PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok
manusia yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan
bagi umat manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana.
Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada
kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam
lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi
keluarganya.
1
lakukan di dlm rumah tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para
suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak
mulia kepada istrinya,Karena akhlak dalam keluarga ini harus ada pada suami
dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan.
Memang suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik
dlm rumah tangga karena dia sebagai sebagai pimpinan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akhlak dalam keluarga ?
2. Bagaimana urgensi keluarga dalam hidup manusia ?
3. Bagaimana akhlak suami istri ?
4. Bagaimana akhlak orang tua terhadap anak ?
5. Bagaimana akhlak anak terhadap orang tua ?
6. Bagaimana cara membangun keluarga yang sakinah ?
7. Bagaimana larangan kekerasan dalam rumah tangga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui akhlak dalam keluarga.
2. Untuk mengetahui akhlak orang tua terhap anak.
3. Untuk mengetahui akhlak anak terhadap orang tua.
4. Untuk mengetahui cara membangun keluarga yang sakinah.
5. Untuk mengetahui larangan kekerasan dalam rumah tangga.
6. Untuk mengetahui akhlak suami istri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang
lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama
lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan,
perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak
dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus mendapatkan
bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat
mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai dengan
ajaran agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat
menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak
pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan.
4
Di dalam keluarga inilah pertama kali anak terlibat dalam interaksi
edukatif. Anak belajar berdiri, berbicara, bermain, berpakaian, mandi,
menyikat gigi dan lain-lain. Keluarga bertugas meneruskan dan mewariskan
sejumlah nilai baik berkaitan dengan kultural, sosial maupun moral kepada
anak-anak yang baru tumbuh di dalam rumah tangga. Di sini pula anak diajar
mengenal siapa dirinya dan lingkungannya.
5
Akhlakul Karimah dalam Rumah Tangga
6
Tujuan Perkawinan
e. Pada hakikatnya, hidup adalah untuk beribadah kepada Allah swt semata
sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” QS.
Adz Dzariyaat:56
7
B. Akhlak Suami atau Isteri
a. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri
adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-Taubah: 24)
8
e. Nafkah (makan, pakaian, tempattinggal), Menggaulinyadenganbaik, ( AI-
Ghazali)
g. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
h. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
m. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami
wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara
paksa. (AIGhazali).
9
boleh menggunakanya tanpa seizin dan seikhlas isteri.
Rasulullah bersabda, ”Diriwayatkan dari amir ibn Rabi’ah bahwa
seorang wanita dari Bani Fazarah kawin dengan mahar sepasang
sandal. Lalu Rasulullah bertanya:”Apakah engkau rela dari diri dan
hartamu dengan sepasang sandal? ”Perempuan itu menjawab:”Ya”.
Lalu Rasulullah saw membolehkannya.”(HR. Ahmad, Ibn Majah dan
Tirmidzi).
b. Nafkah
Nafkah adalah menyediakan segala keperluan isteri berupa makanan,
minuman, pakaian, rumah, dan lain-lain.
Firman Allah :
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.”(QS. At-Thalaq 7).
c. Ihsan al-‘Asyarah
Ihsan al-‘Asyarah artinya bergaul dengan isteri dengan cara yang
sebaik-baiknya. Teknisnya dapat dilakukan menurut pribadi masing
masing. Misalnya : membuat isteri bahagia, selalu berprasangka baik
terhadap isteri, membantu isteri apabila ia memerlukan bantuan
meskipun dalam urusan rumah tangga, menghormati harta miliknya
pribadi dan lain-lain.
Allah berfirman :
‘…dan bergaullah dengan isterimu secara patut…’(An-Nisaa’ 29).
Rasulullah saw sudah memberikan contoh teladan bagaimana bergaul
dengan isteri dengan sebaik-baiknya. Rasulullah bersabda :
10
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang
paling baik akhlaqnya. Dan orang orang baik diantara mereka ialah
yang paling baik terhadap isterinya.”(HR. Ahmad).
d. Membimbing dan Mendidik Keagamaan Isteri
Seorang suami memiliki tanggung jawab dihadapan Allah terhadap
isterinya karena suami merupakan pemimpin didalam rumah tangga.
Maka, suami berkewajiban mengajar dan mendidik isterinya agar
menjadi seorang wanita shalihah. Jika seorang suami tidak mampu
mengajarkannya sendiri, dia harus memberikan izin kepada isterinya
untuk belajar di luar atau mendatangkan guru ke rumah, atau
menyediakan buku-buku bacaan untuk keluarga.
Allah berfirman :
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa 34).
Rasulullah bersabda :
“Sebaik-baik wanita adalah yang apabila engkau memandang
kepadanya menggembirakanmu, apabila engkau suruh dia patuh,
apabila engkau beri nafkah dia menerima dengan baik, dan apabila
engkau tidak ada disampingnya dia akan menjaga diri dan
hartanu”(HR. Nasa’i).
11
Suami mendapatkan hak istimewa untuk dipatuhi isteri
mengingat posisinya sebagai pemimpin dan kepala keluarga yang
mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah terhadap keluarga.
b. Ihsan al ‘Asyarah
Ihsan al ‘Asyarah isteri terhadap suaminya antara lain dalam bentuk :
Menerima pemberian suami dengan rasa puas dan terima kasih, serta
tidak menuntut hal-hal yang tidak mungkin, serta selalu
berpenampilan menarik agar tercipta keharmonisan dalam keluarga.
Demikianlah akhlaq suami isteri yang pembahasannya kita
fokuskan pada masalah hak dan kewajiban yang tentu saja semua itu
tidak
terlapas dari hukum.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab.
Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak bangun tidur hingga tidur.
Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang tuanya, murid
kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik.
12
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya.
Anak berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah
mencetak generasi yang seperti itu. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua
yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki
akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW. Semoga dengan informasi tentang
cara mengajarkan akhlak yang baik kepada anak ini, kita bisa menjadikan
anak menjadi generasi rabbani dan beradab. Orang tua harus lebih
memperhatikan, membimbing, dan mendidik anak dengan baik, sehingga
tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah,
berlaku lemah lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam
menanamkan kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh
cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
peranannya mendidik anak, antara lain:
13
1. Orang tua sebagai panutan
D. Birrul Walidain
Birrul Wlidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru artinya
kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu dan bapak.Birrul
Walidain merupakan suatu istilah yang berasal langsung dari Nabi
Muhammad saw, yang berarti berbuat kebajikan kepada kedua orangtua.
Semakna dengan birrul walidain, Al-Qur’an Al-Karim menggunakanistilah
ihsan (wa bi al-walidaini ihsana), seperti yang terdapat dalam firman Allah
SWT berikut ini:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaikbaiknya...”(QS. Al-Isra’ 23).
Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada
kedua orang tua kita, Allah SWT berfirman:
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibubapaknya…”(QS. Al-Ankabut 8).
Allah SWT juga meletakan perintah berterima kasih kepada kedua orang tua
langsung sesudah perintah berterima kasih kepada Allah SWT.
Allah berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”(QS. Luqman 14).
14
Rasulullah juga mengaitkan bahwa keridhaan dan kemarahan Allah SWT
berhubungan dengan keridhaan dan kemarahan kedua orang tua.
Rasulullah bersabda:
“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan
Rabb (Allah) ada pada kemarahan orang tua.”(HR. Tirmidzi).
15
3. Membantu kedua orang tua secara fisik dan materiil.
Seseorang dapat membantu kedua orang tua baik sebelum berkeluarga dan
belum berpenghasilan maupun apabila anak tersebut sudah berkeluarga
dan berpenghasilan. Misalnya, jika seorang anak belum berpenghasilan
dapat membantu dengan cara fisik atau tenaga dan atau yang lain.
Sedangkan bila anak sudah berpenghasilan dapat membantu secara materi
dan atau yang lainnya.
Rasulullah bersabda :
“Siapakah yang paling berhak aku Bantu dengan sebaik-baiknya?jawab
Nabi;”ibumu”. Kemudian siapa; jawab Nabi; “ibumu”. Lalu siapa
lagi?jawab Nabi;”bapakmu.”(HR. Bukhari dan Muslim)
4. Mendo’akan kedua orang tua
Seorang anak yang berbakti adalah anak yang selalu mendo’akan kedua
orang tua baik selama mereka masih hidup walaupun mereka telah
menghadap sang Khaliq.
Allah berfirman : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".(QS. Al-Isra’24).
16
Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh
atau merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi
perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan.
Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori
dan menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci, dan
mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga anak-anak sebagai anggota
rumah tangga, dan gerasi penerus.
17
bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika
kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti
kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak
membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para
wanita) dengan cara yang baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari
shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
18
Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an
(ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan
membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya
Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka. Setiap
manusia selalu menginginkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warohmah, untuk itu apa saja sih yang harus dilakukan untuk mencapai
keluarga yang di impikan. ikuti yuk tips dari keluarga sakinah ini :
19
tampan, baik hati, terhormat dan berkecukupan.Namun setelah
menjalani rumah tangga beberapa tahun, kita mulai tahu sifat aslinya,
kebiasaan buruknya yang mungkin membuat penilaian kita menjadi
berubah. Ternyata dia posesif, ternyata dia pelupa . Fokuslah pada hal-
hal baik ini. Kalaupun tidak bisa menyingkirkan keburukannya dari
depan mata, temukanlah alasan bahwa itu dibalik itu ada hikmahnya.
6). Hindari Pihak Ketiga; Setelah ijab qabul terucap dan sah menjadi
pasangan suami-istri, dalam tatanan masyarakat Bunda/Sista telah
diperhitungkan sebagai seorang ratu rumah tangga dari keluarga yang
dipimpin oleh suami. Saat ada urusan bermasyarakat, tak lagi dianggap
20
sebagai bagian dari keluarga lama tapi telah menjadi kelompok
tersendiri. Maka ketika timbul permasalahan, selesaikanlah berdua
saja. Tentunya suami-istri lebih banyak mengetahui keadaan dan arah
rumah tangga ke depan. Tak perlulah melibatkan orang lain. Banyak
cerita tentang membesarnya konflik justru setelah pihak ketiga terlibat
maupun sengaja dilibatkan, entah itu mertua, saudara ipar, tetangga,
dan sebagainya. Kalau pun ingin mendapat nasehat atau memiliki sudut
pandang yang berbeda, maka mintalah pada seseorang yang sudah
teruji pengalaman hidupnya, yang telah diketahui baik akhlaknya dan
yang kemungkinan tidak akan melibatkan emosi pribadi dalam
memberikan nasehat.
21
mengalami masalah rumah tangga, yang dilakukan bersama suami saat
itu komunikasi atau gantian bicara? Komunikasi ini dimaksudkan
untuk saling mengerti, untuk menghilangkan kan hal-hal berbau
prasangka dan emosi. Menjaga komunikasi bisa diawali dengan
kebiasaan ngobrol dan duduk bersama. Sampaikan apa yang
Bunda/Sista merasa perlu diketahui suami atau anak. Buat iklim rumah
tangga menjadi terbuka sehingga tidak ada anggota keluarga yang
merasa tidak didengarkan.
9) Jaga Spiritualitas Rumah Tangga ; Salah satu pijakan yang paling utama
seseorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada
syariat Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah
tangga itu melelahkan. Justru di situlah nilai pahala yang Allah
janjikan. Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya,
kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah SWT. Sertakan
rasa baik sangka kepada Allah SWT. Dan ambil hikmahnya dari setiap
masalah. Membangun keluarga yang Sakinah Mmerupakan sebuah
awalan yang baik untuk menciptakan kondisi masyarakat yang ideal.
a. Senantiasamemilikikecenderunganterhadapkeagamaandalamorientasikehid
upannyasehari-hari.
b. Berlakunya sistem “Yang muda menghormati yang tua, yang tua
menyayangi yang muda”.
c. Tidak melebih-lebihkan dalam memenuhi kebutuhan keseharian.
d. Menjaga etika dan sopan santun dalam bergaul di dalam masyarakat.
e. Senantiasa menjaga dan menginterospeksi anggota keluarganya agar
terhindar dari hal-hal yang munkar.
22
F. Larangan kekerasan dalam rumah tangga
Pada dasarnya inti ajaran setiap agama, khususnya dalam hal ini
Islam, sangat menganjurkan dan menegakkan prinsip keadilan dan bahkan
menghormati terhadap perempuan, bahkan prinsip yang utama adalah
menciptakan rasa aman dan tentram dalam keluarga, sehingga tercipta rasa
saling asih, saling cinta, saling melindungi dan saling menyangi.
23
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaaan atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh saling
berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu
dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah. Sedangkan pengertian secara
sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih
sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan diri, saling
melengkapi satu dengan yang lainnya.
B. Saran
Kita sebagai perawat mestinya harus memahami setiap akhlak yang dimiliki
pasien, dan juga kita sebagai perawat harus memiliki akhlak yang baik dan
menjadikannya contoh untuk pasien. Yang sebaiknya harus kita terapkan
dalam keseharian kita di rumah sakit..
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
2. Barsihannor, Studi Agama-Agama di Perguruan Tinggi. Makassar: UIN Press,
2010.
3. Ramayulis, Pendidikan Islam dalamRumahTangga, Jakarta ;KalamMulia,
2001
4. A. SyifaulQulub, Pendidikan Agama Islam untukPendidikanPerguruan Tinggi,
Jakarta, Laros, 2010
5. KhairuddinBashori, PsikologiKeluargaSakinah, Yogyakarta,
SuaraMuhammadiyah, 2006
6. MajelisTabligh, Gender dalam Islam, Yogyakarta, PimpinanPusatAisyiyah ;
2010
7. Suwito, FilsafatPendidikanAkhlakIbnuMiskawaih, Yogyakarta, Belukar; 2004
8. Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Yogyakarta, LKIS;
2004
9. QuraihShihab, WanitaDalam Islam, Jakarta, LenteraHati ; 2010
10. Departemen Agama, Al Qur’an danTerjemahnya
- See more at: http://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.co.id/2014/09/materi-8-
akhlak-dalam-keluarga.html#sthash.0XKYLCVh.dpuf
26