Anda di halaman 1dari 64

BAB I SISTEM BILANGAN

Pendahuluan
Pada bab I ini akan diuraikan penggolongan sistem bilangan, perbandingan
antar bilangan, operasi bilangan dan penerapan dalam perhitungan rasio. Materi
ini banyak digunakan dalam matakuliah yang di dalamnya terdapat operasi-
operasi aljabar. Setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa akan dapat
menerapkan konsep bilangan dalam masalah bisnis.

1.1 Pegolongan Sistem Bilangan


Bilangan-bilangan dapat digolonglan seperti Gambar 1.1 berikut :

Kompleks

Nyata
Khayal
(Rael)

Irrasional Rasional

Bulat Pecahan

Cac Pri
Asli
ah ma

Gambar 1.1 Penggolongan Sistem Bilangan

1. Bilangan Asli
Bilangan asli adalah bilangan yang paling sederhana, biasanya dilambangkan
dengan notasi : N={1 ,2 , 3 , … }, dengan bilangan asli kita dapat
menghitungka buku-buku kita, teman-teman kita dan uang kita. Bilangan asli
sering juga disebut bilangan bulat positif. Pada bilangan asli dikenal operasi

1
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ada lima sifat dasar
himpunan asli terhadap operasi penjumlahan dan perkalian, yaitu :
1) Sifat Tetutup
2) ( ∀ x , y ∈ Ν ) x+ y ∈ N dan xy ∈ N
3) Sifat Kamutatif
4) ( ∀ x , y ∈ N ) x+ y = y + x dan xy= yx
5) Sifat Asosiatif
6) ( ∀ x , y , z ∈ N ) x+ ( y+ z ) =( x+ y )+ z dan x ( yz )= ( xy ) z
7) Sifat Distributif Perkalian terhadap Penjumlahan
i. ( ∀ x , y , z ∈ N ) x ( y + z )=xy + xz
8) Sifat Identitas terhadap Perkalian
( ∃1 ∈ N ) ( ∀ x ∈ N ) 1 x =x 1=x
unsur identitas adalah 1
Terhadap operasi pengurangan dan pembagian, himpunan bilangan asli
tidak bersifat tertutup, sebagai contoh : sekalipun 3 ∈ N dan 2 ∈ N tetapi
2
2−3=−1 ∉ N N dan ∉ N . Keberadaan bilangan asli ternyata belum
3
cukup memenuhi kebutuhan manusia sehingga bilangan asli perlu
dikembangkan, sehingga lahirlah bilangan asli negative, bilangan pecahan
(rasional) dan bilangan 0.

2. Bilangan Cacah dan Bilangan Bulat


Himpunan bilangan asli digabungkan dengan bilangan {0} himpunan
bilangan cacah dinotasikan C = {0, 1, 2, 3, …}. Selanjutnya jika himpunan
bilangan cacah digabung dengan himpunan negative dari bilangan asli
diperoleh himpunan bilangan bulat, dinotasikan Ζ = { … , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,
…}. Jadi Z=N ∪ { 0 } ∪{−n∨n ∈ N }. Kelima sifat bilangan asli masih tetap
berlaku pada bilangan bulat ditambah dua sifat lagi yaitu :
1) ( ∀ x ∈ Z ) x +0=x∧0 x=x 0=0.
2) ( ∀ x ∈ Z ) (∃ y ∈ Z ) x+ y =0 (y disebut lawan x dinotasikan y=−x ¿.

2
Terhadap operation pembagian, himpunan bilangan bulat tidak bersifat
1
tertutup, sebagai contoh ambil 1 ∈ Z dan -2 ∈ Z , ∉ Z . Jadi hasil
−2
pembagian dua bilangan bulat tidak selalu bilangan bulat. Keberadaan
blangan bulat ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan manusia
sehingga bilangan bulat perlu dikembangkan dan akhirnya lahirlah
bilangan pecahan.
3. Bilangan Rasional
Pada dasarnya bilangan rasional diperoleh dari suatu pembagian dua bilangan
m
bulat m dan n, ditulis dimana n ≠ 0. Bilangan yang dibagi (m) disebut
n
pembilang dan bilangan pembagi (n) disebut penyebut. Himpunan bilangan

rasional dinotasikan : Q= {mn|m , n∈ Z , n ≠ 0}


Bilangan pecahan dapat juga dinyatakan dalam bentuk decimal, seperti
contoh : 0.8, 0.975, 0.48, …, dengan jumlah angka (digit) dibelakang titik
decimal yang berhingga, tetapi ada juga bentuk pecahan decimal yang jumlah
angka dibelakang titik decimalnya yang tidak berhingga, seperti :
1 1
=0,3333 … , =0 , 1666 … . Pecahan seperti ini disebut pecahan decimal
3 6
berulang.
Setiap bilangan rasional dapat dinyatakan dalam bentuk decimal berulang,
contoh 17 = 17,0000. Sebaliknya, setiap bentuk decimal berulang selalu
dapat dinyatakan dalam bentuk rasional, contoh : bilangan x =
2,972972072…, dapat dinyatakan dalam bentuk rasional dengan cara seperti
berikut :

1000 x = 2972,972972…
x = 2,972972… -
2970
999 x = 2970 atau x=
999

4. Bilangan Irrasional

3
Selain bentuk decimal berulang, ada juga bentuk decimal tidak terulang, seperti
: e=2 , 71828 … , π =3,14159 … , √ 2=1,414213 …. Setiap bentuk decimal tak
terulang bukan bilangan rasional karena bentuk decimal tidak berulang tidak
m
mungkin dinyatakan dalam bentuk , m, n ∈ Z ,n ≠ 0. Himpunan semua
n
bilangan-bilangan dengan bentuk decimal tidak berulang disebut himpunan
bilangan irrasional.

5. Bilangan Real
Gabungan antara himpunan bilangan rasional (pecahan) dengan himpunan
bilangan bilangan irrasional menghasilkan himpunan bilangan real. Himpunan
bilangan real dapat dinyatakan dalam garis bilangan-bilangan real, suatu garis
lurus yang setiap titiknya mewakili satu dan hanya satu bilangan real dan
sebaliknya setiap bilangan real dapat dinyatakan oleh satu dan hanya satu titik
pada garis tersebut. Sedemikian rupa sehingga aturan titik-titik pada garis
tersebut bersesuaian dengan relasi urutan antara bilangan-bilangan real.
Himpunan bilangan real biasanya dinyatakan dengan notasi R. R bersama-
sama dengan operasi perkalian dan penjumlahan memenuhi sifat-sifat berikut :
1) Sifat tertutup terhadap penjumlahan dan perkalian
2) ( ∀ x , y ∈ R ) x+ y ∈ R∧xy ∈ R
3) Sifat komutatif
4) ( ∀ x , y ∈ R ) x+ y = y + x∧xy= yx
5) Sifat Asosiatif
6) ( ∀ x , y , z ∈ R ) x+ ( y+ z )=( x+ y )+ z ∧x ( yz )=( xy ) z
7) Sifat Distributif Perkalian terhadap Penjumlahan
8) ( ∀ x , y , z ∈ R ) x ( y + z )=xy + xz
9) Mempunyai Unsur Identitas
10) ( ∃0,1 ∈ R )( ∀ x ∈ R ) x +0=x∧x 1= x
11) Setiap unsur mempunyai invers penjumlahan dan invers perkalian
( ∀ x ∈ R )( ∃ y ∈ R ) x + y=0
( ∀ x ∈ R− {0 } ) ( ∃ z ∈ Z ) xz=1

4
Invers penjumlahan dari x diberi lambang –x dan invers perkalian dari x
1
diberi lambang .
x
6. Bilangan Kompleks
Himpunan bilangan kompleks adalah himpunan bilangan yang dinyatakan
notasi C={a+ib∨a . b ∈ R , i 2=−1 }.
Operasi penjumlahan dan perkalian bilangan kompleks didefinisikan sebagai
berikut :
Operasi Penjumlahan ;
( a+ib ) + ( c +id )=( a+ c ) +i(b+ d)
Operasi Perkalian;
( a+ib ) ( c +id )= ( ac−bd ) +i (ad +bc)
Secara geometri, suatu bilangan kompleks dapat dinyatakan dengan sebuah
titik pada bidang datar XY pada sistem koordinat.

1.2 Perbandingan antara Bilangan


Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana bilangan-bilangan nyata (real) saling
berhubungan satu sama lain secara relative. Hubungan antara bilangan nyata
menggunakan empat macam tanda ketidaksamaan. Tanda-tanda ketidaksamaan
yang dimaksud adalah :
1. Tanda < melambangkan “lebih kecil dari”, contoh : 4 < 5.
2. Tanda > melambangkan “lebih besar dari”, contoh : 6 > 5.
3. Tanda ≤ melambangkan “lebih kecil dari atau sama dengan”, contoh : x ≤ 5.
4. Tanda ≥ melambangkan “lebih besar dari atau sama dengan”, contoh : x ≥ 5.
Bilangan R (Real) mempunyai sifat-sifat hubungan perbandingan sebagai
berikut :
1. Jika a ≤ b, maka −a ≥−b, sedangkan jika a ≥ b, maka −a ≤−b.
2. Jika a ≤ b dan x ≥ 0 , maka xa ≤ xb, sedangkan jika a ≥ b dan x ≥ 0 , maka
xa ≥ xb.
3. Jika a ≤ b dan x ≤ 0 , maka xa ≥ xb, sedangkan jika a ≥ b dan x ≤ 0 , maka
xa ≤ xb.

5
4. Jika a ≤ b dan c ≤ d , maka a+ c ≤ b+ d , sedangkan jika a ≥ b dan c ≥ d ,
maka a+ c ≥ b+ d .
Contoh sifat 1 :
Misalkan a=5 dan b=7, a< b maka −a>−b, sebab −5>−7 , sedangkan jika
a=9 dan b=6 , a> b maka −a ←b, sebab −9←6 .

Contoh sifat 2 :
Misalkan a=5 dan b=7 serta x=2, a< b maka xa< xb sebab 2.5 < 2.7 atau
10 < 14, sedangkan jika a=9 dan b=6 serta x=2, a> b maka xa> xb ,
sebab 2.9 > 2.6 atau 18 > 12.

Contoh sifat 3 :
Misalkan a=5 dan b=7 serta x=−2, a< b maka xa> xb sebab (-2)(5) > (-
2)(7) atau -10 > -14, sedangkan jika a=9 dan b=6 serta x=−2, a> b maka
xa< xb , sebab (-2)(9) < (-2)(6) atau -18 < -12.

Contoh sifat 4 :
Misalkan a=5 dan b=7 serta x=4 dan d=6, a< b dan c <d maka
a+ c< b+d , sebab 5 + 4 < 7 + 6 atau 9 < 13, sedangkan jika a=9 dan b=6
serta c=8 dan d=7, a> b dan c >d maka a+ c> b+d , sebab 9 + 8 > 6 + 7
atau 17 > 13.

1.3 Operasi Bilangan


1. Operasi Penjumlahan
1) Jumlah dari dua bilangan positif (+a) dan (+b) adalah sebuah bilangan
positif baru (+c) yang nilainya lebih besar.
( +a )+ (+ b )=(+c )
Contoh : (+5) + (+7) = (+12)
2) Jumlah dari dua bilangan negative (-a) dan (-b) adalah sebuah bilangan
negative baru (-c) yang dinilainya lebih kecil.
(−a )+ (−b )=(−c )
Contoh : (-5) + (-7) = (-12)

6
3) Jumlah dari bilangan positif (+a) dan bilangan negative (-b) adalah
bilangan positif (+c) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b,
atau bilangan negative (-d) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga
mutlak b.
( +a )+ (−b )= (+ c ) jika |a|>¿ b∨¿
Contoh : (+8) + (-5) = (+3)
atau
( +a )+ (−b )= (−d ) jika |a|<¿ b∨¿
Contoh : (8) + (-12) = (-4)
4) Jumlah dari bilangan negative (-a) dan bilangan positif (+b) adalah
bilangan positif (+c) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b,
atau bilangan negative (-d) jika harga mutlak a lebih besar dari harga
mutlak b.
(−a )+ (+ b )= (+ c ) jika |a|<¿ b∨¿
Contoh : (-6) + (+9) = (+3)
atau
(−a )+ (+ b )= (−d ) jika |a|>¿ b∨¿
Contoh : (-8) + (6) = (-2)
2. Operasi Pengurangan
1) Selisih antara dua bilangan positif (+a) dan (+b) adalah bilangan positif
(+c) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b, atau bilangan
negative (-d) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b.
( +a )−( +b )=(+ c) jika |a|>¿ b∨¿
Contoh : (+8) – (+7) = (+1) atau
( +a )−( +b )=(−d) jika |a|<¿ b∨¿
Contoh : (+8) – (+9) = (-1)
2) Selisih antara dua bilangan negative (-a) dan (-b) adalah bilangan positif
(+c) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b, atau bilangan
negative (-d) jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b.
(−a )−(−b )=(+ c) jika |a|<¿ b∨¿

7
Contoh : (-8) – (-9) = (+1) atau
(−a )−(−b )=(−d) jika |a|>¿ b∨¿
Contoh : (-8) – (-7) = (-1)
3) Selisih antara bilangan positif (+a) bilangan negative (-b) adalah bilangan
positif (+c), hal ini identik dengan penjumlahan dua bilang positif.
( +a )−(−b )=(+ c)
Contoh : (+8) – (-9) = (+15)
4) Selisih antara bilangan negative (-a) dan bilangan positif (+b) adalah
bilangan negative (-c), hal ini identik dengan penjumlahan dua bilangan
negative.
(−a )−( +b )=(−c)
Contoh : (-8) – (+7) = (-15)

3. Operasi Perkalian
1) Hasil kali antara dua bilangan positif (+a) dan (+b), serta hasil kali antara
dua bilangan negative (-a) dan (-b), adalah sebuah bilangan positif (+c).
( +a ) × (+ b )=(+c ) (−a ) × (+ b )=(+c )
Contoh : (+8) x (+7) = (+56) (-8) x (-7) = (+56)
2) Hasil kali antara dua bilangan berlainan tanda (+a) dan (-b) atau (-a) dan
(+b) adalah bilangan negative (-c).
( +a ) × (−b )=(−c ) (−a ) × (+ b )=(−c )
Contoh : (+8) x (-7) = (-56) (-8) x (+7) = (-56)
4. Operasi Pembagian
1) Hasil bagi antara dua bilangan positif (+a) dan (+b), serta hasil bagi antara
dua bilangan negative (-a) dan (-b), adalah sebuah bilangan positif (+c).
( +a ) ÷ ( +b ) =(+ c) (−a ) ÷ (−b )=(+ c)
Contoh : (+4) ÷ (+2) = (+2) (-4) x (-2) = (+2)
2) Hasil bagi antara dua bilanganyang berlainan tanda (+a) dan (-b) atau (-a)
dan (+b) adalah sebuah bilangan negative (-c).
( +a ) ÷ (−b )=(−c) (−a ) ÷ ( +b )=(−c)
Contoh : (+4) ÷ (-2) = (-2) (-4) x (+2) = (-2)

8
1.4 Operasi Bilangan Pecahan
Bilangan pecehan adalah bilangan rasional yang tidak bulat atau tidak utuh.
Berdasarkan cara penulisannya, bilangan pecahan dapat dibedakan atas pecahan
biasa dan pecahan desimal. Pecahan biasa selalu menunjukkan pembagian antara
1
dua bilangan, sebagai contoh: pecahan menunjukkan bentuk pembagian 1:4.
4
Setiap pecahan biasa pada dasarnya dapat diubah bentuk menjadi pecahan
desimal, yakni dengan cara mengisikan atau mencantumkan angka-angka tertentu
1
yang memenuhi di belakang tanda koma, jadi pecahan biasa dapat dituliskan
4
menjadi pecahan desimal 0,25.
Dalam suatu pecahan biasa terdapat dua angka, yaitu angka terbagi
(numerator atau pembilang) dan angka pembagi (denominator atau penyebut).
Angka terbagi terletak di atas garis bagi, sedangkan angka pembagi terletak di
1
bawahnya, dalam contoh , angka 1 adalah pembilang dan angka 4 adalah
4
penyebut.
Berdasarkan nilai (harga mutlak) angka-angka pecahan biasa dapat dibedakan
atas tiga macam, yaitu pecahan layak, pecahan tak layak dan pecahan kompleks.
Pecahan layak adalah yang harga mutlak angka pembilangnya lebih kecil dari
harga mutlak angka penyebutnya, apabila pecahan layak ini diubah ke bentuk
desimal maka angka di depan tanda koma akan selalu berupa angka nol. Pecahan
1
dalam contoh di atas merupakan contoh layak. Sedangkan pecahan tak layak
4
adalah pecahan yang harga mutlak angka pembilangnya lebih besar dari harga
mutlak angka penyebutnya. Jika diubah ke bentuk desimal maka angka di depan
3 5
tanda koma sealu angka bukan nol, contoh pecahan tak layak: , yang apabila
3 4
didesimalkan masing-masing berbentuk : 1,0; 1,25.
Pecahan kompleks adalah pecahan yang pada salah satu atau kedua angkanya
merupakan angka pecahan juga. Dalam penulisan sebuah pecahan kompleks,
garis bagi yang memisahkan antara angka pembilang utama dan angka penyebut

9
1 1
1
2 1
utama harus dibuat lebih panjang dari garis lainnya, contoh : 1 , , . Apabila
2 1
2
4
sebuah bilangan terdiri dari bilangan bulat dan bilangan pecahan maka ia disebut
1 1
bilangan campuran. Angka 2 atau 2,5 adalah bilangan campuran karena 2
2 2
1
dapat ditulis menjadi 2+ atau 2,5 = 2 + 0,5. Pecahan tak layak pada
2
hakekatnya adalah bilangan campuran karena ia dapat diuruikan menjadi bilangan
bulat dan bulangan pecahan, bahkan ia dapat berubah menjadi bilangan bulat saja.
Itulah sebabnya ia disebut pecahan tak layak, karena ia tak murni sebagai sebuah
pecahan.

1. Operasi Pemadanan
Angka-angka atau suku-suku dalam sebuah pecahan dapat diperbesar atau
diperkecil tanpa mengubah nilai pecahayannya, selama kedua sukunya
(pembilang dan penyebut) dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama.
Secara umum dapat ditulis sebagai berikut ;
Memperbesar Pecahan : Memperkecil Pecahan
a a ×c :
=
b b ×c a a :c
=
b b :c
Contoh memperbesar pecahan :
3 3× 4 12 12 12× 5 60
= = , = =
4 4 × 4 16 16 16 ×5 80
3 12 60
Pecahan-pecahan , , adalah pecahan sepadan.
4 16 80
3
Pembesaran pecahan dapat dilakukan secara tak terbatas.
4
Contoh memperkecil pecahan :
24 24 : 2 12 12 12 :3 4
= = ; = =
30 30 : 2 15 15 15 :3 5
24 12 4
Pecahan-pecahan , dan adalah pecahan yang sepadan.
30 15 5

10
Pengecilan pecahan bersifat terbatas, hanya dapat memperkecil sebuah
pecahan sampai padabentuk paling sederhana, yakni kedua suku pada
pecahan bersangkutan tidak lagi mempunyai pembagi bersama. Dalam
contoh di atas, 2 merupakan pembagi bersama atas 24 dan 30, selanjutnya 3
merupakan pembagi bersama atas 12 dan 15, maka tetapi tidak terdapat
4
pembagi bersama atas 4 dan 5. Hal ini berarti merupakan bentuk paling
5
24
sederhana dari .
30

2. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan


Dua buah pecahan atau lebih hanya dapat ditambahkan dan dikurangkan
apabila memiliki suku-suku pembagi yang sama atau sejenis. Hal ini berarti
apabila suku-suku pembagiannya belum sama, terlebih dahulu harus
disamakan sebelum pecahan-pecahan tersebut ditambahkan atau dikurangkan.
Untuk menyamakan suku-suku pembagiannya, diusahakan pecahan-pecahan
tersebut memiliki suku pembagi terkecil (spbt).
Contoh :
5 1 6
1) + =
5 2 7
6 2 4 1
2) − = =
8 8 8 2
3 2 1 2 3
3) + = + = =1
9 3 3 3 3
3 2 1 2 −1
4) − = − =
9 3 3 3 3

Angka 3 dalam contoh 3) dan 4) di atas adalah spbt. Apabila pecahan-


pecahan yang akan dijumlahkan atau dikurangkan tidak mempunyai spbt,
hasil kali antara suku-suku pembaginya merupakan spbt.
Contoh :
7 2
1) + =¿… spbt-nya adalah a × b
a b

11
7 2 7 b 2 a 7 b+2 a
+ = + =
a b ab ab ab
3 2
2) + =¿ … spbt-nya adalah 7 x 3 = 21
7 3
3 2 9 14 9+ 14 23 2
+ = + = = =1
7 3 21 21 21 21 21
Penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan campuran dapat dilakukan
dengan cara menambahkan atau mengurangkan bilangan-bilangan bulatnya
dulu, kemudian menambahkan atau mengurangkan pecahan dengan
pecahanya. Jadi tidak harus dengan mengubah bilangan-bilangan campuran
tersebut menjadi pecahan tak layak terlebih dahulu.
Contoh :
3 2 3 2
( )5
3) 2 +3 =( 2+3 ) + + =5+ =5
7 7 7 7 7
5
7
atau dengan cara mengubah ke bentuk pecahan tak layak.
3 2 17 23 40 5
2 +3 = + = =5
7 7 7 7 7 7

3. Operasi Perkalian
Perkalian antar pecahan dilakukan dengan cara mengalikan suku-suku
sejenis, suku terbagi dikalikan dengan suku terbagi dan suku pembagi
dikalikan dengan suku pembagi. Perkalian yang mengandung bilangan
campuran dilakukan dengan cara mengubahnya terlebih dahulu menjadi
pecahan tak layak sebelum dikalikan. Secara umum dapat dirumuskan sebagi
berikut :
a x ax
× =
b y by
x p ay + x bq+ p ( ay+ x)(bq+ p)
a ×b = × =
y q y q yq
Contoh :
3 5 3 × 5 15 5
1) × = = =
4 6 4 × 6 24 8
1 1 17 11 187 3
2) 4 ×5 = × = =23
4 2 4 2 8 8

12
4. Operasi Pembagian
Pembagian antar pecahan dapat dilakukan dengan 3 (tiga) macam cara, yaitu :
Cara I :
Kalikan pecahan terbagi (pembilang) dengan kebalikan dari pecahan pembagi
(penyebut).
a x a y ay
: = × =
b y b x bx

Contoh :
7 1 7 4 28 4 1
: = × = =3 =3
8 4 8 1 8 8 2

Cara II :
Ubah terlebih dahulu kedua pecahan terbagi dan pecahan pembagi sehingga
keduannya mempunyai suku pembagi bersama terkecil (spbt), batalkan
(coret) spbt tersebut dan kemudian bagilah suku-suku terbagi yang tersisa.
a x ay bx ay by ay
: = : = × =
b y by by by bx bx
Contoh :
2 1 8 3 8 8 8 2
: = : = × = =2
3 4 12 12 12 3 3 3

Cara III :
Kalikan terlebih dahulu kedua pecahan dengan spbt-nya, selesaikan atau
sederhanakan masing-masing pecahan dan kemudian baru dibagi.
a x a
( x
)( )
: = ×by : × by = ( ay ) : ( bx )=
b y b y
ay
bx
spbt-nya adalah by
Contoh :
1 1 1
( 1
)(
: = ×12 : × 12 =3: 4=
4 3 4 3
3
4 )

13
1.5 Perhitungan Rasio
1. Rasio Tunggal
Pecahan dan rasio merupakan pernyataan yang berbda untuk hal yang sama,
1
rasio 1:3 berarti sama sebagai pecahan .
3
a
Secara umum : a ∶ b= dimana a , b ∈ N . Pecahan dapat diartikan
b
sebagai, rasio yang menjelaskan hubungan antara kuantitas yang sejenis yang
dinyatakan dalam satuan yang sama. Oleh karena pecahan adalah rasio,
maka rasio tidak berubah harga jika kedua bilangan dikalikan atau dibagi
dengan bilangan yang sama, misalnya ; 10 : 12 = 20 : 24 = 5 : 6 = 40 : 48
dan sebagainya. Bilangan yang diperbandingkan dalam rasio adalah bilangan
buat dalam bentuk yang paling sederhana, misalnya ; 10 : 15 = 20 : 30 = 2 : 3
= 1 : 1,5. Dalam contoh tersebut yang dijadikan rasio adalah 2 : 3.
2. Rasio Majemuk
Rasio majemuk diperoleh dengan mengalikan serentak dua atau lebih rasio
yang terpisah. Misalkan rasio ; x: y dikalikan dengan a : b,
x a x ×a
× = =xa : yb .
y b y×b
Contoh :
Sebuah toko menaikkan harga beberapa barangnya dalam rasio 5 : 2, sebulan
kemudian toko tersebut melakukan penjualan obral dengan menurunkan
harga barangnya dalam rasio 3 : 4. Tentukanlah :
1) Harga jual barang uang semua seharga Rp. 20.000
2) Harga semula barang yang ditawarkan dengan harga orbal Rp.35.000
Jawab :
1) Rasio harga semula terhadap obral :
5 3 15
× =
2 4 8
15
Jadi harga barang yang semula harga Rp.20.000 = x 20.000 = 37.500.
8
15
2) Harga semula × =¿ Harga obral
8

14
8
Harga semula = Harga obral ×
15
8
Harga semula = 35.000 × = 18.667
15

3. Memperbandingkan Rasio dan Membagi dengan Jumlah Total dari


Rasio
Misalnya diketahui rasio antara pria dan wanita adalah 2 : 3, berarti setiap dua
pria ada tiga wanita atau juga dapat dikatakan setiap lima orang ada dua pria
2 3
dan tiga wanita atau adalah pria dan adalah wanita.
5 5

Contoh :
1) Sebuah kelas di Preston Technical College mempunyai 20 orang. Rasio
antara pria dan wanita adalah 3 : 7. Berapa banyak pria dan wanita
dalam kelas tersebut?
2) Misalnya rasio yang ditetapkan pada soal 1 merupakn rasio umum untuk
semua kelas di Preston Technical College. Berapa jumlah wanita dalam
suatu jelas jika diketahui ada 9 pria?
Jawab :
1) Rasio pria : wanita = 3 : 7, ini berarti dari setiap 10 (3 x 7) orang ada 3
3 7
pria dan 7 wanita atau adalah pria dan adalah wanita.
10 10
3 7
Jadi, jumlah pria ¿ ×20=6 dan jumlah wanita ¿ ×20=14 .
10 10
2) Diketahui :
Rasio pria : wanita = 3 : 7
Jumlah pria = 9 orang
Ditanya :
Jumlah Wanita = … ?
Misalnya n = jumlah keseluruhan siswa dalam kelas.

15
3 10
Jumla pria ¿ ×n atau n= × jumlah pria
10 3
10
n= ×9=30
3
7 7
Jumlah Wanita ¿ ×n= ×30=21
10 10
Jadi, 21 orang daam kelas tersebut adalah wanita.
4. Meningkatkan dan Menurunkan dengan Rasio
a
Misalkan diketahui rasio ; a :b atau , maka yang disebut dengan
b
meningkatkan dengan rasio apabila a> b, sedangkan yang disebut dengan
menurunkan dengan rasio apabila a< b.
Contoh :
1) Gaji si Adul naik ratio 5 : 6. Kalau sebelumnya ia memperoleh gaji
Rp.2.000.000 per bulan. Berapakah gaji si Adul sekarang per bulan ?
2) Gaji si Budi diturunkan dengan rasio 9 : 11. Kalau sebelumnya ia
mendapatkan upah Rp. 200.000 per minggu. Berapakah upah si Budi
sekarang per minggu ?
3) Sebuh took menaikkan harga barang-barang dalam rasio 5 : 4. Tentukan :
a. Harga baru atas barang semula harganya Rp. 8.000,
b. Harga semula atas barang yang harga barunya Rp. 20.000.
Jawab :
1) Diketahui :
Rasio gaji sebelumnya dengan gaji sekarang adalah 5 : 6
Gaji sebelumnya Rp. 2.000.000
Ditanya :
Gaji sekarang = … ?
6
Gaji sekarang ¿ ×Gaji sebelumnya
5
6
Gaji sekarang ¿ × 2.000.000=2.400 .000
5
Jadi, gaji si Adul sekarang adalah Rp. 2.400.000 per bulan.

16
2) Diketahui :
Rasio upah sebelumnya dengan upah sekarang adalah 11 : 9
Upah sebelumnya Rp. 200.000
Ditanya :
Upah sekarang = …?
9
Upah sekarang ¿ ×Upah sebelumnya
11
9
Upah sekarang ¿ ×200.000=163.636,4
11
Jadi, upahsi Budi sekarang adalah Rp. 163.636,4 per minggu.

3) Diketahui :
Rasio antara harga baru dengan harga semula = 5 : 4
Ditanya :
a. Jika harga semua = Rp.8.000, harga baru = …?
b. Jika harga baru = Rp. 20.000, harga semula = … ?

Jawab:
5
a. Harga baru ¿ × harga semula
4
5
Harga baru ¿ ×8.000=10.000
4
4
b. Harga semula ¿ × harga baru
5
4
Harga semula ¿ ×20.000=16.000
5
1.6 Penutup
1. Benarkah bahwa jika a< x<b , maka selalu xa< xb ?
2. Mana yang salah diantara pernyataan-pernyatan berikut ?
a. Bilangan positif berpangkat genap menghasilkan bilangan positif.
b. Bilangan negative berpangkat genap menghasilkan bilangan positif.
c. Bilangan negative berpangkat ganjil menghasilkan bilangan negative.
d. Bilangan positif berpangkat ganjil menghasilkan bilangan negative.

17
3. Ubahlah pecahan-pecahan biasa di bawah ini menjadi pecahan decimal,
sampai dengan tiga angka di belakang koma :
5 3 −3
a. c. e.
8 20 7
9 11 13
b. d. f.
12 5 −9
4. Tentukan spbt dari pasangan-pasangan pecahan berikut :
5 5 1 6 3 2
a. dan c. 4 dan e. 2 dan 3
6 12 3 7 6 5
3 4 3 1
b. dan d. dan 5
8 6 7 6
5. Hitunglah jumlah dari masing-masing pasangan pecahan dalam soal 4 di atas.
6. Hitunglah selisih dari masing-masing pasangan pecahan dalam soal 4 di atas
dan sajikan seara decimal.
7. Hitunglah hasil kali dari masing-masing pasangan pecahan dalam soal 4 di
atas.
8. Hitunglah hasil bagi dari masing-masing pasangan pecahan dalam soal 4 di
atas dan nyatakan hasilnya dalam bentuk decimal.
9. Selesaikan :
4 3 1 4 3 1
a. + + c. × ×
5 7 2 5 7 2
4 3 1 4 3 1
b. − − d. : :
5 7 2 5 7 2
10. Selesaikan :
a. 0,32 + 0,08 + 0,12 c. 0,32 × 0,08 × 0,12
b. 0,32 - 0,08 - 0,12 d. 0,32 ÷ 0,08 ÷ 0,12
11. Berapa banyak dari laba sebesar Rp. 14.750.000 yang akan diterima oleh Pak
Daeng, Pak Sangkala, Pak Baco, jika mereka mengadakan usaha sekawan.
Kontribusi Pak Daeng 2,5 kali dari Pak Sangkala yang memberikan
kontribusi 40% lebih besar dari Pak Baco.
12. Suryamas bersaudara yakni Eki, Aldi dan Ina mengadakan usaha patungan
dengan mendirikan Balai Pertemuan. Mereka masing-masing menanam
modal berturut-turut Rp. 2.000.000, Rp. 4.000.000 dan Rp. 3.000.000. bunga

18
yang dibayar atas modal yang ditanam pada suku 10,25% p.a. dan laba dibagi
menurut proporsi modal ditanam. Jika laba dalam setahun Rp. 3.622.500
(diluar bunga yang dibayar), berapa penerimaan masing-masing dari bunga
dan laba ?

19
SESI PERKULIAHAN KE : 3-4

TIK
Mahasiswa mampu menerapkan konsep fungsi atau persamaan dalam menyelesaikan
masalah-masalah bisnis.
Sasaran pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian fungsi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jensi fungsi.
3. Mahasiswa mampu menggambar fungsi linier.
4. Menyelesaikan sistem persamaan linier.

Pokok Bahasan : Fungsi


Deskripsi Singkat :
Pemahaman akan konsep fungsi sangat penting dalam mempelajari kegiatan ekonomi
dan bisnis, banyak permasalahan bisnis yang dapat diselesaikan dengan penerapan
fungsi, baik fungsi yang berbentuk persamaan maupun yang berbentuk pertidaksamaan.
Dalam bab ini akan diuraikan : pengertian dan unsur-unsur fungsi, jenis-jenis fungsi,
grafik fungsi linier, membangun fungsi linier, sistem persamaan linier serta beberapa
penerapan fungsi linier dalam ekonomi dan bisnis. Pentingnya memperlajari bab ini
adalah untuk memberikan pemahaman dasar tentang konsep fungsi atau persamaan
dalam memecahkan persoalan-persoalan bisnis.

Bahan bacaan :
1. Anton, Horwad. 1988. Aljabar Linier Elementer, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Badrudin R, Algifari. 1997. Matematika Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
3. Dumairy. 1990. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
4. Habieb Marno, H. Aziz Eddy. 2004. Matematika Ekonomi & Bisnis, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
5. PEDC. 1987. Matematika Keuangan. Bandung: PEDC.
6. Sembiring, L. dkk. 1997. Matematika Keuangan. Bandung: M2S.
7. Surbakty, DM. 1990. Matematika Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Kesaint Blane Indah.

Pertanyaan kunci/tugas :
1. Beri contoh pentingnya memahami konsep fungsi dalam kehidupan sehari-hari ?
2. Apa yang dimaksud dengan fungsi ?
3. Bagaimana mengubah suatu persamaan menajdi persamaan lain dengan benar ?
4. Sebutkan metode yang digunakan dalam menyelesaikan suatu sistem persamaan linier
5. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk menerjemahkan suatu informasi ke
dalam bentuk persamaan ?
6. Jelaskan penggolongan sistem bilangan ?
BAB II FUNGSI

Pendahuluan
Pada bab II ini akan diuraikan jenis-jenis fungsi, grafik fungsi, membangun
fungsi, penyelesaian sistem persamaan linier dan pernerapan fungsi dalam
ekonomi dan bisnis. Materi pada bab ini digunakan dalam matakuliah statistika
bisnis, manajemen produksi dan operasi. Setelah menyelesaikan materi ini,
mahasiswa akan dapat menerapkan konsep fungsi dalam kegiatan ekonomi dan
bisnis.

2.1 Pengertian dan Unsur-Unsur Fungsi


Fungsi adalah suatu bentuk hubungan matematis yang menyatakan hubungan
ketergantungan (hubungan fungsional) antara satu varibel dengan variable yang
lain. Sebuah fungsi dibentuk oleh beberapa unsur. Unsur-unsur pembentuk
himpunan adalah variable, koefisien dan konstanta. Variable dan koefisien selalu
ada dalam setiap bentuk fungsi, tetapi tidak demikian halnya dengan konstanta.
Sebuah fungsi yang secara nyata dinyatakan dalam bentuk persamaan atau
pertidaksamaan, mungkin mengandung sebuah konstanta dan mungkin pula tidak.
Sekalipun sebuah persamaan atau pertidaksamaan tidak mengandung konstanta,
tidaklah mengurangi artinya sebagai sebuah fungsi.
Variabel adalah unsur pembentuk fungsi yang mewakili faktor tertentu,
dilambangkan (berdasarkan kesepakatan umum) dengan huruf Latin. Dalam
matematika, variable dalam sebuah persamaan lazimnya dituliskan dengan huruf
kecil. Berdasarkan kedudukan atau sifatnya, di dalam sebuah fungsi, variable
dibedakan atas dua macam yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable
bebas (independent variable) adalah variable yang nilainya tidak tergantung pada
variable lain, sedangkan variable terikat (dependent variable) adalah yang
nilainya tergantung pada variable lain.
Koefisien adalah bilangan atau angka yang terikat pada dan terletak di depan
suatu variable dalam sebuah fungsi. Konstanta adalah bilangan atau angka yang

19
(kadang-kadang) turut membentuk sebuah fungsi tetapi berdiri sendiri sebagai
bilangan dan tidak terkait pada suatu variable tertentu.
Secara umum sebuah fungsi dinyatakan dengan notasi : y=f (x ).
Contoh : y=2+3 x atau f ( x )=2+3 x
Bentuk y=f (x ) di atas berarti y merupakan fungsi dari x, besar
kecilnya nilai y tergantung pada nilai x. Masing-masing x dan y adalah
variable, x adalah variable bebas karena nilainya tidk tergantung pada
variable lain (y), sebaliknya, y adalah variable terikat karena nilainya
tergantung pada nilai (x), angka 3 adalah koefisien angka 1, tetapi angka 1 di
depan sebuah variable bisanya tidak tertuliskan. Angka 2 dalam persamaan
di atas adalah sebuah konstanta.

2.2 Jenis-Jenis Fungsi


Secara garis besar fungsi dapat dikelompokkan atas dua kelompok yaitu
kelompok fungsi aljabar dan kelompok fungsi non aljabar. Rincian jenis-jenis
fungsi selengkapnya data dilihat pada diagram berikut :

Fungsi

Fungsi Aljabar Fungsi Transenden

F. Eksponensial
F. Irrasional F. Rasioal
F. Logaritma
F. Trigonometri
F. Hipernolik
F. Polinom F. Pengkat
F. Linier
F. Kuadrat
F. Kubik

Gambar 2.1 Pengelompokkan Fungsi

20
Fungsi polinom adalah fungsi yang mengandung banyak suku (polinom)
dalam variable bebasnya. Bentuk umum fungsi polinom adalah :
2 n
y=f ( x )=a0 + a1 x +a 1 x + …+a n x
Pangkat tertinggi pada variabel suatu fungsi polinom mencerminkan derajat
polinomnya, sekaligus juga mencerminkan derajat persamaan atau fungsi tersebut.
Fungsi linier adalah fungsi polinom khusus yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat satu. Bentuk umum fungsi linier adalah :
y=f ( x )=a0 + a4 x , a 0=¿ konstanta, a 1 ≠ 0
Fungsi-fungsi lain yang pangkat tertinggi dari variabelnya lebih dari satu,
secara umum disebut fungsi non-linear, meliputi fungsi kuadrat, fungsi kubik dan
seterusnya. Fungsi kuadrat adalah fungsi polinom yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat dua, bentuk umum fungsi kuadrat adalah :
y=a0 +a 1 x+ a2 x ; a0 adalah konstanta, sedangkan a 1 dan a 2 adalah koefisien,
2

a 2 ≠ 0.
Fungsi kubik adalah fungsi polinom yang pangkat tertinggi dari variabelnya
adalah pangkat tiga. Bentuk umum fungsi kubik adalah : y=a0 +a 1 x+ a3 x3 ; a 0
adalah konstanta, sedangkan a 1, a 2 dan a 3 adalah koefisien, a 3 ≠ 0.
Fungsi eksponensial adalah fungsi yang variabel bebasnya merupakan
pangkat dari suatu konstata bukan nol. Bentuk umum fungsi eksponensual
adalah:
x
y=n , n>0
Fungsi logaritma adalah fungsi balik (inverse) dari fungsi eksponensial,
variabel bebasnya merupakan bilangan logaritmik. Bentuk umum fungsi
logaritma adalah :
n
y=f ( x )=❑ log x
Fungsi trigonometric dan fungsi hiperbolik adalah fungsi yang variabel
bebasnya merupakan bilangan-bilangan trigonometric. Contoh fungsi
trigonometric :
y=f ( x )=sin 2 x
Contoh fungsi hiperbolik : y=f ( x )=arc cos 5 x

21
Selain pembagian jenis fungsi seperti yang telah diuraikan di atas, fungsi juga
dapat dibedakan berdasarkan letak ruas variabel-variabelnya atas dua jenis yaitu
fugsi eksplisit dan fungsi implicit. Fungsi eksplisit adalah fugsi yang variabel
bebasnya dan variabel terikatnya terletak di ruas yang berlainan. Sedangkan
fungsi implicit adalah fungsi yang variabel bebas dan terikatnya terletak di satu
ruas yang sama, di ruas kiri semua atau di ruas kanan semua. Secara operasional,
bentuk umum persamaan fungsi yang eksplisit dan yang implisit dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Fungsi

Fungsi Bentuk Eksplisit Bentuk Implisit


Umum y=f ( x ) f ( x , y )=0

Linier y=a0 +a 1 x a 0+ a1 x − y=0

Kuadrat y=a0 +a 1 x+ a2 x2 a 0+ a1 x + a2 x 2− y =0

Kubik y=a0 +a 1 x+ a2 x2 +a 3 x 3 a 0+ a1 x + a2 x 2 +a3 x 3− y=0

Setiap fungsi yang berbentuk eksplisit senantiasa dapat diimplisitkan, tetapi


tidak semua fungsi implisit dapat diubah menjadi bentuk eksplisit. Sebagai
contoh, persamaan implisit x 2−5 x + y2 −3 y =0 adalah mustahil dapat
dieksplisitkan.

2.3 Grafik Fungsi Linier


Setiap fungsi yang berbentuk eksplisit atau biasa dieksplisitkan dapat
disajikan secara grafik pada bidang sistem koordinat (sepasang sumbu silang).
Gambar yang dihasilkannya mungkin berupa garis lurus atau berupa kurva,
tergantung pada jenis fungsi. Gambar dari sebuah fungsi dapat dihasilkan dengan
cara menghitung koordinat titik-titik yang memenuhi persamaannya dan
kemudian memindahkan pasangan-pasangan titik tersebut ke sistem sumbu silang.
Dalam menggambarkan suatu fungsi terdapat kebiasaaan meletakkan variabel
bebas pada sumbu horizontal (absis) dan variabel terikat pada sumbu vertical
(ordinat).

22
Penggambaran fungsi linier adalah yang mudah dilakukan, setiap fungsi linier
akan menghasilkan sebuah garis lurus (boleh juga disebut kurva linier). Untuk
menggambarkan sebuah fungsi linier dapat dilakukan dengan dua acara :
1. Mengambil minimal 2 titik pada sumbu x kemudian menentukan nilai pada
sumbu y sesuai dengan bentuk fungsinya. Titik-titik perpotongan antara nilai
pada sumbu x dan nilai pada sumbu y dihubungkan dengan garis lurus.
2. Menentukan titik potong pada sumbu x (y = 0) dan menentukan titik potong
dengan sumbu y (x = 0). Kedua titik potong tersebut dihubungkan dengan
garis lurus.
Contoh 2.1 :
Gambarkan kurva dari fungsi linier berikut : y=2+ x

1. Cara mengambil beberapa titik pada sumbu x

x 0 1 2 3 4
y 2 3 4 5 6

Gambar 2.2 Menentukan Fungsi dengan Mengambil 2 Titik pada Sumbu x

2. Menentukan titik potong pada sumbu x dan sumbu y. Titik potong pada
sumbu x menyebabkan nilai y = 0, sehingga :
y=2+ x
0=2+ x
x=−2
Jadi, titik potong dengan sumbu x adalah (-2,0)
Titik potong pada sumbu y menyebabkan nilai x = 0, sehingga :

23
y=2+ x
y=2+ 0
y=2
Jadi, titik potong dengan sumbu x adalah (0,2)

Gambar 2.3 Menentukan Fungsi dengan Mencari Titik Potong


pada Sumbu x dan y

2.4 Membangun Fungsi Linier


Sebuah fungsi linier dapat dibentuk melalui beberapa macam cara tergantung
pada data yang tersedia. Pada prinsipnya sebuah fungsi linier atau persamaan
linier dapat dibangun berdasarkan dua unsur. Unsur tersebut dapat berupa
penggal garisnya, lereng garisnya atau koordinat titik-titik yang memenuhi
persamaannya. Berikut ini dicontohkan empat macam cara yang dapat dilakukan
untuk membangun sebuah fungsi linier, masing-masing berdasarkan ketersediaan
data yng diketahui.
Keempat cara yang dimaksud adalah : Cara Dwi-koordinat, Cara Koordinat-
lereng, Cara Penggal-lereng, Cara Dwi-penggal. Adapun urain dari masing-
masing cara di atas adalah :
1. Cara Dwi-Koordinat
Dari dua titik dapat dibentuksebuah persamaan linier yang memenuhi
kedua titik tersebut. Misalkan diketahui dua buah titik A dan B dengan

24
koordinat masing-masing ( x 1 , y 1 ) dan ( x 2 , y 2 ) maka rumus persamaan
liniernya adalah :
y− y1 x−x 1
=
y 2− y 1 x 2−x 1
Contoh 2.2 :
Diketahui titik A (2,1) dan titik B (4,3), tentukan persamaan liniernya ?
Penyelesaian ;
Dari titik A diketahui ( x 1 , y 1 ) =(2 , 1) dan dari titik B diketahui
( x 2 , y 2 ) =(4 , 3)
y−1 x−2
=
3−1 4−2
y−1 x−2
=
2 2
2 ( y−1 )=2 ( x−2 )
2 y−2=2 x−4
2 y=2 x−4 +2=2 x−2
y=x −1
2. Cara Koordinat Lereng (Gradien)
Dari sebuah titik dan suatu lereng dapat dibentuk sebuah persamaan
linier atau fungsi linier yang memenuhi titik dan lereng (gredien) tersebut.
Misalkan diketahui sebuah titik A dengan koordinat ( x 1 , y 1 ) dan lereng
garisnya adalah B, maka rumus mencari persamaan liniernya adalah :
y− y1 =b ( x−x 1 )
Contoh 2.3 :
Misalkan diketahui titik A (2, 1) dan lereng garisnya adalah 2, tentukan
persamaan garis liniernya ?
Penyelesaian :
Diketahui koordinat titik A adalah ( x 1 , y 1 ) = (2,1) dan b = 2
y− y1 =b ( x−x 1 )
y−1=2 ( x −2 )
y−1=2 x −4

25
y=2 x−4+1=2 x−3
Jadi, persamaan liniernya adalah y=2 x−3
3. Cara Penggal Lereng
Sebuah persamaan linier dapat dibangun apabila diketahui penggalnya
(titik potong) pada salah satu sumbu dan lereng garis yang memenuhi
persamaan tersebut. Rumus mencari liniernya adalah :
y=a+bx , a=¿ penggal, b = lereng
Contoh 2.4 :
Misalkan penggal dan lereng garis y=f (x ) masing-masing adalah 3 dan 2,
tentukan persamaan liniernya ?
Penyelesaian :
Diketahui : a = 3 dan b = 2
y=a+bx
y=3+ 2 x
Jadi y=f ( x )=3+2 x

4. Cara Dwi Penggal


Sebuah fungsi linier atau persamaan linier dapat dibangun apabila
diketahui penggal garis tersebut pada masing-masing sumbu, yakni penggal
pada sumbu vertikal (ketika x = 0) dan penggal pada sumbu horizontal (ketika
y = 0). Milsakan a dan c masing-masing adalah titik potong atau penggal
pada sumbu vertical dan sumbu horizontal dari sebuah garis lurus, maka
persamaan garisnya dapat ditentukan dengan rumus :
a
y=a− x , a=¿ penggal vertical atau titik potong dengan sumbu y
c
c=¿ penggal horizontal atau titik potong dengan
sumbu x.
Contoh 2.5 :
Misalkan titik potong sebuah garis lurus pada sumbu vertical dan horizontal
adalah masing-masing 2 dan 4, tentukan persamaan liniernya ?
Peryelesaian :
Diketahui a = 4 dan c = 2

26
a
y=a− x
c
4
y=4− x
2
y=4−2 x
Jadi, persamaan liniernya adalah : y=4−2 x
2.5 Sistem Pensamaan Linier
Sistem persamaan linier secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
a 11 x1 + a12 x 2+ a13 x 3 +…+ a1 n x n=b11
a 21 x1 + a22 x 2+ a23 x 3 +…+ a2 n x n=b21
a 31 x1 + a32 x 2+ a33 x 3 +…+ a3 n x n=b31
………………………………………………….
a m 1 x 1+ am 2 x2 +a m 3 x 3 +…+ amn x n=bm 1

Sistem persamaan di atas biasa disebut sistem persamaan dengan m


persamaan dalam n variabel. Hal yang penting dari suatu sistem persamaan
adalah menentukan solusi atau penyelesaian dari sistem persamaan tersebut. Ada
4 (empat) metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan ;
Metode Substitusi, Metode Elimiasi, Metode Determinan, Metode Grafik.
Berikut ini diuraikan penggunaan metode-metode tersebut :

1. Metode Substitusi
Dua persamaan dengan dua variabel dapat diselesaikan dengan cara
menyelesaikan terlebih dahulu sebuah persamaan untuk salah satu variabel,
kemudian mensubstitusikannya ke dalam persamaan yang lain.
Contoh 2.6 :
Carilah nilai variabel x dan variabel y dari dua persamaan berikut :
2x + 3y = 7 … (1)
x + 4y = 6 … (2)
Penyelesaian :
Selesaikan lebih dahulu salah satu persamaan untuk variabel tertentu,
misalkan variabel x untuk persamaan (2), hasilnya adalah :

27
x + 4y = 6
x = 6 – 4y … (2a)
Substitusi persamaan (2a) ke persamaan (1), hasilnya sebagai berikut :
2x + 3y = 7
2 (6 – 4y) + 3y = 7
12 – 8y + 3y = 7
-5y = 7 – 12 = -5
−5
y= =1 …(3)
−5
Substitusi persamaan (3) ke persamaan (2a), hasilnya :
x=6−4 y
x=6−4 ( 1 )=6−4=2
Jadi, nilai variabel x = 2 dan variabel y = 1.

2. Metode Eliminasi
Dua persamaan dengan dua variabel data diselesaikan dengan metode
menghilangkan untuk sementara (mengeliminasi) salah satu dari variabel
yang ada sehingga dapat dihitung nilai dari variabel yang lain.
Contoh 2.7 :
Carilah nilai variabel x dan variabel y dari dua persamaan berikut :
3 x+ 2 y =9 … ( 1 )
4 x+ y=7 … ( 2 )
Penyelesaian :
Misalkan variabel yang mau dieliminasi adalah y, maka samakan
koefisien variabel y dari kedua persamaan dengan cara kalikan persamaan (1)
dengan 1 dan persamaan (2) dengan 2, sehinga diperoleh :
3 x+ 2 y =9|x 1|3 x+ 2 y =9
4 x+ y=7|x 2|8 x +2 y=14
Agar variabel y hilang, kurangkan kedua persamaan baru di atas,
hasilnya sebagai berikut :

28
3 x+ 2 y =9
8 x +2 y =14 ¿
−5
−5 x=−5 , x= =1 … ( 3 )
−5
Selanjutnya substitusi persamaan (3) ke salah satu persamaan (1) atau (2),
hasilnya:
3 x+ 2 y =9
3(1)+2 y=9
2 y=9−3=6
6
y= =3
2
Jadi, nilai variabel x = 1 dan variabel y = 3

3. Metode Grafik
Dua persamaan dengan dua variabel dapat diselesaikan dengan metode
grafik, yaitu dengan cara mencari titik potong kedua grafik persamaan
tersebut. Sebagaimana telah diuraikan bahwa grafik persamaan linier dengan
dua variabel yaitu berupa garis lurus. Grafik masing-masing persamaan dapat
ditentukan dengan cari mencari titik potong dengan sumbu x (ketika y=0) dan
titik potong dengan sumbu y (ketika x=0).

Contoh 2.8 :
Cailah nilai variabel x dan variabel y dari dua persamaan barikut :
3 x+ 2 y =6 … ( 1 )
4 x+ y=8 … ( 2 )

Penyelesaian :
Menetukan grafik persamaan (1) :
Titik potong pada sumbu x, maka y = 0, sehingga :
6
3 x+ 2 y =6 , 3 x +2 ( 0 )=6 ,3 x=6 , x= =2
3
Jadi titik potong pada sumbu x adalah (2,0).
Titik potong pada sumbu y, maka x = 0, sehingga :

29
6
3 x+ 2 y =6 , 3 ( 0 )+ 2 y =6 , 2 y =6 , y= =3
2
Jadi titik potong pada sumbu y adalah (0,3).

Menentukan grafik persamaan (2) :


Titik potong pada sumbu x, maka y = 0, sehingga :
8
4 x+ y=8 , 3 x +0=8 , 4 x =8 , x = =2
4
Jadi titik potong pada sumbu x adalah (2,0)
Titik potong pada sumbu y, maka x = 0, sehingga :
4 x+ y=8 , 4 (0)+ y=8 , y=8
Jadi titik potong pada sumbu y adalah (0,8)
Grafik dari kedua persamaan di atas adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Menentukan Persamaan dengan Metode Grafik

4. Metode Determinan
Untuk menyelesaikan n persamaan dengan n variabel (n ≥ 2) dapat
digunakan metode campuran antara metode eliminasi dan metode substitusi.
Jika jumlah persamaan dan variabel cukup banyak, proses penyelesaian
dengan metode campuran akan bertele-tele sebab harus melakukan beberapa
kali penyederhanaan sehingga metode ini kurang efisien digunakan. Untuk
mengatasi permasalahan ini dapat digunakan metode determinan.

30
Determinan secara umum dilambangkan dengan notasi : |ac db| dimana
a, b, c dan d adalah bilangan tertentu.
Banyaknya baris dan kolom dalam determinan harus sama. Banyaknya
baris atau kolom menunjukan dimensi atau derajat dari determinan tersebut.
Determinan berderajat n maksudnya adalah determinan yang berdimensi n,
artinya terdiri dari n baris dan n kolom.
Prinsip pengerjaan determinan adalah dengan mengalikan unsur-
unsurnya secara diagonal dari kiri-atas menurun ke kanan-bawah dan dari
kiri-bawah menaik kanan-atas, kemudian hasil perkalian menurun dikurangi
dengan hasil perkalian menaik.

|ac db|=ad−cb
Untuk determinan berderajat 3 :

| | |
a b c a b
d e f d e =aei+bfg +cdh−gec −hfa−idb
g h i g h
Contoh 2.9 :

( )
2 5 3
Tentukan determinan dari matriks A ¿ ( 1 −3
4 6 )
dan matriks B ¿ 1 −1 2
3 2 4
Penyelesaian :

|14 −36 |= ( 1)( 6 )−( 4 ) (−3)=6−(−12)=6 +12=18


| | |
2 5 32 5
1 −1 2 1 −1 =( 2 ) (−1 )( 4 )+ ( 5 )( 2 ) ( 3 ) + ( 3 ) ( 1 )( 2 )− (3 )(−1 ) ( 3 )
3 2 43 2
−( 2 ) ( 2 )( 2 ) −( 4 )( 1 ) ( 5 )=−9+30+6+10−8−20=10
Penyelesaian persamaan linier dengan metode determinan dapat
dilakukan dengan cara berikut ;
Misalkan diketahui dua persamaan berikut dengan dua variabel :
ax +by =c
dx +ey =f

31
Menentukan nilai x dan y yang memenuhi kedua persamaan di atas dapat
dilakukan sebagai berikut :
Persamaan di atas ditulis dalam bentuk matriks :

( ac db)( xy )=( cf)


Misalkan : A ¿ (
c d)
, B ¿ ( ), dan C ¿ ( )
a b x c
y f
Persamaan matriks : A x B = C
Untuk menentukan nilai x dan y dengan metode determinan rumusnya
sebagai berikut :

x= =
|c b|
| Ax| f e ce−fb
= y=
|a c|
| Ay| d f af −dc
= =
|d e|
| A| a b ae−db
|d e|
| A| a b ae−db

Dimana :
Ax adalah matriks A yang unsur kolom pertamanya di ganti dengan unsur
matriks C. Ay adalah matriks A yang unsur kolom keduanya di ganti dengan
unsur matriks C. Misalkan diketahui tiga persamaan berikut dengan tiga
variabel :
ax +by +cz =k
dx +ey + fz=l
gx+ hy+ iz=m
Menentukan nilai x, y dan z yang memenuhi ketiga persamaan di atas dapat
dilakukan sebagai berikut ;
Persamaan di atas dituis dalam bentuk matriks :

( )( ) ( )
a b c x k
d e f y= l
g h i z m
A × B=C

( ) () ()
a b c x k
Dimana : A= d e f , B= y , C= l
g h i z m

32
Untuk menentukan nilai x, y dan z dengan metode determinan rumusnya
sebagai berikut :
| Ax| | Ay| | Az|
x= y= z=
| A| | A| | A|

| |
a b c
| A|= d e f =aei+ bfg+ cdh−gec−hfa−idb
g h i

| |
k
b c
| Ax|= le f =kei+bfm+ clh−mec−hfk−ilb
m h i

| |
a k c
| Ay|= dl f =ali+ kfg+ cdm−glc−mfa−idk
g m i

| |
a b k
| Az|= d el =aem+blg +kdh−gek−hla−mdb
g h m

Contoh 2.10 :
1. Tentukan nilai x dan y dari sistem persamaan berikut dengan
menggunakan metode determinan :
2 x+3 y =13
x +4 y=14
Penyelesaian :

|1 4|
| A|= 2 3 =( 2 ) ( 4 )−( 1 ) ( 3 )=8−3=5

| Ax|=|13 3|=( 13 ) ( 4 )−( 14 ) ( 3 )=53−42=10


14 4

| Ay|=|2 13|=( 2 ) ( 14 )− (1 ) ( 13 )=28−13=15


1 14
| Ax| 10
x= = =2
| A| 5
| Ay| 15
y= = =3
| A| 5

33
2. Tentukan nilai x, y dan z dari sistem persamaan berikut dengan
menggunaka metode determinan :
x +2 y −z=2
2 x+3 y −2 z=14
3 x− y +3 z=10

Penyelesaian :

| |
1 2 −1
| A|= 2 3 2 =( 1 ) ( 3 )( 3 )+ (2 )( 2 ) ( 3 ) + (−1 )( 2 ) (−1 )−¿
3 −1 3
( 3 ) ( 3 ) (−1 )−(−1 ) ( 2 )(−1 ) −( 3 )( 2 ) ( 2 )
¿ 9+12+2+9+ 2−12
¿ 22

| |
22 −1
| Ax|= 14 3 2 =( 2 ) ( 3 ) ( 3 ) + ( 2 )( 2 ) ( 10 ) + (−1 ) ( 14 ) (−1 )−¿
10 −1 3
( 10 ) ( 3 ) (−1 )−(−1 ) ( 2 )( 2 )− (3 )( 14 )( 2 )
¿ 18+ 40+14+30+ 4−84
¿ 22

| |
1 −1 2
| Ax|= 2 14 2 =( 1 ) ( 14 ) ( 3 ) + ( 2 ) ( 2 )( 3 )+ (−1 )( 2 ) ( 10 )−¿
3 10 3
( 3 ) ( 14 ) (−1 )−( 10 )( 2 ) ( 1 )−( 3 ) ( 2 )( 2 )
¿ 42+12−20+42−20−12
¿ 44

| |
1 2 2
| Az|= 2 3 14 = (1 ) ( 3 ) ( 10 ) + ( 2 )( 14 ) (3 )+ ( 2 )( 2 ) (−1 )−¿
3 −1 10
( 3 ) ( 3 ) ( 2 )−(−1 ) (14 ) ( 1 )−( 10 ) ( 2 )( 2 )
¿ 30+84−4−18+14−40
¿ 66

34
| Ax| 22
x= = =1
| A| 22
| Ay| 44
y= = =2
| A| 22
| Az| 66
z= = =3
| A| 22

2.6 Penerapan Fungsi Linier


1. Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Keseimbangan Pasar
1) Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dan variabel
jumlah barang/jasa yang diminta, sedangkan fungsi penawaran
menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah barang/jasa
yang ditawarkan. Bentuk umum fungsi permintaan :
Q=a−bP
a 1
P= − Q
b b
Dimana : Q = quantity (jumlah) dan P = price (harga).
Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila harga naik maka
jumlah barang/jasa yang diminta akan berkurang, sebaliknya apabila
harga turun maka jumlah barang/jasa yang diminta akan bertambah.
Gerakan harga berlawanan arah dengan gerakan jumlah sehingga kurva
permintaan berlereng negative atau grafik garisnya miring ke kiri.

0 a Qd

35
P

Gambar 2.5 Fungsi Permintaan


2) Fungsi Penawaran
Bentuk umum fungsi penawaran : Q=−a+bP
a 1
P= + Q
b b
Dimana : Q =-aquantity 0(jumlah) dan P = Qprice (harga).

Gambar 2.6 Fungsi Penawaran


Hukum penawaran mengatakan bahwa apabila harga naik maka
jumlah barang/jasa yang diminta juga akan bertambah, apabila harga
turun maka jumlah barang/jasa yang diminta juga akan berkurang.
Gerakan harga searah dengan gerakan jumlah, sehingga kurva
permintaan berlereng positif atau grafik garisya miring ke kanan.
Contoh 2.11 :
1. Persamaan permintaan : P=10−Q atau Q = 10 - P

36
2. Persamaan penawaran : P=3+ Q

3) Keseimbangan Pasar
Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan
(equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama
dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dapat ditulis
dalam bentuk kesamaan : Q d =Q s
Dan secara grafik merupakan perpotongan kurva permintaan dan
kurva penawaran. Pada posisi keseimbangan pasar terjadi harga
keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan
(equilibrium quantity). Secara grafik dapat digambarkan sebagai
berikut :

Keterengan : P
Qd : Jumlah Permintaan
Qs : Jumlah Penawaran
E : Titik Keseimbangan
Pe E
: Harga Keseimbangan
Qe : Jumlah Keseimbangan

0 Q
Gambar 2.7 Keseimbangan Pasar

Contoh 2.12 :

37
Fungsi permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan
P=12−Q dan fungsi penawarannya oleh persamaan P=3+ 0,5 Q.
Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang terjadi di
pasar ?
Penyelesaian :
Diketahui persamaan permintaan : P=12−Q
Persamaan penawaran : P=3+ 0,5 Q
Ubah kedua persamaan di atas menjadi Q sebagai subyek persamaan.
Hasilnya sebagai berikut : Qd =12−P … ( 1 )
Qs =−6+2 P … ( 2 )
Keseimbangan pasar terjadi apabila : Q d =Q s
12−P=−6+2 P
−P−2 P=−6−12
−3 P=−18
P=6 … ( 3 )
Substitusi persamaan (3) ke persamaan (1) :
Q=12−P
Q=12−6=6
Jadi, harga keseimbangan : Pe =6 dan jumlah keseimbangan : Qe =6 .
Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :

38
2. Pengaruh Pajak-Spesifik terhadap Keseimbangan Pasar.
Pengenaan pajak atau pemberian subsidi atas suatu barang yang
diproduksi atau dijual akan mempengaruhi keseimbangan pasar barang
tersebut atau mempengaruhi harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan.
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan harga
jual barang tersebut naik. Hal tersebut disebabkan produsen akan berusaha
mengalihkan sebagian beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu dengan
jalan menawarkan harga jual yang lebih tinggi dari pada harga keseimbangan
sebelum pajak. Di lain pihak jumlah keseimbangan menjadi lebih sedikit.
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual
menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas sebesar t pada sumbu harga
(P). jika sebelum pajak persamaan penawarannya : P=a+bQ , maka sesudah
dikenakan pajak sebesar t persamaannya menjadi : P=a+bQ +t =( a+ t ) +bQ .
Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
Qd : Jumlah Permintaan
Qs : Jumlah Penawaran
t
Q s : Jumlah Penawaran setelah pajak sebesar t
E : Titik Keseimbangan
t
E : Titik Keseimbangan setelah pajak sebesar t
Pe : Harga Keseimbangan
t
Pe : Harga Keseimbangan setelah pajak sebesar t
Qe : Jumlah Keseimbangan

39
Contoh 2.13 :
Fungsi permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P=12−Q,
sedangkan fungsi penawarannya P=3+ 0,5 Q. Barang tersebut dikenakan
pajak sebesar 3 per unit. Berapa harga keseimbangan dan jumlah
keseimbangan sebelum pajak dan berapa pula herga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan sesudah pajak?
Penyelesaian :
Sebelum pajak diperoleh harga keseimbangan Pe =6 dan jumlah
keseimbangan: Qe =6 (lihat contoh sebelumnya). Sesudah pajak, harga jual
yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih tinggi, persamaan
penawarannya berubah menjadi :
Persamaan penawaran sebelum pajak : P=3+ 0,5 Q
Persamaan penawaran setelah pajak :
P=3+ 0,5 Q+ 3=6+ 0,5 Q atau
Q=−12+ 2 P …(1)
Persamaan permintaan tidak berubah, yaitu : P=12−Q atau Q=12−P …(2)

40
Keseimbangan pasar : Qd =Q s
12−P=−12+2 P
−P−2 P=−12−12
−3 P=−24
−24
P= =8 … ( 3 )
−3
Substitusi persamaan (3) ke persamaan (1), hasilnya sebagai berikut :
Q=−12+ 2 P
Q=−12+ 2 ( 8 )=−12+16=4
t t
Jadi sebuah pajak diperoleh : Pe =8 dan Qe =4
Secara grafik digambarkan sebagai berikut :

Beban Pajak yang ditanggung oleh Konsumen:


Karena produsen mengalihkan sebagian beban pajak kepada konsumen
melalui harga jual yang lebih tinggi pada akhirnya beban pajak tersebut
ditanggung bersama oleh produsen dan konsumen. Besarnya bagian dari
pajak yang ditanggung oleh konsumen ( t k ) adalah selisih antara harga

keseimbangan sesudah pajak ( Pte ) dan harga keseimbangan sebelum pajak

( Pe ) atau dapat ditulis demham rumus :


t
t k =Pe −Pe

41
Dalam contoh di atas diketahui : Pte =8 dan Pe =6 sehingga diperoleh :
t
t k =Pe −Pe =8−6=2
Hal ini berarti dari setiap unit barang yang dibeli konsumen, konsumen
menanggung beban pajak sebesar 2, dengan kata lain dari pajak sebesar 3 per
unit barang, sebesar 2 (67%) ditanggung oleh konsumen.

Beban Pajak yang ditanggung oleh Produsen :


Besarnya bagian dari beban pajak yang ditanggung oleh produsen ( t p ) adalah
selisih antara besarnya pajak per unit barang ( t ) dan bagian pajak yang
menjadi tanggungan konsumen ( t k ) atau dapat ditulis dengan rumus :
t p=t−t k
Dari contoh di atas diketahui t=3 dan t k =2 sehingga diperoleh :
t p=t−t p=3−2=1
Hal ini berarti dari setiap unit barang yang diproduksi dan dijual oleh
produsen, produsen menanggung beban pajak sebesar 1, dengan kata lain dari
pajak sebesar 3 per unit barang, sebesar 1 (33%) ditanggung oleh produsen.
Jadi meskipun pajak tersebut dipungut oleh pemerintah melalui pihak
produsen, namun sesungguhnya pihak konsumenlah yang lebih berat
menanggung beban pajak.

Jumlah Pajak yang diterima oleh Pemerintah :


Besarnya jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah ( T ) dapat dihitung
dengan mengalikan jumlah barang yang dijual sesudah pengenaan pajak ( Q e )
t

dengan besarnya pajak per unit barang ( t ).


T =Qte × t
Daro contoh di atas diketahui Q te =4 dan t=3 sehingga diperoleh :
T =Qte × t=4 × 3=12
Jadi jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah adalah 12.

2.7 Penutup

42
1. Bentuklah persamaan linier yang garisnya melalui pasangan titik-titik
berikut :
a) (-1, 4) dan (1, 0) c) (0, 0) dan (1, 5)
b) (-1 -2) dan (-5, -2) d) (1, 4) dan (2, 3)
2. Bentuklah persamaan linier yang garisnya melalui titik (-1, 3) dan
mempunyai koefisien arah atau lereng sebesar :
a) 5 c) 2 e) -1
b) 3 d) 0
3. Misalnya : y=8−2 x . Hitunglah :
a) f ( 1 ) c) f ( 2 ) e) f ( 4 )
b) f ( 1 ) d) f ( 3 ) f) f ( 5 )
4. Berapa lereng dan penggal garis pada sumbu y dari persamaan-persamaan
berikut :
a) y=−x b) y=−3−3 x c) y=6+4 x
5. Tentukan titik potongan dari garis-garis berikut :
a) y=−2+ 4 x b) y=−2+ 4 x c) y=6dan
dan y=2+ 2 x dan y=6 y=10−2 x
6. Selesaikan determinan-determinan berikut :

| | | |
7 3 2 b) 1 2 3

| |
a) 4 8 5 c) 4 5 6
1 12 −3
6 4 9 7 8 9
10 7 6
5 4 3
d) P ∩Q e) P−(Q−R) f) ( P−Q )−R
7. Hitunglah nilai x dan y dari sistem persamaan berikut :
8 x=4+ 4 y dan 2 x+3 y −21=0 , dengan menggunakan metode :
a) Substitusi c) Grafik
b) Eliminasi d) Determinan
8. Tentukan nilai a, b dan c dari sistem persamaan berikut :
a+ b+c=3
5 a−9 b−2 c=8
3 a+5 b−3 c=45

43
Dengan menggunakan metode :
a) Eliminasi dan Substitusi
b) Determinan
9. Permintaan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P=10−2 Q dan
penawarannya oleh persamaan P=4+Q , barang tersebut dikenakan pajak
sebesar 3 per unit, tentukan :
a) Harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum pajak (gambarkan
grafiknya),
b) Haraga dan jumlah keseimbangan pasar setelah pajak (gambarkan
grafiknya),
c) Berapa persen bagian pajak yang ditanggung oleh konsumen dan berapa
persen yang ditanggung produsen,
d) Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah.

44
SESI PERKULIAHAN KE : 5-6

TIK
Mahasiswa mampu melakukan perhitungan upah dan gaji sesuai peraturan yang
berlaku.
Sasaran pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian upah dan gaji.
2. Mahasiswa mampu menghitung upah dan gaji kotor.
3. Mahasiswa mampu menghitung upah dan gaji bersih.

Pokok Bahasan : Upah dan Gaji


Deskripsi Singkat :
Dalam bab ini mahasiswa akan dapat mempelajari perhitngan upah, gaji dan
lembur. Dalam suatu perusahaan baik negeri maupun swasta masalah upah dan
gaji sangat peka sekali sehingga perlu pemahaman yang baik, khususnya
mengenai cara perhitungannya. Perhitungan upah dan gaji yang tidak sesuai akan
menimbulkan suatu keresahan yang berakibat menurunkan gairah kerja para
karyawan. Dalam bab ini akan diuraikan : pengertian upah dan gaji, perhitungan
upah dan gaji kotor, perhitungan upah dan gaji bersih.

Bahan bacaan :
1. Anton, Horwad. 1988. Aljabar Linier Elementer, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Badrudin R, Algifari. 1997. Matematika Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
3. Dumairy. 1990. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
BPFE.
4. Habieb Marno, H. Aziz Eddy. 2004. Matematika Ekonomi & Bisnis, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
5. PEDC. 1987. Matematika Keuangan. Bandung: PEDC.
6. Sembiring, L. dkk. 1997. Matematika Keuangan. Bandung: M2S.
7. Surbakty, DM. 1990. Matematika Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Kesaint Blane
Indah.
Pertanyaan kunci/tugas :
1. Apa yang dimaksud dengan upah ?
2. Apa yang dimaksud dengan gaji ?
3. Apa yang dimaksud dengan lembur ?
4. Sebutkan beberapa metode perhitungan upah dan gaji kotor ?
5. Sebutkan dan jelaskan perhitungan upah dan gaji bersih serta pajak
penghasilan ?
BAB III UPAH DAN GAJI

Pendahuluan
Bila seseorang bekerja pada suatu instansi atau perusahaan baik negeri
maupun swasta, mereka pasti menginginkan suatu imbalan dari pekerjaannya.
Imbalan ini sangat penting penting bagi pekerja untuk lebih meningkatkan
produktivitasnya. Imbalan inilah yang biasa disebut upah atau gaji. Bagaimana
cara perhitungannya ?
Dalam bab ini akan diuraikan : pengertian upah dan gaji, penghitungan upah
dan gaji kotor dan perhitungan upah dn gaji bersih. Setelah menyelesaikan materi
ini, mahasiswa akan mampu menghitung upah dan gaji sesuai aturan yang
berlaku.

3.1 Pengertian Upah dan Gaji


Kadang-kadang kita menganggap bahwa pengertian upah dan gaji adalah
sama. Upah dan gaji dapat diartikan sama karena keduanya merupakan biaya
rutin yang harus dibayar perusahaan kepada para karyawannya. Tetapi, pada
pengertianya berbeda :
Upah ialah pembayaran kepada buruh atau karyawan operasional atas
sumbangan jasanya yang dihitung berdasarkan tariff upah perjam atau harian.
Gaji ialah pembayaran kepada pengawai atau karyawan administrative atas
sumbangan jasanya yang diterima secara tetap berdasarkan tariff mingguan,
bulanan atau tahunan.

3.2 Perhitungan Upah dan Gaji Kotor


Upah atau Gaji kotor adalah jumlah uang total sebelum pengurangan apapun
juga yang dibayarkan oleh majikan atau pemberi kerja dan ditentukan melalui
negosiasi atau kesepakatan. Namun majikan harus mematuhi juga undang-undang
atau hukum-hukum Negara yang berlaku seperti upah minimum regional, upah
lembur dan sebagainya.
Metode pembayaran upah dan gaji di dalam suatu perusahaan tergantung
pada jenis pekerjaannya, dan metode perhitungan pembayarannya juga bervariasi.

44
1. Gaji
Pembayaran gaji jumlahnya tetap perminggu, perbulan atau pertahun. Di
Indonesia gaji dibayar perbulan sementara di Australia gaji di bayar per dua
minggu. Gaji kotor merupakan gaji yang belum dikurangi berbagai
pergurangan.

Contoh 3.1
1. Timbul adalah seorang pegawai tetap di Perusahaan XYZ. Dalam
setahun ia menerima gaji sebesar Rp 24.000.000. Berapa gaji kotor yang
diterima setiap bulannya?
2. Darto adalah seorang arsitek yang sangat terkenal. Gaji yang diterimanya
per tahun Rp 52.000.000. Berapa gaji kotor yang dia terima dalam setiap
minggu ?
Jawab:
1. Diketahui :
Gaji kotor per tahun = Rp 24.000.000
Ditanya :
Gaji kotor per bulan = …?
Gaji Kotor Per Tahun
Gaji Kotor Per Bulan=
12

24. 000 .000


Gaji Kotor Per Bulan= =2.000 .000
12

2. Diketahui:
Gaji kotor per tahun = Rp 52.000.000
Ditanya:
Gaji kotor per minggu = …?

Gaji Kotor Per Tahun


Gaji Kotor Per Minggu=
52

52.000 .000
Gaji Kotor Per Minggu= =1.000 .000
52

45
2. Upah
Untuk perhitungan upah ada beberapa metode yang biasa dipakai, antara lain:
1) Tarif Per Jam
Dalam metode ini pekerja dibayar berdasarkan tarif per jam. Upah
dihitung berdasarkan lamanya bekerja dalam satuan jam.
Rumus :

Upah=Jam Kerja ×Tarif Upah Per Jam

Contoh 3.2 :
1. Paijo adalah seorang pelayan restoran, upah yang diterimanya
Rp.4.000 per jam.
Berapa yang akan diterimanya bila dia bekerja selama 8 jam ?
2. Sutina mendapat upah Rp.60.000, setelah dia bekerja selama 4 jam.
Berapakah tariff per jamnya ?
3. Perusahaan X menetapkan tarif upah Rp.4.500 per jam bagi semua
karyawannya. Nurul adalah seorang karyawannya minggu mendapat
upah Rp.90.000. berapa jamkah Nurul bekerja ?
Jawab :
1. Diketahui :
Tarif upah per jam = Rp.4.000
Jam Kerja = 8 jam
Ditanya :
Upah = … ?

Upah=Jam Kerja ×Tarif Upah Per Jam


Upah=8 × 4.000=32.000

2. Diketahui :
Upah = Rp.60.000
Jam kerja = 4 jam
Ditanya :

46
Tarif upah per jam = … ?

Upah
Tarif Upah Per Jam=
Jam Kerja

60.000
Tarif Upah Per Jam= =15.000
4

3. Diketahui :
Tarif upah per jam = Rp.4.500
Upah = Rp.90.000
Ditanya :
Jam Kerja = … ?

Upah
Jam Kerja=
Tarif Upah Per Jam

90.000
Jam Kerja= =20
4.500

2) Lembur
Lembur terjadi bila jam kerja melebihi jam kerja normal atau lembur
dapat dikatakan sebagai kelebihan jam kerja dari standar kerja normal
yang telah ditetapkan perusahaan (biasanya 40 jam per minggu). Tarif
upah lembur pada umumnya lebih tinggi dari tariff upah normal. Tarif
upah lembur biasanya satu setengah kali tarif upah normal, sedangkan
tariff upah lembur hari minggu dan hari-hari besar biasanya ditetapkan
dua kali tarif upah normal, atau ditetapkan berdasarkan kebijakan
perusahaan.
Rumus :

Upah Lembur=Jam Lembur ×Tarif Upah Lembur Per Jam

Contoh 3.3 :
1. Rambo bekerja di perusahaan ABC sebagai karyawan operasional,
dibayar Rp.400.000 untuk 40 jam seminggu. Untuk upah lembur
perusahaan menetapkan tarif 1,5 dari tarif upah normal per jam.

47
Hitunglah pendapatan Rambo bila dalam seminggu dia bekerja selama
54 jam ?
2. Sari, dalam satu minggu bekerja selama 45 jam dengan tarif upah per
jam Rp.10.000. Berapakah upah yang diterima sari dalam seminggu
bila jam kerja normal 40 jam dan tariff lembur1,5 dari tariff normal ?
Jawab :
1. Diketahui :
Upah normal = Rp.400.000
Jam kerja normal = 40 jam seminggu
Tarif upah lembur = 1,5 dari tarif upah normal
Ditanya :
Pendapatan Rambo = … ?, bila jamkerja totalnya = 54 jam.
Upah Normal
Tarif Upah Normal Per Jam=
Jam Kerja Normal

400.000
Tarif Upah Normal Per Jam= =10.000
40

Tarif Lembur Per Jam=1,5 ×Tarif Upah Normal Per Jam

Tarif Lembur Per Jam=1,5 ×10.000=15.000

Jam Lembur=Jam Kerja Total−Jam Kerja Normal

Jam Lembur =54−40=14

Upah Lembur=Jam Lembur ×Tarif Lembur Per Jam

Upah Lembur=14 × 15.000=210.000


Pendapatan Rambo = Upah Normal + Upah Lembur
= 400.000 + 210.000
= 610.000
2. Diketahui :
Jam Kerja Total = 45 jam
Tarif Upah Normal Per Jam = Rp.10.000
Jam Kerja Normal dalam seminggu = 40 jam

48
Ditanya :
Upah Total = … ?

Upah Normal=Jam Kerja Normal× Tarif Upah Normal

Upah Normal=40 ×10.000=400.000

Upah Lembur=Jam Kerja Lembur ×Tarif Lembur Per Jam

1
Upah Lembur=( Jam Kerja Total−Jam Kerja Normal ) ×1 (Tarif Upah Normal )
2
1
Upah Lembur=( 45−40 ) × 1 ( 10.000 )=75.000
2

UpahTotal=Upah Normal+ Upah Lembur

Upah Total=400.000+75.000=475.000

3) Tarif Per Unit


Dalam metode ini pekerja dibayar berdasarkan tarif per unit. Upah
dihitung berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan dikali dengan tarif per
unit produksi.
Rumus :

Upah=JumlahUnit x Tarif Upah Per Unit

Contoh 3. 4
1. Delon seorang karyawan PT. RCTI telah menyelesaikan sejumlah 500
unit barang dan tariff per unitnya Rp 22.500. Hitunglah upah yang
diterima Delon ?
2. Siti bekerja pada PT. TPI memperoleh upah Rp.15.403.125, setelah
menyelesaikan 125 unit barang. Berapakah tariff upah per unit ?
3. Tia seorang karyawati PT. Indosiar dibayar dengan tariff upah per
unit. Bulan lalu dia memperoleh upah Rp.18.375.000 dengan tarif per
unit Rp.525.000. berapakah jumlah unit barang yang diselesaikan ?
Jawab :
1. Diketahui :

49
Jumlah Unit = 500
Tarif Per Unit = Rp 22.500
Ditanya :
Upah = …?
Upah=JumlahUnit × Tarif Upah Per Unit
Upah=500 ×22.500=11.250.000

2. Diketahui :
Upah = Rp 15.403.125
Jumlah Unit = 125
Ditanya:
Tarif Upah Per Unit = …?
Upah
Tarif Upah Per Unit=
Jumlah Unit
15.403.125
Tarif Upah Per Unit = =123.225
125

3. Diketahui :
Upah = Rp.18.375.000
Tarif Upah Per Unit = Rp.525.000
Ditanya :
Jumlah Unit = … ?
Upah
JumlahUnit =
Tarif Upah Per Unit

18.375.000
JumlahUnit = =35
525.000

4) Komisi
Karyawan yang terlibat dalam penjualan barang biasanya dibayar
berdasarkan persentase dari penjualan total, pembayaran inilah yang
biasa disebut komisi. Pembahasan mengenai komisi telah diuraikan pada
pokok bahasan persentase.
Komisi=Tarif Komisi × Jumlah Penjualan

50
Contoh 3.5 :
CV.Andalan memberikan komisi 20% untuk penjualan sampai dengan
Rp.2.000.000, dan 30% di atas Rp.2.000.000. Pada minggu pertama
Rias berhasil menjual barang Rp.3.000.000. Berapakah komisi yang
diterima ?
Jawab :
Diketahui :
Tarif Komisi = 20%, jika penjualan = Rp.2.000.000
Tarif Komisi = 30%, jika penjualan > Rp.2.000.000
Jumlah Penjualan = Rp.3.000.000.
Ditanya :
Komisi = … ?
Komisi=Tarif Komisi × Jumlah Penjualan
Komisi I =20 % × 2.000 .000=400.000
Komisi II=30 %× ( 3.000 .000−2.000 .000 ) =300.000
Komisi=Komisi I+ Komisi II=400.000+ 300.000=700.000
3.3 Perhitungan Upah dan Gaji Bersih
Pada umurnya selain ditetapkan besarnya gaji atau upah kotor karyawan,
perusahaan juga memberikan tunjangan atau fasilitas untuk para karyawannya.
Tunjangan yang diterima akan menambah penerimaan karyawan. Tunjangan
yang diberikan kepada karyawan, misalnya :
1. Tunjangan Kesehatan
2. Tunjangan Perumahan
3. Tunjangan Pajak
4. Tunjangan Keluarga
5. Tunjangan Jabatan
6. Dan lain-lain
Disamping tunjangan yang menambah pendapatan karyawan, ada juga
beberapa pengurangan untuk menghitung upah atau gaji bersih yang diterima

51
karyawan. Pengurangan ini merupakan ketentuan ataupun kesepakatan antara
karyawan dan perusahaan. Pengurangan untuk upah atau gaji kotor, antara lain :
1. Asuransi tenaga kerja
2. Iuran pegawai
3. Pajak penghasilan/pendapatan
4. Pembayaran cicilan hutang (bila ada)
5. Dan lain-lain.
Berapa hal yang perlu diperhatika dalam menghitung pajak
penghasilan/pendapatan (PPh) :
1. Untuk menentukan besarnya penghasilan bersih pengawai karyawan atau
karyawati yang menerima penghasilan tetap diperbolehkan untuk
dikurangkan dari penghasilan kotor:
1) Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan kotor, setinggi-tingginya
Rp.648.000 setahun atau 54.000 sebulan.
2) Iuran yang terikat pada gaji kepada dana pension yang disetujui oleh
Menteri Keuangan.
2. Biaya untuk mendapatkan, memperoleh dan memelihara uang pensiun,
ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan kotor, setinggi-tingginya Rp.216.000
setahun atau Rp.18.000 sebulan.
3. Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak Pegawai, karyawan atau
karyawati, penghasilan bersihnya dikurangi dengan Penghasilan tidak Kena
Pajak (PTKP) yang besarnya sebagai berikut :
Setahun (Rp) Sebulan (Rp)
Diri pegawai, karyawan atau
a. 1.728.000 144.000
karyawati
Tambahan untuk pegawai atau
b. 864.000 72.000
karyawan yang sudah kawin (10%)
Tambahan untuk setiap orang keluarga
sedarah dan dalam garis lurus, serta
c. anak angkat yang menjadi tanggungan 864.000 72.000
sepenuhnya paling banyak 3 orang
(2%)
d. Bagi karyawati yang menunjukan 864.000 72.000
keterangan tertulis dari Pemerintah

52
Daerah setempat, bahwa suaminya
tidak bekerja

4. Besarnya tarif pajak penghasilan adalah 10% dari penghasilan kena pajak bila
penghasilan sampai Rp.25 juta setahun. 15% bila penghasilan lebih besar
Rp.25 juta sampai Rp.50 juta setahun, dan 30% bila penghasilan lebih dari
Rp.50 juta setahun.

No. Penghasilan (Rp) Setahun Tarif Pajak


1. Penghasilan ≤ 25 Juta 10%
2. 25 Juta < Penghasilan ≤ 50 Juta 15%
3. Penghasilan > 50 Juta 30%

5. Penghasilan kotor berupa upah harian, upah satuan dan upah borongan serta
penghasilan berupa honorarium sampai dengan jumlah Rp.14.400 sehari,
tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.

Catatan :
Ketentuan di atas dapat berubah setiap saat sesuai ketetapan yang berlaku.
Penghitungan pemotongan pajak penghasilan terhadap penghasilan pegawai,
karyawan atau karyawati tetap.
1. Gaji atau Upah Bulanan
Contoh 3.6 :
Yusri bekerja di perusahaan Asri sebagai sekretaris dengan memperoleh
gaji sebelum Rp.1.500.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
10.000,-. Yusri sudah beristri tetapi belum mempunyai anak. Berapakah
besarnya pajak penghasilan yang ditanggungYusri dan besar penghasilan
bersihnya setelah kena pajak penghasilan ?
Jawab :
a. Gaji bulanan Rp 1.500.000
b. Potongan :
1. Biaya jabatan
5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
2. Iuran Pensiun = Rp 10.000 +

53
Rp 85.000 -
Penghasilan sebulan sebelum kena Pajak Rp 1.415.000

3.
PTKP
-Untuk wajib pajak sendiri = Rp 144.000
= Rp 72.000
-Untuk wajib pajak yang kawin
+
Rp 216.000 -
Penghasilan kena pajak sebelun Rp 1.199.000
Penghasilan pajak setahun = 12 x Rp 1.999.000
= Rp 14.388.000
Pajak penghasilan Setahun (PPh Pasal 21)
=10 % x Rp 14.388.000 = Rp 1.438.800

c. Pajak Penghasilan Sebulan = Rp 1.438.800 : 12


= Rp 119.900

Penghasilan sebulan sebelum kena pajak Rp 1.415.000


Pajak Penghasilan sebulan Rp 119.900 -
Penghasilan bersih setelah kena pajak sebulan Rp 1.295.100

Jadi besarnya pajak yang ditanggung Yusri sebulan adalah Rp 119.900,


sedangkan penghasilan bersihnya sebulan adalah Rp 1.292.100
2. Gaji atau Upah Mingguan
Contoh 3.7 :
Agung berkerja pada PT Untung Terus menerima gaji mingguan
sebesarRp 500.000. Agung telah beristeri dengan satu anak dan menduduki
jabatan manajer pemasaran. Hitung pajak penghasilan yang ditanggung
Agung dan penghasilan bersih yang diterimanya dalam seminggu?
Jawab :
a. Gaji mingguan = Rp 500.000
Gaji bulanan = 4 x Rp 500.000 Rp 2.000.000
b. Potongan :
1. Biaya jabatan
5% x Rp 2.000.000 Rp 100.000 -

54
Penghasilan sebulan sebelum Pajak Rp 1.900.000
2. PTKP
-Untuk wajib pajak sendiri = Rp 144.000
-Untuk wajib pajak yang kawin = Rp 72.000

-Tambahan untuk 1 orang anak = Rp 72.000


+
Rp 288.000 -
Penghasilan kena pajak sebelun Rp 1.612.000
Penghasilan pajak setahun = 12 x Rp 1.612.000
= Rp 19.344.000
Pajak penghasilan Setahun (PPh Pasal 21)
=10 % x Rp 19.344.000 = Rp 1.934.400

c. Pajak Penghasilan Sebulan = Rp 1.934.400 : 12


= Rp 161.200
Pajak Penghasilan seminggu = Rp 161.200 : 4
= Rp 40.300
Penghasilan sebulan sebelum pajak Rp 1.900.000
Pajak Penghasilan sebulan Rp 161.200 -
Penghasilan bersih setelah pajak sebulan Rp 1.738.800
Penghasilan bersih setealh pajak seminggu =
Rp 1.738.800 : 4 = Rp 434.700

Jadi besarnya pajak yang ditanggungYusri seminggu adalah Rp 40.300


sedangkan penghasilan bersihnya seminggu adalah Rp 434.700
3. Upah harian
Contoh 3.8 :
Bukri bekerja pada PT Berdikari menerima upah harian sebesar Rp 25.500.
Berapakah besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar dan besarnya
penghasilan bersih Bukri sehari?
Jawab :

a. Upah sehari
b. PTKP Rp 25.500

55
Upah sehari yang kena pajak Rp 14.400 -
c. PPh yang harus dibayr Bukri Rp 11.100
= 10% x Rp 11.100 = Rp 1.110

Upah sehari Rp 25.500


Pajak Penghasilan Rp 1.110 -
Penghasilan bersih Bukri Sehari Rp 24.390

Jadi besarnya pajak yang ditanggung Bukri adalah Rp 1.110, sedangkan


penghasilan bersihnya sehari adalah Rp 24.390
4. Upah Satuan
Contoh 3.9 :
Kia bekerja sebagai perakit Komputer pada PT Visi Com. Upah dibayar
berdasarkan jumlah satuan yang dihasilkan, yaitu Rp 100.000 per
computer. Dalam satu minggu (6 hari), Kia dapat merakit 12 buah
computer. Berapa upah bersih yang diterimanya dalam seminggu?
Jawab :

a. Upah Seminggu = 12 x Rp 100.000 Rp 1.200.000


Upah sehari Rp 1.200.000 : 6 = Rp 200.000 Rp 200.000

b. PTKP Sehari Rp 14.400 -


Upah sehari yang kena pajak Rp 185.600
Upah Seminggu yang kena pajak =
6 x Rp 185.600 = Rp 1.113.600
c. PPh seminggu yang dibayar =
10% x Rp 1.113.600 = Rp 111.360

Upah Seminggu Rp 1.200.000


Pajak penghasilan seminggu Rp 111.360 -
Penghasilan bersih seminggu Rp 1088.640

Jadi penghasilan bersih Kia dalam seminggu adalah Rp 1.088.640.

5. Upah Borongan
Contoh 3.10 :

56
Santi mengerjakan perkerjaan borongan dekorasi pesta
perkahwinandengan upah borongan Rp 1.000.000. Pekerjaan itu
diselesaikan selama 2 hari. Berapakah penerimaan bersih yang diterima
Santi?
Jawab :

a. Upah borongan Rp 1.000.000


Upah borongan sehari Rp 1.000.000 : 2 = Rp 500.000

b. PTKP Sehari Rp 14.400 -


Upah sehari yang kena pajak Rp 485.600

Upah Borongan yang kena pajak =


2 x Rp 485.600 = Rp 971.200
c. PPh yang dibayar =
10% x Rp 971.200 = Rp 97.120

Upah borongan Rp 1.000.000


Pajak penghasilan Rp 97.120 -
Penghasilan bersih Rp 902.880

Jadi penerimaan bersih yang diterima Santi adalah Rp 902.880


3.4 Penutup
1. Ableh bekerja di PT Unyil. Gaji kotor yang diterima dalam setahun
sebesar Rp 36.000.000. Berapa gaji kotor yang diterima setiap bulannya?
2. Pak Ogah bekerja di sebuah pabrik rokok, upah yang diterimanya Rp
6.000 per jam. Berapakah upah kotor yang diterimnya bila dia berkerja
selama 9 jam?
3. Seorang karyawan oprasional diupah Rp 234.000 untuk 36 jam seminggu.
Untuk upah lembur per jam, perusahaan menetapkan dua kali upah
normal per jam. Hitunglah pendapatan karyawan tersebut dalam seminggu
bila dia berkerja selama 44 jam?
4. Safar bekerja di CV XYZ, diupah berdasarkan jumlah unit yang
diselesaikan, upah per unitnya Rp 14.000. bila dia dapat menyelesaikan
80 unit, berapakah upah yang diterimanya?

57
5. Seorang sales dibayar Rp 250.000 per minggu ditambah komisi 2% untuk
penjualan yang diperolehnya. Bila dia menjual sebesar Rp 1.000.000.
berapa jumlah penerimaanya dalam minggu tersebut?
6. Gina seorang karyawan di PT Angin Ribut menerima gaji Rp 3.000.000
sebulan. Dia telah berkeluarga dan dua orang anak. Berapa besarnya pajak
penghasilan (PPh) yang ditanggung Gina dan besarnya penghasilan bersih
setelah kena pajak penghasilan per bulannya ?
7. Siti telah bekerja dalam satu minggu dengan jam kerja sebagai berikut:

Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat


Jam 10 8 9 9 7

1
Tentukan upah kotor jika tarif per jam kerja Rp 8.500 ditambah 1 tarif
2
normal, apabila total jam kerja lebih dari 40 jam per minggu?
8. Budi memperoleh gaji satu tahun sebesar Rp 25.500.000. Berapakah gaji
yang diterima jika dibayar:
a. Bulanan
b. Dua mingguan
c. Mingguan
Jika pajak Rp 50.000, asuransi Rp 20.000 dan Taspen Rp 10.000 per
bulan. Berapakah gaji bersih yang diterima Budi?
9. Sebuah perusahaan memberikan komisi 2.5% pada salesman A setiap
penjualan dan memberikan gaji tetap Rp 1.750.000 per bulan. Pajak Rp
25.000, asuransi Rp 15.000, serikat pekerja Rp 10.000. Berapa gaji bersih
yang diterima salesman A, jika bulan ini mampu menjual rumah sebesar
Rp 80.000.000?
10. Dina bekerja pada suatu perusahaan menerima gaji mingguan Rp 350.000.
Dia telah berkeluarga dengan 2 orang anak. Hitunglah pajak penghasilan
yang harus ditanggung Dina dan penghasilan bersih yang diterimanya
dalam sebulan?

58

Anda mungkin juga menyukai