Amelia Putri
Abstrak
Nilai-nilai pendidikan islam yaitu suatu kemampuan
rohani dan jasmani, yang mengandung pendidikan
keimanan, pendidikan akhlak, pendidikan kejiwaan dan
sosial. Orang tua sebagai pendidik utama sangat
berperan dalam membiasakan pengamalan nilai-nilai
agama anak. Banyak upaya yang bisa orang tua lakukan
untuk menumbuhkan pengamalan nilai-nilai agama
anak, seperti pendidikan dengan keteladanan dan
kebiasaan, dan tentunya pendidikan dengan keteladan itu
harus dicontohkan oleh orang tua terlebih dahulu, dan
juga tentunya orang tua memiliki kemampuan lebih
dalam hal agama khususnya sebagai teladan yang baik
bagi anaknya, jika orang tua berkata kasar, mencela,
mengumpat di depan anaknya, mana mungkin anak
tersebut bisa bersikap lemah lembut kepada orang lain
jika melihat orang tuanya seperti itu. karena itu sangat
berpengaruh bagi pertubuhan dan pemahaman anak
dalam pendidikan keteladannya. Namun jika dilihat
banyak anak-anak yang bisa dibilang belum
mengamalkan nilai-nilai agama dengan baik, ini
disebabkan karena tidak dibiasakan sejak kecil, orang
tua kurang dalam pemahaman pendidikan dan agama.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa seorang anak akan
mampu mengamalkan nilai-nilai agama jika dibiasakan
dari kecil dan diberi keteladanan yang baik dari orang
tuanya.
Kata Kunci : Orang Tua, Nilai-nilai Pendidikan Islam,
Pendidikan Agama Islam
A. PENDAHULUAN
Nilai-nilai pendidikan islam adalah
kemampuan yang dimiliki jasmani maupun
rohani (akal, spiritual, psikis, fisik, fitrah, sosial
serta talenta). Ruang lingkup pendidikan agama
islam menurut Abdullah Nasikh Ulwan (Azizah,
2019) yaitu terdiri dari tujuh unsur: pertama,
pendidikan keimanan. Kedua, pendidikan moral.
Ketiga, pendidikan fisik/jasmani, keempat,
pendidikan rasio/akal, kelima, pendidikan
kejiwaan. Keenam, pendidikan seksual. Ketujuh,
pendidikan sosial.
Aspek nilai-nilai agama islam dapat
dibedakan menjadi tiga jenis (Ani Muflikah,
2021) yaitu: nilai-nilai aspek aqidah, nilai-nilai
ibadah, nilai-nilai akhlak. Nilai-nilai aqidah
mengarahkan manusia pada percaya akan adanya
Allah Swt yang berkuasa dan sebagai sang
pencipta Alam semesta dan akan selalu
mengawasi menghitung segala macam perbuatan
manusia di dunia. Dengan sadar sepenuh hati
bahwa Allah itu ada dan maha berkuasa, maka
dari itu manusia-manusia akan patuh dalam
menjalankan semua yang telah diperintahkan oleh
Allah dan takut untuk berbuat kerusakan dimuka
bumi ini serta berbuat dzalim. Nilai-nilai ibadah
mengarahkan kepada tiap-tiap manusia dalam
segala perbuatannya senantiasa dilandasi hati
ikhlas untuk mendapatkan ridho Allah.
Pengamalan nilai-nilai ibadah akan melahirkan
manusia-manusia yang yang jujur, adil, serta
senang membantu sesama. Yang terakhir nilai-
nilai akhlak mengarahkan manusia pada bersikap
serta berperilaku yang tepat sesuai dengan norma
atau adab yang baik dan benar, sehingga
membawa kehidupan manusia yang baik yaitu:
damai, tentram, seimbang dan harmonis.
Dengan begitu jelas jika nilai-nilai pendidikan
islam merupakan nilai-nilai yang bisa membawa
manusia kepada kesejahteraan, kebahagiaan, serta
keselamatan manusia baik pada kehidupan akhirat
kelak maupun dikehidupan pada dunia sekarang.
Anak menurut aspek sosiologi (Fitriani, 2016)
adalah seorang makhluk ciptaan Allah Swt
berinteraksi selalu dalam masyarakat bangsa dan
negara. Dalam keadaan ini seorang anak berposisi
sebagai kelompok sosial dan mempunyai status
sosial yang lebih rendah dari pada masyarakat di
tempat berinteraksi dilingkunganya.
Anak adalah karunia dan anugrah terbesar
yang diberikan kepada pasangan suami istri yang
dititipkan kepada mereka untuk dididik dan
diajarkan dengan baik. Anak-anak yang terlahir
mereka adalah harapan dari orang tuanya untuk
menjadi penerus yang baik bagi keluarganya,
anak diajarkan ilmu pengetahuan agar anak
tersebut bisa mengamalakannya nilai-nilai yang
terkandung dalam pengetahuan yang telah
dipelajarinya.
Orang tua di dalam kamus bahasa indonesia,
dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
baik arti khusus maupun umum yaitu “sudah lama
hidup, lanjut usia (tidak muda lagi)”. Sedangkan
H.M Arifin (Mohammad Roesli, 2018) bahwa
orang tua merupakan kepala keluarga, keluarga
merupakan kelompok hidup terkecil dalam negara
luas yang bermasyarakat.
Menurut pandangan Kartono Kartini
(Mohammad Roesli, 2018) bahwasanya salah
satu dari kewajiban dan hak orang tua yang tidak
akan bisa dipisahkan yaitu mendidik anak serta
sebab orang tua memberikan kehidupan kepada
anaknya dan mereka memiliki suatu kewajiban
yang sangat penting dalam mendidik anak-
anaknya.
Namun ada kendala orang tua dalam berupaya
untuk menumbuhkan pengamalan nilai-nilai
agama untuk anaknya.
Kendala yang menjadi penghambatnya yaitu,
terbatasnya ilmu pengetahuan dari orang tua
terutama ilmu agama. Dimulai dari hal-hal yang
kecil misal ketika anak hendak makan maka
biasakan berdoa sebelum dan sesudah makan dan
membaca alhamdulillah jika mendapatkan
kenikmatan atau rezeki jangan hanya
mendiamkannya yang penting anak sehat. Contoh
lainnya orang tua yang rajin beribadah dan selalu
mengajak dan mengajarkan anaknya dari anak
tersebut masih kecil, dari kebiasaan orang tua
mengajak dan mengajarkan anak untuk selalu
beribadah maka tumbuhlah dengan sendirinya
pengamalan-pengamalan nilai-nilai ibadah
tersebut.
Seorang anak dapat mengikuti semua perilaku
dari orang tuanya bahkan ketika anak masih kecil.
Mereka memperhatikan bagaimana perilaku
orang tuanya dan belajar dari apa yang mereka
lihat tanpa tau hal baik ataukah buruknya. Misal
ketika orang tuanya tidak sholat, maka anaknya
juga tidak sholat karna tidak pernah melihat dan
tidak pernah diajarkan bagaimana cara sholat.
Selain dari orang tua anak juga sangat peka
dengan lingkungannya dia akan meniru perilaku
orang-orang yang ada disekitarnya. Dari
permasalahan diatas maka diperlukan upaya
orang tua dalam menumbuhkan pengamalan nilai-
nilai pendidikan islam anak, orang tua harus
mengingat kembali sebagai pendidik utama
apakah orang tua pernah mengajarkan dan
membiasakan anak dalam mengamalkan nilai-
nilai agama islam. orang tua harus melihat apa
saja faktor-foktor dari si anak serta lingkungan
anak-anak mereka bergaul agar nantinya anak-
anak mereka selalu dapat mengamalkan nilai-nilai
pendidikan islam dalam kehidupannya sehari-hari
serta tumbuh menjadi pribadi yang baik.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian yang
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan
juga observasi, yang mana pada penelitian ini
peneliti langsung melihat keadaan dilapangan lalu
menyimpulkan suatu fenomenan atau keadaan
yang terjadi. Data yang dikumpulkan secara
langsung serta beberapa tambahan dari berbagai
referensi seperti buku, jurnal dan berbagai
referensi yang mendukung tentang upaya orang
tua dalam menumbuhkan pengamalan nilai-nilai
pendidikan islam di desa lubuk birah.
Adapun alasan peneliti memilih penelitian
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif ini
bertujuan agar dapat menyimpulkan fenomena
yang terjadi atau suatu keadaan yang terjadi.
dalam penelitian ini terdapat hal-hal seperti
analisis, menyimpulkan, mendeskripsikan,
mencatat fenomenan-fenomena yang telah terjadi
di lapangan.
C. PEMBAHASAN
1. Menumbuhkan pengamalan nilai-nilai
pendidikan islam Anak.
Didalam membina pendidikan agama
Islam anak ada beberapa bentuk upaya yang
bisa dilakukan oleh para orang tua, upaya
yang dilakukan ini tidak semua sebenarnya
murni dari aktivitas orang tua, ada juga
beberapa aktivitas yang berasal semacam dari
tradisi setempat, akan tetapi dalam hal ini
orang tua harus berusaha dan mengupayakan
serta mengontrol anaknya agar ikut andil
dalam kegiatan tersebut. Bentuk upaya orang
tua :
Pertama, membina pengamalan Agama
anak di Rumah. Ini sangat lazim dilakukan
para orang tua di rumah. Pengamalan Agama
di sini yaitu misal mengajarkan anak bacaan
dan gerakan sholat, mengajarkan tentang doa-
doa keseharian, dan juga mengajarkan tentang
berpuasa, serta ibadah-ibadah lainnya.
Pembinaan pengamalan agama anak ini perlu
orang tua lakukan untuk memberikan
tambahan dan juga penyempurnaan melalui
pembinaan yang dilakukan di rumah,
mengingat secara alokasi waktu pembelajaran
di sekolah kurang memungkinkn jika
mengontrol secara penuuh pengamalan agama
anak.
Kedua, mengikutsertakan Anak pada
Pendidikan Agama Non Formal. Upaya lain
yang bisa dilakukan oleh para orang tua yaitu
mengikutsertakan anaknya dalam pendidikan
agama non formal seperti Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPA), Madrasah Diniyah
Awaliyah (MDA), dua lembaga ini yang
menjadi lembaga pendidikan dasar agama
anak.
Ketiga, mengikutsertakan Anak dalam
Tradisi Keagamaan Berbsisi Kearifan Lokal.
Upaya lain yang bisa dilakukan oleh para
orang tua yaitu mengikutsertakan anak dalam
tradisi keagamaan, seperti yasinan, maulid
Nabi, dan isra’ Mi’raj.
Keempat, membiasakan Anak datang ke
surau. Upaya lain yang bisa dilakukan oleh
para orang tua yaitu membiasakan anak
datang ke surau, karna pada lazimnya surau
dipimpi oleh imam atau para ustazd serta
melakukukan pembinaan agama pada
jamaahnya. Sehingga orang tua menguoatakan
anaknya agar bisa aktif mengikuti berbagai
kegiatan yang diselenggarakan di surau,
sehingga anak akan tumbuh dengan
lingkungan yang bernuansa keislaman (Pardi
Ramdhan. M, 2021).
Penumbuhkan nilai-nilai agama islam
yaitu meletakkan dasar-dasar keimanan,
kepribadian, serta budi pekerti yang terpuji
dan kebiasaan ibadah yang sesuai dengan
kemampuan anak dengan demikian menjadi
menjadi motivasi bagi anak agar bertingkah
laku. Penumbuhan nilai-nilai agama islam
yang dimaksud disini adalah suatu perbuatan
atau suatu cara untuk menumbuhkan
pengetahuan yang berharga berupa nilai
keimanan, ibadah dan ahklak yang
bersandarkan kepada wahyu Allah Swt
dengan bertujuan supaya anak mampu
mengamalakan pengetahuannya pada
kehidupan sehari-hari dengan tepat dan
dengan kesadaran ataupun paksaan.
Anak dilahirkan di muka bumi sebagai
cobaan bagi orang tuanya, yaitu cobaan
dengan menambah tanggung jawab kepada
setiap orang tua. Tanggung jawab untuk
merawat dan tanggung jawab untuk menididik
anaknya dengan baik. Berikut dijelaskan
tanggung jawab merawat dan mendidik anak :
Tanggung jawab merawat. Setiap orang
tua memberikan seperti perlindungan yang
diberikan kepada anaknya, misal memberikan
pelindungan dari segala macam mara bahaya,
memberi perlindungan kepada anaknya agar
tidak terkena sengatan matahari yang panas
dan dingin ketika malam, setiap orang tua
ingin mengusahakan agar anaknya tetap sehat
dan aman, serta memberikan dukungan penuh
kepada anak. Pada umumnya seorang anak
itu memang tumbuh berkembang banyak
dipengaruhi dengan lingkungannya, budaya
masyarakat, baik itu fisik, watak, maupun
mental. Dengan begitu kesadaran orang tua
dalam tanggung jawab atas semua
perkembangan pada anaknya sangat penting.
Sehingga diajarkan pula kepada anaknya
tentang berbagai sangsi-sangsi yang harus
diterima ketika melakukan suatu tindakan
yang dianggap sebagai larangan Agama.
Tanggung jawab mendidik, mendidik
yaitu memberikan latihan serta memelihara,
dan ajaran mengenai akhlak dan juga
kecerdasan dalam berfikir. mendidik
merupakan usaha membrikan pembelajaran
tuntunan kepada anak didik untuk selalu
menaati norma-norma kemanusiaan yang
sesuai dengan kepribadian bangsa. Dalam hal
ini orang tua sebagai pendidik utama bagi
anaknya, dalam rangka mengimbangi
perkembangan zaman. Mendidik kecerdasan
serta kreativitas dan juga kecerdasan moral
anak siap untuk menghadapi masa depan
(Nirmala, 2017).
Untuk melahirkan anak yang sholeh dan
sholehah dan juga mempunyai kepribadian
yang baik, yaitu anak yang menjalankan
hubungan baik dengan Allah Swt dan dengan
sesama makhluk lainnya, maka dari itu
pengajaran yang harus diberikan tidak lain
adalah pendidikan agama islam itu sendiri.
Yang mana nilai-nilai pendidikan agama
islam itu semua terdefenisi dalam ajaran islam
itu sendiri (Meliana, 2017:18-19).
2. Munculnya Rasa Beragama Pada Anak
Pada anak munculnya pemahaman tentang
agama itu berawal dari perkembangan bahasa
yang sudah mereka dapatkan dari lingkungan
sosialnya, terutama dilingkungan utama nya
yaitu dalam keluarga. Mungkin diawal
perkembangannya anak-anak masih belum
bisa mengikuti disebabkan tidak ada
pengalaman empiris terhadap “rasa agama”.
tetapi seiringnya waktu berjalan dengan
perkembangannya, anak memiliki perhatian
pada agama bertepatan dengan banyaknya
pengalaman empiris anak dalam beragama
misal saat anak menyaksikan orang tuanya
sholat, berpuasa atau ketika orang tuanya
mengikut kegiatan keagamaan lainnya.
Di dalam prosesnya mungkin anak-anak
berasumsikan bahwa konsep beragama itu
atau Allah sebagai sosok yang “jahat”,
mengapa mereka beranggapan seperti itu,
karena jika seseorang yang tidak
mengerjakan sholat atau melakukan hal yang
dilarang agama itu nanti membuat Allah
marah dan orang itu akan mendapat hukuman
neraka. Nah kondisi seperti ini yang pada
akhirnya bisa membuat anak tidak nyaman
dan akan merasa tertekan melakukan
kegiatan ibadah. Akan tetapi pada
kenyataannya ketakukan dan penolakan yang
dirasakan anak itu adalah hal yang wajar.
Pada saat ketakutan itu semakin ditekan maka
akan semakin mempengaruhi anak.
Disaat perkembangan anak khususnya
anak usia dini, rasa beragama anak hendaklah
dimunculkan sesuai dengan tingkat
pemahaman anak. Keselarasan antara pola
pendidikan juga hal yang penting, yang paling
utama pada pengembangan bahasa serta pada
pola pikir dalam lingkungan keluarga dan
juga lembaga sekolah anak. Jika pola
pendidikan di sekolah maupun di rumah
memperhatikan serta mempertimbangkan
faktor ini, maka anak-anak akan menjadi
orang dengan pemahaman agama yang selalu
konsisten dan juga menerima apa yang ada.
Sehingga tujuan dari akhirnya yitu munculnya
rasa beragama yang menyeluruh pada anak
khususnya anak usia dini (Noor, 2020).
3. Pendidikan Agama Islam
M. Arifin mendefenisikan (Aat syafaat,
2008) pendidikan islam yaitu sebuah proses
yang membina manusia kepada kehidupan
yang lebih baik dengan mengangkat derajat
kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan
fitrahnya dan kemampuan ajarannya.
Jadi pendidikan Agama Islam adalah
usaha membina dan bimbingan, serta
pengajaran terhadapa anak agar nantinya
setelah selesai pendidikannya bisa memahami,
dan mengahayati serta mengamalakan nilai-
nilai agama islam, dan juga menjadikan
agama islam sebagai jalan kehidupan yang
baik itu pribadi ataupun kehidupan
masyarakat.
Tujuan pendidikan Agama Islam secara
umum yaitu untuk meningkatkan pemahaman,
penghayatan, keimanan serta pengamalan
terhadap islam, dengan itu anak dapat menjadi
seorang muslim yang beriman kepada Allah
dan juga mempunyai akhlak yang baik dalam
berkehidupan sehari-harinya. Tujuan dari
pendidikan agama islam dan tujuan agama
islam itu tidak bisa dipisahkan secara sendiri,
disebabkan tujuan dari pendidikan islam itu
sendiri sangat tergambar dan dijiai oleh ajaran
Allah. Nilai-nilai yang terkandung di dalam
Al-Qur’an dan Hadist itu lah landasan dari
tujuan pendidikan agama islam. sebagaimana
dalam menciptakan insan yang bertakwa
kepada Allah Swt yang nantinya bertujuan
kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat
(Fathurrochman, 2020)
Tujuan dari pendidikan islam yaitu
menanamkan sifat kepribadian manusia
melalui latihan kecerdasan otak, indera,
penalaran, perasaan, dan latihan kejiwaan.
Pendidikan islam harus bisa membimbing
pertumbuhan manusia dalam segala aspek,
baik itu aspek spiritual, intelektual, jasmaniah,
ilmiah, imajinasi baik itu secara perorangan
maupun kelompok. Dan semua aspek
pendidikan islam ini membina ke pada
kesempurnaan pencapai hidup.
Drajat mengemukakan (Firmansyah,
2019) ada beberapa tujuan dari pendidikan
pendidikan agama islam : pertama,
menumbuh dan merawat, mengembangkan
dan juga membentuk sikap positif anak yang
disiplin serta menjalankan printah Allah dan
Rasulnya. Kedua, sifat taat kepada Allah dan
Rasulnya itu merupakan motivasi mendasar
anak kepada pengembangan ilmu dan
pengetahuan sehingga mengerti bahwa iman
dan ilmu serta pengembangannya itu
bertujuan untuk mencapai keridhoan Allah
Swt. Ketiga, menumbuhkan dan membina
anak untuk memahami serta mempelajari
agama secara baik dan dengan nya juga
diamalkan menjadi sebuah pengamalan atau
keterampilan beragama dalam berbagai
kehidupan.
3. Metode menumbuhkan pengamalan nilai
agama anak, menurut Abdullah Nashih Ulwan
(ulwan, 1415 h/1994 m)
pertama, pendidikan dengan keteladanan,
metode ini sangat berpengaruh untuk
menumbuhkan pengamalan nilai agama anak,
karena seorang orang tua atau pendidik itu
secara tidak langsung apapun yang dilakukan
nya, semua perbuatan, kebiasaan, bagaimana
sopan santunnya, perkataannya itu akan ditiru
oleh anak. Dan senantiasa tertanam dalam
kepribadiannya. Faktor keteladanan ini
sangatlah penting, karna ini menentukan
bagaimana baik-buruknya anak. Bagaimana
pun usaha yang dipersiapkan untuk
menumbuhkan pengamalan nilai agama anak,
mengejari anak tentang pengamalan agama,
tapi selama orang tua sebagai teladannya tidak
menunjukkan sikap tauladan yang baik maka
itu akan sia-sia.
Pada dasarnya ketika seorang anak
melihat orang tuanya marah, emosi, berkata
kasar, suka membentak, maka kemungkinan
besar anak mengikutinya dan tidak mungkin
bertutur dengan manis.
Ketika anak melihat orang tuanya
bersikap egois, keras, maka tidak mungkin
anak belajar kasih dan sayang.
Dan ketika anak melihat orang tua nya
berbohong, tidak jujur, maka mana mungin
anak belajar untuk jujur.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ulwan Abdullah Nashih. (1999). Pendidikan Anak dalam
Islam, jakarta: Pustaka Amani.
Syafaat Aat. Sohari Sahrani. Muslih. (2008). Peranan
pendidikan agama islam dalam mencegah
kenakalan remaja (juvenile delinquency). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Artikel Ilmiah
Reosli Muhammad. Syafi’i Ahmad. Aina Amalia. (2018).
Kajian islam tentang partisipasi orang tua dalam
pendidikan anak. Jurnal darussalam : jurnal
pendidikan, komunikasi dan pemikiran hukum
islam. Vol. IX. No. 2
Firmansyah. Mokh Imam. (2019). Pendidikan agama
islam : pengertian, tujuan, dasar dan fungsi.
Jurnal pendidikan agama islam, ta’lim. Vol. 17.
No. 2
Imron. Ali. (2016/1438). Pendidikan kepribadian anak
menurut Abdullah Nashih Ulwan. Jurnal Edukasi
Islamika. Vol. 1. No. 1
Azizah. Nurul. (2019). Nilai-nilai Pendidikan Islam
dalam Hadis-hadis Akikah. Jurnal Pendidikan
Agama Islam Universitas Wahid Hasyim. Vol. 7.
No. 1
Mukflikah. Ani. E. Noor Tajuddin. Mustofa Taufik.
(2021). Peranan Orang Tua dalam Penerapan
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada masa
Covid-19. Edusampul – Jurnal Pendidikan. Vol.
5. No. 2
Firiani. Rini. (2016). Peranan Penyelenggara
Perlindungan Anak dalam Melindungi dan
Memenuhi Hak-hak Anak. Jurnal Hukum. Vol.
11. No. 2
Ramadhan Pardi. Isnando M Tamrin. Alimir. Supriadi.
(2021). Upaya Orang Tua Membina Pendidikan
Agama Anak di Dusun Embun Pagi Jorong
Padang Galanggang. Fitrah : Journal of Islamic
Education. Vol. 2. No. 2.
Sitika Achmad Junaedi. Ine Nirmala. (2017). Tanggung
Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Akhlak
Anak Dalam Persepektif Al-Qur’an. Al-Hikmah :
Indonesian Journal of Early Childhood Islamic
Education. Vol. 1. No. 2
Maulidiyah Cahya Eka. (2018). Penananman Nilai-nilai
Agama dalam Pendidikan Anak di Era Digital.
Matabat: Jurnal Perempuan dan Anak. Vol. 2.
No. 1
Noor Triana Rosaliana. (2020). Mengembangkan Jiwa
Keagamaan Anak (Perspektif Pendidikan Islam
dan Perkembangan Anak Usia Dini). Quttab :
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam. vol. 4. No. 2
Utari Lia. Kurniawan. Fathurrochman. (2020). Peran
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina
Akhlak Peserta Didik Autis. JOEAI (Journal of
Education and Instruction). Vol. 3. No. 1
Mufidah Nufisah. (2020). Menanamkan Nilai Agama
pada Anak Usia Dini di Keluarga Arab. Jurnal
AUDHI. VOL. 2. No. 2
Disertasi, Tesis, Skripsi
Meliana Devi. (2017). Peranan Orang Tua dalam
Menanamkan Nilai-nilai pendidikan Islam pada
Anak di Desa Watu Kecamatan Marioriwawo
Kabupaten Soppeng. Universitas Muhammadiyah
Makassar.