Anda di halaman 1dari 3

https://www.inews.

id/news/nasional/tiga-pilar-kebahagiaan

Tiga Pilar Kebahagiaan


Komaruddin Hidayat · Rabu, 08 Agustus 2018 - 20:46 WIB

Komaruddin Hidayat
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah

SEBUAH penelitian psikologi sosial menyebutkan, terdapat


tiga pilar utama kebahagiaan hidup seseorang, yaitu having a
good family life, having a good job, dan having good friends
and community. Ketika diteliti, sebagian besar umur seseorang
akan dihabiskan di dalam tiga zona pergaulan dan aktivitas di atas. Masing-masing
juga akan saling melengkapi dan menutupi kejenuhan serta kekurangan yang lain.

Pertama dan paling dasar adalah keluarga yang baik (a good family life). Secara
emosional, keluarga memiliki daya gravitasi paling besar bagi kehidupan
seseorang. Apa pun yang dilakukan seseorang di luar rumah pada akhirnya akan
kembali pada keluarga sehingga rumah tangga sering diibaratkan tempat berlabuh
bagi sebuah kapal setelah mengembara ke lautan lepas.

Oleh karenanya karier seseorang yang autentik dan kokoh hanya akan mungkin
diraih kalau basis keluarganya solid. Soliditas keluarga dibangun terutama oleh
hubungan cinta dan iman. Cinta bagaikan pupuk atau air yang akan membuat pohon
rumah tangga selalu tumbuh segar.

Adapun iman memberikan ikatan moral dan makna hidup yang kuat bahwa rumah
tangga adalah amanat suci dan sebuah bahtera yang jangkauannya sampai di akhirat
kelak. Rumah tangga bukan sekadar transaksi administrasi layaknya jual-beli,
melainkan juga sebuah perjalanan dan pertumbuhan moral-spiritual.
Kedua, having a good job. Seseorang bekerja tidak semata untuk mengejar uang,
tetapi menyangkut harga diri, aktualisasi diri, dan bersosialisasi di luar zona
keluarga. Bisa dipastikan, orang yang menganggur, meski banyak uangnya, tidak
akan bahagia.

1
Orang yang hidup semata mengandalkan harta warisan tidak akan bangga dengan
dirinya. Begitu pun mereka yang bekerja, tetapi tidak merasa cocok dan bangga
dengan pekerjaannya, akan tersiksa hatinya.

Ruang kerja bagaikan ruang tahanan. Kerja akan terasa nyaman jika sesuai dengan
bakat dan minatnya serta kulturnya bagus, tidak koruptif, dengan imbalan gaji yang
cukup, syukur berlebih untuk mendukung kehidupan keluarga.

Sebuah lingkungan kerja juga akan dianggap sehat kalau para karyawannya
memiliki peluang dan dorongan untuk tumbuh, baik skill, pengetahuan maupun
kepribadiannya. Apalah artinya gaji tinggi jika ternyata tidak halal dan lingkungan
kerjanya koruptif. Semua itu akan merongrong kualitas kebahagiaan yang dibangun
dalam rumah tangga.

Ketiga adalah lingkungan pertemanan dan komunitas (having good friends


and community). Kita semua mengalami bahwa umur kita tidak hanya dihabiskan
dalam urusan rumah tangga dan kerja, tetapi juga bermasyarakat. Itu suatu
kebutuhan sosial dan psikologikal. Makanya muncul komunitas ”alumni” di luar
jaringan keluarga dan kerja.

Penting dicatat bahwa lingkungan pergaulan yang tidak sehat akan menggerogoti
aset kebahagiaan yang kita bangun lewat zona keluarga dan kerja. Sering terjadi
seseorang terjerat masalah gara-gara memilih jaringan pertemanan yang tidak sehat.
Ini paling mudah diamati pada anak-anak remaja, tetapi bisa juga terjadi pada orang
dewasa.
Keburukan itu mudah menular, bahkan kadang lebih cepat daripada kebaikan. Oleh
karenanya having good friends and communitymerupakan satu pilar penting untuk
meraih kebahagiaan hidup seseorang.

Demikianlah, tentu saja banyak pilar lain yang memengaruhi kebahagiaan


seseorang. Namun ketiga aspek tadi begitu dominan. Di atas ketiganya, menurut
hasil penelitian dimaksud, adalah personal values.

Nilai-nilai hidup seseorang akan sangat berpengaruh dalam memaknai hidup ini.
Orang yang taat beragama dan yang tidak tentu akan berbeda dalam memandang
keluarga, harta, dan pergaulan.
Ada orang yang yakin bahwa dengan banyak bederma, bersedekah, jalan rezeki
akan semakin terbuka. Tapi ada yang berpandangan sebaliknya. Inilah yang
dimaksud dengan personal values. Sebuah kerangka berpikir dan keyakinan hidup
yang sangat berpengaruh dalam perilaku seseorang, termasuk dalam berumah
tangga, bekerja, dan bermasyarakat.

Sebagai pribadi saya yakin, kerja dan harta yang tidak halal tidak akan
mendatangkan berkah dan kebahagiaan. Jika harta haram masuk ke mulut dan
kemudian mengalir bersama darah dalam tubuh, harta haram tadi akan masuk

2
beserta dengan energi negatif (setan) sehingga perilaku seseorang juga akan seperti
setan. Pikirannya, tangannya, kakinya, mulutnya akan dikendalikan oleh setan.

Makanya orang tua mesti hati-hati memberikan rezeki atau nafkah kepada keluarga.
Hindari membawa barang haram ke rumah jika kita benar-benar sayang pada
keluarga. Jangan membawa racun kehidupan.*

Anda mungkin juga menyukai