Anda di halaman 1dari 117

BUKU AJAR PENDIDIKAN MATEMATIKA

KALKULUS

DIFERENSIAL

Prof. Supardi, US dan Nurhayati, M.Pd


BAB I

SISTEM BILANGAN RIIL

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dari suatu hal yang
berhubungan dengan metematika. Matematika merupakan sentral dari disiplin
ilmu lainnya. Dalam matematika kita akan menemukan proses menghitung, baik
menghitung secara sederhana maupun menghitung secara rumit. Dalam proses
penghitungan tersebut sering melibatkan metode-metode yang cukup canggih.
Beberapa formula menghitung kuno dapat ditelusuri pada abad ke-7 yang
kemudian mulai dikembangkan pada abad ke-16 ketika para matematikawan
mulai menganalisis permainan- permainan judi (games of chance) tertentu.
Sebelum memasuki proses perhitungan yang rumit, langkah awal yang
harus kita kenal adalah bilangan. Dalam matematika kita mengenal adanya
berbagai macam jenis bilangan dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks. Bilangan merupakan sekumpulan angka yang mempunyai pola (aturan)
tertentu. Macam-macam bilangan di antaranya adalah bilangan bulat (integer),
bilangan riil (real /floating point number), bilangan imajiner (imaginary), dan
sebagainya. Dalam bab ini yang akan kita pelajari adalah sistem bilangan riil.
Untuk sistem bilangan kompleks akan dibahas dalam buku yang berbeda.

SISTEM BILANGAN RIIL

Bilangan riil adalah semua bilangan yang dapat ditemukan pada garis
bilangan dengan cara penghitungan, pengukuran, atau pun bentuk geometrik.
Bilangan–bilangan tersebut ada di dunia nyata. Ada berbagai macam bilangan
yang termasuk bilangan riil, di antaranya yaitu bilangan asli, bilangan bulat,
bilangan rasional, bilangan irasional, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya,
mari kita bahas satu per satu.
1. Bilangan asli
Dalam matematika, terdapat dua kesepakatan mengenai definisi
himpunan bilangan asli. Yang pertama definisi menurut matematikawan
tradisional, yaitu himpunan bilangan bulat positif yang bukan nol {1, 2, 3,
4, …}. Sedangkan definisi kedua yang disampaikan oleh para logikawan
dan ilmuwan komputer memiliki arti himpunan nol dan bilangan bulat
positif {0, 1, 2, 3, …}. Bilangan asli merupakan salah satu konsep
matematika yang paling sederhana dan termasuk konsep pertama yang bisa
dipelajari dan dimengerti oleh umat manusia.
Wajar apabila bilangan asli adalah jenis pertama dari bilangan yang
digunakan untuk membilang, menghitung, dan sebagainya. Sifat-sifat yang
lebih mendalam mengenai bilangan asli, termasuk hubungannya dengan
bilangan prima, akan dipelajari pada pokok bahasan teori bilangan.
Himpunan bilangan asli dalam matematika dilambangkan dengan N
(berasal dari kata “natural” dalam bahasa Inggris yang berarti “alami”).
Anggota-anggotanya terdiri dari N= {1, 2, 3, 4, ……}.

Sifat-sifat bilangan asli


a. Tertutup pada operasi hitung penjumlahan (+) dan perkalian (x)
Himpunan N tertutup dalam operasi hitung penjumlahan dan
perkalian. Artinya, hasil jumlah dan hasil kali dua buah bilangan asli
akan menghasilkan bilangan asli juga.
Contoh:
1. 4 x 3 = 12
2. 4 + 3 = 7
di mana 4 dan 3 merupakan bilangan asli, sementara 12 dan 7 yang
merupakan hasil dari operasi hitung penjumlahan dan perkalian di atas
merupakan bilangan asli juga.
b. Komutatif pada operasi hitung penjumlahan (+) dan perkalian (x)
Komutatif yang dikenal dengan istilah “pertukaran” dapat berarti dua
atau lebih buah bilangan dalam suatu operasi hitung penjumlahan atau
pun perkalian akan memberikan hasil yang sama meskipun posisi-
posisi bilangan tersebut ditukar. Sifat komutatif dapat dituliskan
sebagai berikut.
a+b=b+a
Contoh:
1. 2 + 3 = 3 + 2
2. 2 x 3 = 3 x 2
Sifat komutatif dilakukan dengan cara menukar posisi bilangan.
Berdasarkan kedua contoh sifat komutatif di atas, akan memberikan
hasil yang sama meskipun posisinya ditukar.
c. Asosiatif pada operasi hitung penjumlahan (+) dan perkalian (x)
Asosiatif dikenal pula dengan istilah “pengelompokkan”. Sifat
asosiatif dapat dituliskan sebagai berikut.
(a+b)+c=a+(b+c)
Contoh :
1. (4 + 5) + 7 = 4 + (5 + 7)
2. (4 x 5) x 7 = 4 x (5 x 7)
Asosiatif merupakan sifat pada operasi hitung matematika dengan cara
mengelompokkan. Berdasarkan kedua contoh di atas akan
memberikan hasil yang sama meskipun urutan pengerjaannya berbeda.
Bilangan yang dikurungkan dalam arti dikelompokkan dikerjakan
terlebih dahulu. Sifat inilah yang dikenal dengan sifat asosiatif.
d. Distributif
Distributif dikenal dengan istilah “penyebaran”. Sifat distributif dapat
dituliskan sebagai berikut.
a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
(b + c) x a = (b x a) + (c x a)
Contoh:
1. (5 + 6) x 3 = (5 x 3) + (6 x 3)
2. 2 x (3 + 8) = (2 x 3) + (2 x 8)
2. Bilangan Cacah
Bilangan cacah pada hakikatnya merupakan anggota himpunan
bilangan bulat. Bilangan cacah adalah bilangan bulat yang bernilai positif
dan bilangan nol. Sehingga anggota bilangan cacah adalah
C={0,1,2,3,4,…}.

3. Bilangan bulat
Bilangan bulat terdiri atas bilangan asli (1,2,3,…), bilangan negatif
(...,-3,-2,-1) dan bilangan nol (0). Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa
komponen desimal atau pun pecahan. Jika ditinjau dari segi nama,
bilangan bulat pastinya sesuatu yang bulat. Maksudnya, bilangan ini
merupakan bilangan yang utuh.
Himpunan semua bilangan bulat dalam matematika dilambangkan
dengan Z yang berasal dari kata Zahlen (bahasa Jerman untuk “bilangan”).

Sifat-sifat bilangan bulat


a. Himpunan Z tertutup untuk operasi hitung penjumlahan dan perkalian.
Artinya, hasil jumlah dan hasil kali dua buah bilangan bulat akan
menghasilkan bilangan bulat juga. Namun berbeda dengan bilangan
asli, Z juga berlaku sifat tertutup untuk operasi hitung pengurangan.
Tetapi tidak bersifat tertutup untuk operasi hitung pembagian karena
hasil pembagian dua buah bilangan bulat belum tentu menghasilkan
bilangan bulat juga.
Contoh:
1. 2x3= 6
Di mana 2 dan 3 merupakan bilangan bulat serta 6 sebagai hasil
operasi hitung perkalian tersebut juga merupakan bilangan bulat.
2. 2 – 3 = -1
-1 sebagai hasil operasi hitung pengurangan di atas merupakan
bilangan bulat negatif.
3. 2+3=5
5 sebagai hasil operasi hitung penjumlahan di atas merupakan
bilangan bulat positif.
4. 2/3 = 0,67
0,67 (hasil pembulatan) adalah bilangan riil. Dengan kata lain,
0,67 bukanlah anggota bilangan bulat. Sehingga sifat tertutup
tidak berlaku pada operasi hitung pembagian pada bilangan
bulat.
Adakalanya bilangan bulat tertentu dibagi oleh bilangan
bulat tertentu lainnya akan menghasilkan bilangan bulat juga.

Sebagai contoh: akan menghasilkan 2 di mana 2 merupakan

bilangan bulat.
b. Komutatif pada operasi hitung penjumlahan (+) dan perkalian (x)
a+b=b+a
c. Asosiatif pada operasi hitung penjumlahan (+) dan perkalian (x)
(a+b)+c =a+(b+c)
d. Elemen identitas
Elemen identitas yaitu apabila suatu bilangan dijumlahkan atau
dikalikan dengan suatu bilangan tertentu sebagai unsur identitasnya,
maka akan menghasilkan bilangan itu sendiri.
Elemen identitas dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Elemen identitas penjumlahan
Bilangan nol (0) merupakan elemen identitas untuk operasi hitung
penjumlahan (+).
contoh : 3 + 0 = 3
bilangan 3 akan menghasilkan dirinya sendiri yaitu 3 ketika
dijumlahkan dengan unsur (elemen) identitasnya yaitu 0.
2. Elemen identitas perkalian
Bilangan satu (1) merupakan elemen identitas untuk operasi hitung
perkalian (x).
contoh : 5 x 1 = 5
bilangan 5 akan menghasilkan dirinya sendiri yaitu 5 ketika
dikalikan dengan unsur (elemen) identitasnya yaitu 1.
e. Invers ( lawan )
Invers yaitu “lawan” atau “kebalikan” dari suatu bilangan bulat.
Invers dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Invers penjumlahan
Invers dari penjumlahan adalah pengurangan (-). Ini berarti bahwa
bilangan negatif adalah invers (lawan) dari bilangan positif.
Invers dari penjumlahan akan menghasilkan bilangan 0 (nol).
Invers penjumlahan dapat dituliskan sebagai berikut.
a + (-a) = 0 , untuk a Z
contoh:
1. 5 + (-5) = 0
2. -7 + 7 = 0
2. Invers perkalian
Invers dari perkalian adalah kebalikannya atau . Ini

berarti bahwa bilangan pecahan adalah invers (lawan) dari


bilangan bulat. Invers dari perkalian akan menghasilkan bilangan
1 (satu). Invers perkalian dapat dituliskan sebagai berikut.
ax = 1 atau a x = 1 , untuk a Z

Contoh:

1. 2 x =1

2. 2 x =1
4. Bilangan rasional
Dalam matematika, bilangan rasional adalah bilangan yang dapat
dinyatakan dalam bentuk , di mana a dan b adalah anggota-anggota

bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0. Bilangan rasional diberi


lambang Q (berasal dari bahasa Inggris “quotient” yang berarti “hasil
bagi”).
Sebuah bilangan bulat dapat dinyatakan dalam bentuk bilangan
rasional. Sebagai contoh bilangan bulat 6 dapat dinyatakan sebagai atau

dan sebagainya. Bilangan bulat yang seperti ini dikenal sebagai

bilangan rasional semu.


Contoh:
1.

2. …

3. dan sebagainya

5. Bilangan irasional
Bilangan irasional adalah bilangan riil yang bukan rasional.
Contoh:
(desimalnya tidak beraturan/tidak berulang)
(desimalnya tidak beraturan/tidak berulang)
(desimalnya tidak beraturan/tidak berulang), dan
sebagainya.

6. Bilangan riil
Bilangan riil merupakan gabungan bilangan rasional dan
bilangan irasional. Bilangan riil dapat direpresentasikan (diwakilkan)
sebagai salah satu titik pada suatu garis bilangan. Himpunan semua bilangan
riil dalam matematika dilambangkan dengan R ( Real) atau R#.
Sifat –sifat bilangan riil antara lain:
a. Dapat dinyatakan pada sebuah garis bilangan, yaitu garis bilangan riil

-2 -1 0 1 2

b. Menentukan sifat medan/lapangan/gelanggang dalam operasi hitung


penjumlahan (+) dan perkalian (x)
Sifat medan antara lain :
1. Tertutup
2. Komutatif
3. Asosiatif
4. Elemen identitas
5. Invers
6. Distributif pada operasi hitung perkalian (x) terhadap penjumlahan
(+).

c. Memenuhi sifat urutan


a. Trikotomi, a,b R maka hanya berlaku salah satu pernyataan
berikut, yaitu a = b atau a < b atau a > b.
b. Transitif, a,b, c R diperoleh jika a < b, b< c , maka a < c
c. Adiktif, a,b,c R diperoleh jika a < b maka a + c < b + c
d. Multiplikatif, a,b,c R diperoleh jika a < b maka :
1. a x c < b x c bila c > 0
2. a x c > b x c bila c < 0

Berbagai macam bilangan diatas dapat dirangkum dalam skema bilangan


berikut ini.
Skema bilangan

Bilangan komplek

Bilangan imajiner Bilangan real

Bilangan rasional Bilangan irasional

Bilangan bulat

Bilangan cacah Bilangan bulat negatif

Bilangan asli Bilangan nol

Bilangan genap Bilangan ganjil Bilangan prima

Perbedaan Bilangan Rasional dan Bilangan Irasional


Untuk mencari perbedaan antara bilangan rasional dengan bilangan irasional
kita perlu melihat hubungan antara desimal dengan bilangan riil.
Desimal atau bilangan rasional dapat diperoleh dengan membagikan pada b.

Contoh :

1.

2.

3. = 1.41421356…
4. = 1,73205…
5. π = 3.14159…
Perhatikan contoh 1 dan 2. Pada contoh 1 dibelakang angka 5 tidak ada angka lain
dan dapat dikatakan berhenti/berakhir, sedangkan pada contoh 2 kita dapat
melihat bahwa angka 3 berulang terus menerus dan tidak berhenti/berakhir,.
Perhatikan contoh no. 3,4,5 dari ketiga contoh tersebut kita dapat lihat bahwa
angka tidak berhenti/tidak berakhir, dan tidak ada yang berulang
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa bilangan rasional adalah bilangan
yang berkaitan dengan desimal yang memiliki pola berulang atau berakhir
sedangkan bilangan irasional berkaitan dengan desimal yang tidak berakhir dan
tidak berulang.

Menyatakan Bilangan Rasional (Q )


1. Pecahan ke decimal
Untuk mengubah dari pecahan ke dalam bentuk desiamal, kita bisa membagi
pembilang (atas) kepada penyebut (bawah) seperti biasa.
Contoh :

2. Desimal ke pecahan
a. Desimal ke pecahan terbatas

0,250000 = 25 x = =

- Jika terdapat 1 angka di belakang koma maka dikalikan

- Jika terdapat 2 angka di belakang koma maka dikalikan , dan

seterusnya.
b. Desimal ke pecahan tak berhingga
1. Metode Euler ( mengalikan digit yang berulang )
- Jika berulang 1 kalikan 10,
- Jika berulang 2 kalikan 100,
- Jika berulang 3 kalikan 1000, dan seterusnya.
Contoh:
Ubahlah 0, 12121212…. Kedalam bentuk pecahan
Jawab:
Karena bilangan tersebut terdapat 2 bilangan yang berulang yaitu 1 dan
2, maka dikalikan dengan 100. Dengan menaruh permisalan bilangan
tersebut adalah x = 0,12121212…, maka diperoleh proses perhitungan
sebagai berikut.
100 x = 0,121212
x = 12,121212
99x = 12
x =

x =

2. Deret Ukur Tak Berhingga


S=

dimana :
a = suku ke-1 r = rasio
Contoh : Ubahlah 0,1212121…..kedalam bentuk pecahan!
Jawab: x = 0,121212…
x=

a= r=

S= =

= x

Dengan menggunakan dua metode yang berbeda diperoleh hasil yang


sama.
Latihan Soal
1. Sederhanakanlah bilangan-bilangan berikut!
a.
b.

c.
d.
2. Carilah nilai masing-masing bilangan berikut dan lihatlah hasilnya, terdefinisi
atau tidak.
a) b) 0 x 0 c) d) e) 50 f) 05

3. Ubahlah bentuk pecahan berikut ke dalam desimal!


a. b. c. d. e.

4. Ubahlah bilangan desimal berikut ke bentuk bilangan pecahan menggunakan


Metode Euler dan Deret Ukur tak Hingga!
a. 0,181818…
b. 0,45674567…
c. 0,142857142857…
d. 0,99345345345...
e. 0,86666666…
5. Carilah sebuah bilangan rasional positif dan sebuah bilangan irasional positif
yang keduanya lebih kecil dari 0,00001!
6. Apakah jumlah dua buah bilangan rasional selalu rasional? Buktikan!
7. Bilangan prima adalah bilangan asli (bilangan bulat positif) yang hanya
mempunyai dua bilangan asli pembagi, yaitu bilangan itu sendiri dan bilangan
1. Tuliskan masing-masing bilangan berikut sebagai suatu hasil kali
bilangan-bilangan prima.
a. 240 b. 310 c. 551 d. 119 e. 1003 f. 5400
BAB II

PERTIDAKSAMAAN DAN NILAI MUTLAK

A. Pertidaksamaan
Dalam kalkulus, kita sering kali menghadapi suatu pertidaksamaan,
misalnya dalam variabel x, seperti x2 < x. Menyelesaikan suatu
pertidaksamaan dalam x berarti menentukan himpunan semua nilai x yang
“memenuhi” pertidaksamaan tersebut. Himpunan semua nilai x yang
memenuhi suatu pertidaksamaan disebut sebagai himpunan penyelesaian
pertidaksamaan tersebut.
Pertidaksamaan merupakan kalimat matematika terbuka (masih
mengandung unsur variabel) yang menggunakan tanda hubung kalimat <,>, ≤
,≥.

Terdapat dua jenis pertidaksamaan yaitu pertidaksamaan linier dan


pertidaksamaan non-linier. Berikut akan dibahas satu per satu.
1. Pertidaksamaan Linier
Pertidaksamaan linier adalah pertidaksamaan dari suatu fungsi linear,
yaitu varibelnya berpangkat satu.
Contoh: a. 2x + 5 > 3
b. 3x + 8 < x2 +10
c. -2 < 2x + 3 < 8
d. 5y + 3 > 2x
Dari contoh di atas dengan memahami definisi pertidaksamaan linear, maka
kita dapat menentukan macam-macam pertidaksamaan, sebagai berikut:

Pertidaksamaan a adalah pertidaksamaan linear dengan satu variabel


(PtLSV).
Pertidaksamaan b bukan pertidaksamaan linear satu variabel (bukan
PtLSV), karena variabelnya ada yang berpangkat 2 dan ada yang berpangkat
1. Pertidaksamaan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pertidaksamaan
linier tetapi merupakan pertidaksamaan kuadrat.
Pertidaksamaan c adalah pertidaksamaan linear dengan satu variabel
(PtLSV).
Pertidaksamaan d adalah pertidaksamaan linear dengan dua variabel
(PtLDV), karena ada 2 variabel yaiut x dan y.

Dalam menentukan himpunan penyelesian pertidaksamaan kita akan


mengenal istilah interval. Interval atau selang dapat dinyatakan dalam sebuah
garis bilangan atau himpunan. Untuk menggambar batas-batas interval pada
ujung garis bilangan biasanya dalam kalkulus digunakan tanda ● atau ○.
Selain itu juga digunakan tanda ( ) atau [ ].
● (lingkaran penuh) : berarti bilangan pada tanda ini termasuk ke dalam
interval (≤ atau ≥).
○ (lingkaran kosong) : berarti bilangan pada tanda ini tidak termasuk ke
dalam interval (< atau >).
( ) : berarti berarti bilangan pada tanda ini tidak termasuk ke dalam interval (<
atau >).
[ ] : berarti bilangan pada tanda ini termasuk ke dalam interval (≤ atau ≥).
Ada 3 cara penulisan untuk himpunan penyelesaian, yaitu:
a. Pasangan Imprimum dan suprimum
Bentuk-bentuknya :
1. ( a, b ) 5. ( -∞, b )
2. ( a, b ] 6. ( -∞, b ]
3. [ a. b ) 7. [ a, ∞ )
4. [ a, b ] 8. ( a ,∞ )
b. Interval Garis
(a,b) (-∞,b)
(a,b] (-∞,b]

[a,b) [a, ∞)

[a,b] (a, ∞)

c. Dengan Notasi Himpunan


1. HP : { x │a < x < b }
2. HP : { x │a < x ≤ b }
3. HP : { x │a ≤ x < b }
4. HP : { x │a ≤ x ≤ b }
5. HP : { x │ x < b }
6. HP : { x │ x ≤ b }
7. HP : { x │x > a }
8. HP : { x │x ≥ a }

Teknik menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear


Dalam menyelesaikan pertidaksamaan linier digunakan kaidah aditif
(penjumlahan) dan multiplikatif (perkalian) dalam urutan bilangan riil, yaitu:
1. Pada setiap ruas pertidaksamaan boleh ditambah atau dikurang dengan
bilangan yang sama tanpa mengubah tanda pertidaksamaan.
2. Pada setiap ruas pertidaksamaan dapat dikalikan atau dibagi bilangan yang
sama, dengan catatan:
a. jika bilangan pengali ≥ 0, tanda pertidaksamaan tetap
b. jika bilangan pengali < 0, tanda pertidaksamaan dibalik
Contoh:
1. Tentukan himpunan penyelesaian dari 5x - 4 < 7 !
Jawab:
(tambahkan kedua ruas dengan 4)
Hp = atau ) atau ○
11/5
11/5

2. Tentukan himpunan penyelesaian dari -3 ≤ 2x + 5 < 9 !


Jawab:
( tambahkan semua ruas dengan -5)

(kalikan semua ruas dengan ½)

Maka HP atau [ )
-4 2

3. 2x < 5x - 7 < 8x + 3
2x < 5x – 7 dan 5x – 7 < 8x + 3
-3x < -7 -3x < 10
7 10
x> x>
3 3

( (
-10/3 7/3

Maka HP =

2. Pertidaksamaan Non Linier


Pertidaksamaan non linear merupakan pertidaksamaan di mana variabelnya
mempunyai pangkat lebih dari satu.

Contoh: 1. x2 +5x -6 > 0


3x 5
2. 2
2x 1
Contoh no.1 merupakan pertidaksamaan kuadrat.
Contoh no 2 merupakan pertidaksamaan fungsi rasional (pecahan).

Teknik menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan non linear


Untuk menyelesaikan pertidaksamaan non linier perlu dilakukan langkah
sebagai berikut:
1. Buat ruas kanan menjadi nol (0),
2. Buat ruas kiri menjadi faktor-faktor linier (menjadi satu suku yang memuat
variabel),
3. Jika ruas kiri merupakan bentuk fungsi rasional buatlah masing-masing
penyebut dan pembilang menjadi faktor linier tersendiri,
4. Tentukan nilai nol fungsi dari faktor linier tersebut,
5. Lukis harga nol pada garis bilangan riil, kemudian periksa dengan sembarang
nilai tertentu untuk menentukan tanda “+” atau “-“ pada setiap interval pada
garis bilangan riil,
a. jika positif merupakan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan > atau ≥
b. jika negatif merupakan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan < atau ≤
6. Tuliskan himpunan penyelesainya.
Contoh:
1. Tentukan nilai x yang memenuhi pertidaksamaan x2 – 7x – 6 > 12 !
jawab:
x2 – 7x – 6 > 12
x2 – 7x – 18 > 0

atau
++++ ------ ++++
-2 9

Uji titik pada setiap interval untuk menentukan daerah penyelesaiannya.


x2 – 7x – 18 (positif)
x2 – 7x – 18 (negatif)
x2 – 7x – 18 (positif)
Karena pertidaksamaan di atas menggunakan pertidaksamaan > (lebih besar),
maka daerah yang menjadi himpunan penyelesaiannya adalah daerah yang
bertanda positif (+). Pada garis bilangan tersebut di atas terdapat dua interval
yang bertanda positif (+) sehingga terdapat dua daerah penyelesaian dan
menggunakan kata “atau”.
Jadi,

2. Tentukan himpunan penyelesaian dari 2

Jawab:

Persamaannya: - x + 7 = 0 maka x =7
2x – 1 = 0 maka x =1/2
Ujilah titik pada setiap interval ke pertidaksamaan 0 sehingga didapat

himpunan penyelesaiannya.
Jadi, HP ={x|½ < x ≤ 7} atau HP = (1/2, 7]
3. Tentukan nilai x yang memenuhi pertidaksamaan
Jawab:
Dalam pengerjaan soal diatas, kita bagi dua
Himpunan penyelasaiannya

-9/2 5/3

Dari gambar diatas, kita liat daerah irisan antara dan sehingga

dapat disimpulkan bawa himpunan penyelesaian

B. Nilai Mutlak
Nilai mutlak suatu bilangan riil x, dinyatakan dengan |x|, didefinisikan
sebagai .
Definisi di atas dapat pula dinyatakan sebagai

Contoh:
1. , karena 5 > 0
2. , karena -7 < 0
3. , karena <0

Selain itu, nilai mutlak dapat dibayangkan sebagai jarak antara x dengan titik
asal, misal |b – a| berarti jarak antara b dengan a
seperti:

Jarak = b – a
a b
jarak titik a ke titik b adalah b – a bila a < b
jarak = a - b
b a
jarak titik a ke titik b adalah a – b bila a > b

Dari jarak dua titik pada garis bilangan di atas dapat membawa kita pada
sebuah kesimpulan berikut:
jarak titik a ke titik b pada garis bilangan adalah :

Situasi khusus terjadi dalam kasus b = 0 , jarak dari titik a ke 0 adalah

Sifat sifat nilai mutlak


1. Untuk setiap bilangan riil x berlaku
a. │x│≥ 0
b. | x | = │- x│
c. -│x│≤ x ≤ │x│
d.
e. │x│2 = │x2│= x2
2. Untuk setiap bilangan riil x dan y berlaku
a.│x│ = │y│ x=y x2 = y2
b. │x ± y │=│y ± x │
3. jika a ≥ 0, maka
a. │x│≤ a -a ≤ x ≤ a x2 ≤ a2
b. │x│≥ a x ≥ a atau x ≤ - a x2 ≥ a2
4. untuk setiap bilangan riil x dan y berlaku
a. │xy│=│x││y│
b.

c.
d.

Contoh:
1. Selesaikanlah │x│= 4, berapakah nilai x?
Jawab:
| x| 4 berarti x = 4 atau x = -4
2. Tentukan berapakah nilai x dari persamaan │3x│= 5
Jawab:
| 3x | 5 3x 5 atau 3x 5
5 5
x atau x
3 3
4. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan │2x- 3│= 7
Jawab
| 2x 3 | 7 2x 3 7 atau 2x 3 7
2 x 10 atau 2 x 4
x 5 atau x 2
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {x│x ≤ -2 atau x ≥ 5}

5. Tentukan semua nilai x sehingga.

Jawab : Berdasarkan Sifat 3 (a), maka:


2x 2x
3 3 3
x 2 x 2
2x 2x
3 dan 3
x 2 x 2

Selanjutnya, kedua pertidaksamaan di atas dapat dipecah sebagai berikut.


2x 2x 2x 2x
(i ) 3 3 0 (ii) 3 3 0
x 2 x 2 x 2 x 2
5x 6 x 6
0 0
x 2 x 2
6 x 2 atau x 6
x atau x 2
5
6
maka, diperoleh: himpunan penyelesaian x x atau x 6
5

6. Tentukan himpunan penyelesaian dari x 5 2x 5

Jawab :
Mutlak di kedua ruas digunakan metode pengkuadratan.

Pertidaksamaan ini dijadikan ke persamaan kuadrat terlebih dahulu sebagai


berikut.

Sehingga persamaannya:
atau

Ujikan tiap interval ke pertidaksamaan , jika hasilnya benar,


maka daerah tersebut bernilai positif dan jika salah maka daerah tersebut bernilai
negatif, sehingga diperoleh:

++++ ------
-5

Karena pertidaksamaan mutlak di atas menggunakan tanda < (kurang dari), maka
daerah penyelesaiannya adalah yang bertanda negatif (-). Jadi himpunan
penyelesaian dari pertidaksamaan di atas adalah
Soal Latihan
1. Tentukan solusi pertidaksamaan berikut!

a.
b.
c.

x 2 3x 18
d. 0
( x 6) 2
e.

f.

2. Pertidaksamaan dipenuhi oleh x < - 3, tentukanlah nilai

a!
3. Carilah harga x jika diketahui bahwa !
4. Selesaikan pertidaksamaan mutlak berikut !
a)

b)

c)
d)
e) 2
f)

5. Buktikan bahwa !
BAB III
FUNGSI

A. Pengertian
Suatu relasi (hubungan) dari himpunan A ke himpunan B disebut fungsi dari
A ke B jika setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota di B
yang dinotasikan “ f : ”.
A B A B
f f
1 1 a
a

2 2 b
b

3 3 c
c
4

Himpunan A disebut domain (daerah asal) dari suatu fungsi f yang


dinotasikan Df, sedangkan himpunan B disebut kodomain (daerah
lawan/daerah kawan) dari fungsi f. Bila semua elemen dari himpunan B yang
merupakan pasangan dari elemen himpunan A maka akan didapat himpunan
yang merupakan subhimpuan (himpunan bagian) dari himpunan B yang
dinamakan range (daerah hasil) dari fungsi f yang dinotasikan Rf.
Contoh:
Tentukan domain dan range dari fungsi !
Jawab:
Akan kita cari nilai x sehingga nilai fungsi f(x) akan terdefinisi (bilangan
riil). Ini dimungkinkan jika di dalam tanda akar harus merupakan bilangan
nol dan positif, yaitu atau . Jadi domain dari fungsi f(x)
adalah . Bila nilai x dari Df disubstitusikan ke dalam
fungsi f(x) maka akan didapat range dengan anggota paling rendah nol dan
paling tinggi tak hingga atau .
Jenis-jenis Fungsi Berdasarkan Kodomain Berpasangan.
1. Fungsi Injektif/into/ke dalam
Fungsi f : A  B disebut fungsi injektif (into/ ke dalam/satu-satu) jika dan
hanya jika daerah hasil fungsi f merupakan himpunan bagian murni dari
himpunan B yang dinotasikan Rf B. Secara singkatnya, fungsi tersebut
dikatakan fungsi berinjektif, jika terdapat anggota B yang tidak memiliki
pasangan. Dengan kata lain, jika x1, x2 A dengan x1 x2, maka f(x1) f(x2).
Contoh:

1 A : {1,2,3} , B : {a,b,c,d}
a
fungsi f : A  B dinyatakan dalam pasangan
2 terurut f : {(1,a), (2,b), (3,b)}.
b

3 Tampak bahwa daerah hasil fungsi f : Rf :


c
{a,b,c} dan Rf B, maka fungsi f
A4 f B merupakan fungsi injektif .
Contoh :
1.
x1 = 2 x2 = -2

f(2) ≠f(-2) maka adalah fungsi injektif


2.
x1 = 3 x2 = -3

f(3) = f(-3) maka adalah bukan fungsi injektif


2. Fungsi Surjektif/onto/kepada
Suatu fungsi f : A  B disebut fungsi surjektif (onto/ kepada) jika dan hanya
jika daerah hasil sama dengan kodomain (himpunan B), dinotasikan Rf = B.
Secara singkatnya, fungsi dikatakan bersurjektif jika semua anggota B
mendapat pasangan dan ada anggota B yang memiliki pasangan lebih dari satu.
Dengan kata lain, untuk setiap b B, ada a A yang memenuhi f(a)=b.
Contoh:
A : {1,2,3,4} , B : {a,b,c}
1
a Fungsi f : A  B dinyatakan dalam pasangan
2 terurut : f = {(1,a), (2,c), (3,b), (4,c)}.
b
Tampak bahwa daerah hasil fungsi f adalah Rf :
3
c
{a,b,c} sehingga Rf = B maka fungsi f
4 merupakan fungsi surjektif.

A f B

3. Fungsi Bijektif ( korespondensi satu-satu)


Fungsi f : A  B disebut fungsi bijektif (korespondensi satu-satu) jika dan
hanya jika untuk setiap a1, a2 A dan a1 a2 berlaku f (a1) f (a2). Dapat
dikatakan pula bahwa fungsi bijektif jika dan hanya jika fungsi f merupakan
fungsi
4 surjektif dan fungsi injektif. Secara singkatnya, fungsi tersebut
dikatakan fungsi bijektif jika dan hanya jika banyaknya anggota domain sama
dengan banyaknya anggota kodomain sehingga setiap anggota B hanya
mendapat pasangan satu kali di himpunan A.
Contoh:
A : {1,2,3} , B : {a,b,c}
1 a
fungsi f : A  B dinyatakan dalam pasangan
2 b terurut {(1,a), (2,c), (3,b)}.
Tampak bahwa fungsi f adalah fungsi
3 c
surjektif sekaligus fungsi injektif.
A B
Jadi, fungsi tersebut adalah fungsi bijektif
Fungsi f (korespondensi satu-satu).
4. Fungsi Konstan atau fungsi tetap
Semua anggota dalam himpunan A dihubungkan hanya dengan sebuah unsur
dalam himpunan B atau semua himpunan A dipetakan pada satu unsur yang
sama pada himpunan B.
Ditulis dengan f : x  k , dengan k = konstanta atau f(x) = ax + b, untuk a = 0
maka didapat f(x) = b.
Disajikan dalam:
a. Diagram panah b. Grafik pada bidang kartesius
y
-1
y = f (x) = 5
0 5
(0,5)
1

2 x

3
5. Fungsi identitas
Fungsi identitas : semua unsur dalam himpunan A dipetakan atau
dihubungkan dengan dirinya sendiri.
Ditulis dengan : f(x) = x
Disajikan dalam :
a. Diagram panah b. Grafik pada bidang kartesius

-2 -2 y f(x) = x

-1 -1

0 0
45
1 1
x
2 2
Jenis –jenis Fungsi Berdasarkan karakteristik bentuk grafik
a. Fungsi Genap
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi genap apabila berlaku f(-x) = f(x), di mana
bentuk grafik fungsi genap tersebut simetris terhadap sumbu y:
Grafiknya : y

b. Fungsi Ganjil
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi ganjil apabila berlaku f(-x) = -f(x), di
mana bentuk grafik fungsi tersebut simetris terhadap titik pusat yaitu
(0,0).
Grafiknya :

c. Bukan Fungsi Genap maupun Fungsi Ganjil


Yaitu fungsi yang tidak memenuhi syarat sebagai fungsi genap atau pun
fungsi ganjil.
Ciri:
Contoh:
Tentukan fungsi genap atau fungsi ganjil di antara fungsi berikut:
a. f (x) = x2 + 1
b. f (x) = x3
c.
Jawab:
a. f(x) = x2 + 1
f(-x) = (-x)2+1
f(-x) = x2 + 1
f(-x) = f(x)
Jadi, f(x) = x2 + 1 adalah fungsi genap
b. f(x) = x3
f(-x) = (-x)3
f(-x) = -x3
f(-x) = - f(x)
Jadi f(x) = x3 adalah fungsi ganjil
c.

maka bukan fungsi genap


maupun ganjil.
Contoh penyajian dalam grafik bidang kartesius
Fungsi genap Fungsi ganjil
y y = f(x) = x2+1 y y = f(x) = x3

(0,1) 0
x -1 1 x

Grafik fungsi genap selalu simetris Grafik fungsi ganjil selalu simetris
atau setangkup terhadap sumbu y atau setangkup terhadap titik pusat
(0,0)

Bukan fungsi genap maupun ganjil


y=

5
4
3

-5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5

-1
-2

-3
-4

-5

Jenis-jenis Fungsi ditinjau dari bentuk pasangan


A. Fungsi Linier
Fungsi ini dikatakan sebagai fungsi linier karena berpangkat satu. Dapat
dinyatakan f(x)= ax + b, a dan b adalah konstanta, a 0.
Disajikan dalam grafik bidang kartesius :
Grafiknya berupa garis lurus yang
y = f(x) = ax + b memotong dengan sumbu x di
b
x= dan memotong sumbu y di
a
y = b.
(o,m)
Nilai m adalah koefisien arah
) (gradien) dan m = tg .

Contoh:

Gambarlah suatu grafik fungsi linear f yang ditentukan oleh , yang


daerah asalanya !

Jawab :
Untuk membuat grafik, terlebih dahulu kita susun nilai x dan nilai fungsinya
sebagai berikut.
Nilai x ditentukan sesuai dengan daerah asalnya, yaitu
berarti bilangan real yang mungkin berada pada interval tersebut (daerah asalnya)
adalah .
Untuk menentukan nilai fungsinya atau f(x), maka kita substitusikan daerah
asalnya ke dalam rumus fungsi sehingga diperoleh:

Untuk membuat grafiknya, cukup hanya dengan mengambil dua titik. Dari kedua
titik tersebut akan ditarik sebuah garis lurus. Kedua titik tersebut adalah:

1. Titik yang memotong sumbu y, diperoleh dengan mengambil nilai x = 0.


Perlu diingat bahwa f(x) = y
Jadi titik potong dengan sumbu y adalah (0,3).
2. Titik yang memotong sumbu x diperoleh dengan mengambil nilai y = 0.

Jadi titik potong dengan sumbu x adalah

Grafiknya adalah :

5
4
3

-5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5

-1

-2

-3

-4

-5

B. Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat merupakan fungsi yang variabelnya paling tinggi
berpangkat dua. Bentuk yang paling sederhana dari fungsi kuadrat
ditentukan oleh atau dapat juga ditentukan dengan rumus umum

a, b, c = konstanta dan a 0.
Grafik fungsi kuadrat disebut parabola. Ada dua jenis parabola yang
dihasilkan, yaitu parabola terbuka ke atas dan parabola terbuka ke bawah.
Dilihat dari sumbu x, baik parabola terbuka ke atas maupun parabola
terbuka ke bawah dapat dibedakan menjadi:
a. Parabola yang tidak mempunyai titik potong dengan sumbu x (tidak
memotong atau pun menyinggung sumbu x)
b. Parabola yang mempunyai satu titik potong dengan sumbu x
(menyinggung sumbu x)
c. Parabola yang mempunyai dua titik potong dengan sumbu x
(memotong sumbu x)
Perhatikan gambar di bawah ini

a b c

Suatu parabola mempunyai nilai minimum dan maksimum yang ditentukan oleh
tanda yang menyertai koefisien x2 dalam persamaan ,
koefisien itu dinyatakan dengan huruf a.
Jika a positif, berarti a > 0, maka parabola mempunyai nilai minimum. Puncak
parabola berada di bawah atau parabola terbuka ke atas.

Contoh: grafik

3
2

x
-4 -3 -2 -1 1 2 3 4
-1
-2

-3
-4

-5

-6

Jika a negatif, berarti a < 0, maka parabola mempunyai nilai maksimun.


Puncak parabola berada di atas atau parabola terbuka ke bawah.
Contoh: grafik
C. Fungsi Modulus (fungsi mutlak)
Fungsi modulus disajikan dalam f : x  |x| didefinisikan sebagai :
+ x, jika x > 0
|x| = 0, jika x = 0
- x, jika x < 0
Grafik fungsi f (x) = |x| ditunjukkan dalam gambar :
y

3
2

x
-4 -3 -2 -1 1 2 3 4

Contoh :
Diketahui fungsi f : x  |x-1| dengan x R
a. Tentukan f (-3), f (-2), f (-1), f (0), f (1), f (2), f (3)
b. Tentukan p, jika f (p) = 10
c. Tentukan q, jika f (q) = 4
d. Gambarkan grafik fungsi f dalam bidang kartesius
Jawab :
a. f (x) = |x-1|
f (-3) = |-3-1| = |-4| = 4 f (0) = |0-1| = |-1| = 1
f (-2) = |-2-1| = |-3| = 3 f (1) = |1-1| = |0| = 0
f (-1) = |-1-1| = |-2| = 2 f (2) = |2-1| = |1| = 1
f (3) = |3-1| = |2| = 2
b. f (p) = |p-1| = 10
p –1 = 10 atau p – 1 = -10
p = 11 atau p = -9
c. f (q) = |q-1| = 4
q –1 = 4 atau p – 1 = -4
p=5 atau p = -3
d. Gambar grafik

3
2

x
-4 -3 -2 -1 1 2 3 4

D. Fungsi Tangga atau Fungsi Nilai Bulat Terbesar


Fungsi nilai bulat terbesar disajikan dengan f : x  [[x]], yaitu suatu nilai
bulat terbesar yang kurang dari atau sama dengan x, dimana

Contoh:
-2 x < -1  [[x]] = -2
-1 x < 0  [[x]] = -1
0 x < 1  [[x]] = 0
1 x < 2  [[x]] = 1
2 x < 3  [[x]] = 2
Grafik fungsi y : f (x) = [[x]], x R diperlihatkan dalam gambar sebagai
berikut.
Gambarlah fungsi berikut ke dalam koordinat kartesius!

y
4

3
2

x
-4 -3 -2 -1 1 2 3 4
-1

-2

-3

Karena grafiknya menyerupai tangga, maka f(x) = [[x]] sering disebut


fungsi tangga.
E. Fungsi polinom
dimana disebut
fungsi polinom berderajat n.
Contoh :

F. Fungsi eksponen
Bentuk seperti f(x) = 2x disebut fungsi eksponen. Dalam fungsi eksponen,
variabel bebas x menjadi pengkat dari suatu bilangan.
Cirri-ciri fungsi ini adalah:
1. Jika
(y mendekati tak hingga)
2. Jika
(y mendekati nol)
Contoh:
Untuk fungsi y = 2x, diperoleh
Jika , maka ,

Jika , maka

3. Bila x = 0, maka f(x) = 2x menjadi f (0) = 20 = 1 , ini artinya grafik fungsi


eksponen memotong sumbu koordinat hanya di titik (0,1).
4. Asimtot dari f(x) = 2x adalah sumbu x yang merupakan asimtot mendatar
dan diperoleh bila nilai y =0.
Dengan grafik digambar sebagai berikut
Y = 2x

G. Fungsi logartima
Bentuk seperti f(x) = 2log x disebut fungsi logaritma. Fungsi logaritma adalah
invers (lawan) dari fungsi eksponen.
Jika f(x) = ax maka fungsi inversnya f(x) = alog x.
f(x) = ax disebut fungsi eksponen
f(x) = alog x disebut fungsi logaritma dengan bilangan pokok a
Grafik fungsi logaritma mempunyai cirri-ciri sebagi berikut:
1. Asimtot
Fungsi ini mempunyai asimtot tegak, yaitu sumbu y. Sumbu tegak ini
diperoleh dengan menetapkan x = 0.
2. Jika a > 1, maka grafik monoton naik yang merupakan fungsi naik.
Jika 0 < a < 1, maka grafik monoton turun yang merupakan fungsi turun.
3. Memotong sumbu koordinat hanya di titik (1,0).
Contoh:
Grafik fungsi f(x) = 10log x

Y=10log x

Operasi pada fungsi


Jenis operasi aljabar sering dijumpai dalam himpunan bilangan riil, seperti

penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan. Operasi

aljabar pada bilangan riil dapat pula diterapkan pada aljabar fungsi, yaitu jika

diketahui fungsi f(x) dan g(x) serta n bilangan rasional.


Operasi aljabar pada fungsi ditetapkan sebagai berikut:
1. Jumlah fungsi f(x) dan g(x) ditulis (f + g)(x) = f(x) + g(x)
2. Selisih fungsi f(x) dan g(x) ditulis (f – g)(x) = f(x) – g(x)
3. Perkalian fungsi f(x) dan g(x) ditulis (f x g)(x) = f(x) x g(x)

f f x
4. Pembagian fungsi f(x) dan g(x) ditulis (x) =
g g x
5. Perpangkatan fungsi f(x) dengan bilangan n ditulis fn(x) = {f(x)}n

Contoh:
Diketahui fungsi-fungsi f dan g ditentukan dengan rumus f(x) = 2x – 10 dan g(x)
= 2x 1

Tentukan nilai fungsi-fungsi berikut, kemudian tentukan domain alaminya!


f
a. (f + g)(x) d. (x)
g
b. (f – g)(x) e. f3(x)
c. (f x g)(x)
Jawab :
Domain alami fungsi f adalah Df : {x | x R}
Domain alami fungsi g adalah Dg : {x | x ½,x R}  Jumlah fungsi f(x) dan
g(x) adalah:
(f + g)(x) = f(x) + g(x) = 2x – 10 + 2x 1

Domain alami fungsi (f + g)(x) adalah Df + g = {x | x ½,x R}.


a. Selisih fungsi f(x) dan g(x) adalah:
(f – g)(x) = f(x) – g(x) = 2x – 10 - 2x 1

Domain alami fungsi (f – g)(x) = Df – g = {x | x ½,x R}.


b. Perkalian fungsi f(x) dan g(x) adalah:
(f x g)(x) = f(x) x g(x) = (2x – 10) ( 2x 1 ) = 2x 2x 1 - 10 2x 1

Domain alami fungsi (f x g)(x) = Df x g = {x | x ½,x R}.


c. Pembagian fungsi f(x) dengan g(x) adalah
f f x 2x 10
(x) = =
g g x 2x 1
f
Karena bagian penyebut tidak boleh nol, maka domain alami fungsi (x)
g

adalah D f = {x | x > ½ , x R}.


g

d. Perpangkatan fungsi f(x)


f3(x) = {f(x)}3 = (2x – 10)3 = 8x3 – 120x2 + 600x – 1000

Dari contoh di atas, terlihat bahwa jika Df adalah domain alami fungsi f, dan
Dg adalah domain alami fungsi g maka domain alami dari fungsi-fungsi f + g, f –
f
g, f x g, adalah irisan dari Df dan Dg ditulis Df Dg.
g

Invers Fungsi
A. Pengertian Invers Fungsi
Jika fungsi f : A  B dinyatakan dalam pasangan terurut f : {(a,b) | a A
dan b B} maka invers dari fungsi f adalah f-1 : B  A ditentukan oleh :
f-1 : {(b,a) | b B dan a A}.
Invers suatu fungsi tidak selalu merupakan suatu fungsi. Jika invers suatu

fungsi merupakan sebuah fungsi, maka invers fungsi tersebut disebut

fungsi invers.

Contoh :
1. Misal A : {-2, -1, 0, 1} , B : {1, 3, 4}.
Fungsi f : A  B ditentukan oleh f : {(-2,1), (-1,1), (0,3), (1,4)}.
Carilah invers fungsi f, dan selidiki apakah invers fungsi f merupakan
sebuah fungsi?
Jawab:
Invers fungsi f adalah f-1 = B  A ditentukan oleh :
f-1 : {(1,-2), (1,-1), (3,0), (4,1)}.
Fungsi f dan f-1 disajikan dalam gambar diagram panah berikut ini.

f
f-1

-2 1 1 -2

-1  3 3 -1

0 4 4 0

1 1

A B A B

Terlihat bahwa pada f-1 terdapat anggota A yang dipetakan dua kali. Hal ini
bukanlah syarat sebuah relasi dikatakan fungsi, dengan kata lain bahwa f-1
adalah sebuah relasi biasa (bukan fungsi).

2. Misal A: {1,2,3}, B: {2,4,6,8}. Fungsi g : A  B ditentukan oleh g: {(1,2),


(2,4), (3,6)}. Tentukan invers fungsi g, dan selidiki apakah invers fungsi g
merupakan sebuah fungsi?
Jawab : kerjakan sebagai latihan!

g g-1

A B B A

Terlihat bahwa g-1 adalah ………

3. Misal A : {a,b,c,d} dan B : {1,2,3,4}, fungsi h : A  B ditentukan oleh


h : {(a,2), (b,1), (c,3), (d,4)}. Carilah invers fungsi h dan seilidiki apakah
invers fungsi h merupakan sebuah fungsi?
Jawab : kerjakan sebagai latihan!

h-1
h

A B B A

Terlihat bahwa h-1 adalah ………


B. Menentukan rumus fungsi invers
Beberapa langkah untuk menentukan rumus fungsi invers jika
diketahui adalah sebagai berikut :
1. Buatlah permisalan pada persamaan tersebut,
2. Dalam permisalan tersebut, tentukan nilai x dalam bentuk y.
Bentuk ini dinamai dengan ,
3. Ganti y pada ,dengan x untuk memperoleh . Maka
adalah rumus fungsi invers dari fungsi f(x).

Cara menentukan fungsi invers dari beberapa bentuk fungsi antara lain:
a. Menetukan rumus umum fungsi invers dari fungsi aljabar
Untuk fungsi dapat dicari fungsi inversnya sebagai berikut:
Misal

Jadi, jika

Contoh :
Fungsi berikut adalah pemetaan dari R ke R. tentukan rumus inversnya!
1.
2.
Jawab :
1.

, sehingga

jika kita menggunakan rumus langsung maka akan

diperoleh
f(x) = 2x + 2 dimana nilai a = 2 dan nilai b = 2 sehingga

2. f(x) = 3x – 6
jawab:

y = f(x) = 3x – 6  x = y 6
3

x = f-1(y) = y 6
3

f-1(x) = x 6
3

b. menentukan rumus umum fungsi invers dari fungsi rasional


jika

Contoh:
x
Fungsi f ditentukan dengan rumus f(x) =
1 x
Tentukan rumus untuk f-1(x)!
x
f(x) =  a = 1, b = 0, c = 1, d = 1
1 x

sehingga dari rumus didapat nilai sebagai berikut:

c. menentukan fungsi invers dari fungsi kuadrat

misal ,

Contoh:
Tentukan invers dari !
Jawab :
a = 1 , b = 2 , c = -3
Jadi fungsi inversnya adalah
atau
Catatan:
Jika fungsi kuadrat dapat dinyataakan sebagai

Contoh:
Tentukan invers dari !
Jawab :

dengan kata lain inversnya adalah


atau
d. menentukan rumus umum fungsi invers dari fungsi dalam akar

Jika

Contoh :
Tentukan fungsi invers dari !
Jawab:

Fungsi Komposisi
1. Pengertian fungsi komposisi
Dari dua buah fungsi f(x) dan g(x) dapat dibentuk fungsi baru dengan
menggunakan operasi komposisi. Operasi komposisi dilambangkan dengan
“o” (dibaca : komposisi atau bundaran).
Fungsi baru yang dapat dibentuk dengan operasi komposisi itu adalah :
a. (f o g)(x) dibaca : f komposisi g(x) atau f(g(x))
b. (g o f)(x) dibaca : g komposisi f(x) atau g(f(x))
1) Misal fungsi
f : AB ditentukan dengan y = f(x)
g : BC ditentukan dengan y = g(x)
Fungsi komposisi f dan g ditentukan dengan :
h(x) = (f o g)(x) = f(g(x))
2) Misal fungsi
f : AB ditentukan dengan y = f(x)
g : BC ditentukan dengan y = g(x)
Fungsi komposisi g dan f ditentukan dengan :
h(x) = (g o f)(x) = g(f(x))
Contoh:
Misal fungsi f : R  R dan g : R  R ditentukan dengan rumus
, g(x) = 2x dan
Tentukan :
a. (f o g)(x)
b. (g o f)(x)
c. (h o f)(x)
d. (h o f o g)(x)
Jawab :
a. (f o g)(x) = f(g(x))
= f(2x)
= 3(2x) – 1 = 6x – 1
b. (g o f)(x) = g(f(x))
= g(3x – 1)
= 2(3x – 1) = 6x – 2
c. (h o f)(x) = h(f(x))

d.

2. Syarat Fungsi komposisi


Hasil irisan antara daerah hasil fungsi g dengan daerah asal fungsi f bukan
himpunan kosong.
Rg Df
Daerah asal fungsi komposisi (f o g) adalah himpunan bagian dari daerah
asal fungsi g.
D(f o g) Dg
Daerah hasil fungsi komposisi (f o g) adalah himpunan bagian dari daerah
hasil fungsi f.
R(f o g) Rf
Contoh :
Diketahui fungsi f : R  R dan g : R  R ditentukan dengan rumus:
f(x) = 2x + 1 dan g(x) = x
Tentukan :
a. (f o g)(x)
b. (g o f)(x)
c. Daerah asal (f o g)(x) dan daerah hasil (f o g)(x)
d. Daerah asal (g o f)(x) dan daerah hasil (g o f)(x)
Jawab :
f(x) = 2x + 1
Daerah asal Df : {x | x R} dan daerah hasil Rf : {y | y R}
g(x) = x

Daerah asal Dg : {x | x 0, x R} dan daerah hasil Rg : {y | y 0, y R}


a. (f o g)(x) = f(g(x)) = f( x ) = 2 x + 1
b. (g o f)(x) = g(f(x)) = g(2x + 1) = 2x 1

c. Daerah asal (f o g)(x) = D(f o g) = {x | x 0, x R}


Daerah hasil (f o g)(x) = R(f o g) = {y | y 1, y R}
Tampak bahwa D(f o g) = Dg dan R(f o g) Rf
d. Daerah asal (g o f)(x) = D(g o f) = {x | x ½,x R}
Daerah hasil (g o f)(x) = R(g o f) = {y | y o, y R}
Tampak bahwa D(g o f) Df dan R(g o f) = Rg

3. Sifat-sifat Fungsi komposisi


Beberapa sifat operasi komposisi pada fungsi-fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Operasi komposisi pada fungsi-fungsi tidak bersifat komutatif
2. Operasi komposisi pada fungsi bersifat asosiatif

3. Dalam operasi komposisi pada fungsi-fungsi ada sebuah unsur identitas yaitu
fungsi identitas I(x) = x sehingga
(f o I)(x) = (I o f)(x) = f(x)

Menentukan fungsi jika fungsi komposisi dan fungsi yang lain diketahui
Misal fungsi f dan fungsi komposisi (f o g) atau (g o f) sudah diketahui maka
fungsi g dapat ditentukan, demikian juga fungsi g dan fungsi komposisi (f o g)
atau (g o f) diketahui maka fungsi f dapat ditentukan.
Contoh:
1. Misalkan fungsi komposisi (f ο g)(x) = x2 -2x + 1 dan f(x) = 2x – 5 ,
tentukan g(x)!
Jawab:
(f ο g)(x) = x2 -2x + 1
f(x) = 2x – 5
(f ο g)(x) = f (g(x))
x2 -2x + 1 = 2(g(x)) - 5
x2 -2x + 1+ 5 = 2(g(x))

= g(x)

½ x2 –x + 3 = g(x)
2. Diketahui fungsi komposisi (f ο g)(x) = x2 -2x + 1 dan g(x) = 3x – 6
tentukan f(x)!
Jawab:
(f ο g)(x) = x2 -2x + 1
g(x) = 3x – 6
y = 3x – 6
maka (f ο g)(x) = f (g(x))
= f(3x-6) gunakan invers fungsi g(x) yaitu
, kemudian disubstitusikan ke dalam (f o g)(x) untuk

mendapatkan nilai f(x) seperti berikut:


2

Maka

Fungsi Invers dari fungsi komposisi


Misalkan fungsi h merupakan fungsi komposisi dari fungsi f dan fungsi g
(ditulis h = g o f), maka invers dari fungsi h adalah fungsi invers dari fungsi
komposisi h, ditulis dengan notasi
Contoh:
Tentukanlah jika diketahui dan

Jawab:
Ada 2 cara untuk menyelesaikannya, yaitu:
1. Mengkomposisikan terlebih dahulu kemudian menginverskannya

=
Maka dengan menggunakan rumus invers yang telah dijelaskan sebelumnya,
untuk jenis fungsi seperti ini didapatkan fungsi invers dari fungsi komposisi
-nya yaitu .

2. Menginverskan terlebih dahulu kemudian mengkomposisikannya.

maka

=
Soal-soal latihan
1. Tentukan daerah asal dan daerah hasil dari:
a.
b.
c.

d.
e.
2. Tentukan apakah fungsi berikut fungsi genap, fungsi ganjil, atau bukan kedua-
duanya!
a.
b.
c.
3. Diketahui
x
g ( x) 2
x 1

Tentukan:
a)
b)

c)

4. Jika dan , Tentukan:

a.
b.
c.
d.
5. Diketahui f ( x) 3x 5
2 x 11
g ( x)
6x 8
h( x ) x 2 8 x 13
Tentukan:
a) ( f g h)( x)
b) (h g f )(2)

c) (h f ) 1 ( x)

d) ( g h) 1 (3)
6. Diketahui fungsi linear dan fungsi kuadrat
pada bilangan real
a. Buktikan bahwa kompsisi dari dua fungsi linear adalah fungsi linear
juga!
b. Buktikan bahwa komposisi fungsi dari fungsi linear dan fungsi kuadrat
adalah fungsi kuadrat!
7. Fungsi f, g, h terdefinisi pada bilangan real, yang didefinisikan
dan . Tentukanlah x sebagai peta dari (fogoh)(x)
= 7 dan (hogof)(x) = 9 !

BAB IV
LIMIT FUNGSI

A. Definisi Limit
Perkataan limit sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,
bahkan tak asing lagi. Misalnya, dengan perasaan cemas seorang anak akan
mengatakan “Hampir nenek tua tersebut tertabrak mobil saat akan
menyebrang jalan” atau “Atlet tersebut hampir saja mencapai garis finish”.
Dari kedua pernyataan tersebut di atas kita akan membayangkan bahwa nenek
tua tersebur “sedikit lagi” akan celaka, atau atlet tersebut “mendekati” garis
finish.
Kata-kata “sedikit lagi”, “hampir”, “mendekati”, dan sebagainya dalam
matematika dapat disamakan dengan “limit”. Untuk lebih jelasnya, mari kita
perhatikan contoh berikut.

.... dan seterusnya

Dari contoh-contoh di atas jika kita perbesar terus menerus nilai penyebutnya,
maka hasilnya akan mendekati nilai 0. Dalam matematika dapat ditulis
.

Limit merupakan konsep dasar yang mempunyai peranan yang sangat


penting di dalam kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Dalam
matematika, limit mempunyai arti nilai suatu fungsi jika didekati dari titik
tertentu, ditulis lim f ( x) L didefinisikan sebagai jika x mendekati a tetapi
x a

berlainan dengan a, maka f(x) dekat ke L”.


B. Teorema Limit fungsi
Untuk , maka:
a.
b. lim k . f ( x) k . lim f ( x)
x a x a

c. lim f ( x) g ( x) lim f ( x) lim g ( x)


x a x a x a

d. lim f ( x) g ( x) lim f ( x) lim g ( x)


x a x a x a

f ( x) lim f ( x)
x a
e. lim
x a g ( x) lim g ( x)
x a

g ( x) lim g ( x )
f. lim f ( x) lim f ( x) x a
x a x a

g. lim n f ( x) n lim f ( x)
x a x a

n n)
h. lim f ( x) lim f ( x)
x a x a

C. Ketentuan Penyelesaian Soal Limit


1. Limit fungsi aljabar yang berbentuk lim f ( x )
x a

a. Cara langsung
Jika lim f ( x) f (a)
x a

Substitusi langsung x→a dibaca (x mendekati a) sebagai x = a


kedalam fungsi terkait.
Contoh:
Hitunglah nilai limit fungsi berikut!
1. lim 2 x 2 3
x 2

Jawab:
lim 2 x 2 3 2(2) 2 3 5
x 2

x 8
2. lim
x 3 2x 4
Jawab:
x 8 3 8 5
lim
x 3 2x 4 2( 3) 4 10

3. lim 5 x x3
x 2

Jawab:

lim 5 x x3 5(2) (2) 3 18 3 2


x 2

b. Jika lim f ( x) f (a ) di mana f(a) merupakan bentuk tak tentu


x a

0
0
( 0 , ,0. , ,1 , ,00 ) maka untuk penyelesaian dapat dilakukan

1. Manipulasi aljabar (Pemfaktoran)


2. Pendugaan
f ( x) f ' ( x)
3. Dalil L’Hopital (konsep turunan) lim lim (akan
x a g ( x) x a g ' ( x)
dibahas lebih lanjut di bagian lain)
Contoh:
Hitunglah nilai limit dari fungsi berikut!
x2 1
1. lim
x 1 x 1

Jawab:
Jika kita sustitusi langsung maka
x2 1 12 1 0
lim
x 1 x 1 1 1 0
Mari kita gunakan manipulasi aljabar yaitu pemfaktoran karena
bentuk limit fungsi tersebut menghasilkan bentuk tak tentu.
x2 1 ( x 1)( x 1)
lim lim
x 1 x 1 x 1 x 1
lim x 1
x 1

1 1
2

Pendugaan atau perhingtungan nilai-nilai fungsi

Sesuai dengan definisi limit kita ambil sembarang nilai x yang


mendekati angka 1 dari arah kanan dan kiri.

x 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3


f(x) 1,7 1,8 1,9 ? 2,1 2,2 2,3

Dengan melihat table diatas pada saat x = 1 menghasilkan nilai


yang tidak terdefinisi. Dengan menggunakan teknik pendugaan,
kita akan menduga nilai diantara 1,9 dan 2,1 yaitu 2. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa

x3 1
2. Berapakah nilai dari lim
x 1 x 1

Jawab:
x3 1 ( x 1) ( x 2 x 1)
lim lim
x 1 x 1 x 1 ( x 1)
lim x 2 x 1
x 1

12 1 1
3
Kali faktor sekawan, bentuk
Contoh:
x 9
1. Carilah nilai dari lim
x 9
x 3
Jawab:

x 9 x 9 x 3
lim lim
x 9 x 9
x 3 x 3 x 3
x 9 x 3
lim
x 9 x 9
lim x 3
x 9

9 3
6
2 x 2 x
2. lim
x 0 x
Jawab

2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x
lim lim
x 0 x x 0 x 2 x 2 x
2 x (2 x) 2
lim lim
x 0 x 0
x 2 x 2 x 2 x 2 x

2 1
2 2 2

Limit fungsi aljabar yang berbentuk lim f ( x)


x

Rumus-rumus Dasar Limit:


a
a. lim 0, a R
x x
a
untuk a b
b
ax n a1 x n 1 ... ...a n
b. lim 0 untuk n m
x bx m b1 x m 1 ... ...bm
untuk n m

Untuk menyelesaikan limit bentuk ini ada beberapa cara dalam menyelesaikannya
dan tidak terlepas dari aturan dan rumus-rumus limit.
1. Membagi dengan variabel pangkat tertinggi
Contoh:
5x 3 7 x 2 5x
Hitunglah nilai limit dari lim ?
x 8x 4 5
Jawab:
5x 3 7 x 2 5x
3 2
5x 7x 5x 4
x4 x4
lim 4
lim x 4
x 8x 5 x 8x 5
4
x x4

5 7 5
lim x x2 x3
x 5
8
x4
0 0 0
lim 0
x 8 0

2. Kali faktor sekawan, bentuk


Contoh:
Hitunglah nilai limit dari lim x 3 x 2 ?
x

jawab
lim x 3 x 2
x

x 3 x 2
lim x 3 x 2
x
x 3 x 2
x 3 ( x 2)
lim
x
x 3 x 2

x 3 x 2
lim
x
x 3 x 2

1
lim
x
x 3 x 2

1
x
lim
x
x 3 x 2
x x x x

0 0
lim 0
x
1 0 1 0 2

Teorema-teorema limit untuk bilangan e:


x
1
1. lim 1 e
x x
1

2. lim(1 x) x e
x 0

x 1 untuk a b
a
3. lim 0 untuk n m
x b
untuk n m

Contoh:

Tentukan nilai limit dari:

1.

Jawab:
2.

Jawab:

3.
Jawab

2x
x 5
3. lim ?
x x 2
Jawab
2x 2x
x 5 x 2 3
lim lim
x x 2 x x 2
x 2 3
. .2 x
x 2 3 3 x 2
lim
x x 2 x 2
6x
x 2 x 2
3 3
lim 1
x x 2
6x
x 2 lim
x x 2
3 3
lim 1
x x 2

e6
1 cos x
4. lim ?
x x
Jawab
1
1 (1 2sin 2 x)
1 cos x 2
lim lim
x 0 x x 0 x
1
2sin 2 x
lim 2
x 0 x
1
2sin 2 x
lim 2
x 0 2
4 1
x
x 2
2(0)
.1
4
0

Limit fungsi trigonometri


rumus-rumus dasar limit trigonometri:
sin x x
1. lim lim 1
x 0 x x 0 sin x
tan x x
2. lim lim 1
x 0 x x 0 tan x

sin ax a
3. lim
x 0 tan bx b

Contoh:
Tentukan nilai limit-limit berikut:
2 sin 4 x
1. lim
x 0 tan 7 x

Jawab:
2sin 4 x sin 4 x 4 x 7 x
lim 2 lim . .
x 0 tan 7 x x 0 tan 7 x 4 x 7 x
sin 4 x 7 x 4 x
2 lim . .
x 0 4 x tan 7 x 7 x
4x
2 lim.1.1.
x 0 7x
4x
2.1.1.lim
x 0 7x

4
2.
7
8
7

2.

3.

Jawab
LIMIT SEPIHAK
Definisi:
“Suatu fungsi dikatakan mempunyai limit pada x = a, jika dan hanya jika”
1.
2.
3.

x2 5x 6
Contoh: lim
x 3 x 3

x2 5x 6 ( x 3)( x 2)
lim( ) lim( )
x 3 x 3 x 3 ( x 3)
lim( ) ( x 2)
x 3

3 2
1

x2 5x 6 ( x 3)( x 2)
lim( ) lim( )
x 3 x 3 x 3 ( x 3)
lim( ) ( x 2)
x 3

3 2
1
Karena
x2 5x 6
maka dapat disimpulkan bahwa lim = -1
x 3 x 3
Terdapat beberapa fungsi yang memungkinkan limit kiri tidak sama dengan limit
kanan, yaitu:
1. Fungsi bersyarat / tangga
2. Fungsi mutlak
3. Fungsi bilangan bulat terbesar
Contoh:
x 1
lim
x 1 x 1
| x 1| ( x 1)
lim lim 1
x 1 x 1 x 1 x 1
x 1 ( x 1)
lim( ) lim( ) 1
x 1 x 1 x 1 x 1
| x 1| | x 1| | x 1|
Karena lim lim maka lim tidak ada
x 1 x 1 x 1 x 1 x 1 x 1

D. KONTINUITAS
Definisi kontinu di suatu titik
Misalkan fungsi f terdefinisi disekitar a. Dikatakan f kontinu di a bila
limx a f(x) ada dan nilai limitnya sama dengan nilai fungsi di a. Dengan kata
lim f ( x) f (a)
lain, f kontinu di a jika x a

Jika salah satu tidak dipenuhi maka f diskontinu di a. Suatu fungsi


dikatakan diskontinu jika adanya loncatan /“gap” pada grafik fungsi.
Terdapat 3 jenis diskontinu:
1. tak hingga di a jika limitnya (kiri dan kanan) tak hingga (tidak ada);
2. loncat berhingga di a jika limit kiri dan kanannya berhingga namun tak
sama;
3. dapat dihapuskan/dihilangkan di a jika nilai fungsi dan limitnya ada,
tetapi tidak sama,
lim f ( x) f (a)
x a

Sifat-sifat fungsi kontinu


1. Jika f dan g kontinu di a, maka
k f, k konstanta, (f g)(x), (f · g)(x) juga kontinu di a.
Khusus fungsi rasional
f ( x)
juga dikatakan kontinu di a jika g(x) 0
g ( x)
n f ( x) kontinu di c jika f(c) > 0 jika
2. Jika lim g ( x) L dan f(x) kontinu di L maka
x a

lim fog( x) lim f ( g ( x)) f ( L)


x a x a

Jika g(x) kontinu di a dan f(x) kontinu di a maka fungsi komposit (fog)
kontinu di a
3. f(x) kontinu pada selang terbuka (a,b) jika f kontinu di setiap titik (a,b).
f(x) kontinu pada selang tertutup [a,b] jika f kontinu pada (a,b), kontinu di
kanan a dan kontinu di kiri b.
Contoh:
1. Tentukan apakah f(x) = 2x3 – 6 kontinu di titik x = 2 ?
Jawab: lim 2 x 3 6 2.23 6 10
x 2

f (2) 2.23 6 10
Karena lim 2 x 3 6 f (2) 10 maka f(x) kontinu di x = 2
x 2

2 x 5 untuk x 3
2. Apakah f ( x) kontinu di x = 3 ?
x2 5 untuk x 3
Jawab:
lim 2 x 5 lim 2(3) 5 11
x 3 x 3

f ( x) x2 5
f (3) (3) 2 5
11
Karena lim f ( x) f (3) 11 maka f(x) kontinu di x = 3
x 3

t3 8
3. g (t ) apakah g(t) kontinu di t = 2 ?
t 2
t3 8 (t 2)(t 2 2t 4)
lim lim
x 2 t 2 x 2 (t 2)
lim t 2 2t 4
x 2

22 2.2 4
12
23 8 0
g (2) tidak terdefinisi
2 2 0
t3 8
∴ g(t) = diskontinu pada x = 2, karena g(2) tidak ada.
t 2

4. Tentukan nilai a & b sehingga fungsi berikut kontinu di semua x.


x 1 jika x 1
f ( x) ax b jika 1 x 2
3x jika x 2

Jawab:
Kemungkinan f(x) diskontinu, yaitu pada x=1 dan x=2. Agar f(x) kontinu
pada semua x maka harus terpenuhi.
1. f (1) lim f ( x) 2. f (2) lim f ( x)
x 1 x 2

Syarat 1 Syarat 2
f (1) lim f ( x) lim f ( x) f (2) lim f ( x) lim f ( x)
x 1 x 1 x 2 x 2

a(1) b lim x 1 lim(ax b) 3(2) lim ax b lim 3x


x 1 x 1 x 2 x 2

a b 1 1 a (1) b 6 a(2) b 3(2)


a b 2 a b 6 2a b 6
a b 2 2a b 6
Persamaan 1 dan 2
a b 2
2a b 6
a 4
a 4
a b 2
4 b 2
b 2
∴ a = 4 dan b = -2 agar f(x) dapat kontinu di semua x.
Latihan soal

1 Tentukan limit dari

a.

b.

c. -

d.

e.

f.

2. Tentukan nilai limit dari:

2
7 tan x
a. lim 3
x 0 5x

4 3
sin x
b. lim 3 5
x 0 2
7 tan x
7

c.

d.

e. - )

f.

3. Selidiki apakah fungsi berikut kontinu di x=1 dan x=-2 jika diketahui:
4x2 2 jika x 3
F ( x) x 1 jika 2 x 3
2 x 3 jika x 2

4. Nyatakan fungsi dibawah ini kontinu atau diskontinu. Berilah penjelasannya!

a. f ( x) 4 x 2 2 x 12
t3 8
b. g ( x)
t 2
x 3 jika x 2
c. F ( x)
x 2 1 jika x 2

5. Tentukan kontinuitas fungsi

x 3 27
untuk x 3
F ( x) x 3
25 untuk x 3

6. Tentukan Limit dari:

x 2 25
a. lim
x 5 x 5
x2 5x 6
b. lim
x 1 x 1
2 x2 x 3
c. lim
x 1 x 1
3x 2 4 x
d. lim
x 0 x
e. lim x 1
x 5

7. Tentukan limit dari:

3x 2 5 x 6
a. lim
x 4 x4 7 x
7 x5 x4 8x2 1
b. lim
x 4 x5 8 x 2

8x 7
c. lim
x 8x 1

x
x 6
d. lim
x x 7

2
x 5
e. lim
x x 2
BAB V

TURUNAN (DERIVATIF)

Turunan atau diferensial merupakan salah satu gagasan fundamental dalam


kalkulus dan merupakan landasan bagi matematika lanjutan. Pada awalnya
turunan didapatkan oleh Sir Isaac Newton (1643-1727) dan Gottfried Leibniz
(1646-1716).

Newton, ilmuan berkebangsaan Inggris, mendapatkan turunan dalam usahanya


memecahkan masalah dalam ilmu fisika, yaitu tentang kecepatan benda bergerak.
Sedangkan Leibniz, ilmuan berkebangsaan Jerman, mendapatkan turunan dalam
usaha memecahkan masalah geometri, yaitu mengenai garis singgung kurva.

Turunan pada dasarnya berkenaan dengan tingkat perubahan dari suatu fungsi.
Jika suatu keadaan dapat dinyatakan dengan suatu fungsi, maka keadaan tersebut
dapat dianalisis secara matematis dengan menggunakan turunan.

Pengertian Turunan Fungsi

Q (x1,Y1) Garis normal


y1

y=f(x)
y

Garis singgung

P(x0,y0) α R
y0

0 x0 x1
Pada gambar diatas titik P(x0,y0) titik sembarang pada grafik y = f(x) dan titik Q
(x1,y1) titik lain yang juga terletak pada y = f(x), sementara hubungan P dan Q
diberikan:

atau , jadi dari P ke Q bila xo bertambah dengan Δx, maka


yo bertambah dengan Δy.

Kemiringan garis yang menghubungkan titik P dan Q atau gradien garis


adalah:

y
m lim
x 0 x

y1 y0
lim
x 0 x
f ( x0 x) f ( x0 )
lim
x 0 x

Dari pengertian koefisien arah garis singgung (gradien) di suatu titik pada grafik
tersebut di atas, maka koefisian arah garis singgung (gradien) di suatu

titik pada grafik dapat diperoleh dari harga turunan ( ) di titik tersebut,

sehingga dapat disimpulkan bahwa:

dy f ( x0 x) f ( x0 )
lim
dx x 0 x
Catatan:

1. Jika limit itu ada atau mempunyai nilai, dikatakan fungsi diferensiabel
(dapat didiferensialkan) pada x = a. Bentuk limit itu selanjutnya
dy f ( x0 x) f ( x0 )
dilambangkan dengan f ' ( x) lim
dx x 0 x
2. Lambang (dibaca: f aksen x) disebut turunan atau derivatif dari fungsi
f(x) terhadap x pada x = xo
3. Misalkan fungsi f (x) mempunyai turunan . Jika tidak terdefinisi
maka dikatakan tidak diferensiabel pada x = xo
Contoh:

Tentukan turunan fungsi dari:

1.
Jawab:

dy f ( x0 x) f ( x0 )
f ' ( x) lim
dx x 0 x

3( x
x) 8 (3x 8)
lim
x 0 x
3x 3 x 8 3x 8
lim
x 0 x
3 x
lim
x 0 x
lim 3
x 0

2.
Jawab:
(x x) 2 4( x x) x2 4x
f ' ( x) lim
x 0 x
x2 2x x x2 4x 4 x x2 4x
lim
x 0 x
x2 4 x
2x x
lim
x 0 x
x 2x x 4
lim
x 0 x
lim 2 x x 4
x 0

2x 0 4
2x 4
3.
Jawab:
sin( x x) sin x
f ' ( x) lim
x 0 x
sin x. cos x cos x. sin x. sin x
lim
x 0 x
sin x cos x 1 cos x. sin x
lim lim
x 0 x x 0 x
cos x 1 sin x
sin x lim cos x lim
x 0 x x 0 x
sin x(0) cos x(1)
cos x

Rumus-rumus dasar turunan:

Dengan menggunakan aturan dasar limit pada pokok bahasan sebelumnya, kita
dapat memperoleh rumus-rumus yang berlaku pada turunan, diantaranya yaitu:

1. y suatu fungsi aljabar

2. y suatu fungsi eksponen


3. y suatu fungsi logaritma

4. y suatu fungsi trigonometri

5. y suatu fungsi siklometri


Dalil – dalil turunan

1.

2.

3.

4.

Contoh:
Tentukan turunan dari:
1.
Jawab:

2.

Jawab:

3.
Jawab:
TURUNAN FUNGSI BERANTAI

dy
y f ( x)
du
du
Misal : u g ( x)
dv
dv
v h( x )
dx

dy dy du dv
Sehingga : . . memiliki 2 cara penyelesaiaan, yaitu:
dx du dv dx

1. Cara tak langsung → menggunakan pemisah-pemisah

2. Cara langsung → filosofi mengupas kulit bawang (tanpa pemisahan tiap fungsi)

CONTOH:

1. Tentukan dari : !

Jawab:

dv
v x2 3 2x
dx
du
Misal → u cos( x 2 3) cos v sin v sin( x 2 3)
dv
dy 1 1
y n cos( x 2 3) n u
du u cos( x 2 3)

dy dy du dv
Maka → . .
dx du dv dx
Jadi turunan dari adalah

2. Tentukan turunan dari y = (cos3(x2 - 6))4

Jawab:

y = (cos3(x2 - 6))4 = cos12(x2 - 6)

dv
v x2 6 2x
dx
du
Misal u cos( x 2 6) cos v sin v sin( x 2 6)
dv
dy
y cos12 ( x 2 6) u12 12u11 12 cos11 ( x 2 6)
du

dy dy du dv
Maka, . .
dx du dv dx

Jadi turunan dari y = (cos3(x2 - 6))4 adalah

3. Tentukan turunan dari:

a. y = cos23x
jawab:

y’ = d(cos 3x)2
y’ = 2(cos 3x)2-1 . -sin3x . 3

y’ = -6 sin 3x cos 3x

b.
Jawab:

Sehingga:

c.

jawab
TURUNAN FUNGSI (penurunan dengan bantuan logaritma)

Pada beberapa fungsi tertentu kita akan lebih mudah apabila menggunakan
bantuan logaritma ketika akan mencari suatu turunan, terutama fungsi yang
berbentuk .

Ada dua cara untuk menyelesaikan turununa fungsi diatas, yaitu:

a. Dengan menggunakan metode eksponensial


b. Dengan menggunakan logaritma
Contoh: Tentukan turunan dari:

1.
Jawab:
 Dengan menggunakan metode eksponensial
1.
Misal
Sehingga
Jadi

Maka

 Dengan menggunakan logaritma


(kalikan kedua ruas dengan ln)

(turunkan kedua ruas)


2.
Jawab:

(kalikan kedua ruas dengan ln)

(turunkan kedua ruas)

TURUNAN FUNGSI IMPLISIT

Aturan dapat ditampilkan dalam bentuk , di mana


. Bentuk fungsi dinamakan fungsi eksplisit di
mana fungsi yang variabel terikat (y) dapat dibuat dalam ruas terpisah dari
variabel bebas (x).

Contoh:

y e 2 x 3x
y x2 2x 3
Sedangkan fungsi dengan bentuk disebut fungsi implisit di mana
fungsi yang variabel terikat (y) bercampur dalam satu ruas dengan variabel bebas
(x).

Contoh:

y2 x2 9 0
y2 e xy 3x 0

Ada dua bentuk fungsi implisit, yaitu:

1. Fungsi implisit yang dapat diubah ke dalam fungsi eksplisit


Contoh:

2. Fungsi implisit yang tidak dapat dieksplisitkan


Contoh:

Untuk mementukan turunan dari fungsi implisit ini kita dapat lakukan dengan dua
cara yaitu:

1. Cara tak langsung


Prinsip pengerjaannya yaitu dengan mengubah bentuk implisit ke dalam bentuk
eksplisit terlebih dahulu.
2. Cara langsung
Dengan menggunakan cara langsung, prinsipnya sama seperti menurunkan
dengan menggunakan cara tak langsung, hanya saja setiap menurunkan
dy
variabel terikat (y) harus dikalikan dengan atau .
dx

Contoh:

1. Tentukan turunan dari !


Jawab:

 Cara tak langsung

Sehingga

 Cara langsung

2. Tentukan turunan dari !


Jawab:

Karena soal ini tidak bisa dieksplisitkan, maka solusinya dengan


menggunakan cara langsung, yaitu mengalikan dengan setiap menurunkan
variabel y.
3. Tentukan turunan dari !
Jawab:

TURUNAN PARAMETER

Suatu fungsi dalam persamaan dengan t adalah parameter, kita

ubah menjadi . Turunan pertama dari fungsi tersebut, menurut

aturan rantai berlaku , sedangkan sehingga diperoleh

Contoh:

1. Carilah dari !

Jawab:
2. Jika x = 2t +1 dan y = t2 + t, tentukan !

Jawab:

2. Carilah dari !

Jawab:
TURUNAN TINGKAT TINGGI

Operasi pendiferensialan mengambil sebuah fungsi f dan menghasilkan sebuah


fungsi baru . Jika didiferensialkan lagi, maka masih menghasilkan
fungsi lain yang dinyatakan oleh (dibaca: “f dua aksen “) dan disebut
turunan kedua dari f(x). Demikian juga boleh diturunkan lagi, sehingga
menghasilkan yang disebut sebagai turunan ketiga, dan seterusnya.

Kita telah memperkenalkan tiga cara penulisan untuk turunan (disebut juga

turunan pertama) dari y = yaitu , Dx , dan . Masing-masing cara

penulisan turunan ini secara berturut-turut disebut cara penulisan aksen, cara
penulisan D, dan cara penulisan Leibniz.

Selain ketiga cara dalam penulisan turunan di atas, turunan juga bisa dituliskan
sebagai (y aksen) seperti yang telah kita jumpai pada contoh-contoh
sebelumnya. Semua cara penulisan ini mempunyai perluasan untuk turunan
tingkat tinggi, seperti diperlihatkan dalam bagan berikut:

Tabel
Cara penulisan untuk turunan dari y= f(x)

Derivatif penulisan penulisan penulisan penulisan

D Leibniz

Pertama Dxy dy/dx

Kedua D2xy d2y/dx2

Ketiga D3xy d3y/dx3

Keempat D4xy d4y/dx4

Kelima y(5) D5xy d5y/dx5


Keenam y(6) D6xy d6y/dx6

.....

.....

.....

Ke-n f(n)(x) y(n) Dnxy dny/dxn

Contoh :

Tentukan dari:

1. y 8x2 15 x 9

Jawab:

y 16 x 15
y 16
y 0

2.
Jawab:

y 2e2 x
y 4e2 x
y 8e2 x

3. Tentukan dari !

Jawab:
Kita gunakan aturan turunan fungsi implisit
Untuk mencari kita akan gunakan turunan dengan operasi pembagian

Substitusi ke persamaan di atas, sehingga diperoleh:

Latihan soal

1. Tentukan turunan pertama (y’) dari:


a. y = 2ln3(sin(tan(x2+1))

b. y = xsinx + x lnx +x ex

c. y = cos2x (ln 2x)

1
d. y dan u x2 x
u 1

dy
2. Tentukan y ' dari:
dx

a. x3 + 3y2 + 4x2y + 5 = 0

b. sin(xy2) – x3y + ey – 2x = 0

f x h f x
3. Buktikan dengan lim
h 0 h

a. f(x) = 2x3 - 5x+3 maka f’(x) = 6x2 – 5


b. f (x) = 5x2 - 6x + 5 maka f’(x) = 10x - 6

3.
4.
5.
APLIKASI TURUNAN

Pada bagian depan kita telah mempelajari konsep-konsep turunan.

1. ANALISI GRAFIK FUNGSI


Y
B

A
X
0

Dengan memperhatikan grafik diatas terdapat bagian-bagian fungsi yang


dianggap istimewa, diantaranya titik kritis, titik belok, asymtot, kemonotonan,
kecekungan.

Maksimum dan Minimum


Suatu fungsi pada suatu titik di x = a dalam selang
mempunyai nilai maksimum dan minimum.. Nilai maksimum dan minimum
dibedakan atas:
a. Maksimum / minimum mutlak
Pada gambar diatas titik A dikatakan minimum mutlak, titik E dikatakan
maksimum mutlak

Definisi
Fungsi mempunyai maksimum mutlak di c jika , untuk
semua x di D, dengan D adalah daerah asal dan bilangan adalah
nilai maksimum pada D. Sacara serupa , mampunyai minimum
mutlak di c jika untuk semua x di D dan bilangan
disebut nilai minimum pada D. nilai maksimum dan mimnimum
disebut nilai ekstrem

b. Maksimum / minimum relatif


Pada gambar diatas, titik B dikatakan maksimum relatif, titik D dikatakan
minimum relatif

Definisi

Fungsi mempunyai maksimum relatif di c jika , bilamana x


dekat dengan c, ini berarti untuk semua x di dalam suatu
selang terbuka mengandung c. secara serupa f mempunyai minimum
relatif di c jika bilamana x dekat dengan c.

Teorema nilai ekstrem

Jika f kontinu pada selang tertutup [a,b], maka f


mempunyai nilai maksimum dan minimum

Teorema fermat

Jika f mempunyai maksimum dan minimum relatif di c dan jika


, maka

Titik kritis /statsioner


Titik kritis dari suatu fungsi f adalah suatu bilangan c di daerah asal f
sedemikian sehingga atau tidak ada
Jika f mempunyai maksimum dan minimum relatif di c, maka c adalah
titik kritis atau titik statsioner
Selain itu kita dapat menentukan syarat untuk menentukan bahwa suatu
fungsi f mempunyai maksimum dan minimum relatif pada titik statisioner
atau titik kritis dengan menggunakan uji turunan pertama dan uji turunan
kedua
(Uji Turunan Pertama untuk Ekstrim relatif). Andaikan f kontinu pada
selang terbuka (a,b) yang memuat titik kritis c.
1. Jika f’(x) > 0 untuk semua x dalam (a,c) dan f’(x) < 0 untuk semua x
dalam (c,b), maka f(c) adalah nilai maksimum relatif f
2. Jika f’(x) < 0 untuk semua x dalam (a,c) dan f’(x) < 0 untuk semua x
dalam (c,b), maka f(c) adalah nilai minimum relatif f
3. Jika f’(x) bertanda sama pada kedua pihak c, maka f(c) bukan nilai
ekstrim relatif f.
(Uji Turunan Kedua untuk Ekstrim relatif). Andaikan f’ dan f’’ ada pada
setiap titik dalam selang terbuka (a,b) yang memuat c, dan andaikan f’(c) = 0

1. Jika , maka f mempunyai nilai minimum relatif di xo


2. Jika , maka f mempunyai nilai maksimum relatif di xo
3. Jika , maka kita tidak tahu apa yang terjadi di xo
Contoh:

1. Diketahui tentukan titik ekstrem dan jenisnya


maksimum dan mininimum
Jawab :

Syarat titik ekstrem :


Jadi titik ekstremnya adalah -1 dan 1

Untuk x = 1→ y = f(1) = 12 – 3.1 + 1 = -1 →(1,-1)

Untuk x = -1→ y = f(-1)= (-1)2 + 3.1 + 1= 3 → (-1,3)

Syarat jenis maksimum atau minimum

Titik minimum relatif


Untuk x = 1 maka {6 > 0} sehingga titik (1,-1)
merupakan titik minimum relatif

Titik maksimum
Untuk x = -1 maka {-6 < 0}

sehingga titik (-1,3) merupakan titik maksimum relatif

2
1
1 2 3 4 5 6
X
-6 -5 -4 -3 -2 -1
-1

-2

-3

-4
-5

2. Diketahui Tentukan titik ekstrem dan jenisnya


Jawab:

Syarat titik kritis :

Maka titik ekstremnya adalah

Syarat jenis maksimum atau minimum

Maka merupakan titik ekstrem minimum relatif


Y

2
1
1 2 3 4 5 6
X
-6 -5 -4 -3 -2 -1
-1

-2

-3

-4
-5

 Kemonotonan
Kemontonan suatu kurva dibedakan menjadi dua yaitu monoton naik dan
monoton turun. Pada gambar diatas Interval dikatakan interval
monoton naik. Interval dikatakan interval monoton turun.
Definisi
Misalkan fungsi f(x) terdefinisi dalam interval I
1. Fungsi f(x) dikatakan fungsi naik dalam interval I, jika untuk setiap
bilangan x1 dan x2 dalam I dan x1 < x2, maka berlaku hubungan
, ditulis:
2. Fungsi f(x) dikatakan fungsi turun dalam interval I, jika untuk setiap
bilangan x1 dan x2 dalam I dan x1 < x2, maka berlaku hubungan
, ditulis:

(Teorema Kemonotonan). Andaikan f kontinu pada selang I dan dapat


dideferensialkan pada setiap titik dalam dari I

1. Jika f’(x) > 0 untuk semua titik dalam x dari I, maka f naik pada I
2. Jika f’(x) < 0 untuk semua titik dalam x dari I, maka f turun pada I
Turunan Pertama dan Kemonotonan

Ingat kembali bahwa turunan pertama f’(x) memberi kita kemiringan dari
garis singgung f dititik x, kemudian jika f’(x) > 0, garis singgung naik ke kanan,
serupa, jika f’(x) < 0, garis singgung jatuh ke kanan. (Gambar A)

 Titik Belok
Definisi

Jika f fungsi kontinu pada selang terbuka I, a I . Titik ( a , f ( a )) dikatakan


titik belok jika dipenuhi 2 syarat berikut :

1. Terdapat perubahan kecekungan dari grafik fungsi f(x) disekitar x = a


2. Terdapat garis singgung pada grafik fungsi f(x) di ( a , f ( a ))
 Kecekungan fungsi
Fungsi dikatakan cekung ke atas pada interval I, bila naik pada
interval I,, dan dikatakan cekung ke bawah pada interval I, bila
naik pada interval I,.

(Teorema kecekungan). Andaikan f terdeferensial dua kali pada selang


terbuka (a,b).

o Jika , maka f cekung ke atas pada I,


o Jika , maka f cekung ke bawah pada I,

Grafik fungsi cekung kebawah Grafik fungsi cekung keatas


Contoh:
1. Tentukan selang kecekungan dan titik belol dari grafik
Jawab
a.

Kita ambil contoh

maka interval merupakan interval


cekung keatas
maka interval merupakan
interval cekung kebawah

cekung kebawah cekung keatas

1 0 1

B. Titik belok
Suatu grafik mempunyai titik belok jika

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik

2
1
1 2 3 4 5 6
X
-6 -5 -4 -3 -2 -1
-1

-2

-3

-4
-5

2. Diketahui

(a) Tentukan selang f cekung ke atas dan f cekung ke bawah


(b) Tentukan semua titik ekstrimnya
Jawab :

f ( x) 5x 3 3x 5 2 ,x R

f ' ( x) 15x 2 15x 4 ,x R

f " ( x) 30x 60x 3 ,x R


1
60x( x 2 )
2

1 1
60x x 2 x 2
2 2

Maka

Jika

Dapat digambar dalam garis bilangan

titik ekstrem titik ekstrem titik ekstrem

1 1
2 0 2
2 2

1 1 1 1
x 2 2 x 0 0 x 2 x 2
2 2 2 2

(a) f cekung ke atas (yang mempunyai tanda +):


1 1
, 2 ; 0, 2
2 2

f cekung ke bawah (yang mempunyai tanda -) :

1 1
2,0 ; 2,
2 2
1 1
(b) Karena f ' ( x) ada di x R dan disekitar x 2 , x 0 , x 2
2 2
ada perubahan kecekungan, maka titik ekstrimnya
1 7 1 7
2,2 2 ; 0,2 ; 2,2 2
2 8 2 8

Teorema-teorema yang mendukung pembahasan diatas adalah:

1. Teorema Rolle
Misalkan f memenuhi syarat :

a) Kontinu pada selang tertutup (a, b)


b) Mempunyai turunan pada selang terbuka (a, b)
c) f (a) = f (b)
Maka terdapat suatu c (a , b) f ' (c) 0

(Teorema ini menjamin adanya titik-titik pada grafik f(x) dimana f’ (x) = 0
atau garis singgung mendatar).

Skema :

f’(c) = 0

f (c)

f (a) = f (b) a c b

Skema Teorema Rolle.

2. Teorema Nilai Rata-rata


Misalkan f memenuhi syarat :

a) Kontinu pada selang tertutup (a, b)


b) Mempunyai turunan pada selang terbuka (a, b)
f (b) f (a)
Maka terdapat suatu c (a , b) sehingga f ' (c)
b a

(Teorema ini menjamin adanya titik pada f yang garis singgung // dengan ruas
garis yang menghubungkan titik (a, f (a)) dengan (b, f (b)).

Skema :

f’(c)

f (c) (b, f (b))

f (b)

f (a)

a c b
b–a
Skema Teorema Nilai Rata-rata.

3. Teorema Taylor
Misal fungsi f mempunyai turunan ke-(n+1) pada selang terbuka I yang
memuat titik x dan x0 , maka f(x) dapat diuraikan dalam bentuk :

f ' ( x0 ) f " ( x0 ) f ( n ) ( x0 ) f ( n 1) (c)


f ( x) f ( x0 ) ( x x0 ) ( x x0 ) 2  ( x x0 ) n ( x x0 ) n 1
1! 2! n! (n 1)!

c terletak antara x dan x0 .

Dapat ditulis :

f ( x) Pn ( x) Rn ( x)

Dimana :

Pn (x) = suku banyak Taylor berderajad n

f ( n 1) (c)
Rn ( x ) (x x0 ) n 1

(n 1)!
= suku sisa uraian Taylor

Contoh :

Deretkan dengan R. Taylor f ( x) sin x di x 0 0

Jawab :

f ( x) sin x f (0) 0

f ' ( x) cos x f (0) 1

f ' ' ( x) sin x f (0) 0

f ' ' ' ( x) cos x f (0) 1

f 4 ( x) sin x f (0) 0

f 5 ( x) cos x f ( 0) 1

f ' (0) f " (0) 2


f ( x) f (0) x x 
1! 2!

( 1) 3
0 1.x 0 x 
3!

x3 x5
x 
3! 5!

Deret Taylor dimana x0 = 0 dinamakan Deret Mac Laurin.

3. MASALAH OPTIMASI (EKSTREM MAKSIMUM/MINIMUM)


Langkah-langkah penyelesaian harga ekstrem

a. Terjemahkan masalah yang ada dalam bentuk formula matematika


b. Tentukan fungsi tujuan dengan menggunakan sebuah variable/peubah
c. Tentukan nilai fungsi tujuan dengan penurunan fungsi tujuan terhadap
peubah bebasnya sama dengan nol
Contoh:

1. Tentukan 2 buah bilangan positif yang jumlahnya 10 dan memiliki hasil kali
maksimal.
Jawab :

misal bilangan I = dan bilangan II =

Karena bilangan I dan II dijumlahkan, maka

Hasil kali →

Syarat ekstreem : sehingga

Karena bilangan pertama, maka bilangan ke-II =

catatan: tempat air tersebut tidak memakai tutup.

Jawab:

Volum esilinder

v r 2h
1000l r 2h
1000000cm3 r 2h
1000000
h
r2
Luas bahan

L r2 2 rh
1000000
r2 2 r.
r2
1000000
r2 2.
r
r2 2000000r 1

dL
Syarat Ekstreem 0
dr

dL 2
2 r 2000000r 0
dr
2 r 2000000r 2
r3 1000000
1000000
r3

1000000
r 3

100
r 1
3

Maka
1000000
h
r2
1000000
2
100
1/ 3

1000000
10000
2/3

100
1/ 3

100 100
Jadi panjang r 1/ 3
dan h 1/ 3
4. GARIS SINGGUNG DAN GARIS NORMAL

a. Garis Normal

Garis singgung

Y=f(x)

f (x0 )

Garis normal

x0 x

Garis yang tegak lurus dengan garis singgung pada titik singgung disebut
garis normal. Missal diketahui sebuah kurva dengan persamaan
dan titik singgung (a, b). Gradien garis singgung adalah

, dimana
Karena garis normal tegak lurus garis singgung , maka hasil kali gradien
garis singgung dengan gradien garis normal sama dengan -1, atau
atau

Persamaan garis normal di titik (x0, y0) juga dapat dinyatakan Garis
normal melalui titik singgung (x0, f(x0)), maka persamaan garis normal
adalah:

atau y – y0 = - (x – x0)

b. Garis Singgung

Garis dan kurva yang saling bersinggungan mempunyai satu titik


persekutuan yang disebut titik singgung (P)
y
h

Q(x+h, x+h)
f(x+h)-f(x)

y = f(x+h)
g
P

x
x (x+h)

Pada gambar disamping,garis l memotong kurva y = f(x) di titik p (x,f(x)) dan Q


(x+h, f(x+h)). Jika titik Q bergerak mendekati P sepanjang kurva maka h akan
mendekati nol dan garis l akan menjadi garis g, yaitu garis singgung kurva di titik
P.

Gradien garis l adalah ,sedangkan Gradien garis g adalah

. Jadi,

Gradien garis singgung kurva y = f (x) dititik (x, f(x)) adalah

untuk mencari persamaan garis singgung perlu di ingat kembali persamaan garis
melalui satu titik dengan gradien m, yaitu Maka,
Persamaan garis singgung kurva di titik adalah

atau

Persamaan garis singgung fungsi di titik dengan kemiringan m


adalah:
Kemiringan tali busur PQ adalah :

Jika x → c, maka tali busur PQ akan berubah menjadi garis singgung di titik P
dengan kemiringan

f (x) Q

f (x) – f(c)

f (c) P

x-c

c x

Jika fungsi mempunyai suatu turuna pertama pada yang


hingga maka grafik mempunyai garis dinggung di dengan
koefisien arah

Jika m = 0 maka garis singgung sejajar sumbu x dan sehingga garis


singgung tersebut memepunyai persamaan

Garis normal di grafik pada salah satu titik (pada grafik tersebut ) adalah garis
tegak lurus dengan garis singgung pada titik tersebut.

Persamaan garis normal di adalah .

Apabila garis singgung sejajar dengan sumbu x, maka garis normal sejajar
dengan sumbu y
Tetapi sebaliknya apabila garis singgung sejajar dengan sumbu y, maka garis
normal sejajar dengan sumbu x

Contoh:

Tentukan persamaan garis singgung dan garis normal dari

pada titik (2,4)


Jawab:

Maka m = 3
 Persamaan garis singgung

Jadi persamaan garis singgung adalah


 Persamaan garis normal

Jadi persamaan garis normal adalah


5. LIMIT BENTUK TAK TENTU
Pada bab sebelumnya kita sudah belajar limit bentuk tentu. Pada bagian ini
akan dibahas limit betuk tak tentu, dimana limit ini menghasilkan bentuk
tujuh bentuk, diantaranya

Bentuk-bentuk diatas akan kita bagi menjdi tiga bagian

 Limit berbentuk

Untuk menyelesaikan limit jenis ini kita gunakan teknik dalil L’hopital.

Jika suatu limit menghasilkan nilai , maka

Jika menghasilkan nilai , maka

, jika masih menghasilkan maka

lakukan penuruna terus menerus sampai tidak berbentuk

Contoh:

1. Tentukan nilai dari

Jawab:

sehingga

=

2. Tentukan nilai dari

Jawab:

= , sehingga

=
=

 Limit bentuk

Untuk penyelesaian limit bentuk ini adalah


Ubahlah bentuk menjadi bentuk

Kemudian gunakan dalil l’hopital

Contoh:

1. Tentukan nilai dari lim x 2 6x 2 x2 4x 1


x

Jawab

lim x 2 6x 2 x2 4x 1
x

x2 6 x 2 x2 4 x 1
lim x 2 6x 2 x2 4x 1 2
x x 6x 2 x2 4 x 1

2
2 ) ( x 2 4 x 1)
lim ( x 2 6 x
x x 6x 2 x2 4 x 1

10 x 1
lim
x x2 6 x 2 x2 4 x 1

10 x 1 10 10
lim 2
5
x 2x2 x x2 4x 1 1 1

1 1
2. Tentukan nilai lim
x 0 x sin x

Jawab
1 1
lim
x 0 x sin x
sin x x
lim
x x sin x
cos x 1
lim
x 0 sin x x cos x
sin x
lim
x 0 cos x cos x x sin x
sin 0
lim
x 0 cos 0 cos 0 0 sin 0
0
0
1 1 0
1 1
3. Tentukan nilai limit dari lim x
x 0 x e 1

Jawab :
1 1
lim x
x 0 x e 1
Sehingga
ex 1 x 0
lim
x 0 x (e x 1) 0
ex 1
lim
x 0 ex 1 xe x
ex
lim x
x 0 e e x xe x
1 1
1 1 0 2
4. Tentukan nilai limit dari lim ( x 2 ln x )
x 0

Jawab:
lim ( x 2 ln x) 0.
x 0

Sehingga
lim ( x 2 ln x )
x 0

ln x 0
lim ( )
x 0 x 2 0
1
lim ( x )
x 0 2x 3
x2 1 2
lim ( ) (0 ) 0
x 0 2 2

 Limit berbentuk 0 0 , 0
,1

Langkah-langkah penyelesaian limit bentuk ini

Logaritmakan bentuk 0 0 , 0
, 1 , dan ubah menjadi bentuk 0.
0
Ubah bentuk 0. menjadi bentuk atau
0
Gunakan dalil L’hopital
Contoh:
1
x
1. Tentukannilai limit dari lim x
x

Jawab:
1
x 0
lim x
x

Sehingga .
1
x
lim x
x

1
x
Misalkan A lim x
x

1
x
ln A ln lim x
x

1
x
ln A lim ln x
x

1
ln A lim . ln x 0.
x x
ln x
ln A lim
x x
1
ln A lim x l
x 1
ln A 0
1
lim x
1
A e x

A e0 1
1
x
Maka lim x 1
x

1
x
lim x
x

1
( x 1)
2. Tentukannilai limit dari lim x
x 1

Jawab:
1
( x 1)
Missal A lim x
x 1

1
( x 1)
ln A ln lim x
x 1

1
( x 1)
ln A lim ln x
x 1

1
ln A lim ln x
x 1 ( x 1)

ln x
ln A lim
x 1 ( x 1)

1
ln A lim x
x 1 1

1
ln A lim
x 1 x

ln A 1

A e1 e
1
( x 1)
Maka lim x e
x 1

Anda mungkin juga menyukai