Anda di halaman 1dari 10

1.

Pembuatan Rancangan APE


A. ANALISIS KONDISI
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan
manusia. Masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak secara khusus
mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Dimana usia keemasan merupakan
masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya
pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa inilah
terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan mewujud-
kan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-
hari. Demikian pentingnya pendidikan anak usia dini, maka para pendidik dituntut mampu
dan tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha mengikuti
perkembangan anak yang individual. Para pendidik diharapkan mampu mengkreasikan
lingkungan dengan materi luas yang beragam dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar.
Serta memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari masing-masing anak. Namun, fakta dan
data di lapangan menunjukkan bahwa pendidik PAUD (yang disebut dengan Bunda)
memiliki konsep diri yang negatif tentang proses kreatif. Anggapan bahwa bakat sangat
mendominasi proses kreatif, membuat pendidik PAUD tidak memiliki cukup keberanian
untuk berkarya.
APE banyak tersedia di pasaran, mulai dari toko hingga di dalam mall. Berbagai macam
varian APE dijual secara bebas. Namun, kendala harga yang cukup tinggi membuat
ketersediaan APE menjadi ‘sandungan’ dalam proses belajar mengajar. PAUD setempat tidak
secara berkala menginventarisasi APE yang ada, sehingga kondisi APE cukup tidak terawat.
Anggaran yang disediakan pun terbatas untuk pengadaan APE, sehingga proses belajar
mengajar dilakukan dengan sarana dan prasaran yang terbatas. Namun, di lain sisi, bagi
PAUD yang memiliki anggaran cukup untuk membelanjakan APE, hal ini menjadi halangan
menumbuh kembangkan kreativitas para pendidik PAUD, untuk membuat suatu APE. Karena
pendidik PAUD cukup puas dan bergantung pada ketersediaan APE di pasaran. Sehingga
lambat laun, hal ini dapat mematikan kreativitas para pendidik PAUD untuk berinovasi.
B. ALAT PERMAINAN EDUKATIF
Dunia pendidikan tingkat kanak-kanak adalah sebuah dunia yang tidak terlepas dari
bermain Salah satu sarana yang menjadi sumber belajar penting bagi anak adalah APE. APE
kini sudah banyak dijual di pasaran dengan harga yang bervariasi. Pada umumnya para
penyelenggara pendidikan masih banyak membeli alat-alat permainan sebagai pendukung
belajar anak. Hal ini tentu saja akan menumbuhkan budaya konsumtif dan akan melemahkan
daya kreativitas dan inovasi para pendidik dalam menyelenggarakan proses belajar yang
berkualitas bagi anak. Secara umum banyak para penyelenggara pendidikan yang
berpendapat bahwa memperoleh APE dengan cara membeli adalah lebih mudah dan
ekonomis. Berdasarkan paparan di atas bahwa APE tidak seharusnya mahal, maka penulis
berupaya mencoba mengembangkan dan membuat sebuah APE yang lebih ekonomis.
Pada prinsipnya APE meliputi: Pertama, proses mengaktifkan alat indra secara kombinasi
sehingga dapat meningkatkan daya serap dan daya ingat anak didik. Kedua, mengandung
kesesuaian dengan kebutuhan aspek perkembangan kemampuan dan usia anak didik sehingga
tercapai indikator kemampuan yang harus dimiliki anak. Keempat, memiliki kemudahan
dalam penggunaannya bagi anak sehingga lebih mudah terjadi interaksi dan memperkuat
tingkat pemahamannya dan daya ingat anak. Kelima, membangkitkan minat sehingga
mendorong anak untuk memainkannya. Keenam, memiliki nilai guna sehingga besar
manfaatnya bagi anak. Dan ketujuh, bersifat efisien dan efektif sehingga mudah dan murah
dalam pengadaan dan penggunaannya. APE memiliki beberapa fungsi penting, antara lain,
(1) Membantu dan mendukung proses pembelajaran anak didik agar lebih baik, menarik dan
jelas. (2) Mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. (3) Memberi kesempatan pada
anak didik memperoleh pengetahuan baru dan memperkaya pengalamannya dengan berbagai
alat permainan. (4) Memberi kesempatan pada anak didik untuk mengenal lingkungan dan
mengajarkan pada anak untuk mengetahui kekuatan dirinya. (5) Memperjelas materi yang
diberikan pada anak. Dan (6) Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk melakukan
eksplorasi dan bereksperimen dalam peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
mengembangkan bahasa, kecerdasan, fisik, sosial dan emosional anak.
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan perancangan APE untuk pengajar PAUD dilaksanakan selama satu semester,
terhitung sejak disetujuinya proposal pengajuan kegiatan, yakni Januari 2013 sampai dengan
Juni 2013. Kegiatan perancangan APE disesuaikan dengan kebutuhan PAUD, yakni merujuk
pada tema pelajaran selama satu semester. Dan konsultasi setiap minggunya pada pengajar
PAUD.
Untuk membekali diri dalam melaksanakan proses perancangan APE, yang harus
diperhatikan adalah setiap pembuatan APE haruslah mengikuti kriteria yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Usaha Bunda PAUD adalah faktor yang utama, dimana mampu
merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan dan manajemen
waktu; mengatur penempatan semua peralatan dan perabotan yang akan digunakan sesuai
dengan kebutuhan (sesuai dengan kuri-kulum dan tingkatan kelas) dan keamanannya; setiap
APE yang dirancang harus memiliki tingkatan kesulitan yang berbeda dan bervariasi; serta
mampu melatih kemandirian anak melalui APE. Pengajar/ guru/bunda PAUD juga didorong
untuk mempersiapkan bahan secara mandiri dan kreatif. Bahan yang digunakan untuk
membuat APE harus memperhatikan keamanan bagi peserta didik, seperti kayu (tidak
berserat, dapat dicat dengan cat non toxic dan diamplas), busa, tekstil, kardus, bambu, tali,
pelepah (pisang, pepaya, pinang), biji-bijian, daun kering, raffia, karet, kulit, kapuk, kartun
dan kertas bekas. Karena menjaga keselamatan, kesehatan dan keamanan anak merupakan
persyaratan utama. Agar media yang dirancang sesuai dengan kebutuhan, maka langkah-
langkah yang harus ditempuh untuk menyerap kebutuhan komunitas sasaran melalui proses:
Menganalisis kurikulum dan aspek pengembangan anak PAUD, menginventarisasi APE yang
ada dan mengidentifikasi kebutuhan, menyimpulkan APE yang dibutuhkan, merencanakan
pembuatan rancangan, Menyiapkan bahan, alat dan desain, proses perancangan APE serta
konsultasi dan evaluasi. Usai langkah-langkah tersebut dijalankan dan memperoleh
kesimpulan kebutuhan target sasaran, maka selanjutnya adalah menetapkan langkah-langkah
perancangan APE yang meliputi: pertama, tema APE; kedua, bahan dan APE; ketiga, cara
Pembuatan APE; keempat, cara Penggunaan APE; dan kelima, aspek yang dikembangkan
berdasarkan simulasi dan evaluasi. Dikarenakan sudah banyak APE yang telah
dikembangkan di pasaran maka tentu saja para guru/bunda PAUD dengan mudah bisa
memilih jenis-jenis APE yang sesuai dengan kebutuhan dan aspek perkembangan anak.
Tidak semua APE tersedia dan terjangkau, karena sebagian besar APE harus dibeli di toko-
toko dengan harga yang cukup tinggi. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, rencana tema
APE yang akan dirancang adalah kebutuhan selama satu (1) semester, Juli sampai dengan
Desember. Tema diputuskan berdasarkan pertimbangan proses pengerjaan APE adalah
Januari sampai dengan Juli. Dengan demikian, hasil perancangan APE dapat diaplikasikan
dan diguna-kan ketika memasuki semester baru sekaligus tema baru. Dari sekian tema selama
satu semester, hanya beberapa tema yang akan diadakan pelatihan perancangan, dikarenakan
keterbatasan waktu dan dana yang disediakan. Meski demikian, diharapkan kegiatan ini dapat
menjadi kegiatan percontohan sekaligus mendorong kreativitas pengajar PAUD.
D. EVALUASI KEGIATAN
Pelatihan perancangan APE di Siwalankerto diberikan dengan metode ceramah, diskusi,
tanya jawab, simulasi/ demonstrasi, redemonstrasi, pembuatan APE dan panduan
perancangan APE. pelatihan ini dilaksanakan selama 5 minggu di Pojok Baca Perpustakaan
Universitas Kristen Petra Surabaya (lantai 8). Terdapat perwakilan dari masing-masing
PAUD dan TBM yang mengikuti pelatihan ini, 3 orang untuk masing-masing PAUD. Dalam
pelatihan ini diberikan materi dan konsep-konsep terkait APE sesuai dengan kebutuhan dan
kurikulum PAUD. Saat diskusi dan demonstrasi, setiap perwakilan terlibat aktif, mulai dari
mengajukan pertanyaan hingga membawa bahan dan perlengkapan secara mandiri. Kegiatan
pelatihan ini di setiap minggunya bersifat kompetitif, diharapkan setiap perwakilan dari
PAUD dan TBM termotivasi untuk merancang suatu karya yang menarik. Karena pada akhir
acara, akan diberikan hadiah/ kenang-kenangan bagi karya terbaik. APE yang dibuat di
Siwalankerto terdiri dari permainan wayang binatang dari angka, maket rumah, menjahit
pakaian, permainan rekat panca indera, dan kubic puzzle. Dimana seluruh karya perwakilan
PAUD dan TBM dipamerkan di galeri pameran Perpustakaan Universitas Kristen Petra
Surabaya (lantai 6) selama Bulan April 2013. Selain untuk mengapresiasi karya para pengajar
PAUD, juga menjadi gaung kampanye ramah lingkungan, dimana sebagian besar
perancangan APE menggunakan bahan-bahan bekas. Sepanjang pelatihan terdapat tim
dokumentasi yang merekam langkah-langkah perancangan APE sekaligus mendokumentasi
human interest dalam proses pengerjaannya. Pada akhirnya, hasil rekam ini menjadi video
Pembelajaran perancang-an APE berdurasi kurang lebih 30 menit. Video ini disimpan dalam
keping compact disc yang dikemas sedemikian menarik dan diberikan secara cuma-cuma
pada peserta pelatihan. Sehingga peserta pelatihan yang adalah pengajar PAUD dapat
menyebarkan informasi perancangan APE ini pada pengajar lainnya di PAUD lainnya.
Ataupun ingin membuatnya sendiri di lain waktu melalui tayangan video dan didukung print
out panduan cara membuat APE. Pada dasarnya berbagai alat permainan edukatif diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: Pertama, memperjelas materi yang diberikan.
Pemanfaatan APE dalam kegiatan belajar anak diharapkan dapat memperjelas materi yang
disampaikan oleh guru/bunda PAUD. Sebagai contoh apabila guru/bunda PAUD ingin
menjelas-kan konsep warna-warna dasar seperti merah, biru, hitam, putih, kuning dan lain
sebagainya, jika penyampaian kepada anak hanya secara lisan atau diceritakan, anak hanya
sebatas mampu menirukan ucapan guru/bunda PAUD tentang berbagai warna tanpa tahu
secara nyata apa yang dimaksud warna merah, kuning dan lainnya. Akan sangat berbeda jika
guru/bunda PAUD memanfaatkan APE. Dengan memanfaatkan alat permainan tersebut anak
dapat secara langsung melihat, mengamati, membandingkan, memasangkan, dan mengenali
berbagai warna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan APE
selain anak menguasai kemampuan menirukan ucapan guru/bunda PAUD tentang berbagai
warna, anak juga mampu menguasai kemampuan yang ainnya seperti kemampuan
membandingkan berbagai warna karena warna yang satu dengan yang lain berbeda dan
kemampuan-kemampuan yang lainnya. Kedua, Memberikan motivasi dan merangsang anak
untuk bereksplorasi dan bereksperimen dalam mengembangkan berbagai aspek
perkembangannya. Motivasi dan minat anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen
merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu harus
dilakukan berbagai upaya sehingga motivasi dan minat anak bisa tumbuh dengan baik. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan
APE. Dan ketiga, memberikan kesenangan pada anak dalam bermain. Apabila diamati, anak
yang sedang memainkan alat per-mainan tertentu dan mereka sangat tertarik untuk
memainkannya, mereka tampak sangat serius dan terkadang susah untuk diganggu dan
dialihkan perhatiannya pada benda atau kegiatan yang lain. Kondisi tersebut terjadi karena
anak-anak merasa senang dan nyaman dengan alat permainan yang mereka gunakan. Alat
permainan yang dirancang secara khusus dan dibuat dengan baik akan menumbuhkan
perasaan senang anak dalam melaku-kan aktivitas belajarnya. Jika anak sudah merasa senang
dengan kegiatannya, maka belajar tidak lagi dianggap sebagai beban yang ditimpakan
guru/bunda PAUD di pundaknya. Anak mengartikan belajar dengan baik bahwa belajar
ternyata tidak selalu dikesankan sebagai kegiatan yang membosankan bahkan menyebalkan
tapi justru bermakna dan menyenangkan.
E. PERAN SERTA DARI KOMUNITAS SASARAN
Komunitas sasaran adalah pengajar PAUD dan petugas TBM (Taman Baca Masyarakat) se-
Siwalankerto berperan aktif dalam kegiatan pelatihan perancangan APE ini. Secara mandiri
dan kreatif, peserta pelatihan membawa bahan-bahan dan perlengkapan guna mendukung
proses perancangan karya. Bahkan, bahan-bahan yang jarang ditemui dan harus dibuat secara
manual, seperti sampah santan yang dikeringkan, menjadi serbuk kelapa. Kemudian serbuk
kelapa yang sudah kering tersebut diberi pewarna makanan, sehingga dapat menjadi salah
satu unsur dekorasi pada perancangan APE. Sehingga kesan bertekstur pada karya dapat
ditonjolkan. Selain itu, peserta pelatihan juga berinisiatif membawa pelepah pisang, biji-
bijian hingga cat poster untuk men-dukung tampilan estetis karya APE.
F. REKOMENDASI UNTUK KEGIATAN SELANJUTNYA
Pada akhir kegiatan pelatihan ini, peserta pelatihan mengungkapkan keterbukaan pada
pelatihan selanjutnya dengan tema dan bahan yang lebih bervariasi. Peserta pelatihan
mengungkapkan pula akan menyebarkan informasi yang diperoleh selama pelatihan kepada
pengajar PAUD lainnya, dan tidak menutup kemungkinan pada PAUD dan TK lainnya.
Sehingga kreativitas dalam perancangan APE terus berkesinambungan. Bahkan, pengajar
PAUD merekomendasikan orang tua peserta didik untuk ambil bagian dalam perancangan
APE ini. Sehingga pembelajaran berbasis permainan dapat tetap terlaksana tidak hanya
disekolah, tetapi di rumah pun dapat dilakukan. Terlebih bahan-bahan yang digunakan relatif
murah dan mudah diperoleh. Direkomendasikan pelatihan perancangan APE yang berbasis
nilai ekonomis sehingga dapat menjadi produk APE yang dapat dijual kepada lembaga
PAUD dan TK maupun lembaga-lembaga PAUD yang lain.
2.PEMBUATAN APE
A. Guru mampu memahami konsep alat permainan edukatif
Konsep dasar APE merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau
peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat
mengembangkan seluruh kemampuan anak (Depdiknas, 2003). Pada pelaksanaan PPTBK ini,
guru diharapkan mampu memahami definisi dan pengertian dari alat permainan edukatif yang
ditujukan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini. Guru juga
diharapkan dapat memahami bahwa APE merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
pembelajaran bagi anak, dimana APE merupakan salah satu sarana dan prasarana
pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi terhadap stimulasi berbagai aspek
perkembangan anak.
B. Guru mampu menentukan APE yang tepat sesuai dengan materi yang ingin
disampaikan pada AUD
Guru diharapkan mampu menentukan alternatif ragam alat permainan edukatif yang tepat dan
sesuai dengan materi yang hendak disampaikan dalam pembelajaran bagi anak usia dini.
Guru juga diharapkan mampu menentukan APE yang sesuai dengan kebutuhan stimulasi
berbagai aspek perkembangan anak baik yang meliputi aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa,
moral-agama, sosial-emosi dan perkembangan seni.
C. Guru mampu memahami syarat-syarat pembuatan APE bagi AUD
Pada pelaksanaan PPTBK ini guru diharapkan dapat memahami karakteristik dan syarat
pembuatan APE bagi anak usia dini. Pembuatan APE harus didasarkan pada kebutuhan dan
kesesuaian dengan karakteristik anak usia dini itu sendiri. Selain itu, APE harus ditujukan
untuk anak usia dini dan difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak
tersebut, dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk, dan untuk bermacam tujuan aspek
pengembangan atau multiguna, aman atau tidak berbahaya bagi anak, dirancang untuk
mendorong aktivitas dan kreativitas anak, bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang
dihasilkan dan mengandung nilai pendidikan (Eliyawati, 2000).
D. Guru mampu membuat rancangan APE bagi AUD
Guru diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk membuat rancangan alat permainan
edukatif yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak usia dini.
E. Guru mampu membuat APE bagi AUD
Guru diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk membuat alat permainan edukatif yang
telah dirancang sebelumnya dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi anak
usia dini agar lebih optimal.
3.Penggunaan APE
A. Ketersediaan Alat Permainan Edukatif PAUD
Alat permainan edukatif PAUD lumayan banyak adapun alat permainan yang tersedia di
indoor terdapat balok, lego, APE Shalat laki-laki, APE Shalat wanita, peraga whudu, peraga
balok, puzzle geometri bentuk, jam bundar, bowling, gitar, menara bulat, pohon berhitung,
latto, mainan meronce, flash card, mobil bongkar pasang, boneka bayi. Sedangkan yang
berada di outdoor tersedia rumah prosotan, mangkuk putar, ayunan, panjatan laba-laba,
pelangi, bola dunia. Namun alat permainan edukatif yang tersedia ada yang masih dapat
digunakan dan ada juga yang tidak. Alat permainan edukatif yang tersedia memiliki jumlah
yang terbatas karena guru hanya menggunakan alat permainan edukatif siap pakai saja.
B. Penggunaan Alat Permainan Edukatif di dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai penggunaan alat
permainan edukatif di dalam pembelajaran peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru sudah
menggunakan alat permainan edukatif. Guru memiliki cara tersendiri dalam menggunakan
alat permainan edukatif yang hendak digunakan agar anak merasa senang dan tidak bosan.
Guru juga mengenalkan alat permainan edukatif yang akan digunakan oleh anak. Dalam
menggunakan alat permainan edukatif guru menyesuaikan tema dan sub tema. Cara guru
dalam memainkan alat permainan edukatif yang tersedia cukup menarik dan kreatif . Akan
tetapi dalam penggunaannya guru hanya memanfaatkan alat permainan edukatif yang tersedia
saja, guru tidak merancang sendiri alat permainan edukatif tersebut. Dalam penggunaannya
juga guru bisa menyesuaikan cara bermain dengan jumlah anak karena ketersediaan alat
permainan edukatif itu sendiri tidak sesuai dengan jumlah anak.
C. Tujuan Penggunaan Alat Permainan Edukatif terhadap Perkembangan Anak
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai tujuan dari alat
permainan edukatif untuk mendukung perkembangan anak peneliti dapat menyimpulkan
bahwa alat permainan edukatif dapat mendukung perkembangan anak, karena anak merasa
tertarik, tidak bosan dan ingin tahunya besar ketika guru hendak menggunakannya. Melalui
permainan edukatif itu juga anak dapat bereksplorasi dan mengasah kemampuannya karena
dalam penggunaannya itu sendiri anak lebih aktif karena ia sendiri yang memainkannya.
Respon anak ketika guru menggunakan alat permainan edukatif anak merasa senang dan
sangat bersemangat karena guru mengajak anak menggunakannya dengan cara melakukan
permainan yang sangat menarik.
4. Alat dan Cara Evaluasi Media Pembelajaran
Yang dimaksud alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan oleh anak untuk
memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat, seperti bongkar pasang,
mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, mengetuk,
menyempurnakan suatu desain atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Sementara alat
permainan edukatif merupakan alat yang bisa merangsang aktivitas bermain dan dapat
menstimulasi serta mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Alat permainan dapat berupa apa saja yang ada di sekeliling lingkungan, misalnya sapu,
piring, gelas, sendok plastik, tutup panci, dan bangku kecil. Tetapi yang dimaksud ini di sini
adalah APE yang dibuat sendiri dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi atau bahan-
bahan yang mudah didapat di sekitar. Secara umum, Alat Permainan Edukatif (APE)
merupakan alat permainan yang dirancang dan dibuat untuk menjadi sumber belajar anak-
anak usia dini agar mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman ini akan berguna untuk
meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak yang meliputi aspek fisik/motorik, emosi,
sosial, bahasa, kognitif, dan moral. Alat permainan edukatif dapat mengoptimalkan
perkembangan anak disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

Evaluasi merupakan bagian penting dalam pengembangan media pembelajaran. Apa pun juga
media yang dibuat perlu dinilai terlebih dahulu sebelum digunakan secara luas. Evaluasi itu
dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting untuk diingat dan dilakukan, karena
banyak orang beranggapan bahwa sekali mereka membuat media pasti seratus persen
ditanggung baik. Anggapan itu sendiri tidaklah keliru, karena sebagai pengembang media
secara tidak langsung telah menurunkan hipotesis bahwa media yang dibuat tersebut dapat
memberikan hasil belajar yang lebih baik. Hipotesis tersebut perlu dibuktikan dengan
menguji cobanya ke sasaran yang dimaksud.
Jenis Evaluasi Media Pembelajaran
Ada dua macam bentuk penguji cobaan media yang kita kenal, yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke dalamnya
media) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan orang lain atau mungkin Anda
sendiri, akan mengumpulkan data untuk menentukan apakah media yang dibuat itu patut
digunakan dalam situasi-situasi seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi ini disebut dengan
evaluasi sumatif. Dalam pengembangan media sering menitik beratkan pada kegiatan
evaluasi formatif. Melalui evaluasi ini diharapkan pengembangan media tidak hanya
dianalisis secara teoretis, tetapi benar-benar telah dibuktikan di lapangan.
A. Prosedur/Tahapan Evaluasi Media
Prosedur atau tahapan evaluasi media terkait dengan bagaimana langkah-langkah yang
dilakukan dalam mengevaluasi media yang telah dibuat. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa
dengan evaluasi ini diharapkan hasil media yang dibuat terjamin keandalannya. Langkah atau
tahapan evaluasi media yang dapat ditempuh terdiri dari tahap evaluasi satu lawan satu (one
to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field
evaluation).
B. Evaluasi Satu Lawan Satu (One to One)
Evaluasi media tahap satu lawan satu atau yang disebut dengan istilah one to one evaluation,
dilaksanakan dengan memilih dua orang atau lebih anak PAUD yang dapat mewakili
populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara
individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan mereka mempelajarinya
sementara kita mengamatinya. Kedua orang siswa yang dipilih tersebut hendaknya satu orang
dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi
di atas rata-rata. Prosedur pelaksanaan evaluasi media tahap satu lawan satu ini sebagai
berikut:
Jelaskan kepada anak bahwa kita sedang merancang suatu media baru dan kita ingin
mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap media yang dibuat tersebut.
Lalu sampaikan kepada mereka bahwa apabila nanti mereka berbuat salah, hal tersebut
bukanlah karena kekurangan mereka tetapi karena kekurang sempurnaan media tersebut,
sehingga perlu diperbaiki. Usahakan agar mereka bersikap relaks dan bebas mengemukakan
pendapatnya tentang media tersebut. Selanjutnya berikan tes awal untuk mengetahui. sejauh
mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang disediakan. Sajikan media dan
catat berapa lama waktu yang kita butuhkan atau dibutuhkan siswa untuk
menyajikan/mempelajari media tersebut.
Catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang sulit untuk dipahami; apakah
contoh-contohnya, penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, atau kah yang lain. Berikan tes
yang mengukur keberhasilan media tersebut (post test). Analisis informasi yang terkumpul.
Jumlah dua orang untuk kegiatan ini adalah jumlah minimal. Setelah selesai, Anda bisa
mencobakannya kepada beberapa orang siswa yang lain dengan prosedur yang sama. Anda
dapat juga mencobakannya kepada ahli bidang studi (content expert). Mereka sering kali
memberikan umpan balik yang bermanfaat. Atas dasar data atau informasi dan kegiatan-
kegiatan tersebut akhirnya revisi dilakukan sebelum media dicobakan ke kelompok kecil.
C. Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluatiofi)
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 orang anak yang dapat mewakili populasi
target. Anak-anak yang di pilih guru dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan
karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari anak-anak PAUD yang kurang
pandai, sedang, dan pandai; laki-laki dan perempuan; berbagai usia dan latar belakang.
Prosedur yang perlu ditempuh di antaranya:
Jelaskan bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik
untuk menyempurnakannya; Berikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan
pengetahuan siswa tentang topik yang disediakan; Sajikan media atau minta kepada siswa
untuk mempelajari media tersebut; Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan
balik (langsung ataupun tak langsung) selama penyajian media; berikan tes untuk mengetahui
sejauh mana tujuan bisa tercapai (post test); Bagikan kuesioner dan minta siswa untuk
mengisinya. Apabila mungkin adakan diskusi yang mendalam dengan beberapa siswa.
Beberapa pertanyaan yang perlu didiskusikan antara lain: menarik tidaknya media tersebut;
mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan; konsistensi tujuan dan materi
program; cukup tidaknya atau jelas tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Apabila
pertanyaan-pertanyaan tersebut telah ditanyakan lewat kuesioner, informasi yang lebih detail
dan jauh dapat dicari lewat diskusi ini; dan Analisis data-data yang terkumpul, atas dasar
umpan balik semua ini media disempurnakan.
D. Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)
Evaluasi lapangan atau field evaluation adalah tahap akhir dan evaluasi formatif yang perlu
dilakukan. Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin dengan situasi sebenarnya.
Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang kita buat sudah mendekati
kesempurnaannya. Namun dengan itu masih harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah
kebolehan media yang kita buat itu diuji. Pilih sekitar 30 orang anak PAUD dengan berbagai
karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang jenis kelamin, usia, kemajuan belajar
dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.
Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap evaluasi terdahulu maupun lebih-lebih lagi
untuk tahap evaluasi lapangan adalah apa yang disebut efek halo (hallo effect). Situasi seperti
muncul apabila media kita coba pada kelompok responden yang salah. Maksudnya, apabila
kita membuat program media lalu mencobakannya kepada siswa-siswa yang belum pernah
melihat program tersebut. Pada situasi seperti ini informasi yang kita perolehi banyak
dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang dapat dipercaya.
Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: Mula-mula pilih anak-anak yang benar-benar
mewakili populasi target, kira-kira 30 orang. Usahakan agar mereka mewakili berbagai
tingkat kemampuan dan keterampilan anak yang ada. Tes kemampuan awal perlu dilakukan
bila karakteristik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan anak dilakukan. Tetapi bila
kita kenai benar anak-anak yang akan dipakai dalam uji coba tak perlu tes itu dilakukan.
Jelaskan kepada mereka maksud uji lapangan tersebut dan apa yang Anda harapkan pada
akhir kegiatan. Pada umumnya anak tak terbiasa untuk mengkritik bahan-bahan atau media
yang diberikan, karena mereka beranggapan sudah benar dan efektif. Usahakan mereka
bersikap relaks dan berani mengemukakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan
bahwa uji coba ini menguji kemampuan mereka. Berikan tes awal untuk mengukur sejauh
mana pengetahuan dan keterampilan mereka terhadap topik yang di mediakan. Sajikan media
tersebut kepada mereka.
Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana pembuatannya: Untuk prestasi kelompok
besar, untuk kelompok kecil atau belajar mandiri. Catat semua respons yang muncul dari
siswa selama sajian. Begitu pula waktu yang diperlukan. Berikan Les untuk mengukur
seberapa jauh pencapaian hasil belajar anak setelah sajian media tersebut. Hasil tes ini (post
test) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pre test) akan menunjukkan seberapa efektif dan
efisien media yang dibuat guru tersebut.
Berikan kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap mereka terhadap media tersebut dan
sajian yang diterimanya. Ringkas dan analisislah data-data yang diperoleh guru dengan
kegiatan-kegiatan tadi: kemampuan awal, skor tes awal dan tes akhir, waktu yang diperlukan,
perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian, dan
sebagainya. Atas dasar itu media diperbaiki dan semakin disempurnakan. Demikianlah,
dengan ketiga tahap evaluasi tersebut dapatlah dipastikan kebenaran efektivitas dan efisiensi
media yang kita kembangkan.

Dapus
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. 2002. Acuan Menu Pembelajaran pada Taman
Penitipan Anak. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Ditjen PLSP. Depdiknas
Depdiknas. 2001. Program Kegiatan Belajar (Kurikulum) Taman Penitipan Anak. Jakarta:
Depdiknas
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan (untuk Pendidikan Anak Usia
Dini). PT. Grasindo. Jakarta.
WARTA PAUDNI ISSN 1411-1802 Tahun XV Edisi II Tahun 2002.
Ahmad Rohani. 1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan pada Kelompok Bermain. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Ditjen PLSP Depdiknas.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+tentang+pembuatan+APE&oq=#d=gs_qabs&u=%23p
%3D13sqw_3sYLsJ
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Suyadi. (2009). Permainan Edukatif yang Mencerdaskan.Yogyakarta: Power Books ( Ihdina)
Syamsuardi. (2012). Penggunaan Alat Permainan Edukatif( APE) di Taman Kanak- kanak.
PublikasiPendidikan.
Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo
Zaman, Badru. (2011). Pengembangan Alat Permainan Edukatif Di Lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (Paud). badruzaman.staf.upi.edu/files/2011/12/materi-media-paud
upi.pdf.Diaksestanggal 10 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai