Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap anak memiliki potensi agama tauhid. Potensi tersebut tidak dapat

berkembang dengan baik tanpa adanya pengaruh lingkungan. Dengan demikian untuk

mengembangkan potensi agama anak diperlukan pendidikan secara dini, sehingga

anak akan mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama,

terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat

merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.1

Keluarga sangat penting arti dan peranannya dalam mewujudkan manusia

yang berkualitas, karena keluarga merupakan awal dan akhir bagi kehidupan setiap

individu. Selain itu, keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

pendidiknya adalah kedua orang yang bersifat kodrati yang dianugrahkan oleh Tuhan

Pencipta berupa naluri orang tua, sehingga timbul rasa kasih sayang kepada anak-

anak mereka, dan secara moral mereka merasa bertanggung jawab untuk

memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka.

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa

keagamaan. Dari keluargalah individu berkembang dan melalui interaksi dengannya

individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan

sikapnya dalam hidup dan dengan itu pula ia memperoleh ketentraman dan
1
?
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), hal. 35
2

kebahagiaan. Dalam kaitan ini Daradjat menegaskan, bahwa Islam memandang

keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil, melainkan sebagai lembaga

hidup manusia yang memberikan peluang kepada para anggotanya untuk hidup

celaka atau bahagia dunia dan akhirat.2

Pendidikan agama dalam keluarga, sebelum si anak masuk sekolah melalui

semua pengalaman anak, baik melalui ucapan yang didengarnya, tindakan, perbuatan

dan sikap yang dilihatnya, maupun perlakuan yang dirasakannya. Dalam kaitan ini

Daradjat menjelaskan :

Anak yang sering mendengar orang tuanya mengucapkan nama Allah, akan
mulai mengenal Allah, yang kemudian dapat menolong tumbuhnya jiwa
agama padanya. Demikian pula anak melihat orang tuanya mengerjakan
ibadah, hasil dari penglihatannya itu merupakan bibit dalam pembinaan jiwa
agama. Pergaulan orang tua sesama mereka, perlakuan yang diterimanya
secara pribadi atau bersama-sama saudara-saudaranya, jika mencerminkan
kasih sayang dan ketentraman, akan tumbuhlah jiwa kasih sayang dan
ketentraman.3

Rasa kasih dan sayang serta tenteram yang dirasakan bersama oleh suami dan

isteri akan membuat anak bertumbuh dan berkembang dalam suasana bahagia.

Kebahagiaan itu pada gilirannya akan memberikan anak rasa percaya diri,

ketentraman dan kecintaan, serta menjauhkannya dari rasa gelisah dan berbagai

penyakit mental yang dapat melemahkan kepribadiannya. Sebaliknya ketidak-

harmonisan dalam kehidupan rumah tangga sering kali menjadi faktor utama

?
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992)., hal. 36
3
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 1985),
hal. 87
3

penyebab terjadinya penyimpangan pada anak. “Anak yang banyak melihat orang

tuanya bertengkar akan sering meninggalkan rumah untuk menghabiskan waktu

bersama-sama temannya”.4 Dengan demikian dalam pembinan jiwa agama anak

diperlukan ketentraman dalam keluarga.

“Pendidikan yang diterima anak dalam lingkungan keluarga turut

menentukan kehidupan masa depannya”.5 Tetapi orang tua masih banyak yang

kurang memperhatikan pendidikan dan nasib anak dalam keluarga. Orang tua

idealnya tidak membiarkan pengasuhan anak, sebab setiap orang beriman memikul

tanggung jawab mengajak orang lain berbuat kebajikan dan mencegah kemunkaran.

Salah satu wujud tanggung jawab tersebut adalah merawat dan membina jiwa agama

anak.

Dalam surat At Tahrim ayat 6 Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, pelilharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka …”.6

?
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 212-213
5
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Manusia Berkualitas, (Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 1994), hal. 126
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Gema Risalah Press,
1992), hal. 951
4

Pendidikan anak usia pra sekolah dapat mempergunakan pola keteladanan,

pembiasaan, perhatian, nasihat dan hukuman.7 Keteladanan sangat penting dan

diperlukan dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi agama anak pada usia

pra sekolah. Dalam kaitan ini Ahyadi menegaskan bahwa “anak merupakan peniru

yang ulung dalam segala hal. Orang tua merupakan tokoh idola bagi si anak, sehingga

apapun yang diperbuat oleh orang tua akan diikuti oleh anaknya”.8

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling

meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam

moral, spiritual dan sosial. Berkaitan dengan hal tersebut Ulwan menegaskan :

Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan
diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak
akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, keberanian dan
dalam sikap yang menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan agama. 9

Sikap dan perilaku pendidik sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

anak, baik maupun buruk serta bagaimanapun cara bimbingan dan pendidikan yang

dilaksanakan pendidikan, selama nilai-nilai bimbingan dan pendidikan itu

bertentangan dengan sikap dan perilaku pendidik, akan sulit bagi anak untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut. Hal ini dapat terjadi karena anak usia sekolah

sudah tidak percaya lagi pada orang tua; padahal kepercayaan itu adalah kunci bagi

keberhasilan proses pendidikan

7
?
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, 2 jilid, jilid 2, terjemahan
Syaifullah Kamalie dan Hery Noer Aly, (Semarang : Asy-Syifa’, t.t.), hal. 2
8
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung : Sinar Baru, 1991), hal. 40-41
9
Ibid.
5

Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak

menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga. Karena itu orang tua

hendaknya membiasakan anak pada hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama Islam,

di antaranya mengucapkan basmallah sebelum memulai suatu pekerjaan, hamdallah

sebagai ucapan syukur atas segala hasil dan kenikmatan yang diterimanya,

masyaallah sewaktu merasa keheranan terhadap sesuatu dan astaghfirullah sewaktu

terjadi kekeliruan atau kesalahan. Asmaran As menegaskan, bahwa “kehendak itu

bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak”.10

Anak yang sudah dibiasakan dalam sikap dan perilaku harus mendapatkan

perhatian, seperti orang tua memperhatikan jasmani dan rohani. Di samping itu, anak

yang dalam perkembangannya kurang baik, seperti berkata bohong dan kotor,

melawan orang tua, malas belajar, orang tua harus memberikan nasihat secara baik

sejalan dengan tingkat perkembangannya. Apabila setelah diberikan nasihat tetap saja

menyimpang dari nilai-nilai Islam, maka anak harus mendapatkan hukuman secara

bertahap sejalan dengan tingkat kesalahannya.

Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa pendidikan yang dilaksanakan

orang bagi anak dalam lingkungan keluarga sangat berperanan dalam membentuk

jasmani, mengembangkan akal dan jiwa, karena orang tua merupakan pendidik

pertama bagi anak. Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam mendidik

anak dan frekuensi anak berinteraksi dengan orang tua lebih banyak. Dengan

10

?
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Rajawali Pers, 1992), hal. 2
6

demikian, apabila orang tua dapat mendidik anaknya sejalan dengan nilai-nilai Islam

dan perkembangan anak, maka anaknya akan menjadi anak yang shaleh, yang

menjadi tujuan hidupnya adalah ridha Allah SWT semata.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami, orang tua dalam berinteraksi

dengan anak pola yang dipergunakan harus bersifat demokratis, seperti orang tua

tidak memaksakan kehendak, orang tua menghargai pendapat anak, adanya

komunikasi dialogis antara orang tua dengan anak. Dengan cara demikian maka dapat

menimbulkan kepercayaan dan keyakinan anak pada orang tua. Kepercayaan dan

keyakinan menjadi modal penting bagi keberhasilan proses pembinaan anak,

sehingga anak berperilaku keagaman yang baik. Dalam realitas sosial keagamaan,

bahwa ada gejala anak merasa kurang percaya pada orang tua.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut di atas maka yang menjadi

rumusan masalah skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku anak dalam tinjauan pendidikan agama Islam dalam

keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II Kecamatan Sukarami

Palembang?

2. Bagaimana upaya orang tua dalam pendidikan agama anak pada keluarga di

RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II Kecamatan Sukarami Palembang?


7

3. Bagaimana implikasi peranan orang tua dalam pendidikan agama Islam pada

keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II Kecamatan Sukarami

Palembang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui perilaku anak dalam tinjauan pendidikan agama Islam

dalam keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II Kecamatan

Sukarami Palembang

b. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam pendidikan agama anak pada

keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II Kecamatan Sukarami

Palembang

c. Untuk mengetahui implikasi peranan orang tua dalam pendidikan agama

Islam pada keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II

Kecamatan Sukarami Palembang

2. Kegunaan penelitian ini adalah :

a. Bagi orang tia sebagai bahan informasi tentang langkah-langkah dalam

mendidik perilaku anak dalam keluarga

b. Bagi anak untuk terus meningkatkan dan menggunakan kemampuan yang

ada dalam dirinya agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal

sehingga memililiki perilaku terpuji


8

c. Bagi kepala sekolah agar dapat memberikan petunjuk dan bimbingan

kepada bawahannya, khususnya guru agar senantiasa memperhatikan

meningkatkan kinerjanya

d. Bagi peneliti sendiri guna meningkatkan pengetahuan dan memperluas

wawasan keilmuan

e. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan dalam penelitannya

f. Penelitian ini juga merupakan prasyarat akademis untuk memperoleh

gelar sarjana pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Raden

Fatah Palembang

g. Bagi pembaca pada umumnya pada dijadikan sebagai khazanah dalam

menambah literatur dalam melaksanakan penelitian dalam hal ini

pendidikan dan pengajaran di masa yang akan datang.

D. Definisi Operasional

1. Peranan orang tua dalam pendidikan agama pada anak dalam keluarga yang

dimaksudkan dalam penelitian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab orang

tua dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi agama pada anak

dalam keluarga. Peranan orang tua tersebut dengan indikator memberikan

keteladanan pada anak, membiasakan anak, memberikan perhatian dan

pengawasan terhadap anak serta memberikan hukuman.

2. Faktor-faktor pendukung dah penghambat peranan orang tua dalam

pendidikan agama pada anak dalam keluarga yang dimaksudkan dalam


9

penelitian ini adalah segala sesuatu yang mendukung dan menghambat

upaya orang tua dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi agama

anak dengan indicator kesibukan dan kemampuan orang tua dalam mendidik

anak, dan peran serta lingkungan masyarakat.

E. Kerangka Teori

Setiap anak memiliki potensi masing-masing. Dinamika perkembangan

potensi anak sebagai konsekuensi interaksinya dengan lingkungan, baik positif

maupun negatif, sehingga tidak jarang orang tua mengalami kesulitan dalam

mendidik anaknya. Dalam situasi demikian diperlukan kemampuan orang tua

memperankan diri dalam berbagai posisi, di antaranya sebagai teman, guru, psikolog.

Dalam hubungan ini Gunarsa dan Ny. Y. Singgih menjelaskan :

Sikap keras kepala dalam usia pra sekolah bisa berubah kembali bila orang
tua, pendidik mau menunjukkan sikap konsisten dalam memperlihatkan
kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Setelah berhasil secara tegas
mempertahankan kewibawaan dengan berpegang teguh pada patokan
perilaku tertentu, pada anak akan terjadi internalisasi nilai dengan toluk ukur
orang tua dan selanjutnya bisa terjadi proses identifikasi.24
Hubungan sosial pada anak-anak diwujudkan dalam aktivitas bermain.

Adapun manfaat dari aktivitas bermain, yaitu : a. mengubah kemampuan yang laten

menjadi kemampuan dan keterampilan yang nyata, b. mengenal hukum-hukum alam

dan akibatnya, c. mengenal hubungan-hubungan dengan orang lain dan d. melatih

2
24
Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan
Keluarga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), hal. 6
10

penyesuaian terhadap situasi frustasi sebagai akibat dari keinginan yang tidak

terpenuhi.28

Metode pendidikan Islam yang dikemukakan para ahli bervariasi. Menurut

Ulwan metode pendidikan Islam adalah keteladanan, kebiasaan, perhatian, nasihat

dan hukuman.11 Sedangkan menurut An Nahlawi metode pendidikan Islam adalah

dialog Qur’ani dan Nabawi, kisah Qur’ani dan Nabawi, perumpamaan, keteladanan,

praktik dan perbuatan, ibrah dan mau’izhah dan targhib dan tarhib.12

Agar lalu lintas pendidikan agama Islam bisa berjalan lancar, teratur dan

terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pendidikan,

pendidikan akhlak yang tak lancar dan teratur serta kemungkinan-kemungkinan lain,

seperti fasilitas, peserta didik, ketidak sesuai penerapan metode, ketidakpahaman

terhadap materi, keterasingan seorang peserta didik dalam suatu pendidikan akhlak,

maka seorang pendidik harus mengerti, memahami dan menghayati beberapa prinsip

pendidikan akhlak sekaligus mengaplikasikannya, yaitu : prinsip aktivitas, motivasi,

individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan, peragaan, kerjasama dan

persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas, globlitas dan permainan serta

hiburan.13

28
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, op.cit., hal. 10
11
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalamIslam, 2 jilid, jilid 2, terjemahan
Syaifullah Kamalie dan Hery Noer Aly, (Semarang : Asyi Syifa’ tt, ), hal. 2
12
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,
terjemahan Shihabuddin, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), hal. 204
13
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995),
hal. 5-6
11

“Sejak Islam melembagakan pendidikan anak sebagai kewajiban dan

tanggung jawab orang tua, keluarga menjadi pusat pendidikan pertama. Selanjutnya

pendidikan berlangsung di dalam masyarakat atas dasar kewajiban menjalankan amar

maktuf dan nahi munkar”.14 Minat siswa dipengaruhi oleh orang tua di dalam rumah

tangga, para guru di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. 15 Faktor yang

mempengaruhi minat belajar siswa pada hakekatnya bersifat kompleks dan sistematis.

Menurut Slameto faktor yang mempengaruhi minat belajar dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu faktor inter dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

ada dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

individu.16 Pendapat yang sama dikemukakan oleh M. Dalyono.17 Menurutnya Dalam

uraian ini difokuskan pada jasmani dan rohani siswa, lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat yang mempengaruhi peranan orang tua dalam pendidikan agama

pada anak dalam keluarga

F. Tinjauan Pustaka

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak dalam keluarga.

Pertumbuhan dan perkembangan anak banyak ditentukan orang tua dalam lingkungan

keluarga, baik berupa pengetahuan, sikap maupun perilaku.Dengan demikian peranan

orang tua sangat penting dan menentukan bagi anak.

14
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 212-211
15
Zakiah Daradjar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 35
16
Slameto, op.cit., hal. 54
17
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007),. hal. 55
12

Lili puji Astudi berjudul Penanaman Nilai-nilai Islami Pada Anak Usia 3 – 6

Tahun Melalui Kegiatan Bermain. Hasil penelitian ini bahwa faktor yang

berpengaruh pada anak usia 3 – 6 tahun adalah : 1. orang tua. Apa yang dilakukan

orang tua akan dicontoh oleh seorang anak. 2. Lingkungan. Pada umur ini akan

meniru apa yang dilihatnya. Jika lingkungan baik maka tingkah laku anak akan baik

dan jika lingkungan jahat maka anak akan terbentuk menjadi jahat pula. Adapun

permainan yang dapat dilakukan seperti tepuk sholat, bongkar pasang kalimat

syahadat, do’a-do’a pendek, baca tulis al-Qur’an, sopan santun kepada orang tua dan

lain-lain. Menanamkan nilai-nilai Islam melalui kegiatan bermain dengan cara : 1.

memberikan pembinaan pendidikan keimanan. 2. Memberikan pembinaan ibadah

baik ibadah yang wajib maupun yang sunat. 3. Memberikan pembinaan akhlak yang

bertujuan untuk membentuk tingkah laku anak sejak masih kecil.

Astati dalam skripsnya berjudul Tanggung Jawab Ayah terhadap Pendidikan

Akhlak Anak Menurut Konsep Islam. Hasil penelitian ini bahwa akhlak adalah sifat

kejiwaan yang sudah tertanam dalam jiwa manusia, lalu darinya melahirkan

perbuatan tanpa dipikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Tanggung jawab

ayah adalah kewajiban seorang ayah dalam mendidik anaknya dalam keluarga. Ayah

mempunyai kedudukan yang penting dan mulia karena ayah merupakan pemimpin

dalam rumah tangga yang mempunyai tanggung jawab sehingga pemberi nafkah,

pelindung dan pendidik dalam keluarga. Tanggung jawab ayah terhadap pendidikan

akhlak anak merupakan kewajiban ayah untuk membentuk tingkah laku anak sesuai
13

dengan ajaran Islam agar anak menjadi orang yang sholeh dan sholehah, taat kepada

Allah dan kedua orang tuanya.

Siti Kamilatun berjudul Konsep Kepemimpinan Orang Tua Bagi Anak Usia

Pra Sekolah. Hasil penelitian ini bahwa konsep kepemimpinan orang tua bagi anak

usia pra sekolah adalah kombinasi dari tipe kepemimpinan demokratis dan otoriter

serta lebih mengutamakan hal-hal yang menyenangkan bagi anak. Kemudian metode

kepemimpinan orang tua bagi anak usia pra sekolah adalah dengan metode

keteladanan, metode pembiasaan, metode perhatian, metode nasehat, imbalan/hadiah

dan metode hukuman. Dengan melalui metode tersebut maka anak usia pra sekolan

potensinya akan dapat berkembang dengan baik.

Rena Yarsih berjudul Pengaruh Pola pengasuhan ibu terhadap perilaku

keagamaan anak di desa Tanjung Dayang kecamatan Tanjung Batu kabupaten Ogan

Ilir dengan permasalahan pola pengasuhan ibu dalam membentuk perilaku

keagamaan anak. Hasil penelitian ini adalah pengasuhan yang diteirma anak dalam

lingkungan keluarga turut menentukan kehidupan masa depannya. Tetapi orang tua

masih banyak yang kurang memperhatikan pendidikan dan nasib anak dalam

keluarga. Orang tua idealnya tidak membiarkan pengasuhan anak, sebab setiap orang

beriman memikul tanggung jawab mengajak orang lain berbuat kebajikan dan

mencegah kemunkaran. Salah satu wujud tanggung jawab tersebut adalah merawat

dan mendidik anak. Karena itu orang tua harus merawat dan mendidik anak dengan

baik. Dalam pengasuhan anak dapat mempergunakan pola keteladanan, pembiasaan,

nasihat, perhatian dan hukuman.


14

G Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis teliti ini adalah jenis penelitian deskriptif

b. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif dan kualitatif, dimana dalam penelitian ini menggambarkan

permasalahan yang yang ada, yaitu tentang perilaku anak dalam tinjauan

pendidikan agama Islam dalam keluarga, upaya orang tua dalam pendidikan

agama anak pada keluarga, implikasi peranan orang tua dalam pendidikan

agama Islam pada keluarga

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokkan pada dua jenis,

yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dimaksudkan adalah data

yang berupa kalimat, seperti baik, kurang baik dan buruk tentang perilaku

anak dalam tinjauan pendidikan agama Islam dalam keluarga, upaya orang

tua dalam pendidikan agama anak pada keluarga, implikasi peranan orang

tua dalam pendidikan agama Islam pada keluarga. Sedangkan data

kuantitatif adalah data yang dinyatakan dengan angka tentang jumlah

penduduk.
15

d. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu primer dan sekunder.

Sumber data primer merupakan sumber data utama/pokok, yaitu orang tua

sebagai obyek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder merupakan

sumber data penunjang, yaitu anak, dan pemuka agama serta dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini

3. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah orang tua anak

di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II Kecamatan Sukarami Palembang yang

berjumlah 79 orang.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan sebagaimana tersebut di atas dapat diperoleh dengan

teknik :

a. Observasi

Teknik ini dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung ke

tempat lokasi penelitian, seperti perilaku anak dalam tinjauan pendidikan

agama Islam dalam keluarga, upaya orang tua dalam pendidikan agama anak

pada keluarga, implikasi peranan orang tua dalam pendidikan agama Islam

pada keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II Kecamatan

Sukarami Palembang
16

b. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data perilaku anak dalam tinjauan

pendidikan agama Islam dalam keluarga, upaya orang tua dalam pendidikan

agama anak pada keluarga, implikasi peranan orang tua dalam pendidikan

agama Islam pada keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II

Kecamatan Sukarami Palembang

c. Angket

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang perilaku anak dalam

tinjauan pendidikan agama Islam dalam keluarga, upaya orang tua dalam

pendidikan agama anak pada keluarga, implikasi peranan orang tua dalam

pendidikan agama Islam pada keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan

Sukabangun II Kecamatan Sukarami Palembang. Cara memperoleh datanya

penulis menyebarkan angket kepada orang tua yang menjadi responden

penelitian.

4. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sejarah RT 12,

keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasarana.

5. Teknik Analisa Data

Terlebih dahulu data yang telah terkumpul diolah melalui pemeriksaan,

pemberian tanda dan pengelompokkan data. Kemudian dianalisa dengan persentase

dengan rumus :
17

P=

Keterangan

P = Angka Persentase

F = Frekuensi yang akan dicari persennya

N = Jumlah Responden

Kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif, dengan cara:

a. Reduksi Data dan Triangulasi Data

Reduksi data yaitu proses penyederhanaan dan transformasi data-data kasar

yang muncul dari cacatan tertulis di lapangan. Sedangkan triangulasi data

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu.15 Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan triangulasi

dengan sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi, membandingkan keadaan dan perpektif

1
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002), hal. 178
18

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, membandingkan

hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

b. Penyajian Data

Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Verivikasi / Penarikan Kesimpulan

Yaitu makna-makna yang muncul dari data, harus diuji kebenarannya,

keshohihannya dan kecocokannya yaitu yang merupakan fasilitasnya.18

H.Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan isi dari skripsi ini maka

disusun suatu sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab pertama adalah pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, kerangka teori,

tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah peran orang tua dalam pembinaan jiwa keagamaan anak

usia pra sekolah, yang berisikan Pengertian Peran Orang Tua, Orang Tua yang Baik,

Cara Orang Tua Mendidik Anak, Pembinaan Orang Tua dalam Keluarga, Pengertian

Anak, Pertumbuhan dan Perkembangan, Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

dan Perkembangan Anak


18
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Penerjemah Tjejep Rohendi Rahidi, Analisa
Data Kalitatif, (Jakarta:Universitas Indonesia, 1992), hal. 16-18
19

Bab ketiga adalah setting wilayah penelitian, yang berisikan sejarah Berdiri

RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II, keadaan penduduk dan sarana serta

prasarana

Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan, yang berisikan perilaku

anak dalam tinjauan pendidikan agama Islam dalam keluarga, upaya orang tua dalam

pendidikan agama anak pada keluarga, implikasi peranan orang tua dalam

pendidikan agama Islam pada keluarga di RT 12 RW 02 Kelurahan Sukabangun II

Kecamatan Sukarami Palembang

Bab kelima adalah penutup, yang berisikan kesimpulan dan saan saran-saran

Anda mungkin juga menyukai