Anda di halaman 1dari 13

MATEMATIKA

DASAR
Aljabar

Fakultas : FTI
Program studi : TEKNIK MESIN

Tatap Muka

03
Kode Matakuliah : F5119002
Disusun oleh : Andrian Saputro, ST., MT.
BAB I
ALJABAR DASAR

1.1 Operasi Dasar Aljabar


Empat operasi dasar dalam aljabar yakni : Penambahan, Pengurangan, Perkalian, dan
Pembagian.
Penambahan :
Jika dua bilangan a dan b ditambahkan, maka hasil penjumlahan tersebut ditunjukan
dengan “ a + b “, misalnya 5 + 6 = 11 atau 5x + 3x = 8x.
Pengurangan :
Jika suatu bilangan b dikurangkan dari suatu bilangan a, maka hasil pengurangan tersebut
ditunjukan dengan “ a – b “, misalnya 6 – 4 = 2 atau 5y – 3y = 2y.
Perkalian :
Perkalian dua bilangan a dan b adalah bilangan c atau “ a x b = c “, misalnya 5 x 3 = 15
atau 5x . 3y = 15xy.
Seperti terlihat diatas bahwa operasi perkalian dapat ditunjukan dengan tanda kali atau
titik, dapat juga diberi tanda kurung.
Jika huruf-huruf digunakan pemakaian notasi p x q biasanya dihindari supaya tidak
membingungkan, karena tanda x mungking ditafsirkan symbol bilangan tertentu.
Pembagian :
Jika suatu bilangan a dibagi dengan suatu bilangan b, maka hasil bago tersebut dituliskan
“a :b” atau “ a/b “ ,dimana a disebut sebagai pembilang dan b disebut penyebut.
Penulisan a/b ini juga disebut pecahan, pembagian dengan bilangan nol tidak
didefinisikan atau tidak terhingga.

1.2 Operasi Pangkat, Akar dan Pecahan


a) Bilangan berpangkat
Bilangan ini terdiri dari dua bagian, yaitu bilangan pokok (basis) dan pangkat
(eksponen) contoh :
( -3)5, angka -3 merupakan basis, sedangkan angka 5 merupakan pangkat.
Rumus bilangan berpangkat :
1. am . an = am+n
2. am : an = am-n
3. (am)n = am.n
4. (a . b)n = an . bn
5. (a/b)n = an / bn, b ≠ 0
6. a0 = 1
7. a-n = 1/an

8. am/n = n
am

Pedomanan perpangkatan 10
100 = 1 10-1 = 0,1
101 = 10 10-2 = 0,01
102 = 100 10-3 = 0,001
103 = 1000 10-4 = 0,0001

b) Bilangan berbentuk akar


n
Akar adalah suatu pernyataan dalam bentuk a yang menunjukan “akar ke n dari
a”. Bilangan positip n = indeks atau ordo dari akar dan a adalah bilangan yang di
akar. Indeks ini tidak ditulis bila n = 2.

Dengan demikian 3
5 , 4
7x3  2 y 2 , x  19 adalah akar dengan indeks / pangkat
masing-masing 3, 4, 2 dan bilangan yang di akarnya adalah : 5, 7x3 – 2y2 dan x + 19.

Aturan akar adalah sama dengan aturan pemangkatan, seperti n


a = a1/n.
Rumus-rumus akar :

1.  a
n
n
=a
n n n
2. ab = a . b
n
a a
3. n = , b≠0
b n
b

4. n
am =  a
n
m

m n m.n
5. a = a

c) Bilangan pecahan
Operasi bilangan pecahan mempunyai aturan sebagai berikut :
1. Harga suatu pecahan tetap sama jika pembilang dan penyebutnya masing-masing
dikalikan atau dibagi oleh bilangan yang sama dan bukan nol.
Contoh :
2 2 .2 4 15 15 : 3 5
  ;  
3 3 .2 6 18 18 : 3 6
2. Perubahan tanda pembilang atau penyebut suatu pecahan mengakibatkan
berubahnya tanda dari pecahan tersebut.
Contoh :
3 3 3
 
5 5 5
3. Penjumlahan dua buah pecahan yang mempunyai penyebut yang sama
menghasilkan suatu pecahan yang mempunyai pembilang sebesar jumlah masing-
masing pembilang dan penyebutnya sama dengan penyebut kedua pecahan
tersebut.
Contoh :
3 4 3 4 7
  
5 5 5 5
4. Penjumlahan atau selisih dari dua pecahan yang mempunyai penyebut yang
berbeda diperoleh dengan cara menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.
Contoh :
3 4 18 20 38
   
5 6 30 30 30
5. Perkalian dua buah pecahan adalah suatu pecahan yang penyebutnya adalah hasil
perkalian penyebut kedua pecahan tersebut dan pembilangnya adalah hasil
perkalian pembilang kedua pecahan tersebut.
Contoh :
2 3 2 .3 6
.  
5 4 5.4 20
6. Kebalikan suatu pecahan adalah suatu pecahan yang penyebutnya adalah
pembilang dari pecahan pertama dan pembilangnya adalah penyebut dari pecahan
pertama.
Contoh :
1 3 5 5
Kebalikan dari 3 adalah , kebalikan dari adalah atau -
3 5 3 3
7. Hasil bagi dua buah pecahan, diperoleh dengan cara mengalikan pecahan pertama
dengan kebalikan pecahan kedua.
Contoh :
a c a d ad
:  . 
b d b c bc

1.3 Contoh Soal dan Latihan


Contoh Soal Pangkat :
1. 2a2 + 3a2 = 5a2
2. (22)3 = 26
3. 20 = 1
Soal :
1. 2 . 32 + 4 . 32 =
2. (4x2 – 5xy + 3) + (4x2 – 2xy – 4) =
x 4 y 2 z 3
3. 
x2 y3z4
3
4  2 2 2 3
4.  a b c 
33
1 3
5. 5ax-4 . bx =
2

Contoh Soal Akar:

1. Luas sebuah paku keling yang terpasang adalah 3,46 cm2. Carilah diameter lubangnya
dalam mm.
Jawab :
A1 = d12 . 0.785  penampang paku keling ~ penampang keliling

A1 346mm 2
d1 = =
0,785 0,785
d1 = 21 mm
BAB II
PENGGUNAAN KALKULATOR SAKU

2.1 Grup-grup Tombol


Papan ketik (keyboard) dibagi dalam tiga bagian yang jelas dan gampang untuk
diketahui:
Bagian pertama
Bagian ini untuk tombol-tombol masukan  angka dari 0 . . . 9 dan titik decimal .
Bagian kedua
Bagian ini untuk tombol=tombol operasi  perhitungan dasar +, - , x , :
Bagian ketiga
Bagian ini untuk tombol-tombol fungsi  0, C, CE, M, ∏, %

Gambar 1-9 Tombol Kalkulator


2.2 Perhitungan Dasar
Untuk menyelesaikan empat ti
tipe
pe perhitungan dasar, kalkulator bekerja secara aljabar.
Jika kita menekan tombol-tombol
tombol “sama dengan” , akan dihasilkan hubungan aljabar.
Tombol + mempunyai fungsi yang sama dengan tombol + =
Tombol - mempunyai fungsi yang sama dengan tombol - =
Tombol x mempunyai fungsi yang sama dengan tombol x =
Tombol : mempunyai fungsi yang sama dengan tombol : =
Catatan :
Tombol = mengakhiri proses perhitungan jika ditekan.
Untuk hubungan aljabar, perkalian dan pembagian mendahului penjumlahan dan
pengurangan.
2.3 Penghapusan Otomatis
tomatis (automatic clea
clearing)
Kita harus membedakan antara hapus penuh ((clear totally – C) dan hapus sebagian ((clear
entry CE) yang hanya menyangkut satu butir masukan.
Tombol CE menghapus masukan terakhir yang keliru dan yang masih terlihat di display.
Sedangkan tombol C menghapus seluruh langkah perhitungan terkecuali memori.
2.4 Overflow
Jika kapasitas (jumlah tempat) dari kalkulator penuh, maka sebuah symbol “ E” akan
menyala.
Catatan :
Bila terjadi demikian maka titik tampilan harus dipindahkan kesebelah kanan sebanyak
jumlah tempat yang kalkulator tersebut miliki. Untuk delapan tempat (misalnya)
tampilan E6.123456  hasilnya adalah 612345670.

Kalkulator:
2.5 Contoh Penggunaan Kalkulator

oh cara penggunaan
Gambar 1-10. Contoh
BAB III
LOGARITMA DAN EKSPONENSIAL

Logaritma Biasa dan Logaritma Asli


Definisi logaritma :
Jika b x = N , dimana N adalah bilangan positip, b juga bilangan positip selain dari 1,
maka eksponen x adalah logaritma dari N dengan b sebagai bilangan pokoknya, dan
ditulis :
x = b log N
Sistem bilangan dengan bilangan pokok 10 biasa disebut system “Briggsian”. Jika
bilangan pokok tidak dicantumkan, maka berarti bilangan pokoknya adalah 10,
misalnya:
Log 50 = 10log 50
Logaritma asli biasanya dinamakan logaritma Napier (Sir John Napier), yaitu logaritma
dengan bilangan pokok e.
e
log N = ln N
Logaritma biasa dengan bilangan pokok 10 dikembangkan dari logaritma dengan
bilangan pokok e ini, dimana harga e adalah 2,718282
Hubungan antara logaritma asli dan logaritma biasa adalah :
ln N = 2,302585 log N
Sifat-sifat Logaritma
a
1. log b = alog c  b = c 9. alog b. blog a = alog a = 1
a b c
2. log a = 1 10. alog = p .maka . alog = -p
c b
g
a log b
3. log 1 = 0 11. alog b = g
log a

a 1
4. log bc = alog b + alog c 12. Jika alog b = p maka blog a =
p

a b a 1
5. log = log b - alog c 13. alog b = b
c log a
a
6. log bn = n alog b
a
7. log n b = (alog b)n
a
8. log b. blog c = alog c
Tambahan :
a
log (ax2 + bx + c ) = 0  ax2 + bx + c = 1
log (ax2 + bx + c ) = 1  ax2 + bx + c = 10

Fungsi Eksponensial
Fungsi eksponensial merupakan suatu fungsi yang mempunyai satu basis dan satu
eksponen.
Bentuk Umum :
y = ax
dimana :
a : basis
x : eksponen
Grafik Fungsi Logaritma dan Eksponensial
Fungsi logaritma f(x) = alog x adalah invers dari fungsi eksponen g(x) = ax yang
merupakan pencerminan terhadap garis y = x.
Persamaan umum :
a
log b = x  ax = b

Gambar 3-1. Fungsi Logaritma

Contoh Soal dan Latihan


Contoh Soal :

log 18  log 9  log 4


Hitung harga dari :
log 10  log 5
Pembahasan :
18
log( .4)
log 18  log 9  log 4 9 log(2.2 2 ) 3 log 2
=   3
log 10  log 5 10 log 2 log 2
log
5
BAB IV
BARISAN DAN DERET

4.1 Barisan dan Deret Aritmatika


Barisan Aritmatika adalah suatu urutan bilangan dimana beda (selisih dari bilangan
yang berurutan) mempunyai keteraturan. Bila diambil tiga suku yang berurutan, maka
suku ditegah (St) sama dengan rata-rata suku I dan II.
Misal :
S1, S2, S3
S1  S 3
S2 = St =
2
Bentuk Umum :
a, a + b, a + 2b, … + a + (n-1) b
Deret Aritmatika/Deret Hitung
Adalah jumlah n suku pertama dari suatu barisan.
Bentuk umum :
a + ( a + b ) + ( a + 2b ) + … + {a + ( n-1 ) b }
Rumus Penting :
1) Sn = a + ( n – 1 ) b
2) Sn = Sn-1 + b
3) Dn = ½ n ( a + Sn ) = ½ n { 2a + ( n-1 ) b }
4) Sn = Dn - Dn-1
a  Sn
5) Sv = = ½ jumlah suku tepinya
2
Keterangan :
Sn = suku ke- n
a = suku pertama ( S )
b = Selisih deret
Dn = jumlah n buah suku yang pertama
n = banyaknya suku dalam deret
St = suku tengah

4.2 Barisan dan Deret Geometri


Barisan Geometeri adalah suatu urutan bilangan dimana perbandingan suku-suku yang
berurutan mempunyai keteraturan, bila diambil ketiga suku yang berurutan, maka
kuadrat dari suku ditengah sama dengan hasil kali suku I dan III.
Misal :
S1, S2, S3  S2 adalah suku tengah ( St )
S22 = St2 = S1.. S3

Bentuk Umum :
a , ar, ar2, … arn-1
Deret Geometri adalah jumlah n suku pertama dari suatu barisan geometri
Bentuk Umum :
a + ar + ar2 + … + arn-1
Rumus Penting
1) Sn = arn-1
Sn
2) r
S n 1
3) St2 = a . Sn = hasil kali suku tepinya
a (r n  1)
4) Dn = untuk r > 1
r 1

a (1  r )
n

Dn = untuk r < 1
1 r

5) Dn – Dn-1 = Sn

Keterangan :
Sn = suku ke- n
a = suku ke- 1
r = rasio perbandingan
Dn = jumlah n buah suku pertama
n = banyaknya suku dalam deret
St = suku tengah
4.3 Contoh Soal dan Latihan
Contoh Soal :
Suatu deret aritmatik banyaknya suku n = 12, beda deret = 2, jumlah suku tersebut
d = 168, maka suku pertamanya = ?
Pembahasan.
Sn = a + ( n – 1 ) b
S12 = a + ( 12 – 1 ) 2 = a + 22
Dn = ½ n ( a + Sn )
D12 = ½ n ( a + a + 22 ) = ½ . 12 ( 2a + 22 ) = 6 ( 2a + 22 ) = 12a + 132
168 = 12 a + 132
a = 3

Anda mungkin juga menyukai