Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KAPITA SELEKTA MATEMATIKA SMP

BILANGAN BULAT

OLEH

Kelompok 7

Laurensia Lidia Jedia

Emilius Hamin

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Program Study Pendidikan Matematika
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus
Ruteng
BAB I

BILANGAN

A. Pengertian Bilangan Bulat


Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif,bilangan nol, dan
dan bilangan bulat negatif.
 Bilangan bulat positif adalah bilangan yang di mulai dari angka satu dst....

Misalnya: 1,2,3,4,5,6,7,....dst
 Bilangan bulat nol adalah bilangan yang terdiri dari angka nol (0)
 Bilangan bulat bulat negatif adalah bilangan yang dimulai dari angka
negatif

B. Operasi Hitung Bilangan Bulat


 Operasi Hitung Penjumlahan
 sifaf-sifat dalam penjumlahan sbb:

a. sifat asosiatif,yaitu (a+b )+c=a+( b +c )


(3+2)+8=3+(2+8)
5+8=3+10
contoh : 13=13
b. sifat komutatif yaitu a+b=b+ a
6+2=2+6
contoh : 8=8

c. unsur identitas yaitu a+0=0+ a


5+0=0+5
contoh : 5=5
 operasi hitung pengurangan
sifat-sifat pengurangan sbb:

a. a−b=a+(−b )
12−2=12+(−2)
Contoh : 10=10

b. a−(−b )=a+b
5−(−2)=5+2
5+2=7
Contoh : 7=7

 Operasi hitung perkalian bilangan bulat


Perkalian adalah operasi penjumlahan berulang dengan bilangan yang sama.dalam
operasi perkalian berlaku prinsip sbb:
n+a=a+ a+a+ a+. .. . (sebanyak n suku)

Contoh: 5×3=5+5+5=125
Sifat-sifat perkalian sbb :

a. Sifat asosiatif, yaitu (a×b )×c=a×(b×c )


(3×2 )×5=3×(2×5)
6×5=3×10
contoh : 30=30
b. Sifat komutatif, yaitu a×b=b×a
Contoh:
2×6=6×2=18
c. Sifat distributif, yaitu a×(b+ c )=ab+ac

8×(3+2)=8×3+8×2
8×5=24 +16
contoh: 40=40
.

C. Sifat-Sifat Operasi Bilangan Bulat


1. Sifat tertutup
Sifat tertutup adalah saat bilangan bulat mengalami operasi penjumlahan,
pengurangan, dan perkalian, maka hasilnya akan selalu bilangan bulat.

Contohnya:

2+5=7
8−2=6
 7×3=21

2. Sifat komutatif
Sifat komutatif adalah saat dua bilangan bulat ditambah atau dikalikan, posisinya
dapat ditukar dan hasilnya tetap sama.
Berlaku sifat sbb:
a×b=b×a atau a+b=b+ a

8×5=5×8 3+5=5+3
Contoh : 40=40 atau =8

3. Sifat asosiatif
Sifat operasi bilangan bulat selanjutnya adalah sifat asosiatif. Dilansir dari Splash
Learn, sifat asosiatif aalah ketika bilangan bulat ditambahkan atau dikalikan
hasilnya akan tetap sama terlepas dari bagaimana mereka dikelompokkan.

(3×2)×5=3×(2×5)
6×5=3×10
30=30

sifat asosiatif ini tidak berlaku pada pengurangan dan pembagian bilangan bulat.

4 . sifat distribusi
Dilansir dari Cuemath, sifat distributif bilangan bulat menyatakan bahwa operasi
perkalian dapat didistribusikan melalui penambahan dan pengurangan untuk
mempermudah perhitungan.
contoh:
2×(50−24=(2×50)−(2×24)
=2×26=100−48
52=52
Sifat distributif dapat diterapkan saat operasi hitung perkalian terhadap
penjumlahan ataupun pengurangan.

5. sifat identitas
Sifat operasi bilangan bulat selanjutnya adalah sifat identitas. Dilansir dari
Mathematics LibreTexts, sifat identitas menyatakan bahwa bilangan bulat apa pun
yang dikalikan dengan 1 akan menghasilkan bilangan bulat itu sendiri (identik).

misalnya :
2×1=2
−4×1=−4
24×1=24

D. pangkat dan akar pangkat


1. bilangan berpangkat
bilangan berpangkat merupakan perkalian berulangan berulanga dari suatu perkalian
bilangan yang sama .

a =axaxaxaxax .. .. . xa
n

n faktor
ket:
a = bilangan pokok
b = bilangan pangkat

3
contoh : 4 =4 x 4 x 4=64
 bilangan berpangkat nol

semua bilangan apabila a≠0 jika dipangkatkan dengan 0 maka hasilnya sama
dengan 1.
0
a =1

0
5 =1
0
Contoh : (−7) =1

 bilangan bulat pangkat positif


pada bilangan bulat positif berlaku sifat-sifat sbb:
p q p+ q
1. a x a =a

4 6 4+6 10
Contoh : 3 x 3 =3 =3

p
a p −q
q
=a
2. a

46 6−3 3
3
=4 =4
Contoh: 4

p q p q− p
3. a + a =a (1+a ), p≥ p

3 6 3 6−3
5 +5 =5 (1+5 )
Contoh : =53 (1+53 )
p q qxp
4. (a ) =a

5 3 3 x5 15
Contoh : (−2 ) =−2 =−2

p q p q −p
5. a −a =a (1−a ),q≥ p
2 4 2 4 −2
2 −2 =2 (1−2 )
Contoh : =22 (1−22 )

 Bilangan bulat pangkat negatif


−p 1
a = p
,a≠ p
a

−4 1
1. 3 =
34
1
2.(−4)−3= 3
Contoh: (−4)

 Bilangan rasional berpangkat bulat


Bilangan berpangkat bulat perlakuannya sama pada bilangan berpangkat bilangan
bulat.

()
3
4 4 4 4 64
= x x = =8
Contoh : 2 2 2 2 8
 Bilangan berpangkat pecahan
m 1

a =( a
n n m
)
2 1

Contoh: 4 =( 4
3 3 2
)

2. Akar pangkat bilangan bulat


Sifat –sifat bentuk akar
1. Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar

a √ b+c √ b= ( a+b ) √ b

a √ b−c √ b=( a−b ) √ b

Contoh:

a. 4 √ 5+5 √ 5= ( 4+5 ) √ 5
=10 √ 5
b. 7 √ 8−3 √ 8=( 7−3 ) √ 8
=4 √ 8

2. Akar pangkat dua dan akar pangkat tiga bilangan bulat


 Akar kuadrat (akar pangkat dua)

√ a=b
2
a=b

√ 49=7
Contoh : =7 2=7×7=49

 Akar pangkat tiga

√3 a=b
3
a=b =b×b×b
√3 64=4
Contoh : =4×4×4=64

E. Bilangan pecahan
Bilangan pecahan adalah suatu bilangan yang merupakan hasil bagi antar bilangan bulat

dan bilangan asli . Dimana,nilai pembilangnya lebih kecil dari pada penyebut.
 Jenis-jenis pecahan
1. Pecahan biasa
Pecahan biasa adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari pada
2 5 1
, ,
penyebutnya. Contoh: 8 7 4
2. Pecahan campuan
Pecahan campuran adalah pecahan yang pembilangnya lebih besar dari pada
8 3
=1
penyebutnya. Contohnya: 5 5

3. Pecahan desimal
Pecahan desiamal adalah pecahan yang penulisannya menggunakan tanda

koma (,) . contoh : 0,3;0,35

4. Pecahan persen (perseratus) dan permil (perseribu)


Pecahan persen adalah pecahan yang menggunakan lambang % yang berarti
0
per seratus sedangka perseribu di lambangkan dengan ∞ yang berarti
perseribu.
a
a %=
100
- Mengubah bentuk persen ke pecahan biasa
25 25:25 1
25 %= = =
100 100:5 4
- Mengubah bentuk persen menjadi pecahan desimal
45
45 %= =0 , 45
100
- Mengubah bentuk pecahan menjadi persen
3 3 300
= x 100 %= =75 %
4 4 4
 Opeasi pada pecahan
a. Penjumlahan
Sifat-sifat penjumlahan pecahan sbb:
a c a+b
+ = ,b≠0
1. b b b
a c a+c
+ = , d≠0
2. b d b×d
Contoh:
3 4 3+4 7
+ = = =1
1) 7 7 7 7
2 4 2+ 4 6
+ = =
2) 3 5 3×5 15
b. Pengurangan
Sifat-sifat pengurangan pecahan sbb:
a c a−c
− =
1. b b b
a c ( a×d ) −( c×b )
− =
2. b d b×d
Contoh:
7 5 7−5 2
− = =
1) 9 9 9 9
8 2 ( 8×3 )− (2×7 ) 24−14 10
− = = =
2) 7 3 15 15 15
c. Perkalian
a c a×c
× = , d≠0
b d b×d
Contoh:
8 2 8×2 16
× = =
7 3 7×3 21
d. Pembagian
1
a÷b=a× , b≠0
1. b
a c a c
÷ = × , b , c, d≠0
2. b d b d
Contoh:
2 2 2 2 10
÷ = × =
1) 3 5 3 5 6
e. Pemangkatan

()
an a a a a
= × × ×.. ..× , b≠0
n b b b b

Sebanyak n faktor

Contoh:

()
3
4 4 4 4 4×4×4 64
= × × = =
5 5 5 5 5×5×5 125
BAB II

HIMPUNAN

A. PENGERTIAN DAN NOTASI HIMPUNAN

1. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda-benda/objek-objek tertentu dyang dapat didefenisikan
dengan jelas.
Contoh : Kumpulan hewan mamalia
Kumpulan negara-negara ASEAN.
2. Notasi Himpunan
Himpunan dinotasikan dengan huruf kapital (huruf besar), sedangkan anggota elemen)
himpunan dituliskan di antara tnda kkurung kurawal “{}”. Contoh : A adalah himpunan
bilangan genap
Ditulis : A = { bilangan genap} atau A = {2,4,6,8,…}
3. Anggota Himpunan
Anggota ( elemen ) himpunan adalah semua benda ataua objek yang terdapat didalam suatu
himpunan. Anggota himpunan dinyatakan dengan notasi sedangkan yang bukan anggota
himpunan dinyatakan dengan notasi “/”.
Contoh : A = { 1,2,3,4}
1 adalah anggota A, ditulis 1 A
5 Bukan anggota A, ditulis 5/A
4. Cara Menyatakan Suatu Himpunan
Ada tiga cara menyatakan suatu himpunan :
a. Dengan kata-kata
Contoh : A adalah himpunan bilangan prima kurang dari 10
b. Dengan Mendaftar
Contoh : {2,3,5,7}
c. Dengan Notasi Pembentukan Himpunan
Contoh : A= {a(a bilangan prima kurang dari 10)}
5. Jumlah Anggota Himpunan

Jika A adalah anggota himpunan maka jumlah atau banyaknya anggota himpunan A ditulis
n(A).
Contoh :
Jika B = {bilangan prima kurang dari 13} maka n(B)
penyelesaian :
Bilangan prima yang kurang dari 13 adalah 2,3,5,7,11. Berarti anggota himpunan B
berjumlah n (B)= 5

A. JENIS-JENIS HIMPUNAN
1. Himpunan Semesta (S)
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota yabg sedang dibicarakan.
Himpunan semesta dinotasikan dengan “S”.
Contoh :
A = {1,3,5,7}
B = { 2,4,6,8}
Himpunan Semestanya adalah :
S = {1,2,3,4,5,6,7,8}
2. Himpunan Kosong (ø )
Himpunan kosong adalah yang tidak mempunyai anggota. Himpunan kosong dinotasikan
dengan “ ø “.
Himpunan kosong selalu merupakan salah satu bagian bagian dari setiap himpunan.
Contoh :
A adlah himpunan bagian positif yang lebih kecil dari nol.

Ditulis ; A = {} atau A = ø
B adalah himpunan nama-nama yang dimulai dengan huruf D.
Ditulis : B = {} atau ø.
3. Himpunan Bagian ( ⸦ )

Himpunan bagian adalah anggota suku himpunan yang menjadi anggota dari himpunan lain.
Himpunan bagian mulai dinotasikan dengan “⸦ ) sedangkan yang bukan himpunan bagian ,
dinotasikan dengan “ Ȼ “.
Contoh :
A = {a,d, 1}
B = {m,o,r,e}
C = { a,e,I,o,u,d,m,r}
Maka:
A adalah himpunan bagian dari C → ditulis A ⸦ C
B adalah himpunan bagian dari C → ditulis B ⸦ C
A bukan himpunan bagian dari B → ditulis A Ȼ C
Banyaknya anggota himpunan bagian dapat dirumuskan dengan : N= 2n
Keterangan : N = banyakanya himpunan bagian
n = jumlah anggota himpunan
contoh :
1. A = {1.3}
Banyaknya himpunan bagian adalah :
N = 2n (n=2)
= 22
=4
Jadi banyaknya himpunan bagian dari A ada 4, yaitu :
{},{1},{3},{1,3}
2. B = {a,b,c}
Banyaknya himpunan bagian adalah :
N = 2n (n=3)
= 23
=8
Jadi banyaknya himpunan bagian dari dari A ada 8 yaitu :
{},{a},{b},{c},{a,b},{a,c},{b,c},,{a,b,c}.
4. Himpunan saling Lepas (// )
Dua himpunan dikatakan saling lepas jika anggota kedua tidak ada yang sama.
Himpunan saling lepas dinotasikan dengan “ // “ .
contoh :
A = {1,2,3}
B = { 5,6, 7}
Himpunan A saling Lepas dengan himpunan B
Ditulis : Himpunan A// himpunan B

C. DIAGRAM VENN
Diagram venn adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan himpunan-himpunan yang
dibicarakan ( himpunan semesta).
Himpunan semesta digambarkan dengan menggunkan persegi panjang, sedangkan himpunan
bagian dari himpunan semesta digambarkan menggunkan lingkaran .
Contoh :
1. S = {bilangan asli kurang dari 10}
A = {1,2,3,4,5}Diagram venn himpunan diatas adalah :

S A
S
A
B

6 1 2
5 3
7 4 9
2. S = {a,b,c,d,e,f,g}
A = { a,b,c}
B = { d,e,f}

Diagram Venn himpunan diatas:

S
A B

a d
b e
c f

D. IRISAN DUA HIMPUNAN (∩)


Irisan dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota A
dan juga anggota B. Irisan antara himpunan A dan B ditulis “A ∩ B “.
A ∩ B = {x |x ∈ A dan x ∈ B
A ∩ B dalam diagram Venn di gambarkan :

S A B

Contoh :
1. S = {1,2,3,…,10}
A = {3,4.5.6}
B = {1,3,5,7,9}
A irisan B atau A∩B = {3,5}
Diagram Venn

S A B

1
4
3 7
5 9
6
2 10

E. GABUNGAN DUA HIMPUNAN ( ¿ )


Gabungan dua himpunan A dan B adalh himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota
A atau anggota B atau kedua himpunan. Gabungan himpunan A dan B dinotasikan “ A ¿ B”.
A ¿ B jika dinyatakan dalam notasi pembentuk himpunan adalah :
A ¿ B = {x|x ∈ A dan x ∈ B}
A ¿ B adalah Diagram Venn digambarkan :

S A B

Contoh :
A= {1,2,3,4,5}
B = {4,5,6,7,8}
Diagram Venn

S A B

6
1 4
7
2 5
9
3

Anda mungkin juga menyukai