Menentukan beberapa titik bantu
1 1
x
2 2
3 3
y = x4 – x2
16 16
(x,y) 1 3 1 3
( , ) ( , )
2 16 2 16
y = x 4 – x2
Y
naik
turun
Titik belok
VII. Integral
1. Pengertian
Sebuah integral tertentu dari sebuah fungsi dapat digambarkan sebagai
area yang dibatasi oleh kurva fungsinya.
Integral adalah sebuah konsep penjumlahan secara berkesinambungan dalam matematika, dan
bersama dengan inversnya, diferensiasi, adalah satu dari dua operasi utama dalam kalkulus.
Integral dikembangkan menyusul dikembangkannya masalah dalam diferensiasi di mana
matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang berkebalikan dengan
solusi diferensiasi. Lambang integral adalah ∫
2. Pembahasan
Misal f(x) suatu fungsi yang didefinisikan pada [a,b], selanjutnya f(x) dikatakan terintegralkan
(integrable) pada [a,b]
n
jika lim f ( xi )xi ada.
P 0 i 1
b
Selanjutnya f ( x)dx disebut Integral Tentu (Integral Riemann) f(x) dari a ke b, dan
a
didefinisikan
b n
f ( x)dx = lim f ( xi )xi .
a P 0 i 1
b
f ( x)dx menyatakan luas daerah yang tercakup diantara kurva
a
b
y = f(x) dan sumbu x dalam selang [a,b], jika f ( x)dx bertanda negatif maka menyatakan luas
a
daerah yang berada dibawah sumbu x.
Jika f(x) terintegralkan pada suatu selang yang memuat tiga titik a, b dan c, maka :
c b c
f ( x)dx = f ( x)dx + f ( x)dx bagaimanapun urutan a, b dan c.
a a b
Contoh :
2 1 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2
1. x dx x dx x dx 2. x dx x dx x dx
0 0 1 0 0 3
2 1 2
2 22
3. x dx x dx x dx
0 0 1
B. Sifat Simetri
Jika f(x) fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat
f(-x) = f(x) , maka:
a a
f ( x)dx = 2 f ( x)dx dan
a 0
Jika f(x) fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat
f(-x) = - f(x), maka
a
f ( x)dx = 0.
a
Contoh :
x x x 1
1. cos 4 dx 2 cos 4 dx 8 cos 4 . 4 dx 4 2
0 0
5 x5
2. 2
dx = 0
5 x 4
b
b
1. a
kf ( x)dx k f ( x)dx
a
b b b
2. [ f ( x) g ( x)]dx f ( x)dx g ( x)dx
a a a
b b b
3. [ f ( x) g ( x)]dx f ( x)dx g ( x)dx,
a a a
a
4. f ( x)dx 0
a
b a
5. f ( x)dx f ( x)dx , jika b < a
a b
b c b
6. f ( x)dx f ( x)dx f ( x)dx , c (a, b)
a a c
a
7. f ( x) 0, jika f(-x) = -f(x)
a
a a
8.
a
f ( x)dx = 2 f ( x)dx , jika f(-x) = f(x)
0
b
d
9. Jika F(u) = f ( x)dx , maka du F (u) f (u)
a
b
10. f ( x)dx = (b-a) f ( x
a
o ) untuk paling sedikit x = x o antara a dan b.
b b
11.
a
f ( x)dx g ( x)dx jika dan hanya jika f(x) g(x) untuk setiap x [a,b].
a
x
12. D f (t )dt f ( x)
x a
b
Misal f(x) kontinu pada [a,b] dan F(x) sebarang anti turunan f(x), maka f ( x)dx = F(b) – F(a)
a
b
Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = [ F ( x)]a
Contoh :
Perlihatkan bahwa jika r Q dan r -1, maka
b
r b r 1 a r 1
x dx r 1 r 1
a
Jawab :
x r 1
Karena F(x) = suatu anti turunan dari f(x) = xr, maka menurut teorema dasar Kalkulus
r 1
b
r b r 1 a r 1
x dx F (b) F (a)
r 1 r 1
a
b b
a. kf ( x)dx k f ( x)dx
a a
b b b
b. [ f ( x) g (x)]dx = f ( x)dx + g ( x)dx
a a a
Contoh :
2
2
Hitung (4 x 6 x )dx
1
Jawab :
2 2
2
2
2
2
2 x2 x3
(4 x 6 x )dx 4 xdx 6 x dx = 4 2 6 3
1 1 1 1 1
4 1 8 1
= 4 6 = 12
2 2 3 3
Teorema:
Misal f(x) adalah fungsi yang kontinu dan terintegralkan pada I = [a,b], dan F(x) sebarang antiturunan
pada I, maka
Contoh :
4
1 2
4
1. (1 x)dx x x
2 2 2
= -4 – 0
= -4
ln 1 x
2
dx
2.
1
1 x 1
= ln (1+2) – ln (1+1)
= ln 3 – ln 2
2
dx
3.
1 1 x
, tidak dapat diselesaikan dengan teorem di atas karena integran
1
f(x) = tidak terdefinisi pada x = 1.
1 x
1
dx 1
4.
1
x
, tidak dapat diselesaikan dengan teorema di atas, karena integran f(x) =
x
tidak terdefinisi di x = 0
Dengan demikian tidak semua integral fungsi dapat diselesaikan dengan teorema dasar kalkulus.
Persoalan-persoalan integral seperti pada contoh 3 dan 4 dikategorikan sebagai integral tidak wajar.
b
Bentuk f ( x)dx disebut Integral Tidak Wajar jika:
a
a. Integran f(x) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik yang tidak kontinu (diskontinu) di [a,b],
sehingga mengakibatkan f(x) tidak terdefinisi di titik tersebut.
b
Pada kasus ini teorema dasar kalkulus f ( x)dx = F(b) – F(a) tidak berlaku lagi.
a
Contoh :
4
dx
1) 4 x , f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4 atau f(x) kontinu di [0,4)
0
2
dx
2)
1 x 1
, f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 1 atau f(x) kontinu di (1,2]
4
dx
3) 2
, f(x) tidak kontinu di x = 2 [0,4] atau f(x) kontinu di [0,2) (2,4]
0
(2 x) 3
dx
3) 1 4x
2
, integran f(x) memuat batas atas di x = dan batasa bawah di x = -
Pada contoh a (1,2,3) adalah integral tak wajar dengan integran f(x) tidak kontinu dalam batas-
batas pengintegralan, sedangkan pada contoh b (1, 2, 3) adalah integral tak wajar integran f(x)
mempunyai batas di tak hingga ( ). Integral tak wajar selesaiannya dibedakan menjadi Integral tak
wajar dengan integran tidak kontinu Integral tak wajar dengan batas integrasi di tak hingga
b t
Karena batas atas x = b - (x b ), maka
a
f ( x)dx lim
t b
f ( x)dx
a
4 4
dx dx
1)
0
lim
4 x 0
0 4 x
, f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4, sehingga
4
=
lim 2 4 x
0 0
= -2 lim
0
4 (4 ) (4 0)
= -2 ( lim 4)
0
= -2(0-2)
=4
Cara lain :
4 t
dx dx
0
lim
4 x t 4 0 4 x
= lim 2 4 x
t 4
t
0
= lim 2 4 t 2 4 0
t 4
= -2(0)+2(2)
=4
2
dx 1
2)
2 4 x 2
, f(x) =
4 x2
Fungsi di atas tidak kontinu di x = 2 dan x = -2, sehingga:
2 2
dx dx
maka
2 4 x 2
2
4 x2
0
2
dx
=2 0 4 x2
2
x
= 2 Lim arcsin
0 2 0
=2( 0)
2
=
f ( x)dx
a
b b
a
f ( x)dx lim
t a
f ( x)dx
t
4 4
3dx 3dx
1)
3
lim
x 3 t 3 t x 3
= lim 3(2) x 3
t 3
4
t
= lim 6 4 3 6 t 3
t 3
= 6(1) – 6(0)
=6
1 1
dx dx
2)
0
lim
x 0 0 x
,f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 0 sehingga diperoleh:
1 1
dx
x
lim 2 x
0
0 0
= lim 2 1 2 0
0
=2–0
=2
Karena f(x) tidak terdefinisi di x = c, maka sesuai dengan syarat dan definsi integral tertentu
a
f ( x)dx f ( x)dx f ( x)dx
a c
c b
= lim
0
a
f ( x)dx + Lim
0
f ( x)
c
b t b
f ( x)dx
a
lim
t b
f ( x)dx
a
+ lim
t a
f ( x)dx
t
4
dx
1)
0
3
x 1
, f(x) tidak kontinu di x = 1, sehingga diperoleh
1 4
dx dx
0
3
x 1
dx 3
1 x 1
, berdasarkan contoh sebelumnya didapat:
1 4
dx dx
lim
0
0
3
lim 3
x 1 0 1 x 1
1 4
3 2
3 2
= lim ( x 1) 3 lim ( x 1) 3
0 2 0 2
0 1
3 2 2
3 2 2
= lim (1 ) 1) (0 1) 3
3
lim (4 1) ((1 ) 1) 3
3
2 0 2 0
3
= ( 1 3 9 )
2
8 1
2) x 3 dx, f(x) tidak kontinu di x = 0, sehingga diperoleh
1
0 1 8 1
x 3 dx x 3 dx
1 0
0 1 8 1
= lim
0
1
x 3 dx lim
0 x 3 dx
0
0 8
3 2 3 2
= lim x 3 lim x 3
0 2
1 0 2 0
3 9
= - 6 =
2 2
t
t
dx dx
1) 2 = lim 2
0
x 1 t
0
x 4
t
1 x
= lim arctan
t 2 2 0
1 t 1
= lim arctan arctan 0
t 2 2 2
=(½. - ½ .0)
2
=
4
t
dx dx
2) 1 x 2 = lim
t x
1
2
t
1
= lim
t
x 1
t
1
= lim 1
t
t 1
=1
a a
f ( x)dx lim
t f ( x)dx
t
0
0 1
lim e2 x
e
2x
1. dx = t 2 t
1 1
= lim .1 e 2t
2
t 2
=½-0
=½
0
0
dx 1
2. (4 x)2 = tlim
( 4 x )
t
1 1
lim
= (4 t ) (4 0)
t
1
=0+
4
=¼
wajar ini dapat diselesaikan dengan cara a dan b tersebut di atas, atau diperoleh bentuk:
a
f ( x) x
f ( x)dx f ( x)dx
a
a t
= lim
t
t
f ( x)dx lim f ( x)dx
t
a
dx
1. 1 4x
2
0
dx dx
=
1 4x 2
0
1 4x2
=
2
0
e x dx e x dx e x dx
2. e2 x 1 =
e2 x 1 e2 x 1
+
0
0 t
e x dx e x dx
= lim
t t e2 x 1 t ` 0 e2 x 1
+ lim
0 t
= lim (arc tgn e x ) + lim (arc tgn e x ) 0
t t t
= 0 =
2 4 4 2
Referensi
1. Latorre, Donald R.; Kenelly, John W.; Reed, Iris B.; Biggers, Sherry (2007), Calculus
Concepts: An Applied Approach to the Mathematics of Change, Cengage Learning, hlm.
2, ISBN 0-618-78981-2, Chapter 1, p 2
2. Wrede, Robert (2007). "Bilangan". Schaum Outlines:Teori dan Soal-Soal Kalkulus Lanjut.
Penerbit Erlangga.
3. https://kalkulus.mipa.ugm.ac.id/pre/real/
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_(matematika)
5. https://www.studiobelajar.com/turunan-fungsi/
6. https://www.yuksinau.id/integral-tak-tentu/
7. https://www.slideshare.net/kevyn52/03-limit-dan-kekontinuan
8. https://www.slideshare.net/dinanabila1/integral-tak-wajar-kalkulus-2
9. Dale Varberg., Edwin J. Purcell. 2001. Kalkulus Jilid I (edisi 7). Alih Bahasa I Nyoman Susila.
Batam: Interaksara.
10. Koko Martono, 1993. Kalkulus Integral I. Bandung: Alva Gracia
11. Apostol, Tom M. (1974), Mathematical Analysis (2nd ed.), Menlo Park: Addison-Wesley,
LCCN 72011473
12. Stewart, James (2008). Calculus: Early Transcendentals (6th ed.). Brooks/Cole. ISBN 978-
0-495-01166-8.
13. Larson, Ron; Edwards, Bruce H. (2010). Calculus of a single variable (Ninth ed.).
Brooks/Cole, Cengage Learning. ISBN 978-0-547-20998-2.
14. Verberg, Dale.Kalkulus Jilid 1 / Dale Varberg, Edwin J. Purcell, Steven E Rigdon ; Alih
Bahasa, I Nyoman Susila ; Editor, Lemada Simarmata .2008.
15. Purcell, Edwin J., Varberg, Dale, Rigdon, Steven E.. (2003). Kalkulus jilid 2=calculus (Ed.4).
Jakarta: Erlangga.
16. LEITHOLD, Louis, NABABAN, S.M. DR., HUTAHAEAN, E., Drs, SANTOSO, Widianti, Dra.,
MARTONO, Koko, Drs.. (1991). Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik, Jilid 3 (ed. v). JAKARTA:
Erlangga.