Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

BILANGAN CACAH

A. Pengertian Bilangan Cacah

Bilagan cacah merupakan himpunan bilangan yang tidak negative, dengan kata lain himpunan
bilangan asli yang ditambahkan dengan nol. Maka, bilangan cacah harus bertanda positif. Himpunan
bilangan cacah yaitu: 0,1,2,3,4,5……∞.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran pokok bahasan dan lambangnya,
yaitu menyiapkan kartu bilangan yang terbuat dari kertas, membaca dan menulis lambang bilangan,
serta menjelskan konsep nilai tempat.

Contoh:

Lambang bilangan 32.675 dapat ditunjukkan dengan kartu bilangan sebagai berikut:

10.000 10.000 10.000 = 3 puluh ribu

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 = 5 ribu

100 100 100 100 100 100 = 6 ratus

10 10 10 10 10 10 10 = 7 puluh

1 1 =2

Lambang bilangan : 35.675

Nama bilangan : tiga puluh lima ribu enam ratus tujuh puluh dua

35.672 = 30.000 + 5000 + 600 + 70 +2

B. Sifat- sifat Operasi pada Bilangan Cacah

1. Penjumlahan
Fakta-fakta dasar penjumlahan untuk anak SD harus dikuasai dari awal. Yang dimaksud
dengan fakta-fakta dasar penjumlahan ialah penjumlahan atau kombinasi bilangan dari 0
sampai 9, misalnya 1+9, 6+3, 9+9 adapun 11+9 bukan fakta dasar penjumlahan sebab bukan
bilangan yang lambangnya terdiri dari satu angka. Anak-anak SD pertama kali memperoleh
pembelajaran penjumlahan pada umumnya dikelas 1 SD karena taraf pikir anak masih konkret
Penjumlahan merupakan menggabungkan dua atau lebih bilangan . kata-kata yang
bermakna penjumlahan antara lain: diberi lagi, membeli lagi, mendapat dan sebagainya.

Untuk sembarang a,b, dan c bilangan cacah berlaku sifat sebagai berikut:

1
Sifat Bentuk Contoh

Komutatif a+b=b+a 2+4=4+2


Asosiatif (a + b)+ c = a + ( b + c) (3 + 5)+ 2= 3 +(5 + 2)
identitas a+ 0=0+a=a 2+0=0+2=2

Contoh:

Hitunglah hasil dari 125 + 48=…

Jawab:

125 + 48 = ( 100 + 20 + 5) + ( 40 + 8)

=100+ (20 + 40) + (5 + 8)

= 100 + 60 + 13

=173

2. Pengurangan
Mengurangi sama artinya denga mengambil sebagian atau seluruhnya dari kumpulan
tertentu. Kata- kata yan bermakna pengurangan antara lain adalah : diambil, hilang, rusak,
diberikan kepada dan sebagainya. Pada pengurangan tidak berlaku sifat komutatif dan
asosiatif, tetapi ada unsur identitas yaitu 0, artinya untuk a sembarangan bilangan cacah
berlaku a – 0 = a.
Contoh:

Berapakah hasil dari 124 – 111 =…..

Jawab:

124 – 111 = (100 + 20 + 4 ) – ( 100 + 10+ 1)

= (100 - 100) + ( 20 – 10) + ( 4 – 1)

= 0 + 10 + 3

= 13

3. Perkalian
Mengalikan suatu bilangan dengan bilangan lain sama dengan melipatkan sebanyak bilangan
yang dikalikan. Pada perkalian berlaku sifat :

sifat Bentuk contoh

2
Komutatif a × b= b × a 2 × 1=1× 2 = 2
Asosiatif a × ( b × c) = ( a × b) × c 2 × (3×5) = (2×3)×5 = 16
Distributif
a.penjumlahan a × ( b + c)= (a × b)+ ( a × c) 4 × ( 1+2) = (4×1:) +(4×2 )=
b.pengurangan a ×( b – c) = (a × b) – (a × c) 12
Identitas a×1=1×a 4×(2-1) = (4×2)-(4×1) = 4
2×1 = 1×2 = 2

4. Pembagian
Pembagian merupakan lawan dari perkalian. Contoh 2 × 5 = 10, maka 10:5= 2.
Pembagian suatu bilangan dengan bilangan lain sama artinya dengan mengurangi bilangan
yang dibagi dengan bilangan pembagi sampai habis. Hasil pembagian ditentukan dengan
banyaknya pengurangan oleh bilangan pembagi sampai habis.
Pada pembagian berlaku sifat identitas a : 1 = a, untuk sembarang bilangan cacah. Pada
pembagian tidk berlaku sifat. Untuk pembagian dengan bilangan 0 hasilnya tida ter defenisi.
Contoh:
Tentukan hasil dari 72 : 4….

Jawab:
72 : 4 = ( 40 +32 ) : 4
= ( 40: 4) + (32 : 4)
= 10 + 8
=18

3
BAB 2
BILANGAN BULAT
A. Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah himpunan bilangan cacah dan himpunan semua bilangan bulat
negative, -0 adalah sama dengan 0 dan tidak dimasukkan lagi secara terpisah. Bilangan bulat
dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan. Himpunan semua bilangan bulat
dalam matematika dilambangkan dengan Z, berasal dari Zahlen (bahasa Jerman untuk
“bilangan”) himpunan semua bilangan bulat terdiri atas :
Bilangan bulat juga bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765,
-34, 0
•Bilangan bulat positif atau bilangan asli (1, 2, 3, 4, 5 … )
•Bilangan bulat nol (0)
•Bilangan bulat negatif (-1, -2, -3, -4, -5 …)
Dibawah ini merupakan garis bilangan:

B. Operasi pada Bilangan Bulat dan SIfat- Sifatnya serta Pembelajarannya

1. Operasi penjumlahan

Operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat sering pula disebut sebagai pengerjaan
hitung penjumlahan bilangan bulat atau penjumlahan bulat. Dalam penjumlahan bilangan
bulat seperti halnya penjumlahan pada bilangan asli dan bilangan cacah, yaitu kita
menggunakan tanda tambah (+) dan tanda kurang (-).

Contoh: 4 + 3=….

4
2. Operasi pengurangan
Pengurangan pada bilangan cacah dan bulat memiliki makna yang sama. Dimana kita
harus menghilangkan, membuang dan lainnya.

Contoh:1. 4- 3=…

2. -5-(2)=…

3. operasi perkalian
Pembelajaran perkalian bulat dapat dilakukan secara bertahap yaitu:
a) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif.
b) Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif.
c) Perkalian bilangan bulat negatif dengan perkalian bilangan bulat positif.
d) Perkalian bilangan bulat negatif dengan perkalian bilangan bulat negatif.

Contohnya:

4 × 3 = 12

6 × (-2) = -12

(-4) × 5 = -20

(-5) × (-9) = 45

5
4. operasi pembagian

Sebagaimana kita ketahui dalam perkalian dan pembagian bilangan- bilangan cacah
bahwa perklian 4 × 3 = 12 dalam pembagian dapat dinyatakan dalam bentuk 12 : 4 = 3
atau 12 : 3 = 4 dan sebaliknya. Bertitik tolak dari pengetahuan prasyart sebagai apersepsi
ini, kita kembangkan dalam bentuk tanya jawab.

Contohnya:

2×3=6 maka 6:2=3

2 × (-3)= -6 maka -6: 2 = 3

-2 × 3= -6 maka -6 : -2 = 3

-2× -3 = 6 maka 6 : -2 = -3

BAB 3

PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT DAN


SISTEM BILANGAN ROMAWI

A. PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT

1. Perpangkatan

Sekarang perhatikan perkalian berulang atau perkalian berganda, misalnya

2×2×2×2×2

Perkalian berulang ,artinya perkalian yang dilakukan secara berulang-ulang dengan faktor-
faktor yang sama-sama.dalam contoh tersebut terdapat 5 faktor yang sama, yaitu fktor bilangan
2. Perkalian berulang tersebut dapat pula disajiakan dalam bentuk bilangan
berpangkat(perpangkatan), yaitu:

2×2×2×2×2=

dibaca dua pangkat lima

disebut bilangan pokok atau bilangan yang dipangkatkan,dan

disebut pangkat atau eksponen.

2. sifat- sifat perpangkatan.

a. sifat perkalian bilangan berpangkat

6
× =

b. sifat pembagian bilangan berpangakat

: =
c. sifat distributive perpangkatan terhadap perkalian

= ×

d. sifat distributif perpangkatan terhadap pembagian

(a =

e. sifat perkalian eksponen-eksponen

f. sifat eksponen negative

= n

g. sifat bilangan nol dalam perpangkatan

= 0 dengan a ≠ 0, = 1 dengan a ≠ 0, = a dan tidak terdefenisikan.

3.penarikan akar

Penarikan akar pada bilangan bulat hanya dilakukan pada bilangan bulat positif. Sekarang akan
didiskusikan kembali pembelajaran tentang penarikan akar terkait dengan perpangkatan pada bilangan
bulat. Agar lebih jelas kita dapat meminta siswa untuk memperhatikan pasangan-paangan bilangan
misalnya 4 dan 2, pasangan 9 dan 3, pasangan 4 dan 16, sebagai relsi “ kuadrat dari “, yaitu:

4 adalah kuadrat dari 2

9 adalah bilangan dari 3

16 adlah kuadrat dari 4

Yang pada perpangkatan dapat ditulis dalam bentuk pangkat dua ( kuadrat) yaitu:

4=

9=

16 =

7
Penarikan akar adalah invers dari perpangkatan

Lambang untuk relasi akar ( akar pangkat dua) adalah” “ yang berlaku secara universal sehingga
secara singkat notasi penarikan akar pada contoh-contoh dapat ditulis dalam bentuk:

= 5, sebab

= 6, sebab

Secara umum kita dapat menuliskan lambang penarikan akar hubungannya dengan perpangkatan
sebagai berikut:

= b, sebab = a.

B. BILANGAN ROMAWI

Sistem yang kita pakai sehari-hari dinamakan sistem angka Hindu-Arab (Mulai dipakai ±
tahun 1000) dengan menggunakan basis (bilangan dasar 10), menggunakan nilai tempat, dengan
lambang-lambangnya (angka-angkanya): 0,1,2,3,4,…9. Karena sistem ini menggunakan basis 10
maka disebut juga sistem desimal.

Pada kesempatan sekarang ini kita akan melakukan pembelajaran suatu sistem nomerasi yang
berbeda dengan sistem Hindu-Arab, yaitu sistem angka romawi yang sudah dikenal sejak ratusan
tahun sebelum masehi (± tahun 260 SM).

Pada sistem lambang bilangan romawi atau angka romawi digunakan lambang-lambang atau simbol-
simbol pokok seperti berikut ini. Lambang-lambang pokok (simbol-simbol Dasar) angka romawi.

I=1 V=5

X = 10 L = 50

C = 100 D = 500

M = 1000 - = kalikan 1000

a. sistem romawi ini merupakan sistem penjumlahan dan sistem perkalian.

Contoh: XVII =..

Jawab:

XVII = 17, Karena

X = 10, V = 5, I =1, I = 1 jadi. 10 + 5 + 1+ 1 = 17

b. bila suatu angka terdiri dari 2 lambang pokok maka nilai angka tersebut

8
 sama dengan jumlah nilai kedua lambang bilangan itu, jika lambang-lambangnya mempunyai
nilai yang menurun dari kiri ke kanan ( nilai yang paling tinggi terletak disebelah kiri.
 Sama dengan selisih nilai kedua lambang bilangan itu, lambang- lambangnya mempunyai
nilai yng menaik ( nilai yang paling tinggi terletak disebelh kanan).

Contoh:

1. IV = 5 – 1 = 4

2. VI = 5 + 1 = 6

c. banyaknya lambang bilangan yang diletakkan disebelah kiri lambang yang dikurangi hanya satu
lambang,, sedangkan sebelah kanan bertambah boleh lebih dari satu lambang.

Contoh:

1. XIII = 10 + 3 = 13

2. CXX = 100 + 20 = 120

d.lambang bilangan yang sama bila ditulisnya berurutan tidak boleh lebih dari 3 angka.

Contoh:

1. 4 ditulis IV bukan IIII

2. 40 ditulis XL bukan XXXX

e. pengurangan mempunyai aturan sebagai berikut. 1, hanya dapat dikurangkan dari V dan X, X hanya
dapat dikurangkan dari D dan M.

Contoh:

1. CM = 1000 – 100 = 900

2. CD = 500 – 100 = 400

f. karena sistem angka romawi ini mempunyai dasar ( basis ) 10 maka dalam penulisannya kita tidak
pernah melihat lambang-lambang besar yang bukan perpangkatan dari 10 diajarkan.

Contoh:

1. 10 ≠ VV

2. 100 ≠ LL

3. 1000 ≠ DD

g. untuk menuliskan sebuah bilangan besar digunakan simbol garis ( “ _”) diatas simbol yang
bersangkutan.

9
BAB 4

KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN

A. Kelipatan dan Faktor Bilangan

1. Bilangan Ganjil dan Genap

Bilangan ganjil adalah bilangan asli yang tidak habis dibagi dua.seperti: 3,5,7,9,11,,,. Bilangan
ganjil dapat ditulis dalam bentuk 2k + 1, dimana k adalah bilangan cacah.

Contoh:

a. 5 = 2 × 2 + 1 jadi 5 bilangan ganjil

b. 7 = 2 × 3 + 1 jadi 7 adalah bilangan ganjil

Sedangakn bilangan genap ialah bilangan asli yang habis dibagi dua. Seperti : 4,6,8,10,12,,,,.
Bilangan genap dapat ditulis dalam bentuk 2k, dimana k adalah bilangan cacah.

10
Contoh:

a. 8 = 2 × 4 jadi 8 bilangan genap

b. 12 = 2 × 6 jadi 12 bilangan genap

2. Kelipatan Bilangan

Bilangan a adalah bilangan asli. Bilangan c disebut kelipatan dari a, jika terdapat bilangan asli k
sedemikian sehingga c = ka.

Contoh:

12 adalah kelipatan dari 3, sebab 12 = 4 × 3

12 adalah kelipatan dari 6, sebab 6 = 2 × 6

B. Faktor Bilangan

Sebelum kita menentukan faktor dari suatu bilangan, kita pelajari dahulu bilangan yang habis
dibagi dua, tiga ,empat, lima dan enam.

1. Suatu bilangan asli habis dibagi 2, jika angka akhir pembentuk bilangan tersebut genap atau
nol.
2. Suatu bilangan asli habis dibagi 3, jika jumlah ngka pembentuk bilangan tersebut merupakan
kelipatan 3.
3. Suatu bilangan asli habis dibagi 4, jika dua angka terakhir pembentuk bilangan tersebut
merupakan kelipatan 4.
4. Suatu bilangan asli habis dibagi 5, jika angka terakhir dari bilangan tersebut 0 atau 5.
5. Suatu bilangan asli dapat dibagi 6, jika bilangan tersebut bilangan genap yang jumlah semua
angka pembentuk bilangan merupakan kelipatan 3.

Dikatakan faktor bilangan apabila bilangan asli a disebut faktor dari bilangan asli b, jika a habis
memagi b.contoh:

2 adalah faktor dari 6, sebab 2 habis membagi 6

7 adalah faktor dari 28, sebab 7 habis membagi 28

C. Kelipatan Persekutuan dari Dua Bilangan

Langkah- langkah yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi dan memnentukan kelipatan
persekutuan dari dua bilangan adalah:

 Tentukan kelipatan bilangan yang pertama secara berurutan mulai dari kelipatan yang paling
kecil;
 Tentukan kelipatan bilangan yang kedua juga secara berurutan, dan mulai dari yang paling
kecil;
 Pada bilangan yang sama dari dua kelompok kelipatan tadi, dan urutan dari yang paling kecil.

11
Contoh:

Tentukan kelipatan persekutauan dari bilangan 3 dan 4.

Jawab:

Kelipatan dari 3 adalah: 3,6,9,12,15,18,21,24,27,,,,

Kelipatan dari 4 adalah: 4,8,12,16,20,24,28,32,36,,,

Jadi kelipatan persekutuan dari 3 dan 4 adalah 12,24,,,,

D. Faktor Persekutuan Dua Bilangan

untuk mencari faktor persekutuan dari dua bilangan, dapat dilakukan dengan menentukan faktor
dari masing-masing bilangan, kemudian diidentifikasi mana yang sama.

Contoh:

Tentukan faktor persekutuan dari 12 dan 15

Penyelesaian:

Faktorisasi dari 12 adalah 12 =

Faktorisasi dari 12 adalah: 1,2,3,4,6,12.

Faktorisasi dari 15 adalah: 15 =

Faktorisasi dari 15 adalah: 1,3,5,15.

Jadi, faktor persekutuan dari 12 dan 15 adalah 1 dan 3.

E. Bilangan Prima

Bilangan prima adalah bilangan asli lebih dari 1 yang mempunyai tepat dua faktor positif yaitu 1
dan bilangan itu sendiri.seperti: 2,3,5,7,11,,,dan seterusnya.

Contoh:

2 adalah bilangan prima, sebab faktor dari 2 adalah 1 dan 2 dan tidak punya faktor lain.

7 adalah bolangan prima, sebab faktor dari 7 adalah 1 dan 7 dan tidak puya faktor lain.

15 bukan bilanga prima, sebab selain punya faktor 1 dan 15, masih punya faktor lain yaitu 3 dan 5.

12
38 bukan bilangan prima, sebab selain punya faktor 1 dan 38, masih punya faktor lain yaitu 2 dan 19.

47 adalah bilangan prima, sebab faktor dari 47 adalah 1 dan 47 dan tidak punya faktor lain.

BAB 5

KPK DAN FPB


A. Kelipatan Persekutuan Terkecil ( KPK )

Sesuai dengan namanya, yaitu kelipatan persekutuan terkecil (selanjutnya ditulis KPK) dari dua
bilangan a dan b, atau lebih maka proses pengerjaannya seperti pada bab sebelumnya, yaitu mencari
semua kelipatan yang sama. Selanjutnya dari kumpulan itu pilihlah yang terkecil. KPK dari dua
bilangan a dan b ditulis dengan notasi KPK (a,b) .

Contoh:

1. tentukan KPK ( 8, 12)

Jawab: tentukan kelipatan dari 8, yaitu 8,16,24,32,40,48,,,,

Tentukan kelipatan dari 12, yaitu 12,24,36,48,,,

Kelipatan persekutauaannya adalah 24,48,72,,,

13
Karena yang terkecil adalah 24 maka KPK (8,12) = 24.

1. Menentukan Faktor Prima Suatu Bilangan

1. Dengan Tabel

tentukan faktor prima dari 36.

Penyelesaian:

Faktorisasi dari 36 =

Jadi, faktor prima dari 36 adalah 2 dan 3.

2. Dengan Pohon Faktor


Tentukan faktor prima dari:
a.8
b.12
c.30

penyelesaian:

Karena hasil akhirnya bilangan prima maka pekerjaan kita sudah prima dselesai. Jadi, faktor dari

8=

14
12= ×3

30 = 2 × 3× 5

B. Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB)

Sama dengan penentuan KPK, untuk menentukan faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan a
dan b, tentukan dulu faktor-faktor dari a dan b, kemudian identifikasi dan kumpulkan faktor yang
sama, selanjutnya pilih yang ter besar.

Faktor persekutuan terbesar dari a dan b ditulis dengan notasi FPB (a,b).

Contoh: Tentukan FPB(32, 44)

Jawab: faktor dari 32 adalah 1,2,4,8,16,32.

Faktor dari 44 adalah 1,4,11,44.

Faktor persekutuannya adalah 1 dan 4.

Jadi FPB dari 32 dan 44 adalah 4.

1. cara mencari FPB dengan faktor prima

Seperti KPK, menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih juga dapat diakukan melalui faktor
prima bilangan-bilanagn tersebut. Untuk menentukan FPB dengan menggunakan faktor prima lebih
dahulu bilangan-bilangan yang akan ditentukan FPBnya diuraikan menjadi perkalian faktor primanya.

Contoh:tentukan FPB(18,30)

Penyelesaian:

Langkah pertama, ubah dahulu 18 dan 30 sebagai hasil kali faktor primanya, yaitu:

18 = 2.

30 = 2.3.5

Langkah kedua,pilih faktor prima yang menjadi faktor persekutuan kedua bilangn tadi, yaitu 18 dan
30, dalam hal ini adalah 2 dan 3.

Langkah ketiga, kalikan semua faktor persekutuan yang terpilih.

Dengan demikian FPB ( 18,30) = 2.3 = 6.

3. Hubungan KPk dan FPB

15
Utuk mencari KPK dan FPB dari dua bilangan jika salah satu dari KPK atau FPB sudah diketahui
dapat digunakan ruus sebagai berikut:

KPK (a,b) =

Atau

FPB(a,b) =

Contoh:

Tentukan KPK dari dan FPB dari 16 dan 24

Penyelesaian:

16 =

24 = .3

(16, 24) = =8

(16, 24) = = 48

DAFTAR PUSTAKA

Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika I . Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim cipta prestasi prima.2000. Matematika SD . Bandung : ESIS

16

Anda mungkin juga menyukai