Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KAPITA SELEKTA MATEMATIKA

Tentang:

BILANGAN CACAH

Disusun oleh :

Ifdahul Rosidah : 2014070014

Dosen Pembimbing :

Dorisno M. Pd.

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH-A


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1444H/2023M
MATERI BILANGAN CACAH

A. Pengertian Bilangan Cacah

Bilangan (number) dapat diartikan sebagai: Suatu ukuran dari besaran,


tetapi juga dipakai dalam suatu cara abstrak (tak berwujud) tanpa
menghubungkannya dengan `berapa banyak` atau pengukurannya”1. Pada
operasi hitung selanjutnya akan dibahas tentang bilangan kardinal (cardinal
number), yaitu yang berhubungan dengan bilangan cacah (whole numbers),
yang didefinisikan sebagai gabungan bilangan asli (natural numbers) dengan
bilangan 0 (nol), bilangan asli itu sendiri adalah himpunan A = {1, 2, 3, ..)
2
Jadi bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai himpunan C = {0, 1, 2,3, }.
Dalam membilang biasanya kita mulai dari 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga)
dan seterusnya sesuai dengan objek yang kita bilang. Membilang yang
demikian merupakan system bilangan asli. Lain halnya jika membilang kita
mulai dari tidak ada, yang dilambangkan dengan 0 (nol), 1, 2, 3, Bilangan
demikian disebut bilangan cacah.
Himpunan bilangan cacah adalah {0, 1, 2, 3, }, himpunan yang
diperoleh dengan memasukkan bilangan nol ke himpunan bilangan asli.
Bilangan tersebut jika digambarkan dalam garis bilangan adalah sebagai
berikut.

B. Operasi Hitung Bilangan Cacah dan Sifat-Sifatnya

Operasi hitung yang akan dibahas adalah penjumlahan, pengurangan,


perkalian, dan pembagian. Penjelasannya sebagai berikut:
a. Penjumlahan
1
Hollands, 1984: 15
2
Wheeler, 1973: 81-83
Definisi penjumlahan adalah: Andaikan a dan b adalah bilangan-
bilangan cacah, A dan B adalah himpunan-hipunan yang terpisah, sedangkan a
= n(A) dan b= n(B), maka a + b = n(A B)
Kata-kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan penjumlahan adalah: digabungkan, disatukan, dijadikan
satu wadah, dijumlahkan, dimasukan, dan pengulangan suatu kegiatan.3

1. Sifat-sifat Penjumlahan:
 Tertutup
Bentuk sifat tertutup dalam penjumlahan bilangan cacah adalah setiap
jumlah (hasil penjumlahan) selalu menghasilkan bilangan cacah pula. Seperti
2 + 3 = 5, bilangan 5 termasuk bilangan cacah.
 Komutatif
Bentuk sifat komutatif (sifat pertukaran) dalam penjumlahan bilangan
cacah selalu menunjuk untuk setiap bilangan cacah a dan b, berlaku a + b = b
+ a. Seperti 2 + 4 = 4 + 2, 3 + 6 = 6 + 3 dan lain-lain.
 Assosiatif
Bentuk sifat assosiatif )sifat pengelompokkan) dalam penjumlahan
bilangan cacah selalu menunjuk untuk setiap bialangan cacah a, b dan c,
berlaku: (a + b) + c = a + (b + c). Seperti (2 + 4) + 5 = 2 + (4 + 5) dan lain-lain
 Sifat Penjumlahan dengan bilangan 0 (nol)
Setiap bilangan cacah bila dijumlahkan dengan bilangan nol selalu
menunjuk kepada bilangan itu sendiri, dengan sifat a + 0 = a. Seperti 5 + 0 =
5, 7 + 0 = 7 dan lain-lain.
Penggunaan sifat-sifat tersebut dalam pemecahan masalah hanyalah
untuk menyederhanakan pengerjaan operai hitung, sehingga dapat lebih cepat
terselesaikan.

b. Perkalian
Pemahaman konsep perkalian dapat diilustrasikan sebagai pemasangan
silang antara dua himpunan, yaitu: Jika a dan b bilangan cacah, A dan B
adalah himpunan yang terhingga sedemikian hingga n(A) = a dan n(B) = b,

3
Wheeler, Ruric E. (1973). Modern Mathematics An Elementary Approach (Third Edition), (California:
Brooks/Cole Publishing Company, Monterey.
maka a x b = n (A x B). Misalkan perkumpulan bulu tangkis mempunyai
pemain putra sebanyak 3 orang, yaitu: Rudi, Candra, dan Gunawan, serta
mempunyai 2 orang pemain putri, yaitu: Susi dan Yeni. Jika akan diturunkan
bermain dalam pasangan ganda campuran, maka pasangan yang mungkin
terjadi adalah: (1) Rudi dan Susi; (2) Rudi dan Yeni; (3) Candra dan Susi; (4)
Candra dan Yeni; (5) Gunawan dan Susi; dan (6) Gunawan dan Yeni. Jadi
banyaknya pasangan atau kombinasi yang mungkin terjadi adalah 6 pasang.
Banyaknya pasangan tersebut didapat dari pemasangan silang dua anggota
himpunan atau didapat dari perkalian bilangan 3 dan bilangan 2. 4

2. Sifat Operasi Hitung Perkalian


Dalam perkalian bilangan cacah berlaku sifat-sifat, yaitu: (1) tertutup,
(2) komutatif, (3) asosiatif, (4) elemen identitas, (5) perkalian dengan bilangan
nol, dan (6) distributif perkalian terhadap penjumlahan (Soewito, 1991/1992:
40-42). Juga dapat dilihat pada Wheeler (1973), yang memiliki:
Commutative, Assosiative, Identity, Distributive (distributif perkalian
terhadap penjumlahan), dan sifat perkalian dengan bilangan nol. Berikut ini
penjelasan sifat-sifat perkalian tersebut, yaitu:

 Sifat Tertutup
Sifat tertutup dalam perkalian bilangan cacah maksudnya ialah, jika
ada dua bilangan cacah atau lebih diperkalikan, maka hasilnya bilangan cacah
pula (tidak keluar dalam konteks bilangan cacah). Misalnya: 2 x 4 = 8 , 3 x 7
= 21 dan lain lain, 8 dan 21 adalah anggota bilangan cacah.
 Sifat Pertukaran (Commutative)
Sifat pertukaran (komutatif) didefinisikan: Untuk semua bilangan
cacah a dan b berlaku a.b = b.a. Atau dengan perkataan lain, hasil suatu
perkalian tidak berubah bila pengali dan yang terkalikan dipertukarkan. Untuk
bukti secara umum, dapat diambil himpunan A dan B sedemikian hingga n(A)
= a, n(B) = b. Karena A x B = B x A maka, n ( A X B) = n (B x A) atau a.b =
n ( A x B) = n ( B x A) = b.a. Misalkan 3 x 4 = 4 x 3 = 12. Karena 4 + 4 + 4
= 3 + 3 + 3 + 3 = 12 5
4
Wheeler, Ruric E. (1973). Modern Mathematics An Elementary Approach (Third Edition), (California:
Brooks/Cole Publishing Company, Monterey.
5
Soewito, Dkk.(1991/1992) Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2TK.
Pemakaian sifat komutatif dapat dilihat pada contoh berikut:
a. Seorang yang harus mengalikan 439 x 8 akan lebih mudah kalau ia
melakukannya sifat pertukaran, yaitu 8 x 439 dari pada 439 x 8
b. 2 x 9 berarti 9 + 9
9 x 2 berarti 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2
Dengan demikian seorang yang harus menghitung 9 x 2 akan
mengubahnya dengan 2 x 9 karena bentuk 2 x 9 ini lebih mudah
dihitung.
c. Penggunaan sifat komutatif sering digunakan dalam perhitungan luas
suatu daerah (bangun datar/dua dimensi).contohnya seperti gambar
berikut, bahwa luas gambar di sebelah kiri sama dengan luas daerah
di sebelah kanannya:

 Sifat Pengelompokan (Assosiative)


Untuk mengalikan tiga bilangan cacah, misalnya 2 x 3 x 4, dapat
digunakan pengelompokan yang berbeda, yaitu:
2 x 3 x 4 = (2 x 3) x 4 = 6 x 4 = 24 atau,
2 x 3 x 4= 2 x (3 x 4) = 2 x 12 = 24
Dengan demikian didapat (2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4). Dari contoh tersebut
nampak adanya sifat asosiatif dalam perkalian.
Cara lain untuk memperlihatkan sifat assosiatif adalah dengan
membuat alat peraga tiga dimensi, yang terdiri dari panjang, lebar dan tinggi.
Contoh berikut perkalian (4 x 3) x 2 = 4 x (3 x 2), seperti gambar berikut:
Gambar: Bangun ruang dalam dua posisi

 Elemen Identitas dan Sifat Perkalian degan Bilangan 0 (nol)


Bilangan 1 (satu) adalah elemen identitas perkalian sehingga untuk
setiap bilangan cacah a berlaku 1.a = a dan a.1 = a. Sedangkan untuk bilangan
0 (nol) berlaku 0. A = 0 dan a.0 = 0
Contoh:
4 x 1 = 4 ; 6 x 1 = 6 ; 1 x 8 = 8 ; 1 x 10 = 10 ; dsb.
4 x 0 = 0 ; 2 x 0 = 0 ; 5 x 0 = 0 ; 0 x 10 = 0; dsb.
 Sifat Penyebaran (Distributive)
Perkalian terhadap Penjumlahan Untuk setiap bilangan cacah a, b, dan
c berlaku: a x (b + c) = (a x b) + (a x c) dan (b + c) x a = (b x a) + (c x a).

Contoh: 7 x 13 = 7 x (10 + 3) = (7 x 10) + (7 x 3)


8 x 13 = 8 x (10 + 3) = (8 x 10) + (8 x 3)
63 x 4 = (60 + 3) x 4 = (60 x 4) + (3 x 4) = 240 + 14 = 254
34 x 21 = (34 x 20) + (34 x 1) = 680 + 34 = 714
Sifat-sifat tersebut di atas fungsinya untuk mempermudah penyelesaian
suatu soal, seperti contoh soal berikut:
87 x 34 = 34 x 87 (sifat komutatif)
= (30 + 4) x (80 + 7) (sifat distributif)
= 30 x (80+7) + 4 x (80+7) (sifat distributif)
= (30 x 80) + (30 x 7) + (4 x 80) + (4 x 7) (sifat distributif)
= 2400 + 210 + 320 + 28
= 2400 + 530 + 28
= 2400 + 558
= 2958

c. Pengurangan dan Pembagian


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan istilah-istilah
kebalikan atau invers, begitupu dalam matematika. Seperti pengurangan dapat
didefinisikan sebagai kebalikan penjumlahan, sedangkan pembagian
didefiniskan sebagai kebalikan dari perkalian. Atau dengan kalimat lain
pengurangan didefinisikan sebagai berikut:
Pengurangan bilangan b dari bilangan cacah a, ditulis a b
menghasilkan bilangan cacah c, jika dan hanya jika c b = a atau c a = b.
Contoh:
7+2=9 sebab 9 2 = 7
12 + 3 = 15 sebab 15 12 = 3
24 + 23 = 47 sebab 47 23 = 24
Pengurangan ini sering dijadikan sebagai pemeriksaan hasil dari
penjumlahan, untuk meyakinkan bahwa hasil penjumlahan tersebut benar.
Misalkan, apakah benar 12 + 13 = 25, maka untuk meyakinkan hasil
penjumlahan tersebut cobalah balikan, berapkah 25 13 = ? Jika hasil 12,
maka hasil penjumlahan tersebut adalah benar.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai masalah yang
melibatkan penyelesaiannya berhubungan dengan pengurangan. Misalanya
dalam contoh soal berikut.
Contoh Soal
Amin disuruh ibunya membeli 10 butir telur, ketika dalam perjalanan
pulang tiba-tiba terjatuh, sehingga telur yang dibelinya ada yang pecah.
Adapun telur yang masih tersisa 7 butir. Berapa butir telor yang pecah?
Jawab:
Soal tersebut dapat diselesaikan dengan pendekan model matematika seperti
berikut: 10 - 7 = 3 sebab 7 + 3 = 10
Misalkan x adalah telur yang pecah, maka
10 -1 x = 7
X=3
Jadi telur yang pecah adalah 3 butir.
Sedangkan pembagian didefinikan sebagai berikut:
Jika x bilangan cacah dan y bilangan asli, maka x dibagi y sama
dengan bilangan cacah z, jika dan hanya jika z.y = x
Contoh:
12 : 3 = 4 sebab 4 x 3 = 12
42 : 7 = 6 sebab 6 x 7 = 42
20 : 5 = 4 sebab 4 x 5 = 20
C. Pembelajaran Operasi Bilangan Cacah dengan Benda Konkrit

1. Operasi penjumlahan

Pengenalan operasi penjumlaham pada bilangan cacah menggunakan alat


peraga batang-batang stik, demaksudkan siswa dapat langsung mengasosiakan
dan mendapatkan makna dari operasi bilangan dengan baik.6
 misalkan siswa diminta mengambil dan menunjukan sebanyak 3 batang
stik,
 kemudian mengambil lagi 2 batang stik, kemudian disatukan semua stik
yang terambil,
 maka banyaknya batang stik semuanya siswa diminta membilangan
sehingga akan tahu banyaknya semua batang stik ada 5. Seperti terlihat
pada gambar.

2. Operasi pengurangan

Operasi pengurangan merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan.


pengenalan operasi pengurangan pada bilangan cacah menggunakan alat
peraga batang-batang stik, demaksudkan siswa dapat langsung mengasosiakan
dan mendapatkan makna dari operasi bilangan dengan baik.
 Misalkan dari sekumpulan batang lidi berjumlah 5,
 siswa diminta mengambilnya sebanyak 2 batang stik,
 maka sisa batang lidi yang tidak terambil siswa dengan mudah
mengethuinya yaitu sebanyak 3 batang stik, Seperti terlihat pada gambar.

6
Griffin, p. &. (1991). Education Assessment and Reporting. Sydney: Harcount Brace
Javanovich, Publising.
3. Operasi perkalian

Operasi perkalian merupakan penjumlahan berulang dengan angka yang sama.


Pengenalan operasi perkalian pada bilangan cacah menggunakan alat peraga batang-
batang stik7, demaksudkan siswa dapat langsung mengasosiakan dan mendapatkan
makna dari operasi bilangan dengan baik.
 Misalkan siswa diminta mengambil 2 batang stik, kemudian diminta lagi
untuk mengambil 2 batang stik lagi demikian seterusnya sampai terjadi sebanyak
3 kali,
 maka banyaknya batang stik yang terkumpul jika pengambilan 2 batang stik
dimana banyaknya pengambilan 3 kali adalah 6 batang stik yang terkumpul.
Seperti terlihat pada gambar.

4. Operasi pembagian

Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian atau operasi


pembagian merupakan pengurangan berulang dengan pengurangan angka yang
sama sampai hasil pengurangannya nol. Pengenalan operasi pembagian pada
bilangan cacah menggunakan alat peraga batang-batang stik, dimaksudkan siswa
dapat langsung mengasosiakan dan mendapatkan makna dari operasi bilangan
dengan baik.
 Misalkan siswa diminta mengambil 2 batang stik dari sekumpulan stik
sebanyak 6 stik sampai habis ,
7
B.Uno, H. (2011). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
 maka banyaknya pengambilan 2 batang stik ada 3 kali, sehingga 3 merupakan
hasil dari pembagian 6 dibagi 2.
 Bisa juga dengan minta siswa dari 6 stik siswa diminta mengelompokan
batang stik menjadi dua-dua, maka banyaknya bagian yang terdiri dari dua stik
tersebut terdapat 3 bagian, Seperti terlihat pada gambar .

PENDEKATAN, METODE, MODEL PEMBELAJARAN

1. Pendekatan:

a. Scientific (Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba Mengomunikasikan)

b. TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge)

2. Metode: Diskusi, Tanya Jawab,Demonstrasi, Drill

3. Model: Model Pembelajaran Problem Based Learning

LANGKAH LANGKAH

Kompetensi Awal

1. Mengenal Bilangan Cacah sampai 100.


2. Mengenal nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan.

Capaian Pembelajaran

Peserta didik menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan
cacah sampai 10.000.

Alur Tujuan Pembelajaran

Memahami bilangan cacah sampai 10.000

Tujuan Pembelajaran

1.Melengkapi kalimat matematika penjumlahan dan pengurangan.

A. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)

a. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa bersama.

b. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru.

c. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran.

d. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik.

Sebelumnya guru menyediakan tiga aqua gelas bening dan kumpulan stik. Dua di antaranya
diisi oleh kumpulan stik, dan satu dibiarkan kosong.

 Berapa banyak stik yang harus ditambahkan di dalam aqua gelas agar menjadi
operasi hitung penjumlahan yang benar?
 Berapa banyak stik yang harus ditambahkan di dalam aqua gelas agar menjadi
operasi

hitungan penjumlahan yang benar?

B. Kegiatan Inti (40 menit)

a. Guru meminta perwakilan peserta didik ke depan untuk memasukkan stik ke dalam aqua
gelas yang kosong, agar ketiga aqua gelas tersebut menjadi operasi hitung penjumlahan
yang benar
+ =

b. Peserta didik kemudian mengambil beberapa kue untuk dimasukkan ke dalam

toples tersebut dan menjelaskan alasan dari tindakan tersebut

c. Guru memberikan afirmasi mengenai cara penyelesaian dari peserta didik dan
membantu mengarahkan peserta didik untuk membuat kalimat matematika dan solusi dari
persoalan tersebut.Kalimat matematika: 5 + … = 9 → 9 – 5 = 4. Jadi, jawabannya 4.

d. Guru memotivasi peserta didik lain untuk memberikan tanggapan dan

memberikan situasi baru yang mirip dengan permasalahan pertama.


Misalnya:

+ =

e. Guru menuliskan kalimat matematika dari situasi di atas dan cara

penyelesaiannya.
… + 3 = 8 → 8 – 3 = 5.
f. Guru meminta beberapa perwakilan peserta didik untuk menyelesaikan soal soal di papan
tulis mengenai melengkapi operasi hitung penjumlahan dengan dan pengurangan.
g. Peserta didik mengamati umpan balik yang diberikan oleh guru mengenai hasil pekerjaan
teman - temannya.
h. Dengan langkah – langkah yang sama, guru mengarahkan peserta didik untuk
menemukan cara penyelesaian mengenai melengkapi operasi hitung pengurangan.
i. Guru memberikan lembar aktivitas peserta didik yang harus dikerjakan secara individu.

h. Guru berkeliling dan berperan sebagai fasilitator memberikan bimbingan serta umpan
balik terhadap hasil pekerjaan peserta didik.

j. Guru memberikan nilai terhadap lembar kerja peserta didik.

C. Kegiatan Penutup

a. Guru mengapresiasi dan memberikan klarifikasi terhadap seluruh tugas yang sudah dikerjakan
oleh peserta didik.

b. Guru bersama peserta didik melalukan refleksi pembelajaran mengenai materi pembelajaran pada
pertemuan ini.

c. Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Media: Alat peraga konkret


Daftar pustaka

Aras, Latri. 2020. Bilangan dan Pembelajarannya. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Buku Guru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia,
2021 Belajar Bersama Temanmu Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas IV - Volume 1,
Penulis : Tim Gakko Tosho dan Internet.

Dewi, S. R., & Haryanto, H. 2019. Pengembangan multimedia interaktif penjumlahan pada
bilangan bulat untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan
Dasar dan Pembelajaran, 9.1, 9-22.

Khairunnisa, Afidah. 2016. Matematika Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Priatna, Nanang. dkk. 2018. Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Rosdakarya.

Sarifah, I. 2010. Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru Sekolah Dasar Pendalaman
Matematika SD. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai