0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
293 tayangan2 halaman
1. Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah merupakan fondasi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan diridhai Allah.
2. Tidak terciptanya keluarga seperti itu akan menghasilkan keluarga yang tidak harmonis dan berpotensi menimbulkan kenakalan remaja.
3. Pembentukan keluarga Islami yang ideal dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah dan kewajiban bersama serta mendidik anak
1. Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah merupakan fondasi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan diridhai Allah.
2. Tidak terciptanya keluarga seperti itu akan menghasilkan keluarga yang tidak harmonis dan berpotensi menimbulkan kenakalan remaja.
3. Pembentukan keluarga Islami yang ideal dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah dan kewajiban bersama serta mendidik anak
1. Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah merupakan fondasi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan diridhai Allah.
2. Tidak terciptanya keluarga seperti itu akan menghasilkan keluarga yang tidak harmonis dan berpotensi menimbulkan kenakalan remaja.
3. Pembentukan keluarga Islami yang ideal dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah dan kewajiban bersama serta mendidik anak
Sumber: Judul : Kiat Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah (http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/arsip/membangun-keluarga- sakinah.html, diakses tanggal 27 November 2013 pukul 21.30 WIB)
Dalam terminologi bahasa Arab, sakinah artinya tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, dan penuh kasih sayang. Mawaddah berarti jenis cinta yang membara kepada lawan jenisnya. Warahmah artinya anugerah, karunia, dan rahmat. Jadi, keluarga sakinah mawaddah, warahmah artinya keluarga yang seluruh anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya, penuh rezeki, dan dirahmati oleh Allah SWT. Islam memandang bahwa keluarga sakinah, mawaddah, warahmah merupakan fondasi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan diridhai Allah. Contoh ideal keluarga Islami adalah rumah tangga Rasulullah SAW. Rumah tangga beliau harmonis bukan karena faktor kekayaan dan faktor lahiriah lainnya, tetapi lebih karena akhlak, sifat dan karakter mulia beliau sendiri. Menurut hadits Nabi Muhammad SAW, pilar keluarga sakinah ada empat, yaitu memiliki kecenderungan kepada agama (selalu bertakwa, beribadah, dan mengingat Allah di dalam setiap kegiatannya), anggota yang berumur lebih muda menghormati yang tua dan anggota yang lebih tua menyayangi yang muda, sederhana dalam belanja (tidak boros, tidak menghambur-hamburkan uang, membeli barang sesuai kebutuhan bukan keinginan), santun dalam bergaul (selalu menjaga hubungan baik dan menaati segala norma kesopanan dengan anggota keluarga maupun dengan orang lain), dan selalu introspeksi diri (tidak takabur, mengakui kesalahan dan tidak mengulanginya, menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya). Hadits Rasulullah juga menyebutkan empat hal yang akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga, yakni suami/istri yang setia (sholeh/sholehah, bisa membimbing ke jalan yang lurus dan diridhai Allah), anak-anak yang berbakti (tabungan amal orangtua jika telah meninggal kelak), lingkungan sosial yang sehat (pendukung dalam menciptakan atmosfer kedamaian di sekitar lingkungan rumah), dan dekat rezekinya (tidak 2
dapat dipungkiri, keluarga yang berkecukupan harta akan lebih bahagia namun tidak boleh lupa untuk bersedekah karena di dalam harta tersebut ada hak fakir miskin). Terdapat lima fungsi keluarga menurut Achmad Muslich. Pertama, keluarga sebagai pusat pendidikan. Pendidikan anak di keluarganya merupakan pendidikan pertama dan utama. Pendidikan usia dini di umur 3-7 tahun menjadi masa pendidikan yang paling menentukan bagi perkembangan anak pada masa remaja hingga dewasa. Orang tua harus bisa menjadi panutan yang baik bagi anak. Fungsi keluarga sebagai pendidik menjadi disfungsional jika tidak ada perhatian dari orangtua kepada anak. Ini bisa menimbulkan kenakalan pada anak karena tidak didapatkannya perhatian dan kebahagiaan. Fungsi kedua adalah sebagai pusat rekreasi setelah membanting tulang seharian. Rekreasi bisa menambah keakraban, rasa kasih sayang, dan keharmonisan antar anggota keluarga. Ketiga adalah keluarga sebagai pusat pemenuhan kebutuhan lahiriah dan batiniah, contohnya pemenuhan kebutuhan biologis antar suami-istri. Fungsi keempat adalah sebagai pusat kasih sayang. Dan yang terakhir adalah keluarga sebagai pusat ekonomi. Kebahagiaan keluarga tidak dapat lepas dari terpenuhinya kebutuhan ekonomi, sebab kefakiran menyebabkan kekufuran. Meskipun uang bukan segalanya, ekonomi keluarga sangat menentukan keharmonisan keluarga. Tujuan membentuk keluarga antara lain, mencari ridha Allah, menjaga diri dari dosa, mengikuti sunnah Rasul, melanjutkan keturunan, dan menjalin tali silaturahmi. Keluarga Islami harus berpedoman pada bimbingan agama, aqidah, dan syariah Islam. Upaya pembentukan keluarga Islami dapat dilakukan mulai dari hal kecil, seperti mengusahakan shalat berjamaah, saling mendoakan, tadarus Al-Quran bersama, menjalankan hak dan kewajiban masing-masing dengan baik, mendidik anak sesuai ajaran Islam, hingga pergi haji atau umroh bersama-sama jika berkecukupan. Dalam kehidupan sosial juga harus diupayakan unuk menjaga silaturahmi, bertetangga dengan baik, dan aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Tidak terciptanya keluarga sakinah, mawaddah, warahmah akan menghasilkan keluarga yang tidak harmonis, kenakalan remaja pun lebih mudah terjadi. Kenakalan remaja ini disebabkan oleh orangtua yang tidak mampu mendidik anak-anaknya. Anak diibaratkan sebuah kertas putih yang akan diwarnai oleh orangtuanya. Jadi, jika seorang anak diharapkan menjadi manusia baik di masa depan, maka orangtuanya harus baik terlebih dahulu, sehingga mampu mengajarkan hal-hal yang baik pada anak-anaknya.