Anda di halaman 1dari 13

DAMPAK PENTINGNYA KELUARGA DALAM

MEMBENTUK KARAKTER ANAK


DI JEMAAT GKI BETHEL INANWATAN

OLEH

ROGES GEIZE
NIM: 1702102

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan


Gelar Sarjana Pendidikana Agama kristen (S Pd K) Di Fakultas Teologia
Universitas Kristen Papua

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


UNIVESITAS KRISTEN PAPUA
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batas Masalah .............................................................................. 3
C. Rumusan masalah......................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
II. KAJIAN TEORITIS
A. Pentingnya Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak ............ 4
1. Pengertian Keluarga ............................................................... 4
2. Tujuan Keluarga dalam Membentuk Karakter
Anak Berperilaku Sopan Santun ............................................ 6
B. Proses Pembentukan Karakter Anak
1. Pengertian Karakter ................................................................ 7
2. Tujuan Karakter ...................................................................... 8
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .................................................................. 9
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 9
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 10
D. Teknik Analisis Data .................................................................. 10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasangan suami istri yang memiliki komitmen terhadap pernikahan tentu
menjadikan rumahnya sebagai rumah doa, ini merupakan dambaan dari setiap
pasangan suami istri pada saat melangkah ke bahtera rumah tangga. Perjalanan
keluarga kristen akan mengalami banyak pergumulan seiring berjalan waktu,
bersama dengan itu kehadiran anak-anak sebagai Anugerah Tuhan yang patut
dirawat, dijaga dan dijarkan untk mengenal Tuhan serat hidup di dalam Tuhan
untuk itu, setiap keluarga kristen diharapkan dapat mampu memberikan
teladan hidup dan menanamkan nialai-nilai kekristenan dalam diri anak sejak
dini, sehingga anak tidak dengan mudah terjerumus kedalam pergaulan yang
salah.
Deglarasi nilai-nilai agama akhir-akhir ini sangat terasa, semua agama
turut merasakan bahwa kebanyakan umatnya kurang setia terhadap agama
yang dianutnya. Dengan kata lain, banyak umat saat ini kurang taat untuk
menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran masing-masing. Hal ini juga
dialami oleh beberapa keluarga Kristen saja, pengaruh lingkungan sekitar
sangat terasa turut mempengaruhi pertumbuhan iman setiap orang, terkhusus
anak-anak yang masih ada dalam masa pertumbuhan iman.
Pertumbuhan iman anak juga merupakan tanggung jawab orang tetapi
juga lingku ngan masyarakat dan gereja. Sebagai orang Kristen, saat prosesi
pembaptisan anak, dan janji jemaat yang diucapakan secara bersama baik
orang tua maupun jemaat ketika orang tua menyerahkan anaknya untuk secara
dibina pertumbuhan imannnya. Janji untuk secara membina bertumbuh dalam
takut akan Tuhan, sehingga anak tumbuh dengan nilai yang baik. Namun
kenyataannya pada masa kinu dan jemaat atau lingkungan tempat anak
bertumbuh, kurang memberikan teladan yang baik bagi anak. Sehingga anak
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kurang sehat.
Konteks kehidupan keluraga pada saat ini tidak terlepas dari sistem nilai
yang ada dimasyarakat. Sistem nilai menentukan perilaku anggota masyarakat.
Berbagai sistem nilai yang ada di dalam masyarakat yaitu agama, adat
istiadat,nilai-nilai sosial, dan niali-nilai kesakralan keluarga. Dalam hal ini,
anak mau atau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan sistem nilai yang
ada, sehinnga tidak berbenturan antara satu nilai dengan nilai lainnya.
Lingkungan banyak berperan dalam pembentukan kepribadian dan
karakter seseorang, bagi kebanyakan anak lingkungan keluarga merupakan
lingkungan terkait yang mempengaruhi perkembangan anak, setelah itu
sekolah dan kemudian masyarakat. Kluarga dipandang sebagai lingkungan dini
yang dibangun oleh orang tua dan orang-orang terdekat. Setiap keluarga
berbeda dengan keluarga lainnya, dalam hal ini yang berbeda misalnya cara
didik keluarga, keadaan ekonomi keluarga. Setiap keluarga memiliki sejarah
perjuangan, nilai-nilai, dan kebiasaan turun temurun yang secara tidak sadar
akan membentuk karakter anak. Pengaruh lingkungan keluaraga sangat besar
dalam membentuk pondasi kepribadian anak.keluarga yang gagal membentuk
kepribadian anak biasanya keluarga yang memiliki konflik atau tidak
bahagia.Tugas utama para orang tua adalah menyakinkan fungsi keluarga
benar benar aman,nyaman bagi anak anak mereka.Rumah adalah surga bagi
anak,dimana mereka menjadi cerdas.

1
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan forum pendidikan yang pertama
dan utama dalam sejarah sang anak yang menjadi dasar penting dalam
pembentukan karakter manusia itu sendiri. Untuk menciptakan karakter
yang kuat dan jiwa baik pada anak didalam keluarga, diperlukan
terciptanya suasana keluarga yang harmonis dan dinamis, hal tersebut
dapat tercipta jika terbangun koordinasi dan komonikasi dua arah yang
baik, (orang tua dan anak). Orang tua merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang pertama dan utama dalam diri seorang anak, karena anak
dilahirkan dan dibesarkan didalam lingkungan keluarga, (orang tua) serta
anak berkembang menuju dewasa. Orang tua merupakan panutan bagi
seorang anak, karena setiap mula-mula anak mengagumi orang tuanya
semua tingkah laku akan diikuti oleh anak-anaknya.Tingkah laku anak
akan lebih baik juka tingkah laku orang tuanya baik dan jika tingkah laku
anak menjadi buruk apabila orang tuanya berperilaku buruk.
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan
latihan dalam rangka membantu anak agar mampu mengembangkan
potensinya. Mengennai lingkungan sekolah dalam membentuk
kepribadian anak.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan sosial yang
mempengaruhi fitrah beragama atau kesadaran beragama induvidu atau
anak. Dalam masyarakat, induvidu (terutama anak-anak remaja) akan
melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota lainnya.
Apabila teman sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai agama (berakhlak baik) maka anak pun cenderung berakhlak
baik.
Karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia dengan Tuhan, dan
dengan didi sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa yang
terwujud dalam pikiran, sikp perasaan, perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, dan budaya. Nilai-nilai
karakter yang harus ada pada anak yaitu, nilai nunari dan memberi, nilai
nurani seperti kebenanian, kejujuran, cinta damai, sedangkan nilai
memberi seperti, setia, dapat dipercaya, sopan, ramah, dan baik hati. Oleh
karena itu orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak
sebiknya juga memiliki kemampuan mengenai nilai-nilai karakter. Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan, Keluarga tanpa kekerasan adalah
salah satu solusi efektif untuk seorang anak merasa nyaman, damai, dan
tentram dirumah, namun yang terjadi belakangan ini para orang tua
cenderung mendidik anak dengan emosi, kurang perhatian kepada
mereka.
Banyak orang tua menghabiskan waktu untuk aktivitas mereka
sehingga dapat mengabaikan keluarga, dan anak-anak sehingga merasa
terabaikan. Ada juga orang tua yang merasa cukup memberikan perhatian
kepada anak dengan menuruti segala keinginan mereka dengan memenuhi
kebutuhan materi, tetapi soal pendidikan, terutama akhlak mulia, kasih

2
sayang cenderung dinomor duakan. Hasilnya anak akan memiliki sifat
yang tidak menyenangkan, pendidikan yang baik dalam keluarga akan
membentuk kepribadian anak yang baik, perkembangan kepribadian anak
dapat dikendalikan dan dibentuk oleh orang tua dengan mendidik dan
membina, anak karena orang tua merupakan pendidik pertama kali bagi
anak. Jadi kita tidak boleh menyalahkan faktor bawaan atau lingkungan
yang buruk yang menyebabkan kepribadian seseorang itu buruk. Terdapat
perbedaan yang sangat jelas sekali dalam hal watak atau kepribadian dari
anak yang dibina dengan kekerasan, hal ini sangat berpengaruh terhadap
prestasi dan keberhasilan anak tersebut. Oleh sebab itu pentingnya bagi
para orang tua agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam
keluarga dengan sebaik-baiknya dalam mendidik anak.
Dengan adanya permasalahan yang ditemukan ini maka, penulis
merasa perhatian terhadap masalah tersebut sehingga menganggap
penting melakukan penelitian dalam langka mengaji lebih dalam tentang
persoalan ini, dengan judul yang diangkat adalah: '' Pentingnya Keluarga
Dalam Membentuk Karakter Anak di Jemaat GKI Bethel Inanwatan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka, penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Pentingnya Keluarga dalam
Membentuk Karakter Anak di Jemaat Bethel Inanwatan.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk Mendeskripsikan
tentang Pentingnya Keluarga dalam Membentukan Karakter Anak di Jemaat
Bethel Inanwatan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Tulisan ini diharapkan nantinya memberikan kontribusi pikir baik
kepada Universitas kristen Papua dalam pengembangan keilmuan dalam
hubungannya dengan pendidikan agama kristen.
2. Manfaat Praktis
Manfaat penulisan ini adalah memberi kontribusi pikir bagi keluarga
untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang pentingnya keluarga dalam
membentuk karakter anak berperilaku sopan santun.

3
II. KAJIAN TEORI
A. Pentingnya Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak
1. Pengertian Keluarga Kristen
Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak -
anak. inilah yang disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti.
Keluarga pertama didunia dibentuk oleh Allah sendiri yakni keluarga
Adam Kejadian 1; 27-29). selain keluarga kecil atau keluarga inti, ada juga
yang disebut keluarga besar yaitu persekutuan hidup antara ayah ibu dan
anak- anak serta kakek, nenek, paman dan bibi, dan lain-lain. Mereka
berasal dari hubngan keluarga (kekerabatan) ayah maupun keluarga
(kekerabatan) ibu. Menjadi pengikut atau orang yang sudah menyerahkan
dirinya kepada Kristus itu berarti orang tersebut harus mengadopsi semua
gaya hidup Kristus didalam hidupnya. Mari kita melihat latar2belakang
julukan yang dinyatakan orang luar terhadap pengikut Kristus didalam
kisah para rasul 11 : 26 yaitu karena saat Kristus masih bersama-sama
dengan mereka, mereka sering mengadakan pertemuan dan mendengarkan
Firman Tuhan melalui Yesus Kristus. Sesudah Yesus naik kesorga ( Kisah
Rasul 2 : 11), muri-murid itupun sering mengadakan pertemuan
pertemuan dan mempelajari Firman Allah, Kisah Rasul 2 :46; 11: 17.
untuk layak menyebut dirinya orang kristen maka ia harus aktif untuk
melibatkan diri didalam perhimpunan orang-orang kudus, karena Kristus
telah memberikan teladan demikian dan demikianlah juga yang mestinya
dilakukan oleh pengikutnya, Ibrani 10 : 25. Penyebutan seseorang sebagai
seorang Kristen merupakan sebuah tanggung jawab iman, maka orang
tersebut juga harus menjadi pengikut Kristus didalam hal ketaatan kepada
Allah. Yesus dengan jelas menyatakan bahwa segala sesuatu yang Dia
katakan dan lakukan semuanya sesusai dengan kehendak bapa yang
disorga, Ibrani 5 : 8-9. Ketaatan Yesus kepada Allah bapa menghasilkan
buah positif didalam berbagai aspek kehidupan, antara lain : Allah telah
menyatakan Kasihnya kepada manusia dengan mengutus Yesus kedunia,
Yohanes 3 :16. Untuk mendemontrasikan kasihnya kepada Allah, Yesus
kristus memberitakan jalan keselamatan, Yohanes 4: 7-14; Tidak
membuat suatu perbedaan diantara menusia.
Dia berkunjung kerumah orang samaria, dalam Yohanes 4
menceritakan tentang pertemuan Yesus perempuan samaria. Pada Zaman
itu tidak ada persahabatan diantara orang Yahudi dan orang samaria. Dia
juaga memberitakan keselamatan kepadaorang yang dibenci orang pada
waktu itu yaitu Zakehus Lukas 19: 1-10. Jikalau dalam kehidupan kita
sehari- hari terpancar keindahan - keindahan perbuatan Kristus maka kita
akan disebut pengikut Kristus, Kolose 3:16-17. Biarlah kita menjadi orang
didalam perbuatan dan bukan hanya didalam perkataan saja.1
Dalam pengertian ppsikologi, Keluarga adalah sekelompok orang
yang hidup bersama dalam tempat tinggal yang sama dari masing-masing
anggota merasakan adanya peraturan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memeperhatikan, dan saling senyerakan diri.
Sedangkan dalam pengertian Pedagogis, keluarga adalah satu persatuan
1
Robeert J. Keeley, Menjadi Anak-anak Kita Bertumbuh Menjadi Iman ( fouding
member CBA Indonesia 2009), 37

4
hidup dan dijalani oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia.2
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat
memenuhi kebutuhan insani (manusiawi),terutama kebutuhan bagi
pengembangan kepribadiannya dan ras manusia. 3 Keluarga, orang tua
merupakan salah satu proses yang dialami oleh pasangan yang memiliki
anak. Pasangan tersebut terdiri dari ayah dan ibu, yang akan memberikan
contoh, bimbingan, arahan, nasehat dan sikap yang baik ke anaknya. 4
Orang tua adalah pemberi kasih sayang yang mendasar, orang tua
berpengaruh kuat terhadap perkembangan psikologi anak.5
a. Keluarga Menurut Para Ahli
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan
sosial. Manusia pertama kali memperhatikan keinginan orang lain.
Belajar, bekerja sama dan belajar membantu orang lain dalam keluarga
pengalam berinteraksi dalam keluarga akan mentukan tingkah laku
dalam kehidupan sosial diluar keluarga. Menurut Ahmadi, keluarga
merupakan sistem kesatuan yang terdiri dari anggota-anggota yang
saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain.6 Pendapat ini
sejalan dengan Suparlan yang mengatakan bahwa hubungan antara
anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang, dan tanggung
jawab. 7 Pengertian lain tentang keluarga dikemukakan pula oleh
Kartono yaitu kelompok sosial paling intim, yang diikat oleh relasi
seks, cinta, kesetiaan dan pernikahan dimana perempuan berfungsi
sebagai istri dan laki-laki berfungsi sebagai suami.8 Selanjutnya Eliot
dan Merril menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang
terdiri dari dua orang atau lebih bertempat tinggal semua yang
mempunyai hubungan darah.9 Dari beberapa paparan para ahli diatas
dapat disimpulkan pengertian keluarga adalah terbentuknya suatu
keluarga yang didalamnya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
disahkan oleh ikantan secara hukum dan agama, keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal dibawah satu tempat, suatu atap
yang sama dalam ketergantungan.10

2
Hyoscyamina, Peran Keluarga Dalam Membengun Karakter Anak; “ Jurnal.
Psikologi Undip, 2 (Tahun, 2011),144
3
H. Syamus Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja ( Bandung: Ibu
Inggin Garnasih, 2012), 37
4
Sri Lestari, Piskologi keluarga (Jakarta: Kencana, 2012), 16
5
Jonihot Simanjuntak, Psikologi Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarta:
Penerbit. ANDI, 2016), 98
6
Ahmadi A. Psikologi sosial ( Jakarta: Bineka, 2002), 60
7
Supsrlan P. Keharmonisan Keluarga ( Jakarta: Pustaka antara, 1993), 200
8
Kartono K. Psikologi Wandar, mengenal wanita sebagai ibu dan nenek ( Bandung:
Mundar. Maju, 1992), 107
9
Eliot, Mabel dan Merril, Francis, A. Sosial diorganisation (New York; Harpres
dan Brutbers Puhlisber, 1961), 35
10
H. Symus Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Ibu
Inggih Garnasih, 2012), 36

5
2. Tujuan Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Berperilaku
Sopan Santun
1) Pengertian Sopan Santun
Perilaku sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari
hasil pergaulan sekelompok didalam masyarakat dianggap sebagai
tuntunan pergaulan sehari-hari masyaraket itu. Perilaku sopan santun
merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari
masyarakat, setiap orang, karena dengan sikap sopan santunlah
seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai
sebagai makhluk sosial. Dalam bersosialisasi antar sesama sudah tentu
memiliki norma dalam melakukan hubungan dengan orang lain, dalam
hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfat atau pengaruh
yang baik terhadap diri sendiri. Jika dilihat dari asal katanya sopan
santun berarti peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan
sekolompok manusia didalam masyarakat tertentu. Dalam artilain
sopan santun diarti sebagai perilaku interpersonal sesuai tataran dan
norma dan adat isti adat setempat.11
2) Tujuan keluarga
Keluarga (orang tua) mendidik anak dalam berperilaku sopan
santun ialah, agar anak menjadi pridadi yang baik dan penurut akan
orang tuanya. Tujuan yang diharapkan orang tua ini sejalan dengan
ajaran Alkitab. yang mengatakan demikian. Hai anak-anak, taatilah
orang tuamu didalam Tuhan, karena harus demikian. Hormatilah
ayahmu dan ibumu ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang
nyata dari janji ini: Supaya kamu bahagia dan panjang umurmu
dibumi. (Efesus 6:1-3) dan (Amsal 29:7). Didiklah anakmu, maka ia
akan memberikan ketenteraman. kepadamu, dan mendatangkan
sukacita kepadamu.'' Sebagai orang tua, pasti ingin anaknya memiliki
kehidupan yang baik oleh karena itu orang tua memiliki tugas dalam
mendidik anaknya dan mengajarkan mana yang benar. Orang tua juga
harus menegur bila anaknya melakukan kesalahan. Hal ini harus
dibiasakan sejak kecil, agar kelak jika anak sudah dewasa mereka bisa
belajar dari pengalaman-pengalaman yang diberikan orang tuanya,
bisa membawa kedamaian dalam keluarga. Proses dalam pembentuk
kepribadian anak adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
sekolah, masyarakat atau pemerintah, sekolah sebagai pembentuk
kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang
pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Oleh karena
itu keluarga berperang sebagi contoh dan teladan yang pertama dan
utama dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
a) Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya
b) Kedua orang tua harus menjaga ketenangan rumah
c) Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
d) Mewujudkan kepercayaan
Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan anak tentang
masalah keyakinan, akhlak hukum, serta kehidupan manusia. Yang
11
Mustari, Mohamad, Nilai-nilai Karakter, Reflesi untuk Pendidikan (Jakarta:
Rajawa Pres, 2014), 129-130

6
paling penting adalah bahwa ayah dan ibu satu-satunya teladan yang
paling pertama bagi anak-anaknya dalam mempentukan
kepribadian. 12 Orang tua mestinya memiliki keteladanan Kristus
yang dapat diikuti oleh anak-anak agar mereka dapat memjadi garam
dan terang duania (Markus 9:50b), oranag tua kristen yang
bertanggung jawab harus dapat berpengaruh positif terhadap sikap
dan perkembangan iman anak.13

B. Proses Pembentukan Karakter Anak


1. Pengertian karakter
Kata Karakter berasal dari Bahasa Yunani Charassein, yang berarti
Teongrave (melukis, mengambar), kemudian diartikan sebagai tanda atau
ciri yang khusus dan karenanya melahirkan suatu pandangan bahwa
karakter adalah pola pikir perilaku yang bersifat induvidual, keadaan mural
seseorang. 14 Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakter
adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak budi pekerti yang membendakan
seseorang dari yang lain.15 Sedangkan secarah harafia karakter merupakan
kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau repotasi.16 Karakter
juga di maknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, dan
lingkugan masyarakat.17 Karakter juga diartikan sebagai nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan dan diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan masyarakat yang terwujud dalam pikiran, perasaan,
perkataan dan perbuatan. 18 Pentingnya keluarga dalam membentuk
seseorang untuk memiliki karakter yang baik, (Yesus) Karakter merupakan
kepribadia, hasrat, kehendak dalam diri perangai, tabiat dan watak
seseorang. Karakter juga bisa diartikan sebagai sosok asli dalam diri
manusia yang secara tetap mempengaruhi perbuata, perasaan, dan pikiran.19
Berbagai devinisi istilah atau term dari karakter itu sendiri para
tokoh ulama telah menjelaskannya diantara nya sebagi berikut: Kata
karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti '' to mark '' ( Manandai )
dan memfokuskan, bagaimna mengaplikasikan nilai kebaiikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang
berprilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara seseorang yang berprilaku jujur, suka
menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah

12
N.Yulaila, Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Sopan Santun Anak Sekolah
Dasar, jurnal online (Universitas Jambi ), 2-3
13
Singgih D. Gunarsih danYulia Singgih D. Gunaraih, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006), 15
14
Departemen dan Kebudayaan Kamus besar Bahasa Indonesia, 623
15
Barnawi dan M. Arifin ,Strategi dan Kebijakan Pemilihan Pendidikan Karakter
(Jokyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), 20
16
Sabar Budi Raharjo; Pendidikan Karakter Sebagai Aklak Mulia, 16, no. 03 (Mei,
2010), 232
17
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004),29
18
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Kencana Prendana, 2021), 12
19
Jeremia Djadi,” Kepemimpinan yang Efektif” Utuslah Aku pangilang yang tak lekang
oleh waktu ed. Daniel Ronda, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,2012), 93

7
karakter erat kaitannya dengan personality ( kepribadian) seseorang.
2. Tujuan Karakter
Tujuan karakter dapat dianggap sebagai upaya untuk menghidupkan
ideal spritual. Foerster ilmuan mengemukan bahwa tujuan pendidikan
karakter adalah evaluasi dari seseorang atau induvidu dan masing-masing,
karakter dapat memberikan kekuatan persatuan dalam mengambil sikap
dalam setiap situasi. Pendidikan karakter dapat digunakan sebagai strategi
untuk mengatasi pengalaman yang selalu berubah untuk membentuk sikap
yang dapat membawah kita arah kemajuan tanpa konflik dengan norma
yang berlaku. Karakter juga berfungsi sebagai kendaraan bagi penyeberan
karakter yang harus dimiliki oleh setiap induvidu sehingga mereka
sebagai induvidu yang bermanfaat.
Dari pembahasan diatas maka dapat dipahami pengertian karakter
diartikan sebagai tingkahlaku, sikap motivasi, dan ketrampilan yang dimiliki
induvidu atau seseorang dalam kepribadiannya, dan tujuan pembentukan
karakter ialah untuk mempersiapkan anak supaya mempunyai karakter yang
baik dalam bertingkahlaku dengan seseorang baik dalam lingkungan keluarga
maupun dilingkungan masyarakat, dan ketika nantinya anak dewasa sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupannya.
Pembentukan Karakter anak terletak pada ayah dan ibu, Philips yang
dikutip oleh Zubaedi mengatakan bahwa keluarga hendaknya menjadi sekolah
untuk kasih sayang (school of live), atau tempat belajar penuh cinta sejati dan
kasih sayang.20 Dengan demikian menghadapai perilaku anak, bukanlah suatu
hal yang mudah untuk dilaksanakan pendidikan terlibih khusus orang tua
sebagai lembaga pendidikan yeng pertaman, namun hal demikian tidak
seharusnya menjadi demikian tidak seharusnya menjadi alasan bagi setiap
orang tua untuk menyerah dalam membimbing anaknya khususnya dalam
hubungan pribadi anak dengan Tuhan. Lawrence O. Richards menyatakan
bahwa: Orang tua dipanggil Allah untukmeneladankan Firman Allah pada
anak-anaknya.21 Seperti yang dikatakan oleh Dallas Willard dalam bukunya,
The spirit of the Disciplines: Pendidikan, Mendidik, anak merupaka tanggung
jawab orang tua yang harus dijalankan dengan serius, dengan yujuan utama
meniolong setiap anak memiliki fokus hidup mengsisi Tuhan, dan tujuan hidup
menggenapkan rencananya (Efesus 2: 10), serta menjadi semakin serupa
dengan Kristus (Roma 8: 29-30).22

20
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada, 2013), 144
21
Lawrence O. Richart, Pelayanan kepada Anak-anak (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
2007),27
22
Willrad, Dallas, Tha Spirit of the Disciplines (San Francisco: Harper and Row,

8
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitan
Penelitian menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif
dipahami sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselediki dengan
menggambarkan subjek-objek, pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta
yang ada sebagaimana adanya. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan
antara fenomena yang diselediki. Selain itu analisis deskriptif dipahami juga
sebagai suatu bentuk penelitian yang berusaha untuk menentukan pemecahan
masalah yang da sekarang berdasarkan data-data. Sehingga bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menyelesaikan masalah secara sistematis dan faktual
mengenai fakta-fakta dan Pentingnya Keluarga dalam Membentuk Karakter
Anak di Jemaat GKI Bethel Inanwatan. Baik tertulis maupun secara lisan
setelah itu membandingkan perbandingan diantara keterangan dan para
informan dengan kondisi faktual lapangan bahkan sumber-sumber tertulis
yang ada. Sifat-sifat keluarga serta sasaran dan informan yang diteliti. 23

B. Lokasi Penelitian
Terhadap Pentingnya Keluarga dalam membentuk karakter anak, maka
Jemaat Bethel Inanwatan merupakan pilihan penulis sebagai lokasi penelitian.
Mengenai Lokasi penelitian merupakan kampung penulis, untuk itu konteks
lingkungan lokasi penelitian sudah tentu penulis ketahui dengan baik dan
terlebih lagi dapat mempermudah penulis dalam memperoleh data.
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Dalam penelitian ini penulis mengambil warga GKI Bethel
Inanwatan yang berjumlah 60 orang sebagai populasi penelitian. Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasitersebut. Teknik mengambil sampel pada penelitan ini adalah
Sampel Random Sampling yang sering dikatakan simple (sederhana)
karena pengambilan anggota sampel dari Populasi dilakukan dengan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Maka penulis mengambil 20 orang warga GKI Bethel Inanwatan sebagai
sampel penelitian untuk disebarkan kuesioner/angket.
Yang menjadi Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga dan
Perangkat Majelis. Sampel dari keluarga sebanyak 15 Keluarga yang
mewakili konteks keluarga yang lain dan 5 Orang perangkat Majelis yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keluarga: 15 orang kepala keluarga/istri 15 dan anak-anak.
2. Perangkat Majelis: 5 orang (1 pendeta dan 4 orang majelis)

23
H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta: Gadja Mada Univ.
Press,1983), 63

9
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Observasi yaitu : bentuk pengamatan langsung pada objek penelitian
dalam rangka memperjelaskan situasi problematik dalam penelitian ini.
2. Wawancara yaitu: suatu teknik dengan cara menyusun
pertanyaan-pertanyaan sebagai acuan wawancara lamgsung dengan para
informan guna mendapatkan informasi dan gambaran tentang fokus
peemasalah penelitian.
3. Studi Kepustakaan yaitu: teknik ini ditempuh dengan cara membaca
literatur yang berhubungan dengan proses yang diteliti

D. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsir.
Menyusun kata berarti menggolongkanya dalam pola, tema, atau kategori.
Tanpa katagorisasi atau klasifikasi data akan terjadi kekacau balauan tafsir
atau interprestasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan
pola atau kategori, mencari hubungan antar berbagai konsep. Interprestasi
menggambarkan atau pandangan peneliti, bukan kekebenaran. Kebenaran
hasil penelitian harus dinilai orang dan diuji dalam berbagai situasi lain.
Untuk itu dalam pelaksanaan penganalisaan diperlukan beberapa langkah,
sebagai berikut: 24
a) Reduksi Data, maksudnya adalah data ulang diperoleh dari lapangan
ditulis/diketik dalam
Bentuk uraian atau laporang yang rinci. Laporang ini akan terus-menerus
bertamba dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak
semula. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal
yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau
polanya
b) Petunjuk Data, agar dapat melihat gambaran keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu untuk mengambil kesimpulan yang benar, harus
diusahakan membuat berbagai pencatatan agar dapat menguasai data dan
tidak tenggelam dalam tumpukan detail. Membuat diplay juga
merupakan bagian dari analisis.
c) Mengambil kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan mula-mula masih
sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data,
maks kesimpulan itu lebih mendapat kemajuan. Jadi kesimpulan harus
senantiasa duverifikasi selama penelitia berlangsung.25

24
Chalid Narbuka dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Bandung: Remaja
Redaskarya, 2001), 42
25
S. Nasotion, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif ( Bandung: Tarsito,
1996), 7

10
DAFTAR PERPUSTAKA

Ahmadi A. Psikologi Sosial, Jakarta: Bineka, 2002


Barnawi dan M. Arifin, stategi dan Kebijakan Pemeliharaan Pendidikan
Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2004
Chslid Narbuka dan Abu Ahmad, Metode Penelitian. Bandung: Remaja
Redaaskarya, 2001
Daryanto, Suryatri dan Darmiattun, implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2013
Departemen Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 623
Eliot A. Model dan Merril Francis A, Sosial Diorganisation. New York: Har
Pres dan Burrbers Puhlisbert, 1961
Hadari H. Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gadja Mada
Univ. Press, 1983
Hyoscyamina, Peran Keluarga Dalam Membangun Karakter Anak, Jurnal,
Psikologi Undip, 2. Tahun, 2011
Jonihot Simanjuntak, Psikologi Pendidikan Agama Kristen.Yogyakarta:
ANDI, 2017
Kartono K, Psikologi Wandar mengenal Wanita mebagai Ibu dan Nenek.
Bandung: Mundur Maju,1992
Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-anak. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup,2007
Mustari, Muhamad, Nilai Karakter: Reflesi Untuk Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pres, 2014
Robert J. Keely, Menjadi Anak-anak kita menjadi Iman. Fouding member
CBA Indonesia
Singgih D. Gunarasih dan Yulia Singgih D, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja.Jakarta: PBK Gunung Mulia, 2006
Sri Lestari, Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana,2012
Sabar Budi Rahajo, Pendidikan Karakter Sebagai Akhlak Mulia,16 no, 03,
2010
Syamus H. Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Ibu Inggi Garnasih, 2012,
Suparlan P, Keharmonisan Keluarga. Jakarta pustaka antar , 1993
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2004
Syamsun H. Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Ibu Inggi Garnasih, 2012
Nasotion S, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatis. Bandung: Tarsito,
1996
Yuliana N,Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Sopan Santun Anak
Sekolah Dasar, Jurnal Online. Universitas Jambi
Zubaedi,Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana prendana, 2012
Zubaedi,Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana, 2013

11

Anda mungkin juga menyukai