Anda di halaman 1dari 11

Nama : Desak Putu Sri Putri

NIM : 1911031109
No. Absen : 18
Kelas/Semester : H/2
Mata Kuliah : Konsep Dasar Matematika

Tugas:

Membuat simpulan dan satu contoh dari analisis tugas tentang Eksponen, Akar,
Logaritma, Barisan dan Deret Matematika.

1. Eksponen
Simpulan:
Dari beberapa sumber yang saya analisis, dapat saya simpulkan
bahwa eksponen merupakan bentuk perkalian dengan bilangan yang sama
yang di ulang-ulang atau singkatnya adalah perkalian yang diulang-ulang.
Di tinjau dari bentuknya, bentuk an (dibaca: a pangkat n) dengan a disebut
basis atau bilangan pokok dan n disebut eksponen atau pangkat.
Fungsi notasi pangkat atau eksponen salah satunya adalah untuk
menyederhanakan penulisan atau meringkas penulisan. Contoh,
10.000.000, dapat ditulis dengan notasi pangkat 107
(10×10×10×10×10×10×10.Terdapat eksponen bilangan bulat positif,
eksponen bilangan bulat negatif, dan eksponen bilangan bulat nol.

Eksponen mempunyai 8 sifat, yaitu:

1) am.an = nm + n
(jika dikali maka pangkatnya harus ditambah)

Sebagai contoh:

52 . 53 = 52 + 3
= 55
– n
2) am : an = am (jika dibagi maka sebaliknya pangkatnya harus
dikurang)

Sebagai contoh:
55 : 53 = 55 – 3 = 52

3) ( am )n = am x n
(jika di dalam kurung, maka pangkatnya harus
dikalikan)

Sebagai contoh:

(52)3 = 52 x 3 = 56

4) (a . b)m = am . bm

Sebagai contoh:

(3 . 6)2 = 32 . 62

5) Sifat selanjutnya adalah sifat ke lima ini, di mana memiliki syarat


bahwa “b” atau penyebutnya tidak boleh sama dengan nol (0).

(a/b)m = am/bm

Sebagai contoh:

(5/3)2 = 52/32

6) Dalam sifat yang ke enam ini, jika terdapat (an) di bawah itu
merupakan bilangan positif, maka ketika dipindahkan ke atas akan
berubah menjadi negatif. Begitu pula sebaliknya, jika (an) di bawah
itu merupakan bilangan negatif, maka ketika dipindahkan ke atas
otomatis akan berubah menjadi positif.

Seperti rumus dan contohnya di bawah ini:

1/an = a-n

Sebagai contoh:

1/ 46 = 4-6

7) Dalam sifat yang ketujuh ini, kita dapat menjumpai jika terdapat
akar n dari am. Jika pada saat kita sederhanakan, maka akar n akan
menjadi penyebut serta akar m akan menjadi pembilang. Dengan
syarat n harus bernilai lebih besar sama dengan 2.

Contoh rumusnya ialah sebagai berikut:

n√a
m
= am/n

Sebagai contoh:
4√3
6= 46/4

8) Sifat ke delapan adalah bilangan eksponen nol seperti a = 1.

Sebagai contoh:

2=1

6=1

9=1

Syaratnyaa tidak diperbolehkan sama dengan nol.

Contoh soal:
1) Ubahlah bentuk berikut ke bentuk berpangkat positif, kemudian
hitunglah hasilnya!
a) 6-3
b) (3−2 )−2
Jawaban:
1 1
a) 6-3 = =
63 216
1 1
b) (3−2 )−2 = ( 2 ) ̄² = (9) ̄² = 92 = 81
3

2. Akar Bilangan
Simpulan:
Dari beberapa sumber yang saya analisis, dapat saya simpulkan
bahwa bentuk akar ialah merupakan suatu bilangan yang hasilnya bukan
termasuk bilangan rasional (bilangan yang mencakup bilangan cacah,
bilangan prima, dan bilangan-bilangan lain yang termasuk) atau bilangan
irasional (yaitu bilangan yang hasil baginya tidak pernah berhenti).
Bentuk akar yakni merupakan bentuk lain guna menyatakan suatu
bilangan yang berpangkat. Kemudian bentuk akar juga termasuk kedalam
bilangan irasional yang mana bilangan irasional tidak dapat dinyatakan
dengan pecahan a/b, a dan b bilangan bulat a dan b ≠ 0. Bilangan akar ialah
bilangan yang terdapat dalam tanda √ yang disebut sebagai tanda
akar. Beberapa contoh bilangan irasional didalam akar yaitu √2, √6, √7, √11
dan lain-lain. Sedangkan √25 bukan bentuk akar hal ini karena √25 = 5 (5
adalah bilangan rasional).
1.) Syarat Merasionalkan / Menyederhanakan Bentuk Akar
a) Tidak memuat faktor yang pangkatnya lebih dari satu
√a= ; a > 0 ⇒ Bentuk sederhana (rasional)
√a³ dan √a5 ⇒ Bukan bentuk sederhana
b) Tidak adanya bentuk akar pada penyebut
√a /a ⇒ Bentuk sederhana (rasional)
1/ √a ⇒ Bukan bentuk sederhana
c) Tidak mengandung pecahan pada bentuk akar
√10 /2 ⇒ Bentuk sederhana (rasional)
√5/2 ⇒ Bukan bentuk sederhana
2.) Operasi Aljabar Dalam Menyederhanakan Bentuk Akar
Operasi Aljabar Bentuk Akar
a) Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
Variabel pada bentuk akar dapat dijumlahkan atau dikurangkan,
namun hanya dapat dijumlahkan dan dikurangkan jika sejenis dan
memenuhi syarat, berikut ini syarat dan sifat penjumlahan serta
pengurangan dalam bentuk akar:
Jika m dan n ∈ R dan a ≥ 0, maka
m√a + n√a = (m + n)√a
m√a – n√a = (m – n)√a
b) Perkalian Bentuk Akar
Syarat untuk memenuhi sifat perkalian pada akar berikut
penjelasannya:
Jika m dan n ∈ R, a ≥ 0 dan b ≥ 0, maka
m√a x n√a = mn√a x b
c) Pembagian Bentuk Akar
Syarat pengurangan bentuk akar yaitu:
jika a dan b ∈ R, a ≥ 0 dan b ≥ 0
maka √a / √b = √a/b
Contoh Soal:
1) Hitunglah hasil dari 3√6+√24 = …
Jawaban:
3√6 + √24 = 3√6 + √4×6
=3√6 + 2√6
=5√6
2) Hasil dari √300 : √6 ialah ….
Jawaban:
√300 : √6 = √300/6
= √50
= √25 √2
= 5√2
3) Tentukanlah hasil dari √5 x √8 = …
Jawab:
√5 x √8
= √40 = √20 x 2 (Menjabarkan bilangan)
= √4 x 5 x √2
= 2√5 x 2
= 2√10 (Hasil)
3. Logaritma
Simpulan:
Dari beberapa sumber yang saya analisis, dapat saya simpulkan
bahwa Logaritma merupakan kebalikan (atau invers) dari eksponen atau
pemangkatan. Jika diketahui suatu perpangkatan.
a) Rumus Logaritma
ac = b → ª log b =
Keterangan:
a = basis
b = bilangan dilogaritma
c = hasil logaritma
b) Sifat-sifat Logaritma
1. ª log a = 1
2. ª log 1 = 0
3. ª log aⁿ = n
4. ª log bⁿ = n • ª log b
5. ª log b • c = ª log b + ª log c
6. ª log b/c = ª log b – ª log c
7. ªˆⁿ log b m = m/n • ª log b
8. ª log b = 1 ÷ b log a
9. ª log b • b log c • c log d = ª log d
10. ª log b = c log b ÷ c log a
Contoh Soal:
1. Nilai dari 2log 4 + 2log 12 – 2log 6 =…
Untuk soal seperti di atas, maka kita perlu mengingat sifat logaritma
alog(b.c) = alog b + alog c, dan
alog = alog b – alog c
maka:
2
log 4 + 2log 12 – 2log 6 = 2log

= 2log 8

Kemudian, untuk penyelesaian akhir, kita perlu mengingat sifat


berikutnya, yaitu :

alog = n . alog b

→8=

sehingga, penyelesaian akhirnya akan menjadi seperti berikut ini :

2
log 8 = 2log

= 3 . 2log 2 → menggunakan rumus: alog a = 1

=3.1

=3
4. Baris dan Deret Aritmatika
Simpulan:
Dari beberapa sumber yang saya analisis, dapat saya simpulkan sebagai
berikut:

1) Pengertian Baris Aritmatika

Barisan Aritmetika ialah suatu barisan bilangan dengan pola tertentu


berupa penjumlahan yang memiliki beda atau selisih yang sama/tetap.

Suku-sukunya dinyatakan dengan rumus berikut :

U1, U2, U3, ….Un


a, a+ b, a+2b, a + 3b, …., a + (n-1) b

Selisih (beda) dinyatakan dengan b


b = U2 – U1 = U3 – U2 = Un – Un – 1

Suku ke n barisan aritmatika (Un) dinyatakan dengan rumus:


Un = a + (n-1) b

Keterangan :

Un = suku ke n dengan n = 1,2,3, …


a = suku pertama → U1 = a
b = selisih/beda

2) Pengertian Deret Aritmatika

Deret Aritmatika ialah jumlah suku-suku pada barisan aritmatika.

Bentuk umum deret aritmatika :

a + (a + b) + (a+2b) + (a+3b) + … + (a+(n-1)b )

Jumlah suku hingga suku ke n pada barisan aritmatika dirumuskan


dengan:

Sn = (2a + (n-1) b ) atau Sn = ( a + Un )

Contoh soal:
1) Diketahui pada suatu deret aritmatika : 3, 6, 12, 27, ….,
hitunglah beda dan suku ke-8 dari contoh deret aritmatika
tersebut..
Penyelesaian:
Diketahui : Deret aritmatikanya: 3, 6, 12, 27, …
Ditanya : b dan U8 ?

Jawaban :
b=6–3=3
Un = a + (n-1) b
Un = 3 + (8-1) 3
Un = 3 + (7).3
Un = 3 + 21
Un = 24

2) Tentukanlah nilai dari suku ke-35 dari barisan deret aritmatika


seperti berikut ini : 2, 4 , 6, 8 , … ?

Penyelesaiannya :

Diketahui : Deret aritmatika: 2, 4, 6, 8, …

Jawaban :
a=2
b = 4-2 = 2

Un = a + (n-1) b
Un = 2 + (35-1) 2
Un = 2 + (34).2
Un = 2 + 68
Un = 70

5. Baris dan Deret Geometri


Simpulan:
Dari beberapa sumber yang saya analisis, dapat saya simpulkan
sebagai berikut:
1) Pengertian baris Geometri
Barisan Geometri dapat didefinisikan sebagai barisan yang tiap-tiap
sukunya diperoleh dari hasil perkalian suku sebelumnya dengan sebuah
konstanta tertentu.
Barisan geometri adalah barisan yang memmenuhi sifat hasil bagi
sebuah suku dengan suku sebelumnya berurutan bernilai konstanta.
Misalnya barisan geometri tersebut yaitu a,b, dan c maka c/b =b/a sama
dengan konstanta. Hasil bagi suku yang berdekatan disebut disebut
dengan rasio (r).

Misal ditemukan sebuah deret geometri


U1, U2, U3,…,Un-1, Un
Maka U2/U1, U3/U2,…, Un/Un-1 = r (konstan atau rasio)
Lalu bagaimana menentukan suku ke-n dari barisan geometri:

U3/U2 = r maka U3 = U2.r = a.r.r = ar2


Un/Un-1 = r maka Un = Un-1. r = arn-2.r = arn-2+1 = arn-1
jadi dapat disimpulkan bahwa rumus suku ke-n baris geometri yaitu
Un = arn-1
a= suku awal r rasio

2) Pengertian Deret Geometri


Deret geometri merupakan jumlah dari suatu barisan geometri.
Bentuk umum dari baris geometri yaitu:
U1 + U2 +U3+….+Un atau
a + ar +ar2+….+ arn-1
Rumus jumblah suku pertama deret geometri adalah:
Sn = a ( 1-rn ) untuk r < 1, r ≠ 1
1–r
Sn = a ( rn - 1 ) untuk r > 1, r ≠ 1
r–1

Keterangan:
a = suku awal
r = rasio
n = banyak suku
Sn = jumblah n suku yang pertama

Contoh Soal:
1) Tentukan suku ke 11 dari barisan geometri 3, 9, 27, 81, …
Jawab :
a =3
r = Un / Un-1
=9/3
=3

Un = arn-1
U11 = 3 . 3 11- 1
= 3 . 3 10
= 3. 59049
= 177.147

Jadi suku ke 11 dari barisan geometri tersebut yaitu 177.147

2) Tentukan rasio dan suku ke 6 dari barisan deret geometri 2, 8,


32, 148, …

Jawab :

r = Un/ Un-1
=8/2 =4

U6 = 2 × 4 6- 1
=2×45
= 2 × 1204 = 2.048

Jadi rasio dari barisan geometri adalah 4 dan suku keenam


adalah 2.048.

Anda mungkin juga menyukai