di Yayasan
Raudhatul Athfal An-Na’im Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung
Alsya Nazhifatu Tsana1, Annisa Fauziah Noer Rahmawati2, Regina Aulia Oktaviani3, Sani Nur
Najmi4, Siti Ammirahmaini5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan/ Universitas Islam Bandung
Email: nazhifatutsanaa@gmail.com1, anisafauziah.afnr@gmail.com2, auliaregina62@gmail.com3,
saninurnaj16@gmail.com4, tya.rahmaini@gmail.com5
Abstrak
Dalam menghadapi perubahan zaman dan kebutuhan dalam membentuk budi pekerti serta moralitas
anak dengan baik terutama orang tua muslim milenial harus dapat menyesuaikan serta membimbing
anak sejak dini supaya menghindari anak dari kesalahan yang diluar norma moralitas pada setiap
usianya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parenting Islami dalam perkembangan
sosial serta emosi anak usia dini. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik
yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah wawancara dan observasi yang dilakukan
di RA An-Na’im Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Islamic parenting adalah pendekatan
dalam pengasuhan anak yang didasarkan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Tujuan utama dari Islamic
parenting adalah membimbing anak-anak agar tumbuh menjadi individu yang taat beragama,
bertanggung jawab, dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. Penelitian ini menunjukkan bahwa
di RA An-Na’im sudah menerapkan Pendidikan agama Islam dengan pedoman Al-Quran dan hadist
melalui pembiasaan ibadah. Guru memadukan pembelajaran Islam dengan kecerdasan emosional
seperti mengantri saat wudhu, menceritakan akhlak nabi sebagai teladan yang baik. Berdasarkan hasil
penelitian ini, untuk mengembangkan sosial dan emosi anak itu sangat penting jika di didik sejak dini
dan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak melalui parenting Islami ini karena lingkungan yang
baik akan menjadi pembiasaan yang baik untuk anak begitu pun sebaliknya.
Abstract
In facing changing times and the need to properly shape children's character and morality, especially
millennial Muslim parents, they must be able to adapt and guide their children from an early age in
order to avoid children from making mistakes that are outside the norms of morality at each age. This
research aims to determine the influence of Islamic parenting on the social and emotional development
of early childhood. This research method uses a qualitative approach. The techniques used in collecting
research data were interviews and observations conducted at RA An-Na'im, Baleendah District,
Bandung Regency. Islamic parenting is an approach to raising children that is based on Islamic values
and teachings. The main aim of Islamic parenting is to guide children to grow into individuals who are
religious, responsible and have noble character in accordance with Islamic teachings. This research
shows that RA An-Na'im has implemented Islamic religious education with Al-Quran and hadith
guidelines through the habit of worship. Teachers combine Islamic learning with emotional intelligence
such as queuing for ablution, telling about the prophet's morals as a good role model. Based on the
results of this research, to develop children's social and emotional development, it is very important to
educate them from an early age and adapt them to the child's development stage through Islamic
parenting because a good environment will be a good habit for children and vice versa.
PENDAHULUAN
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 halaman 6 mengenai Sistem Pembelajaran Nasional Pasal 1,
Nomor. 14 pembelajaran anak usia dini (PAUD) suatu ikhtiar pembinaan yang diperuntukan untuk anak
Alsya, Annisa, Regina, Sani, Siti | Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini Melalui Islamic Parenting di Yayasan
Raudhatul Athfal An-Na’im Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung
dari lahir hingga dengan 6 tahun yang dicoba lewat pemberian rangsangan pembelajaran untuk
menolong perkembangan serta pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
menempuh ke jenjang pembelajaran yang lebih tinggi. Sejalan dengan perihal itu, menurut Nur
Cholimah (2008), PAUD merupakan usaha sadar guna memfasilitasi perkembangan serta pertumbuhan
jasmani serta rohani sejak lahir hingga dengan umur 6 tahun yang diupayakan melalui penyediaan
pengalaman serta stimulasi khusus yang bertujuan untuk meningkatkan diri secara terpadu serta merata
supaya anak tumbuh dan berkembang secara sehat, maksimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan
masyarakat.
Anak-anak ialah individu yang mempunyai karakter yang khas serta menjalankan
perkembangan yang cepat pada seluruh aspek pertumbuhan yang membawanya kepada pergantian
dalam tiap aspek perkembangan. Menurut Dewi, A. R. T., Mayasarokh, M., & Gustiana, E. (2020) Anak
usia dini diujarkan sebagai masa kritis, karena dalam fase ini anak masih minim untuk menemukan
atensi pada perihal pembelajaran, perlindungan, parenting, berkembang secara maksimal. J, Bannet
(Wibowo Agus, 2013 : 25) meyakini bahwa anak diawali saat dalam kandungan ibu ataupun sebelum
kelahiran anak hingga berusia 6 tahun. Menurut Hurlock (dalam Haryanti , 2016) pertumbuhan sosial
ialah keahlian dalam berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sebaliknya pertumbuhan
emosional bagi noval (dalam haryanti 2016) merupakan perasaan yang dirasakan oleh orang, baik
perasaan positif ataupun perasaan negative yang muncul dari reaksi terhadap kondisi akibat jalinan diri
sendiri dengan orang lain ataupun sesuatu kelompok.
Menurut Ayunina, N. Q., dan Zakiyah, Z. (2022) suatu tipe dalam pengasuhan keluarga yaitu
melalui pendekatan islami. Islamic parenting berasal dari bahasa Inggirs, dimana “Islamic” merupakan
kata sifat untuk kata “pengasuhan”. Dalam konteks bahasa Indonesia, istilah tersebut diterjemahkan
sebagai “Parenting Islami”. Parenting Islami merujuk pada suatu bentuk pola asuh yang mendasarkan
nilai-nilai pada ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pola pergantian era dan keharusan guna
mempunyai kepribadian serta moral yang baik, mewajibkan orang tua spesialnya orang tua muslim
milenial buat sanggup menyesuaikan diri serta membimbing anak-anak mereka semenjak dini supaya
bebas dari kesalahan moral serta kepribadian kanak-kanak mereka di masa depan dengan menggunakan
teknologi yang terdapat dengan bijaksana serta terkendali. Pola asuh Islami merupakan pandangan
holistik, yang didasarkan pada hak serta tanggung jawab kedua orang tua serta anak. Mengurus anak
dalam Islam ditatap selaku tanggung jawab yang dititipkan oleh Allah SWT. Orang tua bertanggung
jawab kepada Allah SWT serta anak-anak mereka dapat mempenuhi kedudukan mereka selaku wali.
Islam mengendalikan ikatan orang tua dan anak diatur melalui mekanisme pemeriksaan and
keseimbangan. Orang tua serta anak mempunyai tanggung jawab serta hak atas satu sama lain (Akin ,
2012 : 12 - 13).
Anak usia dini ialah periode pertumbuhan yang sangat berarti dalam kehidupan seseorang. Pada
fase ini, pertumbuhan sosial emosional anak hendak membentuk dasar untuk pembuatan karakter
mereka di masa mendatang. Pertumbuhan sosial serta emosional pada anak umur dini bukan cuma
tentang interaksi sosial serta ekspresi emosi, namun sebagai membentuk fondasi dasar karakter anak.
Pengalaman serta pendidikan pada periode ini dapat membagikan kontribusiba signifikan terhadap
bagimana anak yang hendak menyesuaikan diri di masa depan . Orang tua selaku agen utama dalam
pembuatan kepribadian anak, mempunyai kedudukan yang sangat signifikan dalam perkembangan
sosial serta emosional anak usia dini. Pola asuh, interaksi, serta dorongan yang dipersembahkan oleh
orang tua bisa membagikan pengaruh mendalam terhadap pertumbuhan anak, pada lewat riset ini, akan
menggali lebih dalam bagimana Islamic parenting yang diterapkan di Yayasan Raidhatul Athfal dapat
mempengaruhi pertumbuhan tersebut. Sebab mengingat jika Raudhatul Athfal ialah suatu Lembaga
Pembelajaran yang berbasis Islam sehingga bisa jadi area yang mempromosikan nilai-nilai Islam dalam
Pembelajaran serta pengasuhan anak. Jadi, tujuan dikerjakannya riset ini merupakan untuk dapat
mengenali bagimana pengaruh parenting Islami dalam pertumbuhan sosial serta emosional anak umur
dini di Yayasan Raudhatul Athfal. Definisi dalam permasalahan riset ini merupakan bagimana pola
asuh Islami mampu menunjang pertumbuhan sosial serta emosional anak usia dini di Yayasan
Raudhatul Athfal.
Alsya, Annisa, Regina, Sani, Siti | Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini Melalui Islamic Parenting di Yayasan
Raudhatul Athfal An-Na’im Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengenakan pendekatan kualitatif. Kusumastuti & Khoiron, (2019)
mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif bisa diaplikasikan untuk riset yang berhubungan dengan
evaluasi subyektif dari perilaku, gagasan serta perilaku. Contohnya pada saat kita terdorong guna
mempelajari sebab aktivitas manusia (kenapa setiap orang berpendapat ataupun melaksanakan perihal
khusus). Dalam riset ini peneliti memakai tipe riset lapangan, riset lapangan selalu diaplikasikan oleh
periset dalam bermacam jenis semacam antropologi, sosiologi, geografi, serta lainnya. Analisis
informasi dalam riset kualitatif dicoba semenjak saat sebelum memasuki lapangan, selama posisi di
lapangan, serta sesudah berakhir dari lapangan (Sugiyono, 2016). Metode pengumpulan informasi
dalam riset ini merupakan wawancara serta observasi yang dilakukan di RA An - Na’im Kecamatan
Baleendah, Kabupaten Bandung.
Dalam konteks riset kualitatif, observasi diartikan selaku aktivitas yang dicoba dengan metode
yang direncanakan guna pengkarakteran insiden serta sikap. Observasi ialah tata cara yang sangat
efisien guna mempelajari sikap manusia. Wawancara merupakan pertemuan dua orang yang bertukar
data serta inspirasi lewat tanya jawab, sehingga sanggup dibangun arti pada sesuatu bahasan tertentu.
Dengan dorongan informan yang menyokong riset ini, periset melaksanakan wawancara dimana periset
menanya serta memperoleh jawaban dari informan. Para guru di RA An - Na’im jadi sumber data dalam
riset ini. penjelasan pola asuh Islami pada area sekolah serta akibatnya bagi pertumbuhan sosial serta
emosional anak selaku subjek wawancara dengan kepala sekolah serta para guru di RA An - Na’im.
bisa memakai pendekatan cerita, permainan, serta kegiatan interaktif yang mengintegrasikan
nilai-nilai agama.
2. Model Sikap Positif: Sebagai model sikap positif yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Guru
serta staf sekolah perlu menampilkan perilaku serta kegiatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
agama Islam supaya anak-anak dapat meniru serta menginternalisasi nilai-nilai tersebut.
3. Pendidikan Aktif serta Kreatif: Memanfaatkan tata cara pendidikan aktif serta kreatif yang
cocok dengan kebutuhan anak usia dini. Pendidikan lewat permainan, seni, serta kegiatan yang
bertabiat instan dapat menolong anak-anak menguasai ajaran Islam dengan metode yang
mengasyikkan.
4. Fokus pada Pengembangan Kepribadian: Membagikan penekanan pada pengembangan
kepribadian anak, tercantum sifat-sifat serupa kesabaran, rendah hati, serta kasih sayang.
Kegiatan-kegiatan semacam dongeng Islami serta permainan kerjasama bisa digunakan buat
membentuk kepribadian positif.
5. Pembinaan Identitas Islami: Membina bukti diri Islami anak-anak dengan memperkenalkan
mereka pada nilai-nilai serta tradisi Islam. Aktivitas yang mengaitkan seni, musik, serta cerita
Islami bisa menjadi metode yang efisien guna memantapkan identitas Islami anak.
6. Aktivitas Keagamaan yang Terpadu: Menyelenggarakan aktivitas keagamaan yang terpadu
dalam aktivitas sehari-hari sekolah, serupa shalat berjamaah, pengajian, serta peringatan hari-
hari besar Islam. Perihal ini dapat menghasilkan suasana keagamaan di area sekolah.
7. Pengenalan Terhadap Nilai-nilai Moral serta Etika: Membagikan pengenalan yang kontekstual
terhadap nilai-nilai moral serta etika Islam. Guru dapat memakai cerita-cerita Islami serta
contoh-contoh situasional yang relevan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak.
8. Partisipasi serta Kerja sama dengan Orang Tua: Mengaitkan orang tua dalam proses
pembelajaran anak. Kerja sama dengan orang tua bisa menyokong menghasilkan konsistensi
antara nilai-nilai yang diajarkan di sekolah serta di rumah.
9. Bernilainya Ritual Keagamaan: Membagikan bernilainya pada ritual keagamaan semenjak dini,
semacam berdoa saat sebelum makan, menyucikan diri, serta kebiasaan-kebiasaan keagamaan
yang lain. Perihal ini menolong membentuk Kerutinan positif semenjak usia dini.
10. Peluang Bermain yang Mendidik: Sediakan peluang bermain yang mendidik dengan tema-tema
Islami. Permainan serta kegiatan yang berhubungan dengan kisah-kisah Nabi, tokoh-tokoh
Islami, serta nilai-nilai agama bisa jadi fasilitas pendidikan yang efisien.
11. Pendekatan Differensiasi: Mempraktikkan pendekatan differensiasi yang mencermati
perbandingan pertumbuhan serta kebutuhan orang anak. Mengakomodasi style belajar serta
jenjang uraian yang bermacam-macam menyokong membenarkan kalau tiap anak bisa
menjajaki pendidikan dengan baik.
12. Monitoring serta Penilaian Progres Orang: Melaksanakan monitoring serta penilaian terhadap
progres orang tiap anak dalam uraian nilai-nilai Islam serta pertumbuhan kepribadian. Perihal
ini menolong membenarkan kalau pembelajaran Islam cocok dengan kebutuhan tiap anak.
Sebaliknya bagi Sugito (2008) terdapat sebagian prinsip parenting orang tua yang terlibat dalam
proses membentuk pengembangan kepribadian anak. Prinsip diartikan mencakup memberikan contoh
yang baik, berkolaborasi dengan anak dalam mewujudkan nilai-nilai moral, mendukung sikap
demokratis, menunjukkan sikap terbuka dan jujur, serta memiliki keterampilan dalam memahami
kehidupan anak, dan menciptakan kesatuan kata serta aksi. Dengan memikirkan prinsip-prinsip ini, area
sekolah bisa menghasilkan suasana pembelajaran yang cocok dengan prinsip-prinsip Islamic parenting
serta menunjang pertumbuhan holistik anak umur dini.
ajaran moral serta adab Islam dalam interaksi setiap hari semacam mengucapkan salam serta
menanggapi salam. Lewat contoh yang positif ini, anak-anak dapat belajar serupa tentang perilaku
hormat terhadap sesama, kejujuran, serta empati. Setelah itu untuk menanggulangi tantangan sosial
emosional yang barangkali dialami anak dapat memakai pendekatan Islami dimana guru menyertakan
anak dalam pemecahan permasalahan yang mengaitkan prinsip-prinsip Islam, semacam mengenalkan
kalimat thayibah yakni pada saat anak marah wajib beristigfar serta menanggulangi konflik dengan
sabar. Dengan begitu akan menyokong anak untuk meningkatkan keahlian menanggulangi tantangan
ataupun konflik dengan metode yang positif.
Strategi guru guna meningkatkan aspek sosial emosional anak usia dini di sekolah yang bisa
dicoba lebih-lebih dengan mempraktikkan Islamic parenting adalah membuat kurikulum yang
menyertakan nilai-nilai islam misalnya, guru dapat merancang kegiatan yang menyoroti nilai-nilai
semacam keadilan, tanggung jawab, serta tolong-menolong. Guru bisa mempraktikkan tata cara
pendidikan kolaboratif yang menekan kerja sama anak secara aktif di kelas dalam konteks nilai-nilai
Islam yang mendorong kebersamaan. Melalui kolaboratif guru bisa merancang proyek kelompok
ataupun kegiatan kooperaatif yang membangun keahlian sosial serta emosional anak-anak. Pendidikan
kooperatif itu sendiri merupakan proses pendidikan yang menekankan berbagai jenjang keahlian
(kinerja) anak guna bekerja sama dalam kelompok kecil mengarah tujuan bersama, semacam
pendidikan berkelompok yang dimana anak hendak belajar bersama-sama dalam sesuatu kelompok
guna mangulas satu tema yang sama.
Guru pula dapat memakai tata cara menceritakan tentang kisah-kisah nabi selaku fasilitas yang
efisien dalam aktivitas pendidikan guna mengantarkan pesan moral serta etika. Lewat cerita para nabi
tersebut bisa membagikan contoh nyata tentang bagaimana mengaplikasikan ajaran Islam dalam
aktivitas sehari-hari. Guru wajib membagikan pujian pada anak Pada saat anak bisa menampilkan sikap
yang setara dengan ajaran Islam yang sudah diajarkan. Perihal ini bisa menguatkan koneksi antara sikap
positif serta penghargaan sehingga dapat menolong memantapkan pola sikap yang di idamkan.
Pihak sekolah serta orang tua wajib saling bekerja sama dalam perihal mendidik anak. Sinergi
antara kedudukan orang tua serta guru sangat berarti dalam pembelajaran anak sebab dapat menolong
anak guna menanggulangi tantangan, membangun harga diri, tingkatkan motivasi serta membentuk
individu yang positif. Guna menghasilkan area pendidikan yang tidak berubah-ubah dengan nilai-nilai
Islam, pihak sekolah dapat mengadakan seminar parenting Islami untuk orang tua serta membuat novel
penghubung supaya orang tua bisa mengecek pertumbuhan di sekolah serta bisa distimulasi di rumah
dan mengkomunikasikan supaya anak bisa dibiasakan ibadah di rumah. Dengan sokongan dari keluarga
yang tidak berubah-ubah, anak-anak bisa meningkatkan keahlian sosial serta emosional yang kokoh,
yang hendak berikan mereka dasar yang baik.
dengan baik, serta menahan diri dari Aksi impulsive. Perihal tersebut dapat menyokong anak untuk
menyesuaikan diri dengan ketentuan di sekolah serta suasana sosial. Konsep kebersamaan dalam Islam
dapat menekan anak-anak untuk bekerja sama dalam kegiatan kelompok serta proyek sekolah. Anak-
anak boleh jadi akan cenderung ikut serta aktif dalam aktivitas sosial di sekolah, menguatkan keahlian
kerja sama serta kepemimpinan. Pengajaran Islam di sekolah menekankan rasa hormat terhadap otoritas
serta guru sehingga anak-anak yang menguasai nilai ini akan lebih patuh terhadap peraturan di sekolah,
menghargai komentar guru, serta mempunyai sikap yang positif di kelas. Nilai-nilai spiritual dalam
Islam pula bisa membagikan dasar untuk anak-anak guna meningkatkan ketahanan psikologis. Mereka
akan lebih dapat menangani tekanan serta tantangan di area sekolah dengan perilaku yang positif.
SIMPULAN
Sebagai muslim, kita wajib mengenalkan ajaran Islam pada anak-anak dengan berpedoman
pada Al - Qur'an serta hadist, yakni lewat Islamic parenting, Islamic parenting merupakan pendekatan
dalam pengasuhan anak yang didasarkan pada nilai-nilai serta ajaran Islam. Tujuan utama dari Islamic
parenting merupakan membimbing anak-anak supaya berkembang sebagai orang yang taat beragama,
bertanggung jawab, serta berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Islam. Lingkungan yang baik
hendak menjadi pembiasaan yang baik guna anak begitu juga kebalikannya. ada sekian banyak prinsip
guna mempraktikkan Islamic parenting di lingkuan PAUD antara lain ialah: 1) pembelajaran agama
yang bertabiat mengasyikkan, 2) model sikap positif, 3) pendidikan aktif serta kreatif, 4) fokus pada
pengembangan kepribadian, 5) pembinaan identitas Islami, 6) aktivitas keagamaan yang terpadu, 7)
pengenalan terhadap nilai-nilai moral serta etika, 8) partisipasi serta kerja sama dengan orang tua, 9)
bernilainya ritual keagamaan, 10) peluang bermain yang mendidik, 11) pendekatan differensiasi, 12)
monitoring serta progres pribadi.
Ada pula strategi yang bisa dicoba buat meningkatkan aspek sosial serta emosional anak usia
dini di sekolah Raudhatul Athfal ialah di RA An-Naim mempraktikkan pembelajaran agama Islam
dengan berpedoman Al - Qur'an serta hadist, guru sebagai contoh yang baik untuk anak didiknya, guru
memadukan pendidikan Islam dengan kecerdasan emosional, memakai pendekatan Islami buat
menanggulangi tantangan ataupun konflik dimana guru menyertakan anak dalam pemecahan perkara
yang menyertakan prinsip-prinsip Islam, menciptakan kurikulum yang menyertakan nilai-nilai Islam,
mempraktikkan tata cara pendidikan kolaboratif yang menekan kerja sama anak secara aktif di kelas
dalam konteks nilai-nilai islam yang mendorong kebersamaan, serta guru pula memakai tata cara
menceritakan tentang kisah-kisah nabi selaku fasilitas yang efisien dalam aktivitas pendidikan guna
mengantarkan pesan moral serta etika.
Islamic parenting mempengaruhi besar terhadap pertumbuhan sosial serta emosi anak, yang
dimana pada awal mulanya anak belum memahami emosi jadi tumbuhnya rasa simpati, empati, silih
tolong membantu, mencintai sahabat, serta toleransi. Tidak hanya itu, nilai-nilai Islam yang diterapkan
lewat Islamic parenting ini bisa membagikan bawah untuk anak-anak untuk dapat meningkatkan
ketahanan psikologis. Mereka hendak lebih sanggup menanggulangi tekanan serta tantangan di area
sekolah dengan perilaku yang positif. Pihak sekolah serta orang tua wajib silih bekerja sama dalam
mendidik anak supaya bisa menghasilkan area yang tidak berubah-ubah dengan nilai-nilai agama
sehingga anak bisa jadi individu yang berakhlak baik serta sosial emosional anak bisa tumbuh secara
maksimal bersumber pada nilai-nilai Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Alsya, Annisa, Regina, Sani, Siti | Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini Melalui Islamic Parenting di Yayasan
Raudhatul Athfal An-Na’im Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung
Arifudin, O., Hasbi, I., Setiawati, E., Supeningsih, S., Lestariningrum, A., Suyatno, A., & Sidik, N. A.
H. (2021). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Auliani, R., Larasati, S. A., Afifah, H. U. N., Fatimah, F. N., & Khadijah, K. (2023). Peran Parenting
Islami Terhadap Perkembangan Sosial Emosiaonal Anak Usia Dini Di TK Siaga Muda.
Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(2), 12861-12872.
Ayunina, N. Q., & Zakiyah, Z. (2022). Islamic Parenting Sebagai Upaya Mendidik Karakter Islami
Generasi Alpha. Alhamra Jurnal Studi Islam, 3(1), 48-57.
Dewi, A. R. T., Mayasarokh, M., & Gustiana, E. (2020). Perilaku sosial emosional anak usia dini. Jurnal
Golden Age, 4(01), 181-190.
Muslihudin, M., & Sumarna, C. (2023). Peran Islamic Hypno Parenting Melalui Metode Deep Talk
Terhadap Perkembangan Kecerdasan Sosial Emosional Anak:(Studi Kasus Pada Orang Tua
yang Menggunakan Islamic Hypno Parenting di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan
Kabupaten Brebes). Jurnal Pendidikan Dan Keguruan, 1(9), 804-836.
Nurhayati, S., Pratama, M. M., & Wahyuni, I. W. (2020). Perkembangan Interaksi sosial Dalam
meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Permainan Congklak Pada Anak usia 5-
6 tahun. Jurnal Buah Hati, 7(2), 125-137.
Pradana, PH, & Masyitoh, D. (2018). Upaya Peningkatan Kecerdasan Sosial Dan Emosional Anak Usia
Dini Dalam Pendidikan Islam. An-Nisa': Jurnal Kajian Gender, 11 (2), 19-28.
Sit, M., & Nasution, R. A. (2021). Model Alternatif Parenting Islami pada Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 1111-1125.
Yani, A., Khaeriyah, E., & Ulfah, M. (2017). Implementasi Islamic parenting dalam membentuk karakter anak
usia dini di RA At-Taqwa Kota Cirebon. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 3(1).