Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah rencana Allah yang seharusnya menjadi dasar yang

penting dalam tujuan panggilan Allah terhadap orang percaya serta menjadi

sukacita dan kebahagian. Salah satu kebahagiaan sebuah keluarga adalah hadirnya

seorang anak di tengah-tengah keluarga. Amsal 17:6a berkata “mahkota orang tua

adalah anak cucu.” Anak adalah simbol kehormatan bagi orang tua yang mendidik

dan mengarahkan anak kepada Firman Tuhan. “Peran orang tua sebagai pendidik

informal sangatlah penting dalam membimbing anak menuju kedewasaan” 1

Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak. Pada umumnya

pendidikan dalam keluarga tidak lahir secara terstruktur melainkan kesadaran

mendidik terjadi secara kodrati dan dengan alami membangun situasi pendidikan.

“Pendidikan dalam keluarga mempunyai peran yang sangat penting dan


sangat menentukan pencapaian mutu sumber daya manusia, namun
menyelenggarakan pendidikan keluarga tidak sekedar sebagai pelaksana
melainkan berperan sebagai pengelola dan bertanggung jawab dalam
meberikan contoh perilaku pada anak-anaknya. Orang tua merupakan figur
utama yang dikenal anak sehingga pengalaman dan pendidikan secara
praktik mempengaruhi pribadi anak.”2

1
Marla Marisa Djami, “Pencarian Identitas Diri Dan Pertumbuhan Iman Remaja”(Skripsi
S.Pd.K, Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang,2015): 3, diakses 26 Agustus 2020,
http://www.staknkupang.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/TULISAN-ILMIAH-Ibu-Marla.pdf.
2
Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-Anak (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup,2007), 26.

1
Tujuan dari pendidikan adalah membimbing, membina dan membentuk

kepribadian anak seutuhnya. Sehingga ketika anak sudah mencapai usia dewasa,

ia memiliki iman yang teguh kepada Yesus kristus dan menjadi pribadi-pribadi

yang memiliki karakter Kristus, maka keluarga menjadi tempat pertama dan

utama bagi anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi bersama dengan orang

tua, kakak, adik dan anggota keluarga lainnya. Dengan demikian di dalam

keluarga jugalah anak akan banyak mendapatkan teladan dan pendidikan, yang

berhubungan dengan pembentukan karakter serta perilaku anak. Sebab itu orang

tua harus menjadi teladan bagi anaknya, termasuk dalam mengajarkan Pendidikan

Agama Kristen di dalam keluarga. “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-

ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di

rumah, apabila engaku sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan

apabila engkau bangun.”3

Dalam Perjanjian Lama, keluarga adalah tempat yang pertama pendidikan

agama diberikan. Sebelum adanya hukum-hukum Musa, kaum Lewi ditetapkan

sebagai imam, para nenek moyang Israel yang menjadi imam atas kaum

keluarganya, memimpin keluarganya mempersembahkan korban-korban ke

hadirat Allah. Kata “berulang-ulang” dalam bahasa Ibrani ditulis “shanan” dalam

bahasa Inggris “sharpen” artinya pertajam. Mendidik anak bukan hanya

mempertajam intelektual tetapi juga spiritual dan emosional anak. Firman Tuhan

menjadi dasar dan hal yang sangat penting dalam pengajaran anak-anak Israel,

karena hanya Firman Tuhan yang menajaga kehidupan mereka untuk tetap

berkenan di hadapan Allah. “Dengan apakah seorang muda mempertahankan


3
Ulangan 6:7

2
kelakuannya yang bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu”4 Ini

artinya anak-anak harus diperkenalkan dengan kebenaran Allah, sehingga ketika

mereka tumbuh dewasa sudah memiliki pemahaman bahwa mereka adalah rekan

kerja Allah dan siap melakukan perintah Tuhan dengan penuh rasa tanggung

jawab. Pendidikan bangsa Israel dipusatkan dalam keluarga. Bagi umat Israel,

keluarga adalah tempat yang penting dan utama dalam menerapkan pendidikan

bagi anak dan orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak.

Dalam Pelayanan Yesus, Diapun sangat peduli dengan kehidupan anak-

anak. Markus 10:14 mencatat: “Biarkan anak-anak itu datang kepadaku, jangan

menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya

Kerajaan Allah.”5 Murid-murid Yesus memarahi orang-orang yang datang

membawa anaknya untuk bertemu dan dijamah oleh Yesus, namun Kasih yang

begitu lembut ditunjukan Yesus kepada anak-anak, seharusnya menjadi teladan

bagi setiap orang percaya khususnya bagi orangtua, untuk memiliki kesadaran

membawa anak-anak juga adalah pribadi yang layak untuk mengenal dan

merasakan kasih Allah.

Di era yang semakin berkembang ada banyak hal yang harus menjadi

perhatian dan tanggung jawab orang tua, termasuk mendidik karakter dan spiritual

anak. Hal ini sangat penting bagi pertumbuhan iman dan kepribadiannya. Anak

yang berusia 6-11 tahun sangat rentan dengan pergaulan atau lingkungan yang

tidak sehat sehingga akan berdampak buruk bagi perilaku seorang anak. sebab itu

orang tua memiliki kewajiban untuk membesarkan, mendidik, membimbing dan

4
Mazmur 119:9
5
Markus 10:14

3
memenuhi kebutuhan anak dengan dasar yang benar sesuai dengan firman Allah.

Orang tua harus memberikan contoh atau teladan yang baik bagi anak-anaknya

melalui tutur kata, sikap dan tindakan orang tua dalam kesehariannya, sehingga

dapat menjadi panutan yang baik bagi tumbuh kembang seorang anak dalam

sebuah keluarga yang sehat dan harmonis baik dari segi jasmani maupun dari segi

spiritual. “Orang tua dalam keluarga merupakan pelaku utama dalam

pembentukan dan pengembangan karakter anak. Relasi suami istri yang harmonis

dan diwarnai kasih sayang merupakan faktor yang sangat penting dalam

membesarkan anak yang Tuhan karuniakan.”6 Memahami pengertian tanggung

jawab orang tua sebagai mandataris Allah maka orang tua harus berperan dan

bertanggung jawab atas pertumbuhan Iman anak-anaknya menuju kedewasaan.

Kedewasaan iman bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara instan tapi

melalui suatu proses kehidupan yang benar sesuai Firman Tuhan. Allah yang

telah menganugerahkan iman kepada setiap orang percaya dan terwujud melalui

ketaatan orang percaya kepada anugerah Allah. Kedewasaan rohani tidak berarti

kemudian mengasingkan diri dari kehidupan dunia, sebaliknya dalam kedewasaan

ini anak akan memiliki pola hidup yang benar dalam kebenaran yang dimilikinya

dan memampukannya mengaktualisasikan imannya dalam kehidupannya sehari-

hari. “Pendidikan agama memiliki hubungan vertikal antara pribadi dengan Allah

(individu dengan yang Ilahi/Allah), sedangkan pendidikan karakter adalah

hubungan horizontal antara manusia di dalam masyarakat.”7 Pendidikan yang

berorientasi pada pengembangan karakter tidak bisa dipisahkan dengan


6
B.S. Sijabat, Membesarak Anak Dengan Kreatif, (Yogyakarta: ANDI, 2008), 7.
7
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter : Mendidik Anak di Zaman global.(Surabaya:
Grasindo, 2006), 250.

4
pendidikan agama. Karekter juga bisa menunjukan identitas seseorang atau

“Secara umum karakter dikaitkan dengan sifat khas atau istimewa, atau kekuatan

moral, atau pola tingkah laku seseorang.”8 Karakter seseorang bisa menunjukan

identitas dirinya, sebagai gambar Allah, seharusnya anak-anak juga sudah

ditanamkan bahwa mereka juga memiliki karakter Ilahi dan memuliakan Allah

melalui perbuatan. “Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah”9 Baik

orang tua maupun anak seharusnya secara bersama-sama memuliakan Allah,

karena keluarga adalah miniatur terkecil gereja.

Menghadapi perkembangan zaman yang modern, ada banyak hal yang

mengakibatkan anak-anak tidak bisa membawa diri bahkan tidak mengenal siapa

diri mereka sendiri. Teknologi yang modern jika salah digunakan juga akan

memberikan dampak pengaruh yang buruk kepada anak-anak jika tidak diawasi.

Misalnya gadget dan game online. Kedua hal ini bila anak-anak kita telah

kecanduan bisa mempengaruhi kepribadian dan karakter anak. Dari sisi sosial,

anak tidak bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik, anak merasa rendah

diri karena bagi dia berbicara dengan orang lain adalah hal yang aneh. Dari sisi

spiritual, jika anak sudah terbiasa dengan kecanggihan teknologi maka otomatis

dia juga tidak tertarik lagi dengan hal-hal yang rohani seperti doa pribadi, ibadah-

ibadah atau persekutuan doa baik dalam keluarga, gereja dan lingkungan tempat

tinggalnya. Di titik inilah orang tua harus mengambil alih peranannya sebagai

pendidik yang dapat memberikan nilai-nilai moral yang baik untuk dapat

menolong anak untuk lebih mengenal Allah pencipta dan mengenal dirinya sendiri
8
Gede Raka dkk. Pendidikan Karakter di Sekolah dari Gagasan ke Tindakan (Jakarta:
Kompas Gramedia, 2011), 36.
9
Henry. C Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1995), 509.

5
sebagai pribadi yang berharga di mata Tuhan. Manusia yang tidak bisa memahami

dirinya sendiri akan menghadapi kesulitan untuk mengenal siapa penciptanya.

Sebab itu perkembangan zaman tidak boleh menggeserkan peran dan tanggung

jawab orang tua sebagai pendidik.

Dalam pengertian psikologi, keluarga adalah sekumpulan orang yang


hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dari masing-masing anggota
merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi,
saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam
pengertian pedagogis, keluarga adalah satu persatuan hidup dan dijalin
oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan
dalam pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri.
Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri
terkandung peran dan fungsi sebagai orang tua.10

Secara tersirat hal ini memberi penjelasan bahwa peran edukatif orang tua

sangat menyentuh seluruh aspek perkembangan anak. Baik dari segi psikologi,

emosional dan spiritualnya, bahkan bisa menyentuh sisi intelektual anak.

Meskipun terlihat lembaga formal memegang peranan dalam pendidikan

akademik anak. Namun hal itu bisa dimulai dari keluarga terkecil. Keluarga

memang terlihat sangat kecil dalam perannya sebagai pendidik namun memiliki

dampak yang sangat besar dalam perkembangan kepribadian dan karakter anak.

Melihat pengaruh teknologi dan zaman yang terus berkembang, orang tua

seharusnya lebih memperhatikan kebutuhan anak, harus terus mendamping anak

dalam proses pengenalan akan Tuhan, proses belajar,dan proses pembentukan

karakter sehingga anak tidak terpisah dengan Allah sang pencipta dan juga

memiliki relasi yang baik dengan sesama.

10
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mendisiplinkan Diri
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 17-18.

6
Orang tua dalam keluarga memegang peranan yang sangat penting untuk
mendidik anak khususnya dalam pendidikan Agama Kristen. Meskipun
orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan
kerohanian anak, tetapi orang tua harus menyadari bahwa Tuhanlah yang
mengubah hati anak, orang tua hanya alat yang dipakai Tuhan dalam
proses itu.11

Orang tua sebagai alat Tuhan untuk membimbing anak mengenal dasar kebenaran

firman Tuhan, Hal ini juga terlihat dalam komunitas Jumat Ceria di Cluster Aralia

Harapan Indah. Tanggung jawab orang tua bukan hanya memenuhi kebutuhan

jasmani anak tetapi juga kebutuhan rohaninya.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengangkat karya ilmiah dengan

judul “PERAN EDUKATIF ORANG TUA TERHADAP ANAK USIA 6-12

TAHUN BAGI PERKEMBANGAN KARAKTER DAN SPIRITUAL ANAK DI

KOMUNITAS JUMAT CERIA CLUSTER ARALIA - HARAPAN INDAH.”

B. Identifikasi Masalah

1. Mampu membawa anak untuk mengenal penciptanya.

2. Menolong anak untuk bisa berinteraksi dan berelasi dengan orang lain.

3. Menolong anak untuk memiliki nilai-nilai moral dan karakter yang baik.

4. Melaksanankan peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik di

Keluarga.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Peran Edukatif orang tua?

2. Apa yang di maksud dengan perkembangan karakter dan spiritual?

11
Scott Turansky, dan Joanne Miller, Menjadi Orang Tua Kristen (Jakarta Barat: Nafiri
Gabriel, 2014), 163.

7
3. Apa tujuan pembentukan karakter dan spiritual bagi anak usia 6-12 tahun?

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam skripsi ini adalah : PERAN EDUKATIF ORANG

TUA TERHADAP PERKEMBANGAN SPRITUAL DAN KARAKETR ANAK

USIA 6-12 TAHUN DI KOMUNITAS JUMAT CERIA CLUSTER ARALIA,

HARAPAN INDAH.

E. Tujuan Penulisan

1. Untuk persyaratan akademis dalam mencapai gelar sarjana Pendidikan

Agama Kristen (S.Pd)

2. Untuk memberikan pemahaman pentingnya peran edukatif orang tua

terhadap anak usia 6-12 tahun.

3. Untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan karakter

dan spiritual anak usia 6-12 tahun.

F. Definisi Istilah

Untuk memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami skripsi

yang penulis berikan judul “Peran Edukatif Orang Tua Terhadap Anak Usia 6-12

Tahun Bagi Perkembangan Karakter dan Spiritual Anak di Komunitas Jumat

Ceria Cluster Aralia, Harapan Indah.”

1. Peran artinya ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan; keikutsertaan secara

aktif.12
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 855.

8
2. Edukatif bersifat mendidik, mengarahkan, membimbing kea rah yang lebih

baik.13

3. Orang tua, ayah dan ibu atau orang yang lebih dewasa dan menjadi contoh.14

4. Terhadap: Kata depan untuk menandai arah; kepada; lawan.15

5. Anak: Keturunan yang kedua, manusia yang masih kecil.16

6. Bagi: Kata depan yang menyatakan tujuan.17

7. Perkembangan: Perihal berkembang atau bertumbuh18

8. Karakter: Tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pakerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain.19

9. Spiritual, berhubungan dengan rihan atau ketuhanan.20

10. Komunitas.kelompok yang hidup saling berinteraksi.21

11. Jumat Ceria, persekutuan ibadah anak-anak.

12. Cluster Aralia. merupakan lokasi penelitian yang terletak di Kota Harapan

Indah, Bekasi, Jawa Barat.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini pembagiannya dilakukan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penulisan,

Definisi Istilah dan Sistematika Penulisan.


13
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 521.
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 625.
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 667.
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 125.
17
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 132.
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 525.
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 302.
20
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 721.
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, 305.

9
BAB II LANDASAN TEORI yang terdiri atas: Pengertian Orangtua

sebagai Pendidik Keluarga, Pandangan Alkitab tentang Peran Orangtua Terhadap

Anak, Pandangan Alkitab tentang Pendidikan Karakter dan Spiritual Anak, serta

Pola Pendampingan Edukatif Orangtua terhadap Anak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN yang terdiri atas: Pengertian

Metodologi Penelitian, Objek dan Waktu Penelitian, Konsep Penelitian,

Metodologi Penggunaan Data, Tekhnik Analisa Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN yang terdiri atas: Pengaruh Hubungan

Pendampingan Edukatif Orangtua terhadap Perkembangan Anak di usia 6-12

tahun.

BAB V PENUTUP yang terdiri atas: Kesimpulan dan Saran.

10

Anda mungkin juga menyukai