Anda di halaman 1dari 56

Makalah Kalkulus

Dasar-dasar perhitungan meliputi aljabar dan aplikasinya dalam bidang teknik informatika

DISUSUN OLEH:
Davin Wijaya (163303030451)
Prodi Teknik Informatika
Universitas Prima Indonesia
Februari 2020, Medan - Sumatera Utara
wijayadavin@gmail.com
Daftar Isi
I. Pendahuluan
II. Sistem Bilangan Riil
III. Fungsi
IV. Limit dan Kekontinuan
V. Turunan
VI. Aplikasi Turunan
VII. Integral
VIII. Integral Tak Wajar
I. Pendahuluan
Kalkulus digunakan di setiap cabang sains fisik, sains komputer, statistik, teknik,
ekonomi, bisnis, kedokteran,kependudukan, dan di bidang-bidang lainnya. Setiap konsep di
mekanika klasik saling berhubungan melalui kalkulus. Massadari sebuah benda dengan
massa jenis yang tidak diketahui, momen inersia dari suatu objek, dan total energi dari
sebuah objek dapat ditentukan dengan menggunakan kalkulus.

Pola spiral logaritma cangkang Nautilus adalah contoh klasik untuk


menggambarkan perkembangan dan perubahan yang berkaitan
dengan kalkulus.

Dalam subdisiplin listrik dan magnetisme, kalkulus dapat digunakan untuk mencari total
aliran (fluks) dari sebuah medan elektromagnetik . Contoh historis lainnya adalah
penggunaan kalkulus di hukum gerak Newton, dinyatakan sebagai laju perubahan yang
merujuk pada turunan: Laju perubahan momentum dari sebuah benda adalah sama dengan
resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan arah yang sama.[1]
Bahkan rumus umum dari hukum kedua Newton: Gaya = Massa × Percepatan,
menggunakan perumusan kalkulus diferensial karena percepatan bisa dinyatakan sebagai
turunan dari kecepatan. Teori elektromagnetik Maxwell dan teori relativitasEinstein juga
dirumuskan menggunakan kalkulus diferensial

II. Sistem Bilangan Riil


1. Pengertian

Bilangan riil atau bilangan real dalam matematika menyatakan bilangan yang bisa
dituliskan dalam bentuk desimal, seperti 2,4871773339… atau 3,25678. Bilangan real meliputi
bilangan rasional, seperti 42 dan −23/129, dan bilangan irasional, seperti π dan√2.
Lambang R seperti pada gambar disamping sering digunakan untuk menyatakan
himpunan bilangan riil. Bilangan riil juga dapat dilambangkan sebagai salah satu titik
dalam garis bilangan. Bilangan riil ini berbeda dengan bilangan kompleks yang termasuk di
dalamnya adalah bilangan imajiner (i, 3i, dll.).

2. Berbagai Jenis Bilangan Riil

Dalam sistem bilangan pada ilmu matematika, bilangan real terdiri dari 2 sistem bilangan yaitu:
a) Bilangan Rasional
Seperti penjelasan di atas, bilangan rasional adalah sistem bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk pecahan a/b dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0. Misalnya: 0;
23; 1,25; dll.
b) Bilangan Irasional
Bilangan irasional adalah sistem bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
pecahan a/b namun dapat ditulis dalam bentuk desimal. Misalnya:
π (phi) = 3,14159 26535 89793 … ; e (euler) = 2,7182818…. ; dll.
Sifat bilangan riil berdasarkan operasi penambahan dan perkalian:

Sifat Penambahan Perkalian

Tertutup a + b = adalah bilangan real a × b = adalah bilangan real

Asosiatif a + (b + c) = (a + b) + c a × (b × c) = (a × b) × c

Komutatif a+b = b+a a×b = b×a

Mempunyai unsur identitas a+0 = a a×1 = a

Setiap bilangan punya invers a + (−a) = 0 a × (1/a) = 1, dengan a ≠ 0

Distributif a × (b + c) = (a × b) + (a × c)

jika a × b = 0, maka a = 0 atau b = 0


Tidak ada pembagi nol –
(atau keduanya)
3. Aturan Penting Bilangan Real
Berikut ini adalah aturan penting yang perlu diperhatikan dalam operasi hitung pada sistem
bilangan real:
a) Penjumlahan dan pengurangan berada pada tingkat yang sama.
b) Perkalian dan pembagian berada pada tingkat yang sama.
c) Operasi perkalian dan pembagian lebih tinggi tingkatannya daripada operasi
penjumlahan dan pengurangan sehingga harus dikerjakan terlebih dahulu.
d) Apabila terdapat operasi hitung campuran setingkat, maka yang harus dikerjakan terlebih
e) dahulu adalah yang terletak sebelah kiri.
f) Apabila dalam operasi hitung campuran terdapat tanda kurung, maka yang terlebih
dahulu dikerjakan adalah operasi hitung yang terletak pada tanda kurung.

4. Contoh Soal Operasi Hitung Bilangan Real


a) Hitunglah nilai dari 10 × 3 ∶ 5 + 6 × 4 ∶ 2 − 7 × 2 ∶ 1 = ⋯
10 × 3 ∶ 5 + 6 × 4 ∶ 2 − 7 × 2 ∶ 1
= (10 × 3): 5 + (6 × 4): 2 − (7 × 2): 1
= 30: 5 + 24: 2 − 14: 1 = (30: 5) + (24: 2) − (14: 1)
= 6 + 12 − 14 = 18 − 14 = 4. 2.
b) Hitunglah nilai dari 6: 3 + 7 × 5 − 3: (2 + 1) = ⋯
6: 3 + 7 × 5 − 3: (2 + 1)
= 6: 3 + 7 × 5 − 3: 3
= (6: 3) + (7 × 5) − (3: 3)
= 2 + 35 − 1 = 36.
1 4
c) Hitunglah nilai dari +
2 3

1 4 (1×3)+(2×4) 3+8 11
+ = = =
2 3 (2×3) 6 6

d) Hitunglah nilai dari (−2) × 5

(−2) × 5 = −10.

e) Hitunglah nilai dari (−3) × (−7)

(−3) × (−7) = 21
1 4
f) Hitunglah nilai dari :
2 3

1 4 1 3 11
: = x =
2 3 2 4 6

5. Persen
Suatu pecahan dapat ditulis dalam tiga cara , yaitu : pecahan biasa, pecahan desimal dan
persen. Persen berarti “ perseratus “ ditulis “ % “ yaitu pecahan yang berpenyebut 100. Untuk
mengubah bentuk pecahan biasa kebentuk persen dapat dilakukan dengan cara yaitu mengubah
pecahan biasa itu menjadi pecahan yang senilai dengannya dan berpenyebut 100 atau cara kedua
dengan mengalikan pecahan itu dengan 100 %. Dengan demikian setiap bilangan pecahan biasa
dapat di ubah ke bentuk yang lain atau sebaliknya, misalnya :
2
= 0,4 = 40 %
5

6. Perbandingan
Dalam membandingkan ukuran dua obyek terdapat dua cara, yaitu membandingkan
dengan cara mencari selisihnya sehingga dapat dikatakan mana yang lebih dari yang lain dan yang
kedua mengamati/mencari nilai perbandingan antara ukuran dari kedua obyek itu. Sebagai
contoh, tinggi badan Ani adalah 150 cm sedangkan Budi 160 cm. Jika cara membandingkan yang
dimaksud adalah siapa yang lebih tinggi maka jawabannya adalah Budi dengan selisih tinggi badan
= 160 cm – 150 cm = 10 cm. Namun jika yang ditanyakan adalah nilai perbandingan tinggi badan
15
Ani dengan Budi maka dapat dinyatakan dengan perbandingan : 150 cm : 160 cm = 15 : 16 =
16

Perbandingan a : b, dibaca “a berbanding b“. Ada dua macam perbandingan yang sering
dibicarakan antara lain :

A) Perbandingan senilai:
Apabila terdapat korespodensi satu-satu antara dua obyek dengan sifat bahwa nilai
perbandingan dua elemen di obyek pertama sama dengan nilai perbandingan dua elemen yang
bersesuaian di obyek kedua maka kedua obyek itu disebut berbanding senilai. Perbandingan
senilai digunakan juga dalam membuat skala pada peta atau membuat model. Grafik dari
perbandingan senilai berupa garis lurus, misalnya :
Contoh Perbandingan Senilai
300

250

200

150

100

50

0
1 2 3 4

Suatu kendaraan dengan kecepatan 60 km/jam, berarti :


Waktu = 1 2 3 ……………. n
jarak = 60 120 180 ……………. n. 60
Tampak bahwa nilai perbandingan lama perjalanan = nilai perbandingan jarak yang bersesuaian,
1 3
sehingga =
60 180

Jika waktu bertambah , maka jarak yang dicapai juga bertambah. Dapat dikatakan bahwa
perbandingan antara jarak dan waktu tetap yaitu 1 : 60. Dua variabel dengan perbandingan
demikian ini disebut perbandingan senilai. Yang dimaksud skala ialah perbandingan antara jarak /
panjang pada gambar dengan jarak / panjang yang sebenarnya.

B) Perbandingan berbalik nilai


Apabila terdapat korespodensi satu-satu antara dua obyek dengan sifat bahwa nilai
perbandingan dua elemen di obyek pertama berbalik nilainya dengan nilai perbandingan dua
elemen yang bersesuaian di obyek kedua maka perbandingan antara obyek pertama dengan
obyek kedua disebut perbandingan berbalik nilai. Misalnya :
Contoh Perbandingan Berbalik Nilai
70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3

Suatu pekerjaan , jika dikerjakan oleh 1 orang akan selesai 60 hari, jika 2 orang akan selesa 30 hari,
berarti :
Banyak orang 1 2 3 ……………. 60
waktu 60 30 20 ……………. 1
Jika banyak orang bertambah, maka banyak hari berkurang. Perbandingan banyak orang dan
banyak hari tidak tetap (tetapi hasil kali dua variabel tersebut tetap yaitu 60. Dua variabel dengan
perbandingan demikian ini disebut perbandingan berbalik nilai. Secara matematika, variabel yang
saling bergantungan tersebut adalah x dan y, sehingga x berubah dari x1 menjadi x2 dan y berubah
dari y1 menjadi y2, maka :
 Disebut perbandingan senilai, jika :
𝑥1 𝑥2
=
𝑦1 𝑦2

 Disebut perbandingan berbalik nilai jika :

𝑥1 𝑥2
=
𝑦2 𝑦1
III. Fungsi
1. Pengertian
Fungsi dalam istilah matematika merupakan pemetaan setiap anggota sebuah himpunan
(dinamakan sebagai domain) kepada anggota himpunan yang lain (dinamakan sebagai kodomain).
Istilah ini berbeda pengertiannya dengan kata yang sama yang dipakai sehari-hari, seperti “alatnya
berfungsi dengan baik.” Konsep fungsi adalah salah satu konsep dasar dari matematika dan setiap
ilmu kuantitatif. Istilah "fungsi", "pemetaan", "peta", "transformasi", dan "operator" biasanya
dipakai secara sinonim.

Anggota himpunan yang dipetakan dapat berupa apa saja (kata, orang, atau objek lain), namun
biasanya yang dibahas adalah besaran matematika seperti bilangan riil. Contohnya adalah sebuah
fungsi dengan domain dan kodomain himpunan bilangan riil adalah 𝑦 = 𝑓(2𝑥), yang
menghubungkan suatu bilangan riil dengan bilangan riil lain yang dua kali lebih besar. Dalam hal
ini kita dapat menulis 𝑓(5) = 10.

A B

a 1
i 2
u 3
e 4
o 5

Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A  B, yang artinya f memetakan A ke B. A


disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut codomain dari f. Relasi di bawah ini merupakan
fungsi dimana A mempunyai nilai a,i,u,e, dan o. Sedangkan B mempunyai nilai 1, 2, 3, 4, dan 5.

2. Fungsi dan Relasi


Konsep fungsi erat kaitannya dengan relasi. Contoh soal sederhana dari konsep fungsi Diketahui
fungsi y = f(x) = 2x2+4x-1 , maka nilai x = 2 adalah:

Cara penyelesaiannya:
Jika x = 2, maka
y = f(x) = 2x2+4x-1
y = f(2) = 2.22+4.2-1
=8+8–1
= 15
Jadi nilai fungsi f(x) = 2x2+4x-1 ketika x bernilai 2 adalah 15.
Relasi merupakan suatu kaitan dari unsur–unsur 2 bilangan sembarang. Pengertian relasi adalah
merupakan himpunan pasangan terurut yang merupakan himpunan bagian dari produk kartesius
antara wilayah dan kowilayah.

3. Syarat Fungsi
Fungsi juga merupakan relasi, hanya konsep fungsi lebih sempit dibanding dengan konsep relasi.
Syarat fungsi:
a) Unsur dari A harus seluruhnya muncul dalam pasangan terurut

b) Unsur dari A tidak boleh muncul dua kali atau lebih dari satu kali dalam pasangan terurut.

a mempunyai
A 2 nilai B

a 1
2

b 3
Ini merupakan salah satu contoh dari fungsi yang benar sesuai dengan aturan-aturan sebelumnya.

A
B

a 1
b
2
C
d 3

4
4. Macam-Macam Fungsi
A) Menurut Sifatnya
1. Fungsi Ke dalam (Into)
Fungsi satu-satu/ fungsi into/ fungsi injektif f : A B disebut fungsi satu-satu jika setiap anggota
A mempunyai bayangan yang berbeda, dengan kata lain tidak ada dua anggota A yang
mempunyai bayangan yang sama didalam B. Jadi jika f(a1) = f(a2) maka a1 = a2 atau jika a1
a2 maka f(a1) f(a2).

2. Fungsi Kepada (Surjektif)


Misalkan f : A B maka range f(A) B. Jika f(A) = B, yaitu setiap y B ada x A sehingga f(x) = y, maka
f disebut fungsi pada/ surjektif dari A ke B.

B) Menurut Jenis dan Fungsinya

B.1) Fungsi Aljabar

Fungsi aljabar adalah fungsi yang aturannya meliputi operasi aljabar (tambah, kurang, kali,
bagi, akar, dan pangkat).
 Fungsi Rasional
Fungsi rasional adalah fungsi yang variabel bebasnya berpangkat bilangan bulat . fungsi
rasional meliputi :
 Fungsi Polinom
Fungsi polinom merupakan fungsi suku banyak bentuknya
f(x) = an xn + an-1 xn-1 +…..+ a2x2 + a1x + a0
dengan an ≠ 0
a0 = suku tetap
an , an-1 , …..a, a0 = bilangan real
contoh fungi polinom : 2x3+ 4x2 +6x-5
5x2 + 4x -8 dst

 Fungsi Kubik
Fungsi kubik adalah fungsi yang berpangkat tiga.
Bentuknya f(x) = ax3 + bx2 +cx + d
dengan a≠ 0
Contohnya fungsi kubik : x3 + 2x2 + 5x +6

 Fungsi Linear

Fungsi linear adalah fungsi yang variabelnya berpangkat 1 dan grafiknya merupakan
garis lurus.

Bentuknya y = f(X) = ax + b dimana : a dan b = konstanta dan a≠ 0

Contoh dari fungsi linear: y = x+3

Langkah- langkah melukis fungsi grafik linear:

a. Tentukan titik potong dengan sumbu x, y = 0 diperoleh koordinat A( x1 ,0)


b. Tentukan titik potong dengan sumbu y, x = 0 diperoleh koordinat B (0, y1)
c. Hubungkan dua titik A dan B sehingga terbentuk garis lurus.

Contoh soal:

Buatlah grafik dari persaamaan y = x + 3

Penyelesaiannya

Pertama kita tentukan titik perpotongan pada kedua sumbu:

o Titik potong pada s umbu y, jika x bernilai 0 maka y bernilai:


y=x+3
y=0+3
y=3
o Titik potong pada sumbu x, jika y bernilai 0 maka x bernilai:
y=x+3
0=x+3
x = -3
o Kemudian kita tarik garis lurus dari titik koordinat tersebut, maka diperoleh
grafik sebagai berikut:

Soal Fungsi Linear:


Gambarlah grafik fungsi linear berikut ini :
1. F(x) = 2x + 5
2. F(x) = 7 – 2x
3. F(x) = 3x - 15

Jawab:
1. Titik potong pada s umbu y, jika x bernilai 0 maka y bernilai:
y = 2x + 5
y=0+5
y = 5 ............. (0,5)

Titik potong pada sumbu x, jika y bernilai 0 maka x bernilai:

y = 2x + 5
0 = 2x + 5
x = 2,5….........(2.5,0)
 Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat adalah fungsi yang berpangkat dua.
Sifat sifat grafik fungsi kuadrat:
a. Jika a > 0, maka grafik terbuka ke atas dan mempunyai titik balik minimum. (titik
puncaknya mempunyai nilai terkecil)
b. Jika a < 0, maka grafiknya terbuka ke bawah dan mempunyai titik balik
maksimum. (Titik puncaknya mempunyai niai terbesar)
c. Jika D merupakan deskriminan suatu fungsi kuadrat f(x) = ax² + bx + c, maka:
- Jika D > 0, maka grafik y = f (x) memotong sumbu x pada sua titik yang
berbeda
- Jika D < 0, maka grafik y = f(x) menyinggung sumbu x pada suatu titik.
- Jika D < 0, maka grafik y = f(x) tidak memotong sumbu x.
d. Bentuknya f(x) = ax2 + bx + c
Dengan a, b, c merupakan konstanta a≠ 0
Contoh : 4x2+6x +5
Grafik persamaanya y = ax2 + bx + c berbentuk parabola.
e. Langkah-langkah melukis grafik fungsi kuadrat:
- Tentukan titik potong dengan sumbu x, y = 0 diperoleh koordinat (x1,
0)
- Tentukan titik potong dengan sumbu y, x = 0 diperoleh koordinat (0,
y1)
- Menentukan titik puncak (xp,yp)
Xp = -b/2a Yp = D/-4a
Keterangan: Xp = Persamaan sumbu simetri
Yp = nilai maksimum atau minimum
D = Deskriminan (b ²-4ac)
- Kemudian hubungkan titik-titik koordinat tersebut sehingga
membentuk grafik parabola.

Contoh soal:

Gambarlah grafik fungsi kuadrat y = x²-4x-5


Jawaban:
a. Titik potong sumbu x,y=0
y = x² - 4x – 5 => 0 = (x – 5) ( x + 1), x = -1 dan 5
0 = x² - 4x – 5
Titik potong sumbu x (-1,0) dan (5,0)

b. Titik potong sumbu y,x = 0


y = x² - 4x - 5
y = (0)² - 4(0) – 5
y = -5
Maka titik potong sumbu y adalah (0,-5)
c. Persamaan sumbu simetri –b/2a
= -(-4)/2.1
=2

d. Nilai maks/ min b² - 4ac / -4a


= {(-4)² - 4.(1).(-5) / -4 (1)}
= 36 / -4
= -9

e. Titik puncak {(-b/2a), (b² - 4ac/-4a)} = (2,-9)

f. Maka grafiknya:

Soal Fungsi Kuadrat:

Gambarlah grafik fungsi kuadrat y = x² - 4x + 3

Jawaban:

Titik potong sumbu x,y=0


y = x² - 4x + 3 => 0 = (x – 1) (x - 3), x = 1 dan 3
0 = x² - 4x + 3
Titik potong sumbu x (1,0) dan (3,0)

Titik potong sumbu y,x = 0


y = x² - 4x + 3
y = (0)² - 4(0) + 3
y=3
Maka titik potong sumbu y adalah (0,3)

Persamaan sumbu simetri –b/2a


= -(-4)/2.1
=2

Nilai maks/ min b² - 4ac / -4a


= {(-4)² - 4.(1).(3) / -4 (1)}
= 16 - 12 / -4
= -1

Titik puncak {(-b/2a), (b² - 4ac/-4a)} = (2,-1)

Maka grafiknya:

 Fungsi Irrasional
Fungsi irrasional adalah fungsi yang variabel bebasnya terdapat di bawah tanda akar.

Contohnya y = √2x 2 − x + 3

B.2) Fungsi Transenden

Fungsi transenden adalah fungsi yang bukan merupakan fungsi aljabar.


 Fungsi Goneometri
Contoh: y = f(x) = 2 sin 3x + 12
 Fungsi Eksponen
Contoh: f(x) = 12x
 Fungsi Logaritma
Contoh: f(x) = 5log3x
 Fungsi Siklometa
Contoh: f(x) = arc sin x

B.3) Fungsi Mutlak

Fungsi Mutlak adalah suatu fungsi yang aturannya memuat nilai mutlak suatu bilangan real
x,dinyatakan dengan |x|,didefinisikan sebagai
𝑥 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0
|x| = {−𝑥 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0}

B.4) Fungsi dengan Parameter


Fungsi bentuk parameter merupakan fungsi y = f(x) yang disajikan dengan sepasang
persamaan : dengan t suatu parameter, maka untuk memperoleh dari sistem persamaan
tersebut adalah dengan diasumsikan y sebegai fungsi komposisi
𝑥 = 𝑓(𝑡)
{ },𝑡 ∈ 𝐷
𝑦 = 𝑔 (𝑡)

C) Menurut Letak Variabelnya


C.1) Fungsi Implisit
Fungsi Implisit merupakan lawan dari fungsi eksplisit jadi pada fungsi implisit perbedaan antar
variabel bebas dan variabel tidak bebas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Contohnya:
f(x,y)= 3x + 4y
C.2) Fungsi Eksplisit
Fungsi Eksplisit y terhadap x adalah fungsi dengan aturan y=f(x) yang memasangkan setiap
unsur di daerah asalnya dengan tepat satu unsur di daerah nilainya. Contohnya: y = 2x-5

D) Fungsi-Fungsi Khusus
D.1) Fungsi Identitas
f:A A dengan f(x) = x disebut fungsi satuan jika f memetakan setiap titik anggota A ke
dirinya sendiri.

D.2) Fungsi Konstan


Misalkan f: A B. Fungsi f disebut fungsi konstan jika setiap anggota A dipetakan ke satu
anggota B yang sama. Jadi jika x elemen A, maka f(x) = c (konstan)

D.3) Fungsi Komposisi


Jika fungsi f bekerja pada x untuk menghasilkan f(x) dan kemudian g bekerja pada f(x) untuk
menghasilkan g(f(x)), maka dikatakan bahwa kita telah mengkomposisikan g dengan f. Fungsi
yang dihasilkan disebut kompoosisi g dengan f, yang dinyatakan dengan g°f. Jadi (g°f)(x) =
g(f(x)). Sifat fungsi komposisi tidak komulatif f°g ≠g°f.
Contoh soal:
Diketahui rumus f(x) = x-4 dan g(x)=2x-6
Tentukan (f°g)(x) = …?
Penjelasan: (f°g)(x) = f(g(x))
= f(2x-6)
= (2x-6) – 4
= 2x-10
Soal Fungsi Komposisi, Jika f(x) = 2x + 6 dan g(x) = 2x2 + 6x – 7 maka (f°g) (x) = …?

Jawab:

(f°g) (x) = f(g(x))

= f(2x2 + 6x – 7)
= 2(2x2 + 6x – 7) + 6
= 4x2 + 12x – 14 + 6
= 4x2 + 12x – 8

IV. Limit dan Kekontinuan


1. Pengertian
Pengertian dan notasi dari limit suatu fungsi, f(x) di suatu nilai x = a diberikan secara intuitif
berikut.

Bila nilai f(x) mendekati L untuk nilai x mendekati a dari arah kanan maka dikatakan bahwa limit
fungsi f(x) untuk x mendekati a dari kanan sama dengan L dan di notasikan :

lim f ( x)  L (i)
xa 

Bila nilai f(x) mendekati l untuk nilai x mendekati a dari arah kiri maka dikatakan bahwa limit fungsi
f(x) untuk mendekati a dari arah kiri sama dengan 1 dan di notasikan :

lim f ( x)  l (ii)
x a 
Bila L = 1 maka di katakana bahwa limit fungsi f(x) untuk x mendekati a sama dengan L dan di
notasikan :

lim f ( x)  L (iii)
xa

Sedangkan bila L ≠ 1 maka dikatakan bahwa limit fungsi f(x) untuk mendekati a tidak ada.

Bentuk (i) dan (ii) disebut juga Limit Sepihak, sedangkan bentuk yang ke (iii) menyatakan bahwa
nilai limit fungsi pada suatu titik dikatakan ada bila nilai limit sepihaknya sama atau nilai limit kanan
(i) sama dengan nilai nilai limit kiri (ii).

2. Limit Kiri dan Limit Kanan


Jika x menuju c dari arah kiri (dari arah bilangan yang lebih kecil dari c, limit disebut limit kiri,
notasi :

lim f ( x ) x→c
x c 
Jika x menuju c dari arah kanan (dari arah bilangan yang lebih besar dari c, limit disebut limit
kanan, notasi :

lim f ( x ) c←x
x c
Hubungan antara limit dengan limit sepihak(kiri/kanan) :
lim f ( x)  L  lim f ( x)  L dan lim f ( x)  L
x c x c x c

jika lim f ( x )  lim f ( x) maka lim f ( x )


x c  x c x c

Contoh, diketahui :

 x2 , x  0

f ( x)   x , 0  x  1
2  x 2 , x  1

 Hitung lim f ( x)
x0

 Hitung lim f ( x) jika ada


x1

 Hitung lim f ( x)
x 2

a. Gambarkan grafik f(x)

Jawab:

a. Karena aturan fungsi berubah di x=0, maka perlu dicari limit kiri dan limit kanan di x=0, maka :

lim f ( x )  lim x 2  0
x 0 x0
lim f ( x)  0
x 0
lim f ( x )  xlim
0
x0 
x 0
b.Karena aturan fungsi berubah di x=1, maka perlu dicari limit kiri dan limit kanan di x=1, maka :

lim f ( x)  lim x  1
x 1 x 1 lim f ( x)  lim lim f ( x )
x 1 x 1
lim f ( x)  lim 2  x  3 2 x1
x 1 x1

Hasilnya tak ada

c. Karena aturan fungsi tidak berubah di x=2, maka tidak perlu dicari limit kiri dan limit kanan di x=2,
maka :

lim f ( x)  lim 2  x 2  6
x 2 x 2
d.

di x=1 limit tidak ada

Untuk x 0 Untuk 0<x<1 Untuk

f ( x)  2  x 2
f ( x)  x 2 f(x)=x
Grafik: parabola Grafik:garis lurus Grafik: parabola

3. Sifat-Sifat Limit
Misal lim f ( x)  L dan lim g ( x )  G , maka :
xa xa

a) lim [ f ( x)  g ( x)]  L  G
xa

b) lim [ f ( x)  g ( x)]  L  G
xa

c) lim [ f ( x). g ( x)  L.G


xa

f ( x) L
d) lim  , bila G  0
x a g ( x) G
e) lim n f ( x)  n lim f ( x)  n L untuk L  0 bila n genap
xa xa

Sebagai catatan bahwa sifat sifat di atas juga berlaku untuk limit sepihak, contoh :

 x 2  1, x  1
Selesaikan limit fungsi f(x) =  bila ada
2 x, x  1
a) lim f ( x)
x 1

b) lim f ( x)
x 1

Jawab :

a) lim f ( x)  lim ( x 2  1)  2
x1 x1

b) lim f ( x)  lim 2 x  2
x 1 x 1

Contoh :

x 2  3x  2
Selesaikan lim
x 2 x2  4
Jawab :

x 2  3x  2 ( x  2)( x  1) x  1 1 1
lim = lim = lim = 
x 2 x 4
2 x 2 ( x  2)( x  2) x  2 x  2 4 4
Fungsi f(x) dikatakan kontinu pada suatu titik x = a bila nilai limit f(x) pada x mendekati a sama dengan
nilai fungsi di x = a atau f(a). secara lebih jelas, f(x) dikatakan kontinu di x = a bila berlaku :

a) F(a) terdefinisi atau f(a) ∈ R

b) lim f ( x) ada, jika lim  f ( x) = lim  f ( x)


x a x  a x  a

c) lim f ( x)  f (a )
x a

Bila minimal salah satu dari persyaratan di atas tidak dipenuhi maka f(x) dikatakan tidak kontinu atau
diskontinu di x = a dan titik x = a disebut titik diskontinu.
Secara geometris, grafik fungsi kontinu tidak ada loncatan atau tidak terputus.
Fungsi f(x) dikatakan continue pada interval terbuka (a,b) bila f(x) kontinu pada setiap titik di dalam
interval tersebut. Sedangkan f(x) dikatakan Kontinue pada interval tutup [a,b] bila :

a) f(x) kontinu pada (a,b)

b) f(x) kontinu kanan di x = a  lim


x a 
f ( x)  f (a) 
c) f(x) kontinu kiri di x = b  lim
x  a 
f ( x)  f (b) 
Bila f(x) kontinu untuk setiap nilai x ∈ R maka di katakana f(x) kontinu atau kontinu di mana mana.

Contoh :

 x 2  2kx  1
 , x  1
Tentukan nilai k agar fungsi f(x) =  x 1 kontinu di x = -1
 x 2  2, x  1

Jawab :

Nilai fungsi di x = -1, f(-1) =

Sebab nilai limit kanan sama dengan 3 maka limit kiri juga sama dengan 3. Untuk itu pembilang dari
x 2  2kx  1
bentuk harus mempunyai faktor x + 1. Dengan melakukan pembagian pembilang oleh
x 1
penyebut di dapatkan

x 2  2kx  1  2k  2
= x + 2k -1 + dari sisa pembagian (-2k+2) sama dengan nol maka di dapatkan
x 1 x 1
k=1

4. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga

Pengertian limit tak hingga dan limit di tak hingga secara formal tidak diberikan seperti halnya pada
pengertian limit di suatu titik pada pembahasan terdahulu. Secara instuisi diberikan melalui contoh
berikut ini.

1
Misal diberikan fungsi f ( x)  . Maka nilai fungsi f(x) menuju tak hingga (∞) untuk x mendekati 1
x 1
dari kanan, sedangkan menuju minus tak hingga (−∞) untuk x mendekati 1 dari kiri. Pengertian tersebut
dapat dinotasikan dengan limit sebagai berikut :

lim f ( x)   dan lim f ( x)  


x 1 x 1

1
Bila f ( x)  maka didapat lim f ( x)   dan lim f ( x)  
( x  1) 2 x 1 x 1

atau dituliskan lim f ( x )  


x 1

Bentuk limit tersebut dinamakan Limit Tak hingga, yaitu nilai fungsi f(x) untuk mendekati 1 sama dengan
tak hingga (∞). Sedangkan bentuk limit di titik mendekati tak hingga di ilustrasikan berikut :

1
Misal diberikan fungsi f ( x)  , maka nilai fungsi akan mendekati nol bila nilai x menuju tak hingga
x
atau minus tak hingga, dinotasikan :

lim f ( x)  0 dan lim f ( x)  0


x  x  
1
Secara umum, limit fungsi dari f ( x)  , n ∈ B+ untuk x mendekati tak hingga atau minus tak hingga
xn
sama dengan nol, maka dapat dituliskan :

1 1
lim  0 atau lim 0
x  xn x   xn
p ( x)
Bila f(x) merupakan fungsi rasional, misal f ( x) 
q ( x)

dengan P(x) dan q(x) merupakan polinom

maka untuk menyelesaikan limit di tak hingga dilakukan dengan cara :

membagi pembilang [p(x)] dan penyebut [q(x)] dengan x pangkat tertinggi yang terjadi

Contoh :

3 x
Hitung lim
x 3 3 x
Jawab

Nilai dari pembilang untuk x mendekati 3 dari arah kanan adalah mendekati 6, sedangkan nilai penyebut
akan mendekati negative bilangan yang sangat kecil. BIla 6 dibagi oleh bilangan negative kecil sekali akan
menghasilkan bilangan yang sangat kecil.

Jadi

3 x
lim = -∞
x 3 3 x

V. Turunan
1. Pengertian
Turunan atau Derivatif dalam ilmu kalkulus merupakan pengukuran terhadap bagaimana fungsi
berubah seiring perubahan nilai input. Secara umum, turunan menyatakan bagaimana suatu
besaran berubah akibat perubahan besaran lainnya; contohnya, turunan dari posisi sebuah benda
bergerak terhadap waktu adalah kecepatan sesaat objek tersebut.

Proses dalam menemukan turunan disebut diferensiasi. Kebalikan dari turunan disebut dengan
antiturunan. Teorema fundamental kalkulus mengatakan bahwa antiturunan sama dengan
integrasi. Turunan dan integral adalah 2 fungsi penting dalam kalkulus.
2. Pembahasan
Definisi turunan dari y  f ( x ) terhadap x adalah:

dy f ( x  h)  f ( x)
y '  f ' ( x)   lim
dx h0 h

Contoh:

Dapatkan y ' dari y  x 3 !


Penyelesaian:
f ( x  h)  f ( x)
y '  lim
h 0 h
( x  h)  x 3
3
 lim
h 0 h
x  3x 2 h  3xh2  h 3  x 3
3
 lim
h 0 h
 lim 3x  3xh  h 2
2
h 0

 3x 2

3. Turunan Kanan dan Kiri


Turunan kanan dari y  f ( x ) pada x  x didefinisikan dengan

f ( x  h )  f ( x )
f ' ( x )  lim
h 0 h

Turunan kiri dari y  f ( x ) pada x  x didefinisikan dengan

f ( x  h )  f ( x )
f ' ( x )  lim
h 0 h

Suatu fungsi f (x ) mempunyai turunan pada x  x jika dan hanya jika

f ' ( x )  f ' ( x )

Persamaan garis singgung pada kurva y  f ( x ) pada titik x  x adalah

y  f ( x )  f ' ( x ).( x  x )
4. Aturan Berantai
y  f (v ) 
 dy dv
dan   y ' .
dv dx
v  h( x) 

Perluasan
Jika y  f1 (v1 ); v1  f 2 (v2 ); v2  f 3 (v3 ); ... ; vn1  f n ( x ) , maka

dy dv1 dv 2 dv
y'         n 1
dv1 dv 2 dv3 dx

5. Turunan Fungsi Invers


Jika y fungsi dari x dituliskan y  f ( x ) , maka dapat dikatakan juga bahwa pada interval

dy
tertentu x merupakan fungsi dari y. Selanjutnya jika  0 , maka:
dx

dx 1

dy dy
dx
6. Beberapa Rumus Turunan
Berikut beberapa fungsi turunan yang sering dipakai:

Fungsi Turunan (derivatif)nya


y  c , c konstanta y'  0

y  xn y '  nx n 1

y  u  v, y '  u ' v '


dimana u  f ( x ); v  g ( x )

y  uv y '  u' v  uv '

u u' v  uv'
y y' 
v v2

y  a log x, (a 0, a  1 ) y' 


1
x ln a

y  ln x 1
y' 
x

y  a x , (a 0, a  1 ) y '  a x ln a

y  ex y'  e x

y  uv  v du dv 
y'  u v   ln u  
 u dx dx 

y  sin x y '  cos x

y  cos x y '   sin x

y  tan x y '  sec 2 x

y = ctg x y '   cosec2 x

y  sec x y '  sec x tan x

y  cosec x y '   cosec x ctg x


7. Turunan Tingkat Tinggi
Turunan pertama dari y  f ( x ) terhadap x ialah y ' atau f ' ( x ) dan ini pada umumnya

merupakan fungsi dari x lagi. Jika dari y ' atau f ' ( x ) ini dicari turunannya, maka didapat turunan

d2y
kedua dari fungsi y  f ( x ) dan ditulis y " atau f " ( x ) atau
2
2
atau D y .
dx

Selanjutnya turunan tingkat n dari y  f ( x ) terhadap x didefinisikan oleh

d n y d  d n 1 y 
  
dx n dx  dx n 1 

Contoh:

Dapatkan y (n ) dari y  a x !

Jawab:

y ' a x ln a

y ' '  a x (ln a) 2

y ' ' '  a x (ln a) 3


………………

………………

y ( n )  a x (ln a) n

Rumus Leibnitz:

Jika y  uv dimana u  f (x ) dan v  g (x ) , maka turunan tingkat n, y n  D n (uv )


dirumuskan sebagai berikut:

1 1
D n (uv )  uD n v  nDuD n 1v  n( n  1) D 2 uD n 2 v  n( n  1)( n  2) D 3uD n 3v  ...
2! 3!
8. Turunan Fungsi Parametrik
 x  f (t )
Pandang fungsi parametrik: 
 y  h (t )

Dari x  f (t ) dapat dikatakan bahwa t  g (x ) , jadi y juga fungsi dari x, yaitu y  hg (x).

Dengan aturan berantai didapat bahwa:

Turunan Pertama

dy
dy dy dt dy 1
y'      Jadi y '  dt
dx dt dx dt dx dx
dt dt

Turunan Kedua

dy ' dy '
d ( y ' ) dy ' dt
y"     dt Jadi y"  dt
dx dt dx dx dx
dt dt

Turunan Ketiga

dy" dy"
d ( y" ) dy" dt
y' ' '     dt Jadi y ' ' '  dt
dx dt dx dx dx
dt dt

Selanjutnya dengan cara yang sama untuk turunan tingkat n didapat

dy ( n 1)
y (n)  dt
dx
dt
Contoh:
 x  ln t
Dapatkan y (n ) dari 
y  t
m

Penyelesaian:

mt m 1
y'   mt m
1
t

m 2 t m 1
y' '   m 2t m
1
t

m 3 t m 1
y' ' '   m 3t m
1
t
……………………

y (n)  m n t m

9. Turunan Fungsi Implisit


Pandang y fungsi dari x yang disajikan dalam bentuk implisit: f ( x, y )  0 . Turunan y ' didapat

sebagai berikut:

(1) Jika mungkin y dinyatakan sebagai bentuk eksplisit dari x, lalu diturunkan terhadap x.
(2) Setiap suku dalam f ( x, y )  0 diturunkan terhadap x. Karena y fungsi dari x, maka

setiap kali menurunkan y harus dikalikan dengan y ' , kemudian hubungan yang didapat

diselesaikan ke y ' , contoh:

Dapatkan y ' dari x 3  y 3  3axy  0 !

Penyelesaian:

3x 2  3 y 2 y'3a( y  xy ' )  0

3(ax  y 2 ) y '  3( x 2  ay)

x 2  ay
y '
ax  y 2
VI. Aplikasi Turunan
1. Garis Singgung pada Kurva
A. Gradien Garis Singgung

garis sekan
Y
garis sekan

garis sekan

B(x2, y2)
garis tangen /garis singgung
y2


y1 •
A(x1, y1)
• y = f(x)
X
x1 x2

Gambar 1

Perhatikan grafik di atas!

x2 = x 1 + x  x = x2 – x1
y2 = y 1 +  y   y = y2 – y1   y = f(x2) – f(x1)
Garis yang menghubungkan titik A dan titik B dinamakan garis sekan AB atau garis tali busur AB.
Gradien garis sekan AB adalah:

y
mAB =
x

f ( x2 )  f ( x1 )
=
x2  x1

f ( x1  x)  f ( x1 )
=
( x1  x)  x1

f ( x1  x)  f ( x1 )
=
x
Jika titik A bergerak sepanjang kurva y = f(x) mendekati titik B maka Δx semakin mengecil atau
dapat dikatakan Δx → 0. Bila titik A dan titik B berhimpit maka garis sekan AB akan menjadi garis
singgung kurva di titik B dengan gradien:

f ( x1  x)  f ( x1 )
m = lim (jika limitnya ada)
x  0 x
Dalam pembahasan turunan sebagai limit fungsi, gradien garis singgung disebut sebagai turunan
fungsi pada titik singgungnya, sehingga dapat:

m = f’(x1)

B. Persamaan Garis Singgung


Dalam pembahasan tentang gradien garis singgung pada kurva disebutkan bahwa gradien garis
singgung merupakan turunan kurva di titik singgungnya, sehingga persamaan garis sinngung
pada kurva y = f(x) di titik A (x1,y1) adalah:

y – y1 = m (x – x1)

Contoh:

Diketahui kurva y = x2 – 3x + 4 dan titik A (3,4)

a. Tentukan gradien garis singgung di titik A.


b. Tentukan persamaan garis singgung di titik A.
Alternatif penyelesaian:

y = x2 – 3x + 4

y’ = 2x – 3

a. Gradien garis singgung di titik A (3,4)


x = 3 disubtitusikan m = y’ maka

m = 2x – 3

= 2(3) – 3

= 6–3

= 3

b. Persamaan garis singgung di titik A (3,4)


y – y1 = m (x – x1)

y–4 = 3(x – 3)

y–4 = 3x – 9

y = 3x – 5 atau 3x – y – 5 = 0 atau 3x – y = 5

Jadi persamaan garis singgung pada kurva y = x2 – 3x + 4 dan titik A (3,4) adalah y = 3x – 5
atau 3x – y – 5 = 0 atau 3x – y = 5
2. Fungsi Naik dan Fungsi Turun

Y Y
f(x1)
f(x2)

f(x2)
f(x1)

X X
0 x1 x2 0 x1 x2

Gambar 2 Gambar 3

Dari gambar di atas dapat kita definisikan fungsi naik dan turun sebagai berikut:

a. Fungsi f(x) dikatakan naik jika untuk setiap x1, x2  S, x1 < x2 makaf(x1) < f(x2)
b. Fungsi f(x) dikatakan turun jika untuk setiap x1, x2  S, x1 < x2 makaf(x1) > f(x2) :

Contoh:

Tunjukkan grafik fungsi f(x) = 2x3 , x  R dan x > 0 adalah fungsi naik!
Alternatif penyelesaian:

f(x) = 2x3 , x  R dan x > 0. Ambil sembarang x1, x2  R dengan 0 < x1 < x2
3
x = x1 maka f(x1) = 2 x1

3
x = x2 maka f(x2) = 2 x 2

3 3
Karena 0 < x1 < x2 maka 2 x1 < 2 x 2

3 3
Karena 2 x1 < 2 x 2 maka f(x1) < f(x2)

Dengan demikian untuk setiap x1, x2  S, x1 < x2 makaf(x1) < f(x2).

Jadi dapat disimpulkan f(x) = 2x3 adalah fungsi naik.


 Aplikasi Turunan dalam Permasalahan Fungsi Naik dan Fungsi Turun
Perhatikan grafik di bawah ini!

Y y = x4 – 2x2

Garis singgung

Garis singgung

Garis singgung
Garis singgung

Gambar 4

Pada konsep persamaan garis lurus, gradien garis adalah tangen sudut yang dibentuk oleh garis
itu sendiri dengan sumbu x positif. Pada persamaan garis singgung, gradien adalah tangen sudut
garis tersebut dengan sumbu x positif sama dengan nilai turunan pertama fungsi di titik
singgungnya.

Dari gambar di atas nampak bahwa:

a. Jika garis singgung menyinggung di grafik fungsi naik maka garis singgung akan membentuk
sudut terhadap sumbu X positif di kuadran I. Hal ini menyebabkan besar gradien adalah positif
atau m = f '(x) > 0.
b. Jika garis singgung menyinggung di grafik fungsi turun maka garis singgung akan membentuk
sudut terhadap sumbu X positif di kuadran IV. Hal ini menyebabkan besar gradien adalah
negatif atau m = f '(x) < 0.

Kesimpulan:

a. Fungsi f(x) disebut fungsi naik jika f’(x) > 0


b. Fungsi f(x) disebut fungsi turun jika f’(x) < 0
Contoh:

Tentukan pada interval mana fungsi f(x) = x3 + 9x2 + 15x + 4 merupakan :

a. Fungsi naik
b. Fungsi turun
Alternatif penyelesaian:

f(x) = x3 + 9x2 + 15x + 4

Dicari turunan dari f(x) = x3 + 9x2 + 15x + 4, yaitu f’(x) = 3x2 + 18x + 15

a. Syarat fungsi naik


f’(x) > 0

3x2 + 18x + 15 > 0

x2 + 6x + 5 > 0

(x+1) (x+5) > 0

Pembuat nol fungsi f’(x)

x = -1 atau x = -5

(+) (-) (+)


O O
-5 -1

Uji tanda interval:

Untuk x = 0 disubtitusikan ke (x+1) (x+5) = 5 (+)

Untuk x = -2 disubtitusikan ke (x+1) (x+5) = -3 (-)

Untuk x = -6 disubtitusikan ke (x+1) (x+5) = 5 (+)

Jadi fungsi naik pada interval x < - 5 atau x > -1

b. Syarat fungsi turun


f’(x) < 0

3x2 + 18x + 15 < 0

x2 + 6x + 5 < 0

(x+1) (x+5) < 0

Pembuat nol fungsi f’(x)

x = -1 atau x = -5

(+) (-) (+)


O O
-5 -1

Jadi fungsi turun pada interval -5 < x < -1


3. Nilai Stasioner Suatu Fungsi dan Jenis-Jenisnya
A. Pengertian Titik Stasioner dan Nilai Stasioner
Grafik fungsi dapat naik kemudian turun sehingga fungsi tersebut memiliki nilai maksimum pada
interval tertentu. Sebuah fungsi dapat pula turun kemudian naik kembali sehingga fungsi
memiliki nilai minimum pada interval tertentu.
Perhatikan gambar di bawah ini!

C(x3,y3)

A(x1,y1)

D(x4,y4)
B(x2,y2)
Gambar 5
Dari gambar di atas nampak bahwa garis singgung merupakan garis horisontal sehingga
gradiennya = 0 (nol). Gradien garis singgung adalah tangen sudut yang dibentuk oleh garis itu
sendiri dengan sumbu x positif atau turunan pertama dari titik singgungnya. Garis singgung
tersebut menyinggung kurva di titik puncak/optimal, di absis x = x1, x = x2, x = x3, dan x = x4.
Sebuah fungsi akan mencapai optimal (maksimum/minimum) pada suatu daerah jika m = f '(x) =
0. Titik yang memenuhi f '(x) = 0 disebut titik stasioner..

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa:


a. Titik stasioner atau titik ekstrim suatu fungsi adalah titik pada kurva f(x) di mana gradien
garis singgung kurva di titik tersebut bernilai nol atau f’(x) = 0
b. Nilai stasioner atau nilai ekstrim suatu fungsi adalah nilai fungsi f di titik stasioner itu

B. Jenis - Jenis Stasioner


Untuk mencari jenis-jenis stasioner maka terlebih dahulu akan dibahas tentang turunan kedua
suatu fungsi. Turunan kedua suatu fungsi f(x) adalah hasil turunan pertama fungsi f(x) yang
diturunkan lagi.
d2y d2 f
2 2
Notasi dari turunan kedua adalah: y”, f”(x), dx , atau dx .
Contoh:
Tentukan turunan kedua dari fungsi f(x) = x4 - 2x2 + 4x – 5!

Alternatif penyelesaian:
f(x) = x4 - 2x2 + 4x – 5
f’(x) = 4x3 - 4x + 4
f”(x) = 12x2 - 4
Jadi turunan kedua dari fungsi f(x) = x4 - 2x2 + 4x – 5 adalah f”(x) = 12x2 - 4
Telah dijelaskan bahwa sebuah fungsi akan mencapai optimal (maksimum/minimum) pada suatu
daerah jika m = f '(x) = 0. Karena f'(x1) = 0, f’(x2) = 0, f'(x3) = 0 dan f'(x4) = 0, maka kurva turunan
pertama fungsi melalui sumbu x di titik (x1, 0), (x2, 0), (x3, 0) dan (x4, 0) sebagaimana
digambarkan pada gambar 6 di bawah ini.

y’ = f’(x)

Gambar 6

Bila gradien garis singgung pada kurva f(x) adalah turunan pertama dari titik singgungnya, maka
gradien garis singgung pada kurva turunan pertama fungsi f(x) adalah turunan kedua di titik
singgungnya.
a. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x1) di titik (x1, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran IV sehingga f”(x1) < 0
b. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x2) di titik (x2, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran I sehingga f”(x2) > 0
c. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x3) di titik (x3, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran IV sehingga f”(x3) < 0
d. Persamaan garis singgung pada kurva y’ = f’(x) dengan gradien f”(x4) di titik (x4, 0) akan
memotong sumbu X di kuadran I sehingga f”(x4) > 0
.
Dari keterangan di atas dapatlah ditarik sebuah kesimpulan mengenai jenis-jenis stasioner
sebagai berikut:
Misalkan f adalah fungsi bernilai real yang kontinu dan memiliki turunan pertama dan kedua
pada x1 ∈ I sehingga:
a. Jika f '(x1) = 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut stasioner/kritis
b. Jika f '(x1) = 0 dan f "(x1) > 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut titik balik minimum fungsi
c. Jika f '(x1) = 0 dan f "(x1) < 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut titik balik maksimum fungsi
d. Jika f ''(x1) = 0 maka titik (x1, f(x1)) disebut titik belok fungsi
4. Sketsa Kurva Suatu Fungsi dengan Konsep Turunan
Berdasarkan konsep turunan yang diperoleh di atas, maka kita dapat menggambar kurva suatu fungsi
dengan menganalisis titik stasioner, fungsi naik atau turun, titik optimalnya (maksimum atau
minimum) dan titik belok.

Adapun langkah-langkah membuat sketsa kurva suatu fungsi adalah:

1. Menentukan nilai pembuat nol fungsi


2. Menentukan titik stasioner
3. Menentukan interval fungsi naik/turun
4. Menentukan titik balik fungsi.
5. Menentukan titik belok
6. Menentukan beberapa titik bantu

Contoh:

Analisis dan sketsalah kurva fungsi f(x) = x4 – x2!

Langkah 1 : Menentukan nilai pembuat nol fungsi

f(x) = 0

 x4 – x2 = 0
 x2(x2 – 1) = 0
 x = 0, x = - 1, dan x = 1
Jadi, kurva melalui sumbu x pada titik (-1,0), (0,0), dan (1,0)

Langkah 2 : Menentukan titik stasioner

f’(x) = 0

 4x3 – 2x = 0
 x(2x2 – 1) = 0
1 1
 x = 0, x = - 2 , dan x = 2
2 2
Untuk x = 0 maka nilai f(0) = 0
4 2
1 1  1   1  1 1 1
Untuk x = - 2 maka nilai f(- 2 ) =  2    2 =   
2 2  2   2  4 2 4
4 2
1 1 1  1  1 1 1
Untuk x = 2 maka nilai f( 2)=  2  2 =   
2 2 2  2  4 2 4

1 1 1 1
Jadi, titik stasioner fungsi adalah (0,0), (- 2 ,- ), atau ( 2 , - ).
2 4 2 4
Langkah 3 : Menentukan interval fungsi naik/turun

Interval pembuat fungsi naik adalah:

f’(x) > 0

 4x3 – 2x > 0
 x(2x2 – 1) > 0
1 1
Pembuat nol pertidaksamaan: x = 0, x = - 2 , dan x = 2
2 2
(-) (+) (-) (+)
O O O

- 0

1 1 1
Jadi, fungsi akan naik pada - 2 < x < 0 atau x > 2 dan fungsi akan turun pada x < - 2
2 2 2
1
atau 0 < x < 2.
2

Langkah 4 : Menentukan titik balik fungsi

Menentukan turunan kedua fungsi

f’(x) = 4x3 – 2x

f”(x) = 12x2 – 2

Untuk x = 0 maka nilai f”(0) = - 2 < 0


2
1 1  1  1
Untuk x = - 2 maka nilai f”(- 2 ) = 12   2  = 12   = 6 > 0
2 2  2  2
2
1 1 1  1
Untuk x = 2 maka nilai f”( 2 ) = 12  2  = 12   = 6 > 0
2 2 2  2
1 1 1 1
Jadi titik (0,0) adalah titik balik maksimum, titik (- 2 ,- ) dan titik ( 2 , - ) adalah titik balik
2 4 2 4
minimum

Langkah 5 : Menentukan titik belok

Titik belok dicapai apabila f”(x) = 0 sehingga:

12x2 – 2 = 0
 6x2 – 1 = 0
1
 x2 =
6
1 1
x=  6 atau x = 6
6 6
4 2
1  1   1 
1
Untuk x =  6 maka nilai f(  6 ) =  6    6 =
6 6  6   6 
36 7776 7740
 
46656 46656 46656
4 2
1 1 1  1  36 7776 7740
Untuk x = 6 maka nilai f( 6)=  6  6 =  
6 6 6  6  46656 46656 46656

1 7740 1 7740
Jadi titik belok fungsi adalah (  6 , ) atau ( 6 , )
6 46656 6 46656
Langkah 6 : Menentukan beberapa titik bantu

1 1
x 
2 2
3 3
y = x4 – x2  
16 16
(x,y) 1 3 1 3
( , ) ( , )
2 16 2 16
y = x 4 – x2
Y

naik
turun

Titik belok
VII. Integral
1. Pengertian
Sebuah integral tertentu dari sebuah fungsi dapat digambarkan sebagai
area yang dibatasi oleh kurva fungsinya.

Integral adalah sebuah konsep penjumlahan secara berkesinambungan dalam matematika, dan
bersama dengan inversnya, diferensiasi, adalah satu dari dua operasi utama dalam kalkulus.
Integral dikembangkan menyusul dikembangkannya masalah dalam diferensiasi di mana
matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang berkebalikan dengan
solusi diferensiasi. Lambang integral adalah ∫

2. Pembahasan
Misal f(x) suatu fungsi yang didefinisikan pada [a,b], selanjutnya f(x) dikatakan terintegralkan
(integrable) pada [a,b]

n
jika lim  f ( xi )xi ada.
P 0 i 1

b
Selanjutnya  f ( x)dx disebut Integral Tentu (Integral Riemann) f(x) dari a ke b, dan
a
didefinisikan

b n
 f ( x)dx = lim  f ( xi )xi .
a P 0 i 1
b
 f ( x)dx menyatakan luas daerah yang tercakup diantara kurva
a

b
y = f(x) dan sumbu x dalam selang [a,b], jika  f ( x)dx bertanda negatif maka menyatakan luas
a
daerah yang berada dibawah sumbu x.

3. Sifat-Sifat Integral Tentu


A. Sifat Penambahan Selang
Teorema :

Jika f(x) terintegralkan pada suatu selang yang memuat tiga titik a, b dan c, maka :

c b c
 f ( x)dx =  f ( x)dx +  f ( x)dx bagaimanapun urutan a, b dan c.
a a b

Contoh :

2 1 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2
1.  x dx   x dx   x dx 2.  x dx   x dx   x dx
0 0 1 0 0 3
2 1 2
2 22
3.  x dx   x dx   x dx
0 0 1

B. Sifat Simetri
Jika f(x) fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat
f(-x) = f(x) , maka:
a a
 f ( x)dx = 2  f ( x)dx dan
a 0
Jika f(x) fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat
f(-x) = - f(x), maka

a
 f ( x)dx = 0.
a
Contoh :

  
 x  x  x 1
1.  cos 4 dx  2  cos 4 dx  8  cos 4 . 4 dx 4 2
   0   0  
5 x5
2.  2
dx = 0
5 x  4

Secara lebih umum, sifat-sifat integral tertentu adalah:


Jika f(x) dan g(x) kontinu pada interval [a,b] dan k  Real dan f(x), g(x)

terintegralkan pada interval tersebut, maka:

b
b
1. a
kf ( x)dx  k  f ( x)dx
a

b b b
2.  [ f ( x)  g ( x)]dx   f ( x)dx   g ( x)dx
a a a

b b b
3.  [ f ( x)  g ( x)]dx   f ( x)dx   g ( x)dx,
a a a

a
4.  f ( x)dx  0
a

b a
5.  f ( x)dx   f ( x)dx , jika b < a
a b

b c b
6.  f ( x)dx   f ( x)dx   f ( x)dx , c  (a, b)
a a c

a
7.  f ( x)  0, jika f(-x) = -f(x)
a
a a
8. 
a
f ( x)dx = 2  f ( x)dx , jika f(-x) = f(x)
0

b
d
9. Jika F(u) =  f ( x)dx , maka du F (u)  f (u)
a

b
10.  f ( x)dx = (b-a) f ( x
a
o ) untuk paling sedikit x = x o antara a dan b.

b b
11. 
a
f ( x)dx   g ( x)dx jika dan hanya jika f(x)  g(x) untuk setiap x  [a,b].
a

x 
12. D   f (t )dt   f ( x)
x a 

4. Teorema Dasar Kalkulus


Teorema dasar Kalkulus memberikan kemudahan untuk menghitung Integral Tentu, berikut
teorema tersebut :

b
Misal f(x) kontinu pada [a,b] dan F(x) sebarang anti turunan f(x), maka  f ( x)dx = F(b) – F(a)
a
b
Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = [ F ( x)]a

Contoh :
Perlihatkan bahwa jika r  Q dan r  -1, maka

b
r b r 1 a r 1
 x dx  r  1  r  1
a
Jawab :

x r 1
Karena F(x) = suatu anti turunan dari f(x) = xr, maka menurut teorema dasar Kalkulus
r 1
b
r b r 1 a r 1
 x dx  F (b)  F (a)  
r 1 r 1
a

Integral tentu sebagai operator linear, yaitu bersifat :


Misal f(x) dan g(x) terintegralkan pada [a,b] dan k suatu konstanta, maka:

b b
a.  kf ( x)dx  k  f ( x)dx
a a
b b b
b.  [ f ( x)  g (x)]dx =  f ( x)dx +  g ( x)dx
a a a

Contoh :

2
2
Hitung  (4 x  6 x )dx
1

Jawab :

2 2
2
2
2
2
2  x2   x3 
 (4 x  6 x )dx  4  xdx  6  x dx = 4  2   6 3 
1 1 1   1   1

 4 1 8 1
= 4    6   =  12
 2 2  3 3

VIII. Integral Tak Wajar


1. Pengertian
Sebelum membahas konsep tentang integral tak wajar, perlu diingat kembali teorema dasar
kalkulus pada integral tertentu.

Teorema:

Misal f(x) adalah fungsi yang kontinu dan terintegralkan pada I = [a,b], dan F(x) sebarang antiturunan
pada I, maka

 f ( x)dx = F ( x)  F (b)  F (a)


b
a
a

Contoh :
4
 1 2
4
1.  (1  x)dx   x  x 
2  2 2

= (4- ½ .16) – (2- ½ 4)

= -4 – 0

= -4

 ln 1  x 
2
dx
2. 
1
1 x 1

= ln (1+2) – ln (1+1)

= ln 3 – ln 2

2
dx
3. 
1 1 x
, tidak dapat diselesaikan dengan teorem di atas karena integran

1
f(x) = tidak terdefinisi pada x = 1.
1 x

1
dx 1
4. 
1
x
, tidak dapat diselesaikan dengan teorema di atas, karena integran f(x) =
x

tidak terdefinisi di x = 0

Dengan demikian tidak semua integral fungsi dapat diselesaikan dengan teorema dasar kalkulus.
Persoalan-persoalan integral seperti pada contoh 3 dan 4 dikategorikan sebagai integral tidak wajar.

b
Bentuk  f ( x)dx disebut Integral Tidak Wajar jika:
a

a. Integran f(x) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik yang tidak kontinu (diskontinu) di [a,b],
sehingga mengakibatkan f(x) tidak terdefinisi di titik tersebut.
b
Pada kasus ini teorema dasar kalkulus  f ( x)dx = F(b) – F(a) tidak berlaku lagi.
a

Contoh :

4
dx
1)  4  x , f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4 atau f(x) kontinu di [0,4)
0
2
dx
2) 
1 x 1
, f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 1 atau f(x) kontinu di (1,2]

4
dx
3)  2
, f(x) tidak kontinu di x = 2  [0,4] atau f(x) kontinu di [0,2)  (2,4]
0
(2  x) 3

b. Batas integrasinya paling sedikit memuat satu tanda tak hingga



dx
1) x
0
2
4
, integran f(x) memuat batas atas di x = 

e dx , integran f(x) memuat batas bawah di x = - 


2x
2)



dx
3)  1  4x

2
, integran f(x) memuat batas atas di x =  dan batasa bawah di x = - 

Pada contoh a (1,2,3) adalah integral tak wajar dengan integran f(x) tidak kontinu dalam batas-
batas pengintegralan, sedangkan pada contoh b (1, 2, 3) adalah integral tak wajar integran f(x)
mempunyai batas di tak hingga (  ). Integral tak wajar selesaiannya dibedakan menjadi Integral tak
wajar dengan integran tidak kontinu Integral tak wajar dengan batas integrasi di tak hingga

2. Integral Tak Wajar dengan Integral Diskontinu

A. f(x) kontinu di [a,b) dan tidak kontinu di x = b


Karena f(x) tidak kontinu di x = b, maka sesuai dengan syarat dan definsi integral tertentu integran
b b 
harus ditunjukkan kontinu di x = b -  (   0  ), sehingga 
a
f ( x)dx  lim
 0  f ( x)dx
a

b t
Karena batas atas x = b -  (x  b  ), maka 
a
f ( x)dx  lim
t b
  f ( x)dx
a

Perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

4 4
dx dx
1) 
0
 lim
4  x  0 
0 4 x
, f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4, sehingga

4 
=
 lim  2 4  x 
 0  0

= -2 lim
 0 
 4  (4   )  (4  0) 
= -2 ( lim   4)
 0

= -2(0-2)

=4

Cara lain :

4 t
dx dx

0
 lim 
4  x t 4 0 4  x

= lim  2 4  x
t 4
 t
0


= lim  2 4  t  2 4  0
t 4

= -2(0)+2(2)

=4

2
dx 1
2) 
2 4 x 2
, f(x) =
4  x2
Fungsi di atas tidak kontinu di x = 2 dan x = -2, sehingga:

2 2
dx dx
maka 
2 4 x 2
2
4  x2
0

2
dx
=2  0 4  x2

2 
 x
= 2 Lim arcsin
 0  2  0


=2(  0)
2

= 

f(x) kontinu di (a,b] dan tidak kontinu di x = a


Karena f(x) tidak kontinu di x = a, maka sesuai dengan syarat dan definsi integral tertentu
b
  0  f ( x)dx  lim

integrannya harus ditunjukkan kontinu di x = a + ( ), sehingga
0 
a

 f ( x)dx
a 

Karena batas bawah x = a +  (x  a  ) maka dapat dinyatakan dalam bentuk lain:

b b


a
f ( x)dx  lim
t a 
 f ( x)dx
t

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini.

4 4
3dx 3dx
1) 
3
 lim 
x  3 t 3 t x  3


= lim 3(2) x  3
t 3

4
t


= lim 6 4  3  6 t  3
t 3

= 6(1) – 6(0)

=6

1 1
dx dx
2) 
0
 lim 
x  0 0  x
,f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 0 sehingga diperoleh:

 
1 1
dx
 x
 lim 2 x
 0
0 0 


= lim 2 1  2 0  
 0

=2–0

=2

c. f(x) kontinu di [a,c)  (c,b] dan tidak kontinu di x = c

Karena f(x) tidak terdefinisi di x = c, maka sesuai dengan syarat dan definsi integral tertentu

integrannya harus ditunjukkan kontinu di x = c +  dan x = c -  (   0  ), sehingga


b c b


a
f ( x)dx   f ( x)dx   f ( x)dx
a c

c  b
= lim
 0 
a
f ( x)dx + Lim
 0
 f ( x)
c

Dapat juga dinyatakan dengan :

b t b

 f ( x)dx 
a
lim
t b
  f ( x)dx
a
+ lim
t a 
 f ( x)dx
t

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini.

4
dx
1) 
0
3
x 1
, f(x) tidak kontinu di x = 1, sehingga diperoleh

1 4
dx dx

0
3
x 1
dx   3
1 x 1
, berdasarkan contoh sebelumnya didapat:

1  4
dx dx
lim
 0  
0
3
 lim  3
x  1  0 1 x  1

1  4
3 2
 3 2

= lim  ( x  1) 3   lim  ( x  1) 3 
 0 2  0 2
 0  1 

3  2 2
 3  2 2

= lim (1   )  1)  (0  1) 3  
3
lim (4  1)  ((1   )  1) 3 
3
2  0   2  0
 

3
= ( 1  3 9 )
2

8 1

2)  x 3 dx, f(x) tidak kontinu di x = 0, sehingga diperoleh
1

0 1 8 1
 
 x 3 dx   x 3 dx
1 0

0  1 8 1
 
= lim
 0 
1
x 3 dx  lim
 0  x 3 dx
0 
0  8
3 2  3 2 
= lim  x 3   lim  x 3 
 0 2
  1  0  2  0 

3 9
= - 6 =
2 2

3. Integral Tak Wajar dengan Batas Tak


Terhingga
Bentuk integral tak wajar dengan batas tak hingga jika sekurang-kurangnya batas-batas
integrasinya memuat tak hingga. Selesaiannya berbeda dengan integral tak wajar yang
integrannya tidak kontinu di salah satu batas intergrasinya.

A. Intergral tak wajar dengan batas atas x =  .


Selesaiannya cukup dengan mengganti batas atas dengan sebarang variable dimana variable
tersebut mendekati tak hingga. Dengan demikian integral tak wajar dengan batas atas tak hingga
mempunyai selesaian berbentuk.

 t

 f ( x)dx  lim  f ( x)dx


a
t 
a

Perhatikan contoh berikut ini :

 t
dx dx
1)  2 = lim  2
0
x 1 t  
0
x 4
t
1 x
= lim arctan 


t  2 2 0

1 t 1 
= lim  arctan  arctan 0

t  2 2 2 


=(½. - ½ .0)
2


=
4
 t
dx dx
2) 1 x 2 = lim
t  x
1
2

t
 1
= lim  
t 
 x 1

t
 1 
= lim   1
t 
 t 1

=1

B. Integral tak wajar dengan batas bawah di x = - 


Selesaiannya cukup dengan mengganti batas bawah dengan sebarang variable dimana variable
tersebut mendekati (negative) tak hingga. Dengan demikian integral tak wajar dengan batas
bawah tak hingga mempunyai selesaian:

a a



f ( x)dx  lim
t    f ( x)dx
t

Perhatikan contoh berikut ini:

0
0 1 
lim  e2 x 
e
2x
1. dx = t    2 t


1 1 
= lim  .1  e 2t 
2
t   2 

=½-0


0
0
dx  1 
2.   (4  x)2 = tlim
   ( 4  x ) 
 t
 1 1 
lim   
=  (4  t ) (4  0) 
t  

1
=0+
4

C. Integral tak wajar batas atas x =  dan batas bawah di x = - 


Khusus untuk bentuk integral ini diubah terlebih dahulu menjadi penjumlahan dua integral tak
 a 
wajar dengan 

f ( x) x 

 f ( x)dx   f ( x)dx , sehingga bentuk penjumlahan integral tak
a

wajar ini dapat diselesaikan dengan cara a dan b tersebut di atas, atau diperoleh bentuk:

 a 



f ( x) x  

f ( x)dx   f ( x)dx
a

a t
= lim
t   
t
f ( x)dx  lim  f ( x)dx
t 
a

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini:


dx
1.  1  4x

2

0 
dx dx
=  

1  4x 2
0
1  4x2

lim arctg 4 xt + lim arctg 4 x0


0 t
=
t   t 


=
2
 0 
e x dx e x dx e x dx
2.  e2 x  1 =

 e2 x  1  e2 x  1

+
0

0 t
e x dx e x dx
= lim
t   t e2 x  1 t ` 0 e2 x  1
+ lim

0 t
= lim (arc tgn e x ) + lim (arc tgn e x ) 0
t   t t 

   
=   0 =
2 4 4 2
Referensi
1. Latorre, Donald R.; Kenelly, John W.; Reed, Iris B.; Biggers, Sherry (2007), Calculus
Concepts: An Applied Approach to the Mathematics of Change, Cengage Learning, hlm.
2, ISBN 0-618-78981-2, Chapter 1, p 2
2. Wrede, Robert (2007). "Bilangan". Schaum Outlines:Teori dan Soal-Soal Kalkulus Lanjut.
Penerbit Erlangga.
3. https://kalkulus.mipa.ugm.ac.id/pre/real/
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_(matematika)
5. https://www.studiobelajar.com/turunan-fungsi/
6. https://www.yuksinau.id/integral-tak-tentu/
7. https://www.slideshare.net/kevyn52/03-limit-dan-kekontinuan
8. https://www.slideshare.net/dinanabila1/integral-tak-wajar-kalkulus-2
9. Dale Varberg., Edwin J. Purcell. 2001. Kalkulus Jilid I (edisi 7). Alih Bahasa I Nyoman Susila.
Batam: Interaksara.
10. Koko Martono, 1993. Kalkulus Integral I. Bandung: Alva Gracia
11. Apostol, Tom M. (1974), Mathematical Analysis (2nd ed.), Menlo Park: Addison-Wesley,
LCCN 72011473
12. Stewart, James (2008). Calculus: Early Transcendentals (6th ed.). Brooks/Cole. ISBN 978-
0-495-01166-8.
13. Larson, Ron; Edwards, Bruce H. (2010). Calculus of a single variable (Ninth ed.).
Brooks/Cole, Cengage Learning. ISBN 978-0-547-20998-2.
14. Verberg, Dale.Kalkulus Jilid 1 / Dale Varberg, Edwin J. Purcell, Steven E Rigdon ; Alih
Bahasa, I Nyoman Susila ; Editor, Lemada Simarmata .2008.
15. Purcell, Edwin J., Varberg, Dale, Rigdon, Steven E.. (2003). Kalkulus jilid 2=calculus (Ed.4).
Jakarta: Erlangga.
16. LEITHOLD, Louis, NABABAN, S.M. DR., HUTAHAEAN, E., Drs, SANTOSO, Widianti, Dra.,
MARTONO, Koko, Drs.. (1991). Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik, Jilid 3 (ed. v). JAKARTA:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai